STROKE ISKEMIK
Trombus, Emboli,
Perdarahan serebral
Pasien bedrest
ADL di bantu
DEFISIT PERAWATAN
DIRI
Suplai nutrisi dan O2 kedaerah tertekan berkurang
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Angiografi serebri : Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti stroke perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Pada
stroke perdarahan akan ditemukan adanya aneurisma
b. Lumbal fungsi : Hal itu akan menunjukkkan adanya hemoragik pada
subarachnoid atau pada intrakranial
c. CT-Scan : Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta
posisinya secara pasti. Hasil pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens
fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke permukaan ota
d. Macnetic Resonance Imaging (MRI) : Menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik
e. USG Doppler : Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis)
f. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
2. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit.
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia.
Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien.
b. Test darah koagulasi Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu:
prothrombin time, partial thromboplastin (PTT), International
Normalized Ratio (INR) dan agregasi trombosit. Keempat test ini
gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien menggumpal.
c. Test kimia darah. Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah,
kolesterol, asam urat. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih,
bisa menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung.
Kedua penyakit ini termasuk pemicu stroke (Robinson, 2014).
2.9 Penatalaksanaan Stroke Iskemik
Menurut Smeltzer & Bare (2015) penatalaksanaan stroke iskemik, antaralain :
1. Fase akut
Fase akut stroke berakhir 48 sampai 72 jam. pasien koma pada saat masuk
dipertimbngkan memiliki prognosis buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh
mempunyai prognosis yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase
akut ini adalah mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang baik
2. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi stroke adalah fase pemulihan pada kondisi sebelum
stroke. Program pada fase ini bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas
fungsional pasien stroke, sehingga mampu mandiri dalam melakukan
aktivitas sehari-hari adekuat. Rehabilitasi pasien stroke dapat meliputi
latihan membangun kekuatan otot dan mempertahankan rentang gerak
range of motion (ROM), latihan keseimbangan dan keterampilan untuk
kemampuan merasakan posisi, lokasi dan orientasi serta gerakan dari
tubuh dan bagianbagiannya, latihan mobilitas ditempat tidur, mobilitas
dengan kursi roda dan cara berpindah, penggunaan alat bantu berjalan.
Rehabilitasi lainnya juga berupa mempelajari kembali aktifitas sehari-har
activities of daily living (ADL), penggunaan alat bantu yang bisa
meningkatkan kemandirian, serta cara berpindah maupun mengganti posisi
yang benar.
3. Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Meliputi identitas klien ( nama, umur, jenis kelamin, status, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan,
agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti koagulasi, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
f. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Mengalami penurunan kesadaran, bicara sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara/afasia, TTV meningkat, nadi bervariasi.
a) B1 (Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak
napas, penggunaan alat bantu napas, peningkatan frekuensi napas.
Pada klien dengan kesadaran composmentis, pada infeksi
peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan, palpasi thoraks
didapatkan taktil fremitus seimbang, auskultasi tidak didapatkan
bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terdapat peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
c) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
perfusinya tidak adekuat, dan alairan darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya.
d) B4 (Bladder)
Setelah stroke, klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan ketidakmampuan mengendalikan kandung kemih
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol
sfingter urine eksternal hilang atau berkurang selama periode ini,
dilakukan katerisasi intermiten dengan teknik steril, inkontinensia
urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e) B5 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu
juga tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya
kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise/hemipkegi serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat.
2) Pengkajian tingkat kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupor dan koma
3) Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal dan hemisfer.
4) Pengkajian saraf kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
5) Pengkajian sistem motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh
6) Pengkajian refleks
Pada fase akut, refleks fisiologis yang lupuh akan menghilang setetlah
beberapa hari reflek fisiologis muncul kembali didahului refleks
patologis
7) Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemi hipertensi.
h. Pengkajian menyeluruh
1) Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
a) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis.
b) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
a) Perubahan tingkat kesadaran
b) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia) ,
kelemahan umum.
c) Gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
Data Subyektif: Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung,
disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
a) Hipertensi arterial
b) Disritmia, perubahan EKG
c) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3) Integritas ego
Data Subyektif: Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
a) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,
kegembiraan
b) Kesulitan berekspresi diri
4) Eliminasi
Data Subyektif:
a) Inkontinensia, anuria
b) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)
5) Makan/ minum
Data Subyektif:
a) Nafsu makan hilang
b) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
c) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
d) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
a) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring)
b) Obesitas ( faktor resiko )
6) Sensori neural
Data Subyektif:
a) Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )\
b) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
c) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
d) Penglihatan berkurang
e) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
f) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
a) Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
b) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya
reflek tendon dalam (kontralateral)
c) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
d) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif /kesulitan berkata-kata
komprehensif, global/ kombinasi dari keduanya.
e) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
f) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
g) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
7) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif: Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan
otot / fasial
8) Keamanan
Data Obyektif:
a) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
b) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
c) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
d) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
e) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
f) Interaksi sosial
Data Obyektif : Problem berbicara, ketidakmampuan
berkomunikasi
1. GANGGUAN MOBILITAS 1. Memperlihatkan Mobilitas, yang 1. Terapi Latihan Fisik: Mobilitas Sendi: menggunakan
FISIK Buku saku dignosis dibuktikan oleh indikator berikut gerakan tubuh aktif dan pasif untuk mempertahankan atau
keperawatan hal 472) (sebutkan 1-5: sangat terganggu, menyeimbangkan fleksibilitas sendi.
banyak terganggu, cukup Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dalam
terganggu, sedikit terganggu, mengembangkan dan menerapkan sebuah program latihan
tidak terganggu) pasien akan: Tentukan level motivasi pasien untuk meningkatkan atau
Menopang berat badan memelihara pergerakan sendi
Berjalan dengan langkah yang Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan
efektif melakukan latihan sendi
Berjalan dengan pelan Monitor lokasi dan kecendrungan adanya nyeri dan ketidak
Berjalan dengan kecepatan nyamanan selama pergerakan/aktivitas
sedang Inisiasi pengukuran kontrol nyeri sebelum memulai latihan
Berjalan dengan cepat fisik
Berjalan dengan menaikkan Pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan pasien
tangga dan menuruni tangga Lindungi pasien dari trauma selama latihan
Berjalan menanjak Bantu pasien untuk mendapatkan posisi tubuh yang optimal
Berjalan menurun untuk pergerakan sendi pasif maupun aktif
Berjalan dengan jarak yang Dukungan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan,
dekat (<1 blok/20 meter) sesuai indikasi
Berjalan dalam jarak yang Instruksi pasien/keluarga cara melakukan latihan ROM
sedang (>1 blok < 5blok pasif, ROM dengan bantuan atau ROM aktif
Dukung pasien untuk melihat gerakan tubuh sebelum
memulai latihan
2. Hambatan Komunikasi Memperlihatkan Anxiety Self Terapi Komunikasi: Defisit wicara : membantu dan
Verbal Control, Sensory Function : menerima dan memeplajari metode alternative untuk hidup
Hearing and vision yang
gangguan bicara
dibuktikan oleh indikator berikut
Definisi : penurunan, (sebutkan 1-5: sangat terganggu, Gunakan penerjemah bila di perlukan
keterlambatan, atau ketiadaan banyak terganggu, cukup terganggu, dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan
sedikit terganggu, tidak terganggu)
kemampuan untuk menerima, untuk mengulangi permintaan
pasien akan:
memproses, mengirim atau komunikasi : penerimaan dengarkan dengan penuh perhatian
mnggunakan sistem simbol intrepretasi dan ekspresi pesan Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang
lisan, tulisan dan nonm verbal
meningkat penggunaan alat bantu wicara
komunikasi ekspresif : ekspresi Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, gambar
pesan verbal atau non verbal atau kosa kata untuk memfasilitasi komunikasi dua arah
yang bermakna
anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi
komunikasi reseptif :
Penerimaan komunikasi dan stimulus komunikasi
intrepretasi dengan verbal dan Berikan respon positive jika di perluka
non verbal
Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara
mampu mengkomunikasikan
kebutuhannya
3. Risiko Jatuh Menunjukkan Trauma Risk for 1. Fall Prevention : menerapkan tindakan kewapadaan
yang dibuktikan oleh indikator khusus bersama pasien dan keluarga yang alami risiko
Definisi : Peningkatan kerentanan sebagai berikut (sebutkan 1-5: tinggi
untuk jatuh yang dapat gangguan ekstrem, berat, sedang, Aktivitas-Aktivitas :
menyebabkan bahaya fisik ringan, atau tidak ada gangguan): mengidentifikasi deficit kognitif atau fisik pasien yang
keseimbangan : kemampuan meningkatkan risiko jatuh
untuk mempertahankan mengidentifikasikan karakteristik lingkungan yang
ekuilibrium menyebabkan risiko jatuh
Gerakan Terkoordinasi : Sediakan tempat tidur dengan tepi kasur yang erat
kemampuan otot untuk bekerja Gunakan rel sisi panjang yang sesuai dengan tinggi untuk
sama secara volunteer untuk mencegah jatuh dari tempat tidur sesuai kebutuhan
melakukan gerakan yang Berikan pencahayaan yang memadai untuk meningkatkan
bertujuan visibilitas
Perilaku pencegahan jatuh : Ajarkan pasein bagaimana cara jatuh agar tidak cedera
tindakan individu atau pemberi
asuhan keperawatan untuk
meminimalkan faktor risiko
yang dapat memicu jatuh di
lingkungan baru
kejadian jatuh : Tidak ada
kejadian Jatuh
DAFTAR PUSTAKA
Halim et al.. (2016). Gambaran pemberian terapi pada pasien stroke dengan
hemiparesis dekstra atau sinistra di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP
Prof . Dr . R . D . Kandou Manado. Jurnal E-Clinic (ECl)
Pearce Evelyn, C. (2014). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rahmadani & Rustandi. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Hemiparese Melalui Latihan Range Of Motion (ROM)
Pasif. Journal of Telenursing (JOTING) Volume 1, Nomor 2, Desember
2019, 1(2), 354–363.