Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN CVA HEMORAGIK BP. S DI RUANGAN GALILEA IV

RUMAH SAKIT BETHESDA

YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:

NURROHIM

2304044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2024
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP. S DENGAN


STROKE HEMORAGIK DI RUANGAN GALILEA IV RS SRIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA

Yogyakarta, 12 February 2024

Mengetahui,

Preceptor Klinik Preceptor akademik

( Ns. Margareta Nuning S.,Kep) (Nurlia Ikaningtyas,


S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB.,Ph.D.,NS)
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam tanpa tanda- tanda penyebab non vaskuler, termasuk didalamnya
tanda- tanda pendarahan subarachnoid, pendarahan intraserebral, iskemik atau
infarkan serebri (Mutiarasari,2019), atau dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak.
Sedangkan menurut (Hariyanti et al,2020) stroke atau sering disebut CVA
(Cerebro-Vascular Accident) merupakan penyakit atau gangguan fungsi saraf yang
terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah dalam otak.
Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut
hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang
subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid) (Irfan,2012). Biasanya kejadianya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat (Wijaya
& Putri, 2013).
EVD (External Ventriculo Drainage) adalah pemasangan kateter kedalam
ventrikel lateral melalui lubang yang dibuat pada tengkorak untuk drainase cairan
serebrospinal yang disebut juga ventrikulostomi.
2. Anatomi dan Fisiologi Otak
Gambar anatomi otak

Otak manusia kira- kira mencapai 2 % dari berat badan dewasa. Otak menerima 15% dari
curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400
kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam- macam
sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan Gerakan-
gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses
mental, seperti ingatan atau memori, perasan emosional, intelegensi, berkomunikasi,
bersifat atau kepribadian, dan pertimbangan.

Otak dibagi menjadi 5 bagian yaitu:

a. Otak Besar (Serebrum)


Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar
mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktifitas mental, yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar terdiri atas lobus Oksipitalis sebagai pusat
pendengaran, dan lobus Frontalis yang berfungsi sebagai pusat kepribadian
dan pusat komunikasi.
b. Otak Kecil (serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan dan
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Otak kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
c. Otak Tengah (Mesenfalon)
Terletak didepan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting
pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
d. Otak Depan (Diesefalon)
Terdiri atas dua bagian yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua
ransangan dari reseptor kecuali bau, dan hypothalamus yang berfungsi dalam
pengaturan suhu, pengaturan nutrient, penjagaan agar tetap bangun dan
penumbuhan sikap agresif.
e. Jembatan varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan.
Selain itu menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12
pasang saraf cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-
pesan neural sensorik (aferen) yeng menuju ke system saraf pusat. Saraf spinal
menghantarkan pesan-pesan tersebut maka saraf spinal dinamakan saraf campuran.
1) Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan sistem sentral pengontrol tubuh yang
menerima, menginterpretasi semua stimulus serta menyampaikan impuls ke
otot dan kelenjar (LeMone, 2014).
2) Sitem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer menghubungkan sistem saraf pusat dengan seluruh
tubuh yang diklasifikasikan secara regional sebagai saraf spinal atau saraf
kranial (LeMone et al., 2016).
3. Epidemiologi
Satu dari setiap 10 kematian yang terjadi disebbakan penyakit stroke, oleh karena itu
stroke merupakan penyebab paling umum ketiga kematian di negara- negara maju,
melebihi penyakit jantung coroner dan kanker. Pengukuran global yang dilakukan
oleh WHO mengungkapkan hingga perbedaan sepuluh kali lipa tangka kematian usia
disesuaikan dan jenis kelamin disesuaikan dan beban (diukur dalam tarif kehidupan
tahun hilangnya cacat disesuaikan) diantara negara- negara. Dalam waktu 5 tahun dari
stroke, lebih dari separuh pasien berusia ≥ 45 tahun yang menyebabkan kematian
52% laki- laki dan 56% perempuan (Ingale V.B, 2013). Di Indonesia diperoleh data
yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 12,1 permil. Prevalensi stroke
berdasarkan nakes di Sulawesi Utara (10,8%), DI Yogyakarta (10,3%), Bangka
Belitung dan DKI Jakarta masing- masing 9,7 permil (RISKESDAS,2013).

4. Etiologi

Tipe Stroke Iskemik (Kiri) dan Stroke Hemoragik (kanan)


(Lampl Y et al, 2014)
Semua Cerebrovascular diseases (CVD) atau penyakit serebrovaskular berasal dari
adanya gangguan pada pembuluh darah yang berfungsi menyuplai atau mengalirkan
darah ke otak. Stroke biasanya diakibatkan oleh empat kejadian dibawah ini:
a. Trombolisis yaitu bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklorosis adalah penyebab utama dan paling umum terjadinya
thrombolysis. Secara umum thrombosis tidak terjadi secara tiba- tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parethesia pada setengah tubuh
dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah
atau cabang- cabangnya yang merusak sirkulasi serebral (Valante dkk,2015).
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
kontriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Valante dkk,2015)
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarah
kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan
hemoragi mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi
stupor atau tidak responsive.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam
Gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya perdarahan
subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM
(malformasi arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah
faktor resiko dari penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma
atau kematian.Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa
terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan
tengah dinding arteri(Terry & Weaver, 2013).
5. Klasifikasi
Klasifikasi dari penyakit stroke hemoragik menurut (Yueniwati,2016) antara lain
yaitu:
Stroke hemoragik disebabkan oleh pendarahan didalam jaringan otak (disebut
hemoragia intraserebra atau hematon intraserebrum) atau pendarahan ke dalam
ruang subrachnoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menuju ke otak (disebut hemoragia subrachnoid).
Berdasarkan jenisnya, Stroke hemoragik dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut:
1) Pendarahan intraserebral (PIS)
PIS terjadi Ketika pembuluh arteri didalam otak pecah. Karena darah bocor
keluar menuju kejaringan otak pada tekanan tinggi, kerusakan yang
disebabkan dapat lebih besar dibandingkan stroke karena penyumbatan.
Gejala stroke yang disebabkan oleh pendarahan didalam otak adalah
kelemahan, mati rasa dan kesemutan pada bagian satu sisi tubuh, kesulitan
berbicara atau memahami, pusing atau penglihatan kabur. Gejala ini juga bisa
disertai juga gejala lain seperti sakit kepala parah tiba- tiba, perubahan
kesadaran, muntah atau leher kaku.
2) Pendarah subarachnoid (PSA)
Otak manusia dilapisi 2 lapisan membrane yang melindungi dari tulang
tengkorak. Antara dua lapisan membrane ini terdapat ruang yang disebut
ruang subrachnoid, yang diisi dengan cairan serebrospinal (CSS). Jika darah
yang dekat dengan permukaan otak pecah dan mengalami kebocoran masuk
ke ruang subarachnoid, ini disebut Subarachnoid Haemorhage (SAH)
6. Manisfestasi Klinik
Tanda dan gejala neurologis yang timbul pada stroke tergantung berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya, diantaranya yaitu: (Gofir, 2021)
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik),
c. Perubahan mendadak status mental (konvusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
d. Afisia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
e. Disartria (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia termasuk
dalam gangguan persepsi.
g. Ataksia (truncal atau anggota badan)
h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
i. Disfunsi kandung kemih. Tidak bisa menahan kemih dan sering berkemih
(Junaidi, 2011)
j. Gangguan fungsi otak
k. Gangguan daya ingat
l. Nyeri kepala hebat.
7. Pathway

8. Pemeriksaan diagnostic
a. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema,hematoma,iskemia dan adanya infrak (Wijaya &
Putri,2013)
b. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)
Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik
(Oktavianus, 2014).
c. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA)
Merupakan metode non-infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi
serebral serta dapat menunjukan adanya oklusi (Hartono, 2010)
d. Pemeriksaan lumbal pungsi
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan (Oktavianus, 2014).
Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA, sedangkan tekanan
yang meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
perdarahan subarachnoid atau intrakranial (Wijaya & Putri, 2013).
e. Pemeriksaan EKG
Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke emboli dicurigai
terjadi (Hartono, 2010)
f. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar glukosa,
lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk membantu menegakan diagnose
(Hartono, 2010).
g. EEG (Electro Enchepalografi)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik (Wijaya & Putri, 2014)
h. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obtruksi arteri, oklusi/ruptur (Wijaya & Putri, 2013)
i. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid (Wijaya &
Putri, 2013).
j. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa
yang meluas (Wijaya & Putri, 2013).
9. Penatalaksanaan
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa terapi farmasi,
radiologi intervensional, atau pun pembedahan.

10. Komplikasi
Adapun kompilasi Stroke Hemoragik menurut Sudoyo, (2009) yaitu:
a. Hipoksi Serebral
Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat di otak
b. Penurunan aliran darah serebral
Tergantung pada tekanan darah curah jantung, dan integritas pembuluh darah.
c. Embolisme Serebral
Dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari
katup jantung prostetik.
d. Distritmia
Dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus
lokal.
e. Dekubitus, karena kelumpuhan maka menyebabkan seseorang tidak dapat
bergerak sehingga mengharuskan tidur yang terlalu lama yang dapat
mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat berbaring,
seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka decubitus jika dibiarkan akan
menyebabkan infeksi.
f. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan kekakuan
otot atau sendi.
g. Osteopenia dan osteoporosis, dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral
pada tulang, keadaan ini disebakan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan
terhadap sinar matahari.
h. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur
sudah tua.
i. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah imobilisasi,
kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat
j. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan nyeri bahu
pada bagian sisi yang lemah.
11. pencegahann
a. Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai faktor resiko. Upaya ini di tujukan pada orang sehat maupun
kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke, pencegahan stroke
dapat dimodifikasi dengan gaya hidup yang meliputi:
1) Penurunan berat badan
2) Pola makan yang tidak

12. Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut terjadi
pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak
menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-
hati terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan
suhu tubuh secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.

Anda mungkin juga menyukai