Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN STOKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh :

1. Ni Putu Wulan Meidiantari (C1116011)


2. Ni Kadek Sintya Devita Sari (C1116017)
3. Ni Kadek Ema Sri Wijayanti (C1116019)
4. Ni Putu Eka Sri Astuti (C1116025)
5. I Gusti Ayu Komang Sri Rahayu (C1116027)
6. Sayu Mirah Cahya Dewi (C1116029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
MANGUPURA
2019
A. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf

Menurut Kharisma (2018) Sistem saraf merupakan salah satu sistem

koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk di

deteksi dan di respon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan mahluk hidup

tanggap dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan. sistem saraf

dibagi menjadi dua yaitu

1. Sistem saraf pusat :

a. Otak

Otak adalah pusat dari sistem sistem saraf. Otak yang mengatur dan

mengkoordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh

seperti jantung,tekanan darah, keseimbanagan cairan tubuh dan subuh.

Otak bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan emosi,ingatan,

pembelajaran, motoric dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

Anatomi otak terdiri dari otak besar, otak tengah, otak belakang dan

otak kecil.

2. Sistem saraf tepi :

Sistem saraf tepi (perifer) adalah lanjutan dari neuron yang bertugas

membawa impuls saraf menuju kedan dari sistem saraf puat. Berdasarkan

cara kerjanya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Sistem saraf sadar

Mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar dibawah

koordinasi sistem saraf pusat. Berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua

yaitu sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang

(spinal).
b. Sistem saraf tak sadar

Sistem saraf yang mengatur pergerakan secara tidak sadar yang dibagi

berdasarkan cara kerjanya yaitu simpatis dan parasimpatis.

Neuron sebagai unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan

perpanjangan sitoplasma. Neuro berperan sebagai mentransmisikan impuls saraf.

Yang mana neuron terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a. Badan sel (soma/perikarion) mengandung inti dan organel sel lainnya.

Badan sel berperan mengendalikan metabolism keseluruhan neuron.

b. Badan nissi (zat kromatik) kelompok reticulum endoplasma kasar yang

merupakan tempat sintesis protein.

c. Dendrit merupakan perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda

dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.

Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan

untuk berhubungan dengan neuron lain.

B. Definisi Stroke Non Hemoragic

Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat

obstruksi trombosis atau emboli satu atau lebih di daerah vaskular pada sirkulasi

serebrum (Wakhidah,2015)

Stroke non hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan

sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak (Septiandini, 2017).

Stroke non hemoragik merupakan stoke yang terjadi akibat adanya emboli

dan thrombosis sereberal, pada stroke non hemoragik tidak terjadi pendarahan

namun terjadi iskemia sehingga dapat menimbulkan hipoksia yang dapat memicu
edema sekunder tetapi kesadaran umum pasien tidak mengalami penurunan atau

bisa dikatakan baik (Santoso, 2018).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke non

hemoragik merupakan stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan sepanjang jalur

pembuluh darah arteri yang menuju ke otak ,pada stroke non hemoragik tidak

terjadi pendarahan namun terjadi iskemia sehingga dapat menimbulkan hipoksia

yang dapat memicu edema sekunder tetapi kesadaran umum pasien tidak

mengalami penurunan atau bisa dikatakan baik.

C. Epidemiologi

Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita

stroke pertahun dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun.

Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika yaitu 50- 100/100.000

penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak awal tahun

1900, dimana angka kematian sesudah tahun 1969 menurun hingga 5% pertahun.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat kejadian penyakit yang

menurun yang disebabkan karena kontrol yang tidak baik terhadap faktor resiko

penyakit stroke.Di negara-negara ASEAN, penyakit stroke juga merupakan

masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East

Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian

akibat stroke terbesar terjadi di Indonesia yang Filipina, Singapura, Brunei,

Malaysia, dan Thailand.

Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan

stroke dan 125.000 orang meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 25%

dan yang mengalami cacat ringan atau berat dengan proporsi 75% (375.000
orang).2 Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan

jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan

oleh perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subarakhnoid dengan angka

kejadian sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Hamzah,2015).

D. Etiologi

Menurut Seprtiandini (2017) penyebab dari strokeiskemik atau stroke non

hemoragik yaitu:

a. Aterortrombotik : penyumbatan pembuluh darah oleh kerak atau plak dinding

arteri

b. Kardioemboli: sumbatan arteri oleh pecahan plak (emboli) dari jantung

c. Lakuner : sumbatan plakpada pembuluh darah yang berbentuk lubang

d. Penyabab lain: semua hal yang mengakibatkan tekanan darah turun

E. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal

(atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,

dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke

merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah

dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau

secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan

daerah yang terganggu sebagai hasil dari infark cerebri (stroke iskemik),

perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid (Mahmudah,2014)


F. Klasifikasi

Menurut padila (2012) klasifikasi stroke non hemoragic sebagai berikut :

1. Transient ischemic attack (TIA)

TIA adalah deficit neurologic fokal akut yang timbul karena iskemia otak

sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih

dari 24 jam.

2. Reversible ischemic neurological (RIND)

RIND merupakan defisi neurologic fokal akut yang timbul karena iskemia

otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-

3 minggu.

3. Strokein evolution (progressing stroke)

Stroke in evolution adalah deficit neurologic fokal akut karena gangguan

peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal

dalam beberapa jam sampai beberapa hari.

4. Stroke in resolution

Stroke in resolution adalah deficit neurologic fokal akut karena gangguan

peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai masimal

dalam beberapa jam sampai beberapa hari.

5. Completed stroke (infark serebri)

Completed stroke adalah deficit neurologi fokal akut karena oklusi atau

gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa

memburuk lagi.
G. Patofisiologi

Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak

aterosklerosis yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari

pembuluh darah diluar otak yang tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya

plak fibrosis (ateroma) di lokasi yang terbatas seperti di tempat percabangan

arteri. Trombosit selanjutnya melekat pada permukaan plak bersama dengan

fibrin, perlekatan trombosit secara perlahan akan memperbesar ukuran plak

sehingga terbentuk trombus (Sudoyo, 2009).

Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan

terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan

berkurangnya aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan

mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami

kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosis

akan mengakibatkan natrium klorida dan air masuk ke dalam sel otak dan

kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian

kalium akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi

perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit

neurologis (Esther, 2010).

H. Komplikasi

Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah (Firdayanti, 2014):

1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah

tertekan, konstipasi.

2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,

terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.

4. Hidrosefalus

Sedangkan komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke non

hemoragik meliputi edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang

(Jauch, 2016).

1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke non hemoragi kini terjadi

meskipun agak jarang (10-20%).

2. Indikator awal stroke non hemoragik yang tampak pada CT scan tanpa

kontras adalah intrakranin dependen untuk potensi pembengkakan dan

kerusakan. Manitol dan terapi lain untuk mengurangi tekanan intracranial

dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat, meskipun kegunaannya dalam

pembengkakan sekunder stroke non hemoragik lebih lanjut belum diketahui.

Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik pada infark mereka. Hal

ini diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke non hemoragik yang tidak rumit,

tanpa adanya trombolitik. Transformasi hemoragik tidak selalu dikaitkan

dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil sampai

perdarahan hematoma yang memerlukan evakuasi.

3. Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-

stroke non hemoragik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa

pasien yang mengalami serangan stroke berkembang menjadi chronic seizure

disorders. Kejang sekunder dari stroke stroke non hemoragik harus dikelola

dengan cara yang sama seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai

akibat neurologis injury.


I. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Firdayanti (2014), pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular. Angiografi otak

adalah penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-X kedalam

arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat memperlihatkan

pembuluh-pembuluh darah di kepala dan leher. Angiografi otak menghasilkan

gambar paling akurat mengenai arteri dan vena dan digunakan untuk mencari

penyempitan atau perubahan patologis lain, misalnya aneurisma. Namun,

tindakan ini memiliki resiko kematian pada satu dari setiap 200 orang yang

diperiksa (Simangunsong, 2011). Proses dari angiografi serebral yaitu pasien

akan diinfus pada bagian lengan sehingga dokter dapat memberikan obat atau

cairan kepada bila diperlukan. Alat yang disebut pulse oximeter, yang

berfungsi mengukur tingkat oksigen dalam darah, akan diselipkan pada jari

atau telinga Anda. Cakram kecil (elektorda) ditempatkan pada lengan, dada,

atau kaki Anda untuk merekam denyut serta irama jantung. Pasien akan

berbaring telentang pada meja sinar-X. Sebuah tali, perban, atau kantong pasir

mungkin akan digunakan untuk membuat pasien tetap diam tidak bergerak.

Bagian selangkangan pasien akan disterilkan dan akan dimasukkan katerer

melalui pembuluh darah dan menuju ke dalam arteri karotis, yang berada di

leher. Pewarna kontras akan mengalir melalui kateter ke dalam arteri, di mana

kemudian akan bergerak ke pembuluh darah di otak. Ketika pewarna kontras


mengalir dalam tubuh pasien maka pasien akan merasa hangat. Kemudian

beberapa pencitraan sinar-X pada kepala dan leher akan diambil. Setelahnya,

katerer akan diangkat dan penjahitan akan dilakukan pada bagian terinjeksi

tersebut. Seluruh prosedur membutuhkan waktu antara satu hingga tiga jam

(Samiadi, 2017).

2. Lumbal Pungsi

Lumbal pungsi adalah tindakan memasukkan jarum pungsi ke dalam

ruang sub arachnoid meninges medula spinalis pada daerah cauda equina

melalui daerah segmen lumbalis columna vertebralis dengan teknik yang ketat

dan aseptik. Posisi pasien yaitu posisi tidur miring dengan fleksi maksimal

dari lutut, paha, dan kepala semua mengarah ke perut, kepala dapat diberi

bantal tipis.

Hasil dari pemeriksaan lumbal pungsi yaitu tekanan yang meningkat

dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi

pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah

protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor

merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan  perdarahan

yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari

pertama.

3. CT Scan (Computerized Tomography Scanning)

Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya

secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang

pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. Pada CT,

pasien diberi sinar X dalam dosis sangat rendah yang digunakan menembus
kepala. Sinar X yang digunakan serupa dengan pada pemeriksaan dada, tetapi

dengan panjang ke radiasi yang jauh lebih rendah. Pemeriksaan memerlukan

waktu 15 – 20 menit, tidak nyeri, dan menimbulkan resiko radiasi minimal

kecuali pada wanita hamil. CT sangat handal mendeteksi perdarahan

intrakranium, tetapi kurang peka untuk mendeteksi stroke iskemik ringan,

terutama pada tahap paling awal. CT dapat memberi hasil negatif - semu

(yaitu, tidak memperlihatkan adanya kerusakan) hingga separuh dari semua

kasus stroke iskemik (Simangunsong, 2011).

4. MRI

MRI (Magnetic Resonance Imaging) menggunakan gelombang

magnetik untuk menentukan posisi dan besar / luas terjadinya perdarahan otak.

Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark

akibat dari hemoragik. Mesin MRI menggunakan medan magnetik kuat untuk

menghasilkan dan mengukur interaksi antara gelombang-gelombang magnet

dan nukleus di atom yang bersangkutan (misalnya nukleus Hidrogen) di dalam

jaringan kepala. Pemindaian dengan MRI biasanya berlangsung sekitar 30

menit. Alat ini tidak dapat digunakan jika terdapat alat pacu jantung atau alat

logam lainnya di dalam tubuh. Selain itu, orang bertubuh besar mungkin tidak

dapat masuk ke dalam mesin MRI, sementara sebagian lagi merasakan

ketakutan dalam ruangan tertutup dan tidak tahan menjalani prosedur meski

sudah mendapat obat penenang. Pemeriksaan MRI aman, tidak invasif, dan

tidak menimbulkan nyeri. MRI lebih sensitif dibandingkan CT dalam

mendeteksi stroke iskemik, bahkan pada stadium dini. Alat ini kurang peka

dibandingkan CT dalam mendeteksi perdarahan intrakranium ringan

(Simangunsong, 2011).
5. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).

6. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak

dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan

otak.

7. EKG

EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau

penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke. Prosedur EKG

biasanya membutuhkan waktu hanya beberapa menit serta aman dan tidak

menimbulkan nyeri (Simangunsong, 2011).

8. Pemeriksaan darah dan urine

Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin untuk mendeteksi penyebab stroke dan

untuk menyingkirkan penyakit lain yang mirip stroke. Pemeriksaan yang

direkomendasikan:

a. Hitung darah lengkap

Merupakan tes rutin untuk menentukan jumlah sel darah merah, sel

darah putih, trombosit dalam darah. Hematokrit dan hemoglobin adalah

ukuran jumlah sel darah merah. Hitung darah lengkap dapat digunakan

untuk mendiagnosis anemia atau infeksi. Hitung darah lengkap

digunakan untuk melihat penyebab stroke seperti trombositosis,

trombositopenia, polisitemia, anemia (termasuk sikle cell disease).


b. Tes koagulasi

Tes ini mengukur seberapa cepat bekuan darah. Tes yang paling penting

dan evaluasi darurat stroke adalah glukosa (atau gula darah), karena

tingkat glukosa darah yang tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan

gejala yang ungkin keliru untuk stroke. Sebuah glukosa darah puasa

digunakan untuk membantu dalam diagnosis diabetes yang merupakan

faktor risiko untuk stroke. Tes kimia darah lainnya untuk mengukur

serum elektrolit, ion – ion dalam darah (natrium, kalium, kalsium) atau

memeriksa fungsi hati atau ginjal.

c. Serologi untuk sifilis.

d. Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau hiperglikemia.

e. Lipid serum untuk melihat faktor risiko stroke (Greenberg, 2002 dalam

Simangunsong, 2011).

f. Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine untuk

mengidentifikasi infeksi dan penyakit ginjal (Feigin, 2009 dalam

Simangunsong, 2011 ) .

J. Pencegahan

Pencegahan untuk stroke non-hemoragik ada dua yaitu (Mansjoer dkk, 2009):

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara menghindari rokok, stres

mental, alkohol, kegemukan (obesitas), konsumsi garam berlebih, obat-obat

golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. Mengurangi kolesterol dan lemak

dalam makanan, mengendalikan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung,


penyakit vaskular aterosklerotik lainnya serta perbanyak konsumsi gizi

seimbang dan olahraga teratur.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup

yang berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes

melitus dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung

dengan antikoagulan oral, dislipidemia dengan diet rendah lemak dan obat anti

dislipidemia, dan berhenti merokok, serta hindari kegemukan dan kurang

gerak.

K. Penatalaksanaan

Terapi pada penderita stroke non hemoragik menurut Esther (2010)

dalam Setyadi (2014) bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke otak,

membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi

jaringan otak yang masih aktif dan mencegah cedera sekunder lain, beberapa

terapinya adalah :

1. Terapi trombolitik : menggunakan recombinant tissue plasminogen activator

(rTPA) yang berfungsi memperbaiki aliran darah dengan menguraikan

bekuan darah, tetapi terapi ini harus dimulai dalam waktu 3 jam sejak

manifestasi klinis stroke timbul dan hanya dilakukan setelah kemungkinan

perdarahan atau penyebab lain disingkirkan

2. Terapi antikoagulan : terapi ini diberikan bila penderita terdapat resiko tinggi

kekambuhan emboli, infark miokard yang baru terjadi, atau fibrilasi atrial
3. Terapi antitrombosit : seperti aspirin, dipiridamol, atau klopidogrel dapat

diberikan untuk mengurangi pembentukan trombus dan memperpanjang

waktu pembekuan

4. Terapi suportif : yang berfungsi untuk mencegah perluasan stroke dengan

tindakannya meliputi penatalaksanaan jalan nafas dan oksigenasi, pemantauan

dan pengendalian tekanan darah untuk 13 mencegah perdarahan lebih lanjut,

pengendalian hiperglikemi pada pasien diabetes sangat penting karena kadar

glukosa yang menyimpang akan memperluas daerah infark.


SISTEMATIKA PENULISAN ASKEP GADAR

NO RM : 11171929 Tanggal : 08 desember 2019


Identitas Pasien Identitas Penanggung jawab
I
Nama : Tn.G Pasien
D
Usia : 34 tahun Nama : Ny.G
E
TTL : 10 Desember 1985 Umur : 34 tahun
N
Status perkawinan : Menikah Jenis Kelamin : Perempuan
T
Alamat : Mengwi, Badung Alamat : Mengwi
I
Status pendidikan : SMK Pekerjaan : Wiraswasta
T
Jenis kelamin : Laki-laki Hubungan dengan pasien : Istri
A
Pekerjaan : Wiraswasta
S
Agama : Hindu

KESADARAN KATEGORI TRIASE :


( )ALERT
T ( )VERBAL
R (  )PAIN
I ( )UNRESPONSIVE
A
G
E TRAUMA/ NONTRAUMA DX. MEDIS : Stroke Non
Hemoragik

AIRWAY BREATHING
 RR : 26 x/menit
P
Paten () Obtruksi ( )  Pergerakan dada :
E *Obstuksi oleh : simetris ( ) asimetris ( )
( ) Benda Asing  Irama napas :
N
( ) Bronkospasme Reguler ( ) Ireguler ( )
G ( ) Darah  Kedalaman :
( ) Sputum Dalam ( ) Dangkal ()
K
( ) Lendir  Suara Napas:
A Vesikuler ( ) Ronchi ()
Suara Napas : Craekless ( ) Whezing ( )
J
Stridor ( ) Gurgling ()
I Snowring ( ) Lainnya........  SaO2: ..............%
 Alat Bantu Napas :.................
A
Alat Bantu Airway :.....................
N
MASALAH :............................ MASALAH :..................................
............................................... ......................................................
P ................................................. .......................................................
R
I CIRCULATION DISABILITY
M Sirkulasi perifer: GCS : E3 V1 M1
Nadi: 88 x/mnt
E Irama: () Teratur ( ) Tidak Tingkat Kesadaran :
R Denyut: () Lemah ( ) Kuat ( ) Composmentis
( ) Apatis
TD:150/90mmHg ( ) Delirium
() Somnolen
Akral : ( ) Sopor
( ) Hangat () Dingin ( ) Semi koma
( ) Koma
Warna kulit:
( ) Cyanosis () Pucat Pupil :
( ) Kemerahan ( ) Isokor ( )Anisokor

Nyeri dada: () Ada ( ) Tidak () Gangguan Motorik


Karakterisrik nyeri dada: () Gangguan Sensorik
( ) Menetap ( ) Menyebar
() Seperti ditusuk-tusuk *Glukosa Darah Sewaktu :……….
( ) Seperti ditimpa benda berat

CRT: () < 3 detik ( ) > 3 detik MASALAH :


.........................................................
Edema: () Ya ( ) Tidak ........................................................
Terpasangi IVFD :( ) Ya ( ) Tidak .......................................................

MASALAH :
.......................................................
......................................................
....................................................

EXPOSSURE

Rambut dan kulit kepala tampak bersih,


tidak terdapat hematoma, tidak terdapat
luka pada tubuh pasien

P SIGN & SYMPTON PAST ILNESS


E Pada tanggal 8 desember 2019 Tn.G Keluarga mengatakan Tn.G tidak
dibawa ke RS dengan keluhan pernah dirawat sebelumnya dirumah
N penurunan kesadaran. Sebelum dibawa sakit dengan penyakit yang
G ke RS Tn.G sempat mengeluh sakit sama,keluarga Tn.G mengatakan
kepala hebat secara tiba-tiba dan dianggota keluarganya tidak pernah
K
kesulitan berbicara. Kemudian keluarga ada yang mengalami stroke. Keluarga
A membawa Tn.G ke RS didekat mengatakan Tn.G memiliki riwayat
J rumahnya pada pukul 09.45 WITA penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang
dengan keadaan penurunan kesadaran. lalu.
I
Hasil pengkajian TD: 150/90 mmHg, N:
A 88x/menit, S: 36,50C, RR: 26x/menit,
N mengalami kelemahan pada bagian
wajah secara tiba-tiba, kelemahan
dilengan atau tungkai secara tiba-tiba,
S kesemutan atau mati rasa pada wajah,
lengan atau tungkai dan kehilangan
E
koordinasi dan keseimbangan, suara
K pelo.
U ALERGIC LAST ORAL INTAKE
Keluarga Tn.G mengatakan Tn.G tidak Keluarga mengatakan sebelum Tn.G
N
memiliki alergi baik pada makanan dibawa kerumah sakit Tn.G makan 3x
D maupun obat-obatan. sehari dengan nasi, lauk dan sayur.
Minum air kurang lebih 720 cc
E perhari.
R
MEDICAL HISTORY EVENT OF LEADING
Tn.G saat ini dalam pengobatan dan Keluarga mengatakan saat dirumah
mengkonsumsi obat stroke Tn.G tidak dapat melakukan aktivitas
yang berat dikarenakan dengan
kondisinya yang lemah.
Hasil Pemeriksaan Penunjang Terapi Medis
Laboratorium : - Terapi trombolitik
- Terapi antikoagulan
- Terapi antitrombosit
Pe - Terapi suportif
- Paracetamol 3x100 mg
mer
- Ranitidine 2x 50 mg
iksa - RL 20 tpm
an
Pen
unja
ng

X-Ray

ECG

Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2012
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 433132, Fax. 419959 Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id

PENGKAJIAN KEPERAWATAN INTENSIF

Tgl/ Jam : 09.45 WITA No. RM : 11171929


Ruangan : Oleg Diagnosis Medis : Stroke Non Hemoragik

IDENTITAS
Nama/Inisial : Tn. G Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur :34 thn Status Perkawinan :Menikah
Agama : Hindu Sumber Informasi : Keluarga klien
Pendidikan : SMK Hubungan :Istri
Pekerjaan :Wiraswasta
Suku/ Bangsa : Indonesia
Alamat :Mengwi, Badung

RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

Keluhan utama saat MRS : Keluarga mengatakan Tn.G mengalami penurunan


kesadaran

Keluhan utama saat pengkajian : Suara pelo

Riwayat penyakit saat ini : TD: 150/90 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,50C, RR:
26x/menit, mengalami kelemahan pada bagian wajah secara tiba-tiba, kelemahan dilengan
atau tungkai secara tiba-tiba, kesemutan atau mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai
dan kehilangan koordinasi dan keseimbangan, suara pelo.

Riwayat Allergi : Keluarga Tn.G mengatakan Tn.G tidak memiliki alergi baik pada
makanan maupun obat-obatan.

Riwayat Pengobatan : Tn.G saat ini dalam pengobatan dan mengkonsumsi obat
stroke

Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga : Keluarga mengatakan


Tn.G tidak pernah dirawat sebelumnya dirumah sakit dengan penyakit yang sama,
keluarga Tn.G mengatakan dianggota keluarganya tidak memiliki penyakit menular atau
menurun. Keluarga mengatakan Tn.G memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu.

Jalan Nafas :  Paten Tidak Paten


Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada
B1 Muntahan Darah Oedema Tidak Ada
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stidor Tidak Ada
Nafas :  Spontan Tidak Spontan
Gerakan dinding dada: Simetris Asimetris
B Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
R Pola Nafas :  Teratur Tidak teratur
E Jenis : Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke Lain….
A Suara Nafas : Vesikuler Stidor Wheezing Ronchi
T Sesak Nafas : Ada  Tidak Ada
H Cuping hidung : Ada Tidak Ada
I Retraksi otot bantu nafas : Ada Tidak Ada
N Pernafasan :  Pernafasan Dada Pernafasan Perut
G Batuk : Ya  Tidak Ada
Sputum : Ya, Warna :…….Konsistensi :…….Volume :……Bau:……
 Tidak
RR :26 x/mnt
Alat bantu nafas : OTT ETT Trakeostomi
Ventilator, Keterangan :…….
Oksigenasi :3 lt/mnt Nasal Ikanul Simpel mask Non RBT mask
RBT Mask Tidak ada
Lain :………..
Masalah Keperawatan :
Nadi : Teraba Tidak teraba N:…..x/mnt
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
B2 Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
B CRT : <2detik >2 detik
L Akral : Hangat Dingin S:…….C
O Pendarahan : Ya, Lokasi: …. Jumlah…….cc  Tidak
O Turgor : Elastis Lambat
D Diaphoresis : Ya  Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan : Diare Muntah Luka Bakar
IVFD : Ya  Tidak, Jenis cairan RL
Lain :……….

Masalah Keperawatan :

Kesadaran :Composmentis Delirum Somnolen Apatis Koma


GCS :  Eye 3  Verbal 1 Motorik 1


B3 Pupil : Iskor Unisokor Pinpoint Medriasis
Refleks Cahaya : Ada Tidak Ada
Reflek Fisiologis : Patela ( / ) Lain-Lain…
B Refleks patologis : Babinzky (-/+) Kerning ( / ) Lain-lain…
R Refleksi pada bayi: Refleksi Rooting ( / ) Refleksi Moro ( / )
A (Khusus PICU/NICU) : Refleksi Sucking ( / )
I Bicara : Lancar Cepat Lambat :
N Tidur Malam : 6 jam Tidur siang : 1 jam
Ansietas: Ada Tidak ada
Lain :………
Masalah Keperawatan :

B4 Nyeri pinggang: Ada  Tidak


BAK : Lancar  Inkontinensia Anuri
B Nyeri BAK : Ada Tidak ada
L Frekuensi BAK :5-6 Warna khas urine Darah : Ada Tidak ada
A Kateter : Ada Tidak ada, Urine output :…….
D Lain :………
D
E Masalah Keperawatan :
R

TB :169 cm BB :60 Kg
Nafsu makan : Baik  Menurun
B5 Keluhan : Mual Muntah Sulit menelan
Makan : Frekuensi 2x/hr Jumlah :1/2 porsi
B Minum : Frekuensi 3-4 gls/hr Jumlah :600 cc/hr
O Perut Kembung :  Ya Tidak
W BAB :  Teratur Tidak
E Frekuensi BAB :1x/hr Konsistensi : padat Warna : khas feses darah ( )/lender( )
L Lain-lain :
Masalah Keperawatan :

B6 Nyeri : Ada Tidak


Problem : penyumbatan didaerah otak
B Qualitas/ Quantitas : seperti ditekan
O Regio : dibagian kepala
N Skala :5
E Timing : muncul tiba-tiba
Kekuatan otot :……….
Deformitas :Ya Tidak Lokal…..
Contusio : Ya Tidak Lokal…..
Abrasi : Ya Tidak Lokal…..
Penetrasi : Ya Tidak Lokal…..
Laserasi : Ya Tidak Lokal…..
Edema : Ya Tidak Lokal…..
Luka Bakar : Ya Tidak Lokal…..
Grade : …………%
Jika ada luka/ vulnus, kaji :
Luas Luka :……..
Warna dasar luka :……..
Kedalaman :……..

Aktivitas dan latihan : 0 1 2 3 4 Keterangan :


Makan/minum : 0 1 2 3 4 0 : Mandiri
1 : Alat bantu
Mandi : 0 1 2 3 4 2 : Dibantu orang lain
Toileting : 0 1 2 3 4 3 : Dibantu orang lain
dan alat
Berpakaian : 0 1 2 3 4
4 : Tergantung total
Mobilisasi di tempat tidur : 0 1 2 3 4
Berpindah : 0 1 2 3 4
Ambulasi : 0 1 2 3 4
Lain-lain :…………
Masalah Keperawatan :…………………………………..

HEAD TO TOE
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :
Kepala: bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada massa, rambut hitam,
distribusi merata
Wajah: simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi dan massa pada wajah
Mata: penglihatan normal, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor, tidak ada
nyeri tekanan pada bola mata
Telinga: tidak ada pendarahan, tidak ada lesi, tidak ada massa, telinga bersih
Mulut: mulut dan tenggorokan normal, bibir kering, gigi normal dan penuh
Leher : tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada lesi, tidak ada massa, nadi karotis teraba,
tidak ada pembesaran limfoid

Dada:
Jantung:
I: tidak ada jejas atau injury, warna kulit merata, dada simetris pada kedua sisi
P: tidak ada nyeri tekan, nadi 88x/menit
P: batas jantung kiri atas ada di ICS 2 parasternal line sinistra
batas jantung kiri bawah ada diregion ictus kordis, ICS 5 mcl sinistra
batas jantung kiri bawah ada di ICS 2 parasternal dekstra
batas jantung kanan bawah ada di ICS 3-4 parasternal line dekstra
A: terdengar suara lub-lub/ S1 S2 tunggal diareal jantung
reaksi dada:
I: bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, irama
nafas teratur warna sawomatang
P: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
P: suara perkusi paru sonor pada semua lapang pandang
A: suara nafas ronchi

Abdomen dan Pinggang :


Abdomen:
I : tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, pergerakan perut normal
P: peristastik 8x/menit
P: tympani pada kuadran II, III,IV dan pekak di kuadran I
P: tidak ada nyeri tekan

Pelvis dan Perineum :


Tidak ada kelainan, tidak ada lesi, tidak ada massa

Ekstremitas :
Ekstremitas atas: terpasang infus RL 20 tpm, akral dingin, tidak ada sianosis
Ekstremitas bawah: tidak ada lesi, tidak ada massa
Kekuatan otot: 5555 3333
5555 3333

Masalah Keperawatan :

TEST DIAGNOSTIK DAN TERAPI MEDIS

Hasil laboratorium (TGL) : 8 desember 2019

Terapi medis saat ini (TGL) : 8 desember 2019


Jenis Terapi Dosis Fungsi Cara Pemakaian
Infus RL 20 tpm Untuk mengganti cairan IV
Injeksi citiroline 2x1 mg Untuk mengobati penyakit IV
otak stoke, hilang ingatan
faktor usia
Paracetamol 3x100 mg Untuk meredakan nyeri oral

2. DIAGNOSA

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (iskemik jaringan pada
otak)
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipertensi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular

3. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen nyeri


berhubungan keperawatan selama 1x8 jam a.Lakukan pengkajian
dengan agens diharapkan pasien mampu : nyeri komperhensif
1. Kontrol nyeri yang meliputi lokasi,
cedera biologis
a. Mengenali nyeri karakteristik, durasi,
(iskemik kapan terjadi dari 1 frekuensi, kualitas,
jaringan pada ke 5 intensitas, atau
otak) b. Menggambarkan beratnya nyeri dan
faktor penyebab dari faktor pencetus
1 ke 5 b. Observasi adanya
c. Melaporkan nyeri petunjuk nonverbal
yang terkontrol dari 1 mengenai
ke 5. ketidaknyamana
Keterangan : terutama pada mereka
1:Tidak pernah yang tidak dapat
menunjukkan. berkomunikasi secara
2 : Jarang menunjukkan efektif
3:Kadang-kadang c.Ajarkan prinsip-prinsip
menunjukkan manajemen nyeri.
4: Sering menunjukkan
5:Secara konsisten 2. Monitor tanda-tanda vital
menunjukkan. a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
2. Monitor tanda-tanda vital pernafasan.
a. Suhu tubuh dari 4 ke 5 b.Catat gaya fluktuasi
b. Tingkat pernapasan yang luas pada tekanan
dari 2 ke 5 darah.
c. Irama pernapasan dari c. Monitor tekanan darah
2 ke 5 setelah pasien
d. Tekanan darah sistolik berbaring, duduk dan
dari 1 ke 4 Tekanan berdiri sebelum dan
darah diastolic dari 1 setelah perubahan
ke 4. posisi.
d.Monitor tekanan darah
setelah pasien minum
obat jika
Keterangan : memungkinkan.
1 : deviasi berat dari kisaran e. Auskultasi tekanan
normal darah di kedua lengan
2 : deviasi yang cukup besar dan bandingkan.
dari kisaran normal
3 : deviasi sedang dari
kisaran normal
4 : deviasi ringan dari kisaran
normal
5 : tidak ada deviasi dari
kisaran normal
2 Risiko Setelah dilakukan asuhan 1. Perawatan jantung
ketidakefektifan keperawatan selama 1x8 jam a. Secara rutin
perfusi jaringan diharapkan pasien mampu : mengecek pasien baik
1. Keparahan hipertensi : secara fisik dan
otak
a. Kelelahan dari 1 psikologis sesuai
berhubungan ditingkatkan ke 5 dengan kebijakan tiap
dengan b. Paralisis sementara agen/ penyedia
hipertensi dari 1 ditingkatkan ke layanan.
4 b. Instrusikan pasien
c. Pandangan kabur dari tentang pentingnya
2 ditingkatkan ke 4 untuk segera
d. Perubahan bicara dari melaporakn bila
1 ditingkatkan ke 5 merasakan nyeri dada.
e. Sakit kepala dari c. Monitor tanda-tanda
1ditingkatkan ke 5 vital secara rutin.
Keterangan : d. Evaluasi tekanan
1: Berat darah.
2:Besar
3: Sedang 2. Monitor neurologi
4: Ringan a. Pantau ukuran pupil,
5: Tidak Ada bentuk, kesimetrisan
dan reaktivitas
2. Perfusi jaringan : b. Monitor tingkat
a. Aliran darah melalui kesadaran
pembuluh darah c. Monitor bentuk otot,
cerebral dari 1 gerakan motoric, gaya
ditingkatkan ke 4 berjalan dan
b. Aliran darah melalui proprioception.
pembuluh perifer dari d. Monitor kekuatan
1 ditingkatkan ke 4 pegangan
c. Aliran darah melalui e. Monitor kesemetrisan
pembuluh darah pada wajah
tingkat sel dari 2 ke 4. f. Monitor tonjolan lidah
Keterangan : g. Monitor gangguan
1 : deviasi berat dari visual ; diplopia,
kisaran normal nistagmus,
2 : deviasi yang cukup penyempitan lapangan
besar dari kisaran pandang, penglihatan
normal kabur dan ketajaman
3 : deviasi sedang dari visual.
kisaran normal h. Monitor karakteristik
4 : deviasi ringan dari berbicara \;
kisaran normal kelancaran, adanya
5 : tidak ada deviasi dari aphasia, atau kesulitan
kisaran normal menemukan kata
3 Hambatan Setelah dilakukan asuhan 1. Terapi latihan control otot
mobilitas fisik keperawatan selama 1x8 jam a. Tentukan pasien
berhubungan diharapkan pasien mampu : untuk kesiapan pasien
1. Pergerakan : dalam aktivitas atau
dengan
a. Keseimbangan dari 1 protokol latihan.
gangguan ditingkatkan ke 4 b. Kolaborasikan pada
neuromuscular b. Koordinasi dari 1 ahli terapi fisik,
ditingkatkan ke 3 okupasial dan
c. Gerakan otot dari 1 rekreasional dalam
ditingkatkan ke 4 mengembangkan
d. Gerakan sendi dari 1 program latihan sesuai
ditingkatkan ke 3 kebutuhan.
e. Kinerja pengaturan c. Evaluasi fungsi
tubuh dari 1 sensori
ditingkatkan ke 3 d. Jelaskan protokol dan
Keterangan : rasonalisasi latihan
1 : Sangat Terganggu pada pasien dan
2 : Banyak Terganggu keluarga
3 : Cukup Terganggu e. Sediakan privasi
4 : Sedikit Terganggu selama latihan jika
5 : Tidak Terganggu diinginkan.
f. Bantu pasien untuk
berada pada posisi
duduk atau berdiri
untuk melakukan
protocol latihan sesuai
kebutuhan.
2. Terapi aktivitas
a. Ciptakan lingkungan
yang nyaman untuk
melakukan aktivitas
atau pergerakan
secara berkala
b. Bantu klien untuk
menjadwalkan waktu
spesifik terkait dengan
aktifitas latihan
c. Lakukan latihan ROM
dengan bantuan dan
indikasi
d. Mendukung ambulasi
jika memungkinkan

4. IMPLENENTASI

-
5. EVALUASI

NO DIAGNOSA EVALUASI SUMATIF

1 Nyeri akut Subjektif :


berhubungan dengan - Pasien mengatakan nyeri pada kepala dan
agens cedera biologis juga dada.
- Nyerinya seperti ditekan.
(iskemik jaringan pada
- Muncul tiba-tiba.
otak) Objektif :
- Klien tampak meringis dan memegang
kepala
- suhu : 36,50C
- Tekanan darah 150/90 mmHg,
- pernafasan 26 x/menit.
- Nadi : 88 x/menit.
Assesment : Tujuan belum tercapai
Planning : Lanjutkan Intervensi
- Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri
komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamana terutama
pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
c. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri.
- Monitor tanda-tanda vital
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
status pernafasan.
b. Catat gaya fluktuasi yang luas pada
tekanan darah.
c. Monitor tekanan darah setelah pasien
berbaring, duduk dan berdiri sebelum
dan setelah perubahan posisi.
d. Monitor tekanan darah setelah pasien
minum obat jika memungkinkan.
e. Auskultasi tekanan darah di kedua
lengan dan bandingkan.
2 Risiko ketidakefektifan Subjektif :
perfusi jaringan otak - Klien mengatakan sakit kepala
berhubungan dengan - Klien mengatakan penglihatan kabur
hipertensi Objektif :
- Suara klien tampak kurang jelas
- Wajah pasien tidak simetris.
- Tekanan datah 150/90 mmHg
Assesment : Tujuan belum tercapai
Planning : Lanjutkan intervensi
- Perawatan jantung
a. Secara rutin mengecek pasien baik
secara fisik dan psikologis sesuai
dengan kebijakan tiap agen/ penyedia
layanan.
b. Instrusikan pasien tentang pentingnya
untuk segera melaporakn bila
merasakan nyeri dada.
c. Monitor tanda-tanda vital secara rutin.
d. Evaluasi tekanan darah.

- Monitor neurologi
a. Pantau ukuran pupil, bentuk,
kesimetrisan dan reaktivitas
b. Monitor tingkat kesadaran
c. Monitor bentuk otot, gerakan motoric,
gaya berjalan dan proprioception.
d. Monitor kekuatan pegangan
e. Monitor kesemetrisan wajah
f. Monitor tonjolan lidah
g. Monitor gangguan visual ; diplopia,
nistagmus, penyempitan lapangan
pandang, penglihatan kabur dan
ketajaman visual.

3 Hambatan mobilitas Subjektif :


fisik berhubungan - Klien mengatakan masih sulit untuk
dengan gangguan menggenggam dan menggerakan tangan.
Objektif :
neuromuscular
- Klien tampak lemah
- Klien aktivitas dibantu oleh keluarga
Assesment : Tujuan belum tercapai
Planning : Lanjutkan intervensi
- Terapi latihan control otot
a. Tentukan pasien untuk kesiapan pasien
dalam aktivitas atau protokol latihan.
b. Kolaborasikan pada ahli terapi fisik,
okupasial dan rekreasional dalam
mengembangkan program latihan sesuai
kebutuhan.
c. Evaluasi fungsi sensori
d. Jelaskan protokol dan rasonalisasi
latihan pada pasien dan keluarga
e. Sediakan privasi selama latihan jika
diinginkan.
f. Bantu pasien untuk berada pada posisi
duduk atau berdiri untuk melakukan
protocol latihan sesuai kebutuhan.
- Terapi aktivitas
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
untuk melakukan aktivitas atau
pergerakan secara berkala
b. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu
spesifik terkait dengan aktifitas latihan
c. Lakukan latihan ROM dengan bantuan
dan indikasi
d. Mendukung ambulasi jika
memungkinkan

DAFTAR PUSTAKA
Esther, Chang. 2010. PatofisiologiAplikasiPadaPraktekKeperawatan. Jakarta :EGC

Firdayanti.2014. LaporanPendahuluanstroke Non Hemoragik (Snh). Diakses Pada 8


Desember 2019, Dari:
Https://Www.Academia.Edu/10077081/Laporan_Pendahuluan_Klien_Dengan
_Stroke_Non_Hemoragik_Snh

Hamzah, S. R. M. (2015). Leukocytes Count In The Ischemic And Hemorrhagic


Stroke Patient. Jurnal Majority, 4(1). Ditemukan Di Juke. Kedokteran.
Unila.Ac.Id. Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2019

Hanifa, Ataiana T. (2016). Pengaruh Benzil Isotiosianat Terhadap Performa Motorik


Mencit Jantan Dengan Uji Rotarod. Ditemukan Di
Http://Etd.Repository.Ugm.Ac.Id. Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2019.

Jauch, Edward C. 2016. Ischemic Stroke. Diakses Pada 8 Desember 2019, Dari:
Http://Emedicine.Medscape.Com/Article/793904-Followup

Kharisma. Rima Zona. (2018). Modul Praktikum Pembelajaran Anatomi Fisiologi


Manusia .Ditemukan Di Https://Digilib.Esaunggul.Ac.Id/Public/Ueu-Course-
10851-7_0322.Pdf . Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2019.

Mahmudah, R. (2014).Left Hemiparesis Ec Hemorrhagic Stroke. Jurnal


Medula, 2(04), 70-79. Ditemukan Di Juke. Kedokteran. Unila. Ac. Id .Diakses
Pada Tanggal 8 Desember 2019.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani Wi, Setiowulan W, Editor. Kapita Selekta


Kedokteran Fkui Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2009; Hal. 17-18.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC), 5th


Indonesian Edition. Indonesia: Mocomedia

Nanda.(2015). Diagnosis KeperawatanDifinisi&Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, ShigemiKamitsuru. Jakarta: ECC

Padila.(2012)  .Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.Nuha Medika

Samiadi. (2017). Angiografi Serebral. Diakses Pada 8 Desember 2019 Dari :


Https://Hellosehat.Com/Angiografi-Cerebral/

Setyadi, Imam M. 2014. Kajian Asuhan Keperawatn Pasien Dengan Gangguan


Mobilisasi Pada Penyakit Stroke Non Hemoragik Di Rsud Dr. Moewardi.
Diakses Pada 8 Desember 2019. Diakses Dari :
Http://Stikespku.Com/Digilib/Files/Disk1/2/Stikes%20pku--Imammasyku-85-1-
Imammas-I.Pdf
Simangunsong.(2011). Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Stroke Di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009. Diakses Pada 8 Desember
2019 Dari:
Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/21421/Chapter
%20ii.Pdf;Jsessionid=6d83dfd463e04edb88052197f1b00726?Sequence=4

Wakhidah, A. N. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem


Persarafan: Stroke Non Hemoragic Di Ruang Gladiol Atas Rumah Sakit
Umum Daerah Sukoharjo (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta). Ditemukan Di Eprints.Ums.Ac.Id. Diakses Pada Tanggal 8
Desember 2019.

Wijaya, A. K. (2013). Patofisiologi Stroke Non-Hemoragik Akibat Trombus. Smf


Ilmu Penyakit Saraf Fk Udayana, 1-15. Ditemukan Di Https://Ojs.Unud.Ac.Id.
Diakses Pada Tanggal 8 Desember 2019 .

Anda mungkin juga menyukai