Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

CVA NON HEMORAGIC

RINI ANJARWATI

2203015

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

2024
A. Konsep Dasar Penyakit CVA Non Hemoragic
1. Pengertian CVA Non Hemoragic
Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi akibat
penyumbatan pada pembuluh darah otak. Stroke yang juga disebut
stroke infark atau stroke iskemik ini merupakan jenis stroke yang
paling sering terjadi. Diperkirakan sekitar lebih dari 80% kasus stroke
di seluruh dunia disebabkan oleh stroke non-hemoragik (Kevin
Andrian, 2020)
Stroke iskemik merupakan stroke yang disebabkan adanya sumbatan
pada pembuluh darah di otak atau di luar otak yang menyebabkan
infark di bagian otak. Stroke iskemik dapat disebabkan oleh plak
aterosklerosis atau emboli, dan dapat diperparah dengan hipertensi,
diabetes, dan berbagai faktor risiko lainnya (Kharisna Rangga, 2019)

2. Anatomi Fisiologi CVA Non Hemoragic


a. Anatomi

Gambar 1.1: Anatomi Otak.

Sumber: Mutaqin, 2008.


Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa. Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20%
pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap
harinya. Secara anatomis system saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang
saraf spinal dan 12 pasang saraf cranial. Saraf perifer terdiri dari
neuron-neuron yang menerima pesan-pesan neural motoric (eferen)
dari system saraf pusat. Saraf spinal menghantarkan pesan-pesan
tersebut maka saraf spinal dinamakan saraf campuran.

Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian eferen


membawa baik informasi sensorik yang disadari maupun informasi
sensorik yang tidak disadari. Sistem saraf otonom merupakan system
saraf campuran. Serabut-serabut aferen membawa masukan dari
organ-organ visceral. Saraf parasimpatis adalah menurunkan
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, dan meningkatkan
pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan
pembuangan.

b. Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat computer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral
yang terletak didalam rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh
selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan
tiga gejala pembesaran otak awal.
1) Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum,
thalamus, serta hipotalamus.
2) Otak tengah, trigeminus, korpus callosum,
korpuskuadrigeminus.
3) Otak belakang, menjadi pons varoli, medullaoblongata, dan
serebellum.

Adapun bagian-bagian otak meluputi :


1) Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas
dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas
rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosakranialis
anterior atas dan media. Kedua permukaan ini dilapisi oleh
lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral
dan zat putig terdapat pada bagian dalam yang mengndung
serabut syaraf. Pada otak besar ditemukan beberapa lobus
yaitu:
a) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang
terletak dibagian sulkussentralis.
b) Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan
dibelakang oleh korakooksipitalis.
c) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura
serebralis dan didepan lobusoksipitalis.
d) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dariserebrum.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf
yang merupakan.ubstansi kelabu serebrum. Korteks
serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan
dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan 14 demikian
menambah daerah permukaan korteks serebri. Secara
umum korteks dibagi menjadi empat bagian:
(1) Korteks sensori
(2) Korteks asosiasi
(3) Kortek motorik
(4) Korteks pre-frontal
2) Batang otak
Batang otak terdiri :
a) Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang
otak. yang terdapat diantara serebelum dengan
mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di
bagian depan lobus temporalis terdapat kapsul interna
dengan sudut menghadap kesamping.
b) Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan
mesensefalon dengan pons varoli dan dengan serebelum,
terletak didepan serebelum diantara otak tengah dan
medulla oblongata. Disini terdapat premoktosid yang
mengatur gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya
adalah:
(1) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga
antara 16 medulla oblongata dengan serebellum.
(2) Pusat saraf nervus trigeminus.
c) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang
paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan
medula spinalis.
3) Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh
pons varoli dan diatas medulla oblongata. Organ ini banyak
menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi
dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil pada sentral
disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui
pundunkulus serebri inferior. Permukaan luar serebelum
berlipat-lipat menyerupai serebellum tetapi lipatannya lebih
kecil dan lebih teratur. Permukaan serebellum ini mengandung
zat kelabu. Korteks serebellum dibentuk oleh substansia grisia,
terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye
dan 17 lapisan granular dalam.Serabut saraf yang masuk dan
yang keluar dari serebrum harus melewati serebellum.
4) Saraf otak

Nama Saraf Sifat Saraf Fungsi


I Nervus olfaktorius Sensorik Memberikan saraf untuk dan fungsi
II Nervus optikus Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
III Nervus Motorik Bola mata, untuk penglihatan
okulomotoris
IV Nervus troklearis Motorik Penggerak bola mata dan mengangkat kelopak mata

V Nervus trigeminus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak mata atas Rahang atas,
sensorik palatum dan hidung Rahang bawah dan lidah
VI Nervus Abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah dan selaput lendir
sensorik rongga mulut
VIII Nervus koklea Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran

IX Nervus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah, rangsangan citarasa


glosofaringius motorik
X Nervus vagus Sensori dan motorik Faring, laring, paru-paru dan esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot lehe
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah

3. Epidemiologi CVA Non Hemoragic


Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta
orang tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya
mengalami kecacatan permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang
di bawah 40 tahun. 70% kasus stroke ditemukan di negara dengan
penghasilan rendah dan menengah, 87% kematian akibat stroke juga
ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan pada negara
dengan penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang sebanyak
42% dalam beberapa dekade terakhir (Kharisna Rangga, 2019)
4. Etiologi CVA Non Hemoragic
Setiap jenis stroke memiliki etiologi yang berbeda. Pada stroke
iskemik, penyebabnya dapat berupa plak arterosklerotik dan emboli
yang berasal dari jantung atau bukan dari jantung. Pada stroke
hemorrhagik, stroke dapat terjadi disebabkan oleh pecahnya
aneurisma, adanya malformasi arterio-venosa, serta adanya trauma
pada kepala (Kharisna Rangga, 2019)

5. Faktor Resiko CVA Non Hemoragic


a. Kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas
b. Jarang bergerak atau berolahraga
c. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
d. Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan
metamfetamin
e. Penyakit tertentu, seperti gangguan irama jantung, penyakit
jantung, hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi
f. Riwayat stroke dalam keluarga (Kevin Andrian, 2020)

6. Klasifikasi CVA Non Hemoragic


a. Stroke trombotik
Stroke trombotik adalah stroke yang terjadi ketika gumpalan darah
terbentuk di salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah
ke otak. Pembentukan gumpalan darah ini disebabkan oleh
timbunan lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis)
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
b. Stroke embolik
Stroke embolik adalah stroke yang terjadi ketika gumpalan darah
terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa melalui
aliran darah dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga
menyebabkan pasokan darah ke otak berkurang. Jenis gumpalan
darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama jantung,
yaitu atrial fibrilasi, sering menyebabkan stroke embolik (Rizki
Tamin, 2020).

7. Patofisiologi CVA Non Hemoragic


Pada tahap pertama yaitu sobeknya annulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial. Karena adanya traumatic yang berulang, sobekan itu
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah
terjadi, resiko LBP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya prespitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatic
Ketika hendak menegakan badan waktu terpeleset, mengangkat benda
berat, dan aktivitas berat lainnya. Herniasi nucleus puposus dapat
mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau dibawahnya. Bisa
juga langsung ke kanalis vertebralis. Herniasi Sebagian nucleus
pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto rontgen
polos dan sering disebut sebagai nodusschorml.
Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbetuknya nodus schmorl merupakan
kelainan yng mendasari low back pain subkronis atau kronis yang
kemudia disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
iskhialgia atau siatika. Herniasi nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulpous menekan radiks yang
bersma-sama arteria radipularis yang berada dalam lapisan dura. Hal
itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral tidak ada nada radiks
yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah.
Potonganpotongan thrombus terutama thrombus kecil yang biasanya
disebut dengan emboli akan lepas dan berjalan mengikuti aliran darah
(Ganong, 2012).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan
terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, sehingga
hal itu menyebabkan aliran darah menuju ke otak menjadi berkurang.
Sel otak yang kekurangan oksigen dan glukosa dapat menyebabkan
asidosis, akibat asidosis natrium, klorida dan air masuk ke dalam sel
otak dan kalium meninggalkan sel otak. Hal tersebut dapat
mengakibatkan edema setempat. Kalsium akan masuk dan memicu
serangkaian radikal bebas, kemudian terjadi kerusakan membrane sel
dan tubuh mengalami gangguan neuromuscular (Esther, 2010).

8. Manifestasi Klinis CVA Non Hemoragic


a. Face (wajah)
Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu
tersenyum karena mulut atau mata terkulai.
b. Arms (lengan)
Orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu
lengannya karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan,
tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.
c. Speech (cara bicara)
Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.

Selain ketiga gejala di atas, stroke juga dapat menimbulkan gejala


atau tanda seperti berikut:
a. Mual dan muntah
b. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku
pada leher dan pusing berputar (vertigo)
c. Penurunan kesadaran
d. Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak
e. Gangguan pada keseimbangan dan kendali gerak tubuh
f. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda
(Rizki Tamin, 2020).
9. Pemeriksaan Diagnostic CVA Non Hemoragic
a. Tes darah
1) Tes darah dilakukan untuk memeriksa beberapa hal berikut ini:
2) Kadar gula dalam darah
3) Jumlah sel darah untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi
4) Kecepatan pembekuan darah (hemostasis)
5) Keseimbangan zat kimia dan elektrolit dalam darah untuk
mengetahui fungsi organ
b. CT scan
CT scan dapat menghasilkan gambar otak secara detail, sehingga
dokter dapat mendeteksi tanda-tanda perdarahan, tumor, dan stroke.
c. MRI
Pemeriksaan MRI menggunakan gelombang radio dan magnet
untuk menghasilkan gambaran detail dari otak pasien. MRI dapat
mendeteksi jaringan otak yang mengalami kerusakan akibat stroke
iskemik dan perdarahan otak. Dalam proses pemeriksaan MRI,
dokter juga dapat menyuntikkan zat pewarna ke dalam pembuluh
darah agar dapat melihat kondisi aliran darah di pembuluh arteri
dan vena lebih jelas.
d. Elektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk
mengetahui aktivitas listrik pada jantung, sehingga dokter dapat
mendeteksi adanya gangguan irama jantung atau penyakit jantung
koroner yang mungkin menyertai.
e. USG doppler karotis
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar detail aliran darah dalam pembuluh arteri
karotis di leher. Arteri katoris merupakan arteri yang menuju ke
otak dan terdapat di setiap sisi leher. Dengan USG doppler karotis,
dokter dapat mendeteksi timbunan lemak (plak) dan memeriksa
kondisi aliran darah di dalam arteri karotis.
f. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar detail jantung. Ekokardiografi dilakukan
untuk mendeteksi penurunan fungsi pompa jantung dan sumber
gumpalan di dalam jantung yang mungkin bergerak dari pembuluh
darah jantung ke pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan
stroke (Rizki Tamin, 2020)

10. Komplikasi CVA Non Hemoragic


a. Deep vein thrombosis
Penderita stroke dapat mengalami penggumpalan darah di tungkai
yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal
sebagai deep vein thrombosis. Deep vein thrombosis dapat diobati
dengan obat antikoagulan.
b. Hidrosefalus
Sebagian penderita stroke hemoragik dapat
mengalami hidrosefalus. Hidrosefalus adalah komplikasi yang
terjadi akibat menumpuknya cairan di dalam rongga otak. Untuk
menanganinya, dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang
khusus ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk
tersebut.
c. Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi disebabkan oleh kerusakan saraf pada otot-otot
yang berfungsi untuk menelan, akibatnya makanan dan minuman
yang dikonsumsi berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan
(Rizki Tamin, 2020).

11. Penatalaksanaan (medis/keperawatan)


a. Penyuntikkan rtPA
Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen
activator) melalui infus dilakukan untuk mengembalikan kondisi
aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat menerima
pengobatan ini. Suntikan rtPA hanya diberikan untuk pasien yang
segera dibawa ke rumah sakit dalam waktu 3–4,5 jam setelah gejala
pertama muncul.
b. Obat antiplatelet
Pemberian obat antiplatelet, seperti aspirin, bertujuan untuk
mencegah terjadinya pembekuan darah.
c. Obat antikoagulan
Obat antikoagulan, seperti heparin, biasanya diberikan kepada
penderita stroke dengan gangguan irama jantung. Sama seperti obat
antiplatelet, antikoagulan juga berfungsi untuk mencegah
pembekuan darah.
Obat antihipertensi
d. Obat antihipertensi
Digunakan untuk mengendalikan tekanan darah. Obat ini juga
berfungsi untuk mencegah stroke kembali kambuh. Pada penderita
stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan terlalu rendah
untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan stabil,
tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Contoh obat
hipertensi adalah obat penghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha-
blocker dan beta-blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis
kalsium (calcium channel blocker).
e. Statin
Dokter akan memberikan obat golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.
f. Endarterektomi karotis
Operasi endarterektomi karotis diperlukan untuk mencegah
berulangnya stroke iskemik. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak
yang menghambat arteri karotis di leher pasien dibuang. Meski
efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam mencegah stroke
iskemik cukup tinggi, prosedur ini tidak sepenuhnya aman
dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi kesehatan lain,
terutama penyakit jantung.
g. Angioplasti
Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan
dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan dengan
memasukkan kateter melalui pembuluh darah di pangkal paha
untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter ini membawa
sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada di dalam arteri
karotis, balon akan dikembangkan agar memperluas arteri yang
tersumbat lalu disangga dengan stent (Rizki Tamin, 2020)

12. Pencegahan CVA Non Hemoragic


a. Menjaga pola makan
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat
meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi yang dapat memicu stroke. Oleh karena
itu, jenis makanan yang rendah lemak jenuh tapi kaya akan lemak
tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat sangat disarankan untuk
kesehatan. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah,
biji-bijian, dan daging rendah lemak, seperti dada ayam tanpa kulit.
Selain itu, konsumsi garam juga perlu diperhatikan dan tidak
berlebihan. Batas konsumsi garam yang disarankan adalah
sebanyak 6 gram atau 1 sendok teh per hari.
b. Olahraga secara teratur
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem
peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menjaga
kadar kolesterol, berat badan, dan tekanan darah pada tingkat yang
normal . Bagi orang yang berusia 19–64 tahun, pastikan melakukan
aktivitas aerobik setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi
dalam beberapa hari, ditambah dengan latihan kekuatan otot
setidaknya dua kali seminggu. Aktivitas aerobik yang dapat dipilih
antara lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara, latihan kekuatan
yang dapat dipilih adalah angkat beban, yoga, push-up, dan sit-
up. Namun, bagi penderita stroke yang baru sembuh, sebaiknya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai
kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya tidak dianjurkan
hingga rehabilitasi mengalami kemajuan.
c. Berhenti merokok
Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang merokok,
karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat
darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi
risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-
paru dan jantung.
d. Hindari konsumsi minuman beralkohol
Minuman beralkohol mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi
secara berlebihan, minuman ini dapat menimbulkan berbagai
penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi.
Mengonsumsi minuman beralkohol juga dapat membuat detak
jantung menjadi tidak teratur.
e. Hindari penggunaan NAPZA
Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain dan methamphetamine,
dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran
darah yang dapat menyebabkan stroke (Rizki Tamin, 2020).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian: 09/08/2021 Pukul 08.00 WIB Oleh: Rini
1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : Tn. S
Tempat/tgl lahir (umur) : Yogyakarta 3 agustus 1963 (58 th)
Agama : Islam
Status Perlawinan : Kawin
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Pekerjaan : guru
Lama Bekerja : 35 th
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Tgl. Masuk RS : 09 Agustus 2021
No. RM : 01565xxx
Ruang :B
Diagnosis Medis : CVA Non Hemoragic
Alamat : Gondokusuman, Yogyakarta
b. Keluarga / Penanggungjawab
Nama : Ny. M
Hubungan : Anak
Umur : 34 th
Pendidikan : Sarjana
Alamat : Gondokusuman, Yogyakarta

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan tangan dan kaki
kanan terasa lemah sulit untuk digerakan
2) Keluhan Tambahan : Pasien mengatakan sulit menelan
dan minum
3) Alasan Utama Masuk RS : tangan dan kaki kanan terasa lemas
dan sulit digerakkan.
4) Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang pasien usia 58 tahun
datang ke RS dengan keluhan tangan dan kaki kanan terasa lemah
dan sulit digerakkan tangan dan kaki kanan terasa lemah, sulit
untuk digerakan, mengalami kesulitan menelan, sulit minum. Saat
dilakukan pemeriksaan rutin didapatkan TD 150/100 mmHg,
Suhu 380C, Nadi 100x/menit, Respirasi 24x/menit. Pasien
terpasang NGT dengan diet zonde fooding, terpasang D.cateter.
oksigen 3 L kekuatam otot setelah diperiksa ekstermitas kanan
atas bawah 2, ekstermitas kiri atas bawah 5. Hasil Head MSCT
kesan: susp CVA dengan cerebro infrarkpronto-pariental dextra
5) Riwayat Penyakit Lain : Klien mengatakan mempunyai
riwayat stroke 3 tahun yang lalu
6) Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi
terhadap makanan maupun obat

b. Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit di keluarganya

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: tinggal serumah

: Meninggal

3. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit
a) Frekuensi makan : 2x sehari
b) Jenis makanan/diet : nasi, sayur, dan daging
c) Porsi makanan yang di habiskan : 1 piring
d) Banyak minum dalam sehari : 2 liter
e) Makanan yang tidak disukai : makanan yang terlalu manis
f) Makanan pantangan : tidak ada
2) Selama sakit (saat di Rumah Sakit)
a) Jenis makanan : Bubur
b) Frekuensi makan : 2x sehari
c) Porsi makanan yang dihabiskan : ½ porsi lebih
d) Banyak minum : 1500 ml
e) Mendapat cairan IV : 2250 ml
f) Kebutuhan cairan : 2900 ml
g) Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
a) Buang air besar
- Frekuensi: : 1-2x/ 24 jam
- Waktu : tidak tentu
- Konsistensi : lembek
- Posisi waktu BAB : berbaring
- Penghantar untuk BAB : tidak ada
- Pemakaian obat : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
b) Buang air kecil
- Frekuensi : 5-6x/ 24 jam
- Jumlah : 1.000-1.500 cc/24 jam
- Warna : bening kekuninga
- Bau : khas urine
- Keluhan : tidak ada
2) Selama sakit
a) Buang air besar
- Frekunsi : 1-2x/24 jam
- Jumlah : 800-1000 cc/24 jam
- Normal urine : 468-936 cc/24 jam
- Warna : bening kekuningan
- Bau : khas urine
- Keluhan : tidak ada
b) Buang air kecil
- Frekuensi : 3-5x/ 24 jam
c) Jumlah : 800-1.000cc/24 jam
d) Warna : bening kekuningan
e) Bau : khas urine
f) Keluhan : tidak ada
c. Pola Aktivitas Istirahat-Tidur
1) Sebelum sakit
a) Keadaan aktivitas sehari-hari

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi 
Berpakaian/berdandan 

Eliminasi 

Mobilitas ditempat 
tidur

Pindah 

Ambulasi 

Naik tangga 

Memasak 

Belanja 

Merapikan rumah 

Ket : 0= mandiri
1= dibantu sebagian
2= perlu bantuan orang lain
3= perlu bantuan orang lain dan alat
4= tergantung total
b) Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : 3 jam
Tidur malam : 8 jam
- Tidur malam lebih diutamakan
- Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada
- Perangkat yang selalu digunakan saat tidur: bantal, guling
selimut
- Keluhan dalam hal tidur: tidak ada
c) Kebutuhan istirahat
- Pasien istirahat jika kelelahan
- Lamanya: tidak tentu
- Kegiatan untuk mengisi waktu luang: nonton TV
- Pasien menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu
siang hari.
2) Selama sakit
a) Keadaan aktivitas sehari-hari

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi 

Berpakaian/ 
berdandan

Eliminasi 

Mobilitas ditempat 
tidur

Pindah 

Ambulasi 

Naik tangga 

Memasak 

Belanja 

Merapikan rumah 

Ket : 0= mandiri
1= dibantu sebagian
2= perlu bantuan orang lain
3= perlu bantuan orang lain dan alat
4= tergantung total
b) Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : tidak teratur
Tidur malam : 7-8 jam
- Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada
- Keluhan dalam hal tidur: tidak ada
c) Kebutuhan istirahat
- Tidak ada gangguan tidur
d. Pola kebersihan diri
1) Kebersihan kulit
- Kebiasaan mandi: 2x sehari (pagi dan sore)
- Mandi mengggunakan sabun
2) Kebersihan rambut
- Kebiasaan mencuci rambut menggunakan sampo
- Tidak ada keluhan
3) Kebersihan telinga
- Membersihkan telinga setelah keramas
- Tidak menggunakan alat pendengaran
- Keluhan: tidak ada
4) Kebersihan mata
- Kebiasaan membersihkan mata saat bangun tidur, mandi
dan saat kemasukan benda asing
- Keluhan: tidak ada
5) Kebersihan mulut
- Menggosok gigi 2x sehari
- Menggunakan pasta gigi
6) Kebersihan kuku
- Tidak menggunakan cat kuku
- Tidak ada keluhan
e. Pola Management Kesehatan – Persepsi Kesehatan
1) Intelektual
- Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit
2) Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan
a) Penggunaan tembakau : tidak
b) Penggunaan NAPZA : tidak
c) Alkohol : tidak
d) Kopi : tidak
f. Pola Kognitif
1) Keadaan mental : Gelisah
2) Tingkat ansietas : Sedang
3) Tingkat pendidikan : Kuliah
4) Kemampuan mengambil keputusan:
Mengambil keputusan bersama keluarga
5) Berbicara/berkomunikasi
a) Isi : kesulitan berbicara
b) Bahasa yang dikuasi : Indonesia dan Jawa
c) Kemampuan berbicara : Klien tidak dapat berbicara dengan
baik
6) Pendengaran
- Tidak menggunakan alat bantu
- Tidak ada gangguan
7) Pengelihatan
- Tidak menggunakan kacamata
- Pandangan tampak kacau
8) Penciuman
- Tidak ada masalah penciuman
9) Perabaan
- Tidak ada masalah perabaan

g. Pola Konsep Diri – Persepsi Diri


1) Gambaran diri
- Klien mengatakan tubuhnya kurus tidak seperti
keluarganya yang lain
2) Ideal diri
- Klien mengatakan ingin melakukan aktivitasnya seperti
biasa, tetapi dengan sakitnya sekarang klien tidak bisa
menjalankan tugasnya dengan baik.
3) Harga diri
- Klien mengatakan pencaya diri dengan keadaanya
4) Peran diri
- Klien mengatakan selama di Rumah Sakit, pekerjaan di
rumah dan kantor terbengkalai karena tidak bisa
mengerjakan tugasnya.
h. Pola Mekanisme Koping
1) Pengambilan keputusan
- Klien selalu mengambil keputusan dengan keluarga
2) Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah
- Diskusi dengan keluarga
i. Pola Nilai dan Keyakinan
1) Sebelum sakit: klien selalu berdoa, membaca al qur’an setelah
sholat lima waktu
2) Selama sakit: berdoa dan beribadah di atas tempat tidur

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pengukuran TB : 158 cm
b. Pengukuran BB : 55 kg
c. IMT : 22,0 kg/m2
d. BB ideal : 48 kg
BB sebelum sakit : 58 kg
BB selama sakit : 55 kg
Terjadi penurunan : 3 kg
e. Pengukuran TTV
1) Tekanan Darah : 150/100 mmHg
2) Suhu : 380C
3) Nadi : 100x/menit
4) Respirasi : 24x/menit
f. Tingkat kesadaran
1) Kualitatif : composmentis
2) Kuantitatif :
a) Respon membuka mata dengan nilai :4
b) Respon verbal/bicara dengan nilai :5
c) Respon motorik/gerakan dengan nilai :3
g. Keadaan umum : sakit sedang
h. Urutan pemeriksaan fisik
1) Intergumen : turgor kulit elastis, terdapat luka di daerah dorsalis
pedis dekstra dan berwarna hitam.
2) Kepala
- Tidak ada lesi
- Tidak ada benjolan
- Tidak ada kotoran
3) Mata
- Pupil isokor
- Konjungtiva anemis
- Tidak ada peningkatan TIO
4) Telinga
- Fungsin pendengaran: berfungsi baik
- Bentuknya: simentris kanan dan kiri
- Lubang telinga dan membran typani: lubang telinga bersih
dan membran typani kelihatan
- Mastoid: tidak mengalami gangguan
- Kebersihan: telinga bersih
5) Hidung
- Posisi septum simetris
- Tidak ada sekret
6) Mulut dan tenggorokan
- Palatum bersih
- Sariawan di daerah lidah
7) Leher
- Bentuk leher simetris
- Tidak ada pembesaran tiroid
- JVP: 5+2 cm H2O
8) Tengkuk
Tidak kaku kuduk
9) Dada
a) Inspeksi
- Bentuk dada simetris, tidak terjadi retraksi dada, ictus
cordis tidak terlihat
b) Palpasi
- Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
- Batas jantung teratas ICS 3 linea mid clavikula sinistra dan
batas jantung terbawah ICS 5 linea mid clavicula sinestra.
d) Auskultasi
- Terdengar suara vasikuler
10) Payudara
e) Inspeksi
- Bentuk simetris
f) Palpasi
- Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
11) Punggung
- Tidak ada benjolan, tidak ada lesi
12) Abdomen
a) Inspeksi
Tidak terdapat luka
b) Auskultasi
Suara peristaltik normal
c) Perkusi
Terdengar suara pekak
d) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
13) Genetalia
Tidak ada edema, tidak ada benjolan
14) Ekstermitas
a) Atas
Anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelinan bentuk,
terpasang infuse di tangan kanan
b) Bawah
Anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan bentuk kaki

5. DIAGNOSTIK TES
Head MSCT kesan: susp CVA dengan cerebro infark pronto-pariental
dextra.
6. PROGRAM PENGOBATAN
a. Program Tindakan:
b. NGT diet zonde fooding
c. Terapi RL 500 ml 20 tetes/menit
d. Oksigen 3 L
e. Terapi obat

Kontra Implikasi
No Nama Obat Indikasi Efek samping
indikasi keperawatan

7. RENCANA PULANG
a. Ditempat ditanggalnya pasien tinggal dengan : orang tua dam adik
b. Keinginan tinggal setelah pulang : tinggal dirumah
c. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: tidak ada
d. Kendaraan yang digunakan saat pulang : mobil
e. Antisipasi terhadap keuangan setelah pualng : tidak ada
f. Antisipasi masalah perawatan diri : tidak ada
g. Bantuan yang diperlukan setelah pulang : tidak ada
h. Penyuluhan yang diberikan : menganjurkan klien
untuk menjaga imun, memperbanyak makan yang sehat dan
memperbanyak minum air putih.

B. ANALISA DATA

N PENGELOMPOKAN MASALAH PENYEBAB


O DATA

1. DS : SDKI : D.0054 SDKI : D.0054


- Pasien mengatakan Gangguan Gangguan
tangan dan kaki kanan mobilitas fisik neuromuskular
sulit digerakkan
DO:
- Kekuatan otot pasien
menurun
- Rentan gerak menurun

2. DO: - SDKI : D.0109 SDKI : D.0109


Defisit Gangguan
DS: perawatan diri muskuloskeletal
- Pasien tidak mampu
mandi/mengenakan
pakaian secara mandiri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

1. SDKI : D.0077
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan tangan dan kaki kanan sulit digerakkan
DO:
- Kekuatan otot pasien menurun
- Rentan gerak menurun

2. SDKI: D.0109
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan:
DS:-
DO:
- Pasien tidak mampu mandi/mengenakan pakaian secara mandiri
D. Perencanaan
Nama : Tn. S
Ruang : Mawar
Nama Mahasiswa : Rini Anjarwati

DIAGNOSIS KEPERAWATAN & TINDAKAN KEPERAWATAN


DATA PENUNJANGAN
Tujuan dan kriteria Tindakan

09/08/2021 jam 08.30 09/08/2021 jam 08.30 09/08/2021 jam 08.30 09/08/2021 jam 08.30

SDKI:0054 SLKI L.05042 : Mobilitas fisik SIKI I.05173 : Dukungan


Ekspetasi : Meningkat mobilisasi
1. Gangguan mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan gangguan nyeri atau keluhan tingkat nyeri dan
neuromuskular: Setelah dilakukan tindakan keperawatan fisik lainnya keluhan lainnya
DS : selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik yang dialami oleh
- Pasien mengatakan tangan dan kaki dapat meningkat, dengan kriteria hasil : pasien
kanan sulit digerakkan 2. Fasilitasi aktivitas 2. Menghindari klien
DO: 1. Pergerakan ekstermitas meningkat (5)
2. Kekuatan otot meningkat (5) mobilisasi dengan dari kemungkinan
- Kekuatan otot pasien menurun
- Rentan gerak menurun 3. Rentang gerak (ROM) meningkat (5) alat bantu resiko jatuh dan
cidera
3. Memberikan
3. Jelaskan tujuan dan pengetahuan terkait
prosedur mobilisasi tindakan yang akan
diberikan
4. Untuk melatih
4. Ajarkan mobilisasi mobilisasi pasien
sederhana

09/08/2021 jam 08.40 09/08/2021 jam 08.40 09/08/2021 jam 08.40 09/08/2021 jam 08.40

SDKI: D.0109
2. Defisit perawatan diri berhubungan SLKI L.11103 : Perawatan diri SIKI I.03098 : 1. Mengetahui tingkat
dengan gangguan muskuloskeletal Ekspektasi: meningkat 1. Monitor kebersihan kebersihan pasien
ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam diharapkan perawatan diri 2. Monitor integritas keadaan kulit pasien
DS: 3. Untuk memfasilitasi
dapat meningkat, dengan kriteria hasil: kulit
- 1. Kemampuan mandi meningkat (5) 3. Sediakan peralatan perawatan diri
2. Kemampuan mengenakan pakaian mandi pasien
DO: meningkat (5) 4. Untuk membantu
pasien agar tercapai
- Pasien tidak mampu
kebersihan diri
mandi/mengenakan pakaian secara 4. Berikan bantuan
5. Untuk memberikan
mandiri sesuai tingkat
pengetahuan tertang
kemandirian
manfaat mandi dan
5. Jelaskan manfaat
dampak yang akan
mandi dan dampak dialami apabila
tidak mandi terhadap pasien tidak mandi
kesehatan

Pembimbing Praktikan

I Wayan Sudarta, S. Kep., Ns., M.Kep. Rini Anjarwati


DAFTAR PUSTAKA

Andrian, Kevin. 2020. Stroke Non-Hemoragic: Jenis Stroke yang Paling Sering Terjadi. Diunduh pada 09 Agustus 2021.
https://www.alodokter.com
Mutaqqin A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyrafan.Jakarta: Salemba Medika

Rangga, P.K. 2019. Stroke. Diunduh pada 09 Agustus 2021. https://www.alomedika.com

Tamin, Rizki. 2020. Stroke. Diunduh pada 09 Agustus 2021. https://www.alodokter.com

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Ja

karta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Perawat Indones

ia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jaka

rta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Ja

Karta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Perawat Indones

ia.

Anda mungkin juga menyukai