Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE NON HEMORAGIC
DI RUANG RAWAT INAP UPTD PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA
LAMPUNG TENGAH

DISUSUN OLEH :
SETIA SUKMA DARWANTO
2021207209097

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU - LAMPUNG
2021/2022

i
PRA KATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatnya penulis telah berhasil menyusun dan menyelesaikan

ASKEP ini dengan baik. ASKEP ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas

profesi Ners PADA stase KMB.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada

Pembimbing Ibu. Ns. Rita Sari, M.Kep yang sudah memberikan arahan dalam

menyusun laporan ini, serta semua pihak yang telah membantu tim penulis dalam

proses pembuatan tugas ini.

Akhirnya, harapan tim penulis semoga Asuhan Keperawatan Kepada Pasien

dengan Stroke Non Hemoragik ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari

ASKEP ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik

dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan ASKEP ini.

Pringsewu, 20 Mei 2022

Tim Penulis

ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Menurut WHO ( 1986 ), Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak
atau disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.
Menurut Feigin, 2006 Stroke atau sering disebut juga dengan
”cerebrovasculer accident” adalah gejala kelainan neurologi akibat dari
penyakit pembuluh darah otak. Stroke adalah penyakit otak yang paling
destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan
keuangan yang besar pada pasien, keluarga, dan masyarakat.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
(Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002, hal 2131).

1.2 Etiologi
1. Penyebab-penyebabnya antara lain:
a. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih
distal disebut embolus.
b. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan

1
iskemik otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %
oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri,
benda asing. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang
yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di
dalam sebuah arteri.
c. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).
Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan
kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau
permanen.
d. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan.
Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan
menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah
yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau
irama jantung yang abnormal.

2
2. Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a. Aterosklerosis, Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan
ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh
darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin
karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima)
karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya
diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh
darah.
b. Infeksi, Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
c. Obat-obatan, Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat
menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan
mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.
d. Hipotensi, Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan
menahun.
3. Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
a. Hipertensi
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral
c. Kelainan jantung / penyakit jantung,
d. Diabetes mellitus (DM),
e. Usia lanjut,
f. Polocitemia,
g. Peningkatan kolesterol (lipid total),
h. Obesitas,
i. Perokok,
j. kurang aktivitas fisik,

3
1.3 Anatomi dan Fisiologi

1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar
100 millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari
berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata
digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak
mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari
pasokan aliran darah, yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi.
Pada dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi tertentu
yaitu:
a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan
fungsi intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas
informasi sensori ( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar
ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus
temporalis, dan lobus oksipitalis.
b. Otak kecil, Terletak dibawah otak besar berfungsi untuk koordinasi
gerakan dan keseimbangan.
c. Batang otak, Berhubungan dengan tulang belakang, mengendalikan
berbagai fungsi tubuh termasuk koordinasi gerakan mata, menjaga

4
keseimbangan, serta mengatur pernafasan dan tekanan darah. Batang
otak terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata.
2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan
ke otak.
c. Nervus okulomotoris, Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati
untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis, Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf
pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak
mata.
e. Nervus trigeminus, Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini
mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf
ini merupakan saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
1). Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2). Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3). Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris )
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen, Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya
sebagai saraf penggoyang sisi mata.
g. Nervus fasialis, Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di
dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis)
untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk
menghantarkan rasa pengecap.

5
h. Nervus auditoris, Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai
saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus, Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi
faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak.
j. Nervus vagus, Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung
saraf-saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-paru,
esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
abdomen. fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius, Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus, Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai
saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.

1.4 Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
a. Keadaan pembuluh darah.
b. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran
darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.

6
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi
otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur
agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan
perfusi otak.
d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke
otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksiakarena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotikatau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolusmenyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan
dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat
reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

7
1.6 Patoflow Faktor-faktor penyebab / pencetus
Stroke Non Hemoragik

Terganggunya Kerja Jantung

Suplai darah dari ventrikel kiri

Jantung memompa darah ke seluruh tubuh/sistemik

Arteroklerosis

Trombosis Emboli

TIA

Suplai darah ke serebral menurun

Iskemia
NDx: Perubahan Perfusi
Jaringan

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan Otak NDx:


Defisit Jar. Otak Kurang Perawatan diri
NDx: Kerusakan
Menelan

Reversibel Hemaparasis Ireversibel


Paralisis Afasia
Koma

Menurunnya Kesadaran Edema Jar. Otak


Bed Rest NDx: Gangguan Harga
diri NDx:
Gangguan
Menelan
Pneumonia 8
Dekubitus NDx: NDx: Kerusakan
Kurang Perawatan diri Mobilitas Fisik

Inkontinensia Uri
1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,
bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi
kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang
berkurang.
1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan
2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri
3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial
disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi
4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :
a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan
hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di
kaki)
b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan
gangguan visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi
abnormal ; sakit kepala; afasia dan ptosis.
c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir
dan mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia,
bicara mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.
d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki)
disisi yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi
motorik dan sensorik, dan perubahan kepribadian.
e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,
disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.
5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal
6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.
7. Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas
nukal,demam, dan disorientasi.
8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat
hemoragi atau inarksi dan bisa memburuk.

9
Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria
(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa

1.7 Pemeriksaan Diagnosis


1. Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
a. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
b. Computed tomography (CT) scan kepala untuk mengetahui lokasi dan
luasnya perdarahan atau infark. Menunjukkan adanya stroke hemoragis

10
dengan segera tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik
selama 48-72 jam.
c. MRI( magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema,
infark, hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu
mengidentifikasi area yang mengalami iskemia atau infarksi dan
pembengkakan serebral. MRI menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik.
d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Oftalmoskopi bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan
aterosklerotik dalam arteri retina.
b. Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
c. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri
d. Fungsi Lumbal
1) menunjukan adanya tekanan normal
2) tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

1.8 Terapi
Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar
pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja
melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan

11
kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri
dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan
koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.
1. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat
mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek
postur mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk
melakukan gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.
Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemampuan
untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan
mengembangkan kontrol gerakan. Dalam upaya melakukan penghambatan
maka perlu adanya penguasaan teknik pemegangan (Key Point of Control)
2. Latihan weight bearing
Bertujuan untuk mengontrol tonus pada ekstrimitas dalam keadaan spastis.
Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kembali fungsi pada
persendian untuk menyangga (Rahayu, 1992 ).
3. Latihan keseimbangan dan koordinasi
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium recovery
sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien. Latihan aktif dapat
melatih keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi
normal serta melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas
postur atau kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti,
2003).
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non haemoragik
stadium recovery dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat
kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi. 
4. Latihan aktifitas fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery pasien terjadi gerak
anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi

12
dalam gerak untuk aktifitas fungsional dan membentuk pola abnormal. Latihan
aktifitas fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh
kepada orang lain. 
Terapi suportif awal :
1. Seringkali kajilah status neurologis pasien untuk menentukan deficit.
2. Pantaulah tekanan darah, berih labelatol ( trandate ) untuk hipertensi.
3. Jaga kepatenan jalan napas dan status oksigenasi.
4. Pantau kadar glukosa darah
5. Jika pasien mengalami sakit kepala beri analgesic.

1.9 Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,
terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus

1.10 Prognosis
Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat beraktifitas
semula namun ada yang cacat bahkan ada juga yang meninggal. Prognosis stroke
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe
stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan
keluarga.
Cacat mempengaruhi 75% dari penderita stroke yang cukup untuk menurunkan
kelayakan kerja mereka. Stroke dapat mempengaruhi pasien secara fisik, mental,
emosional, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil stroke sangat bervariasi
tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Disfungsi sesuai dengan daerah di otak

13
yang telah rusak. Beberapa cacat fisik yang dapat hasil dari stroke termasuk
kelemahan otot, kesemutan, luka tekanan, pneumonia, inkontinensia, apraxia
(ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan belajar), kesulitan
melakukan kegiatan sehari-hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan bicara,
kehilangan penglihatan, dan rasa sakit. Jika stroke cukup parah, atau di lokasi
tertentu seperti bagian dari koma, batang otak atau kematian itu dapat terjadi.

1.11 Pencegahan
1. Cara mencegah stroke tidak sulit jika Anda mengambil tindakan pencegahan
tertentu. Menurut asosiasi stroke nasional, pasien disarankan untuk mengetahui
berikut:
a. Berhenti merokok
b. Minum alcohol
c. Makan diet rendah lemak adalah sama pentingnya.
d. Biarkan dokter Anda mengecek untuk itu termasuk risiko stroke.
e. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengontrol diabetes.
f. Membuat latihan merupakan bagian integral dari rutinitas harian Anda.
g. Pergilah untuk memeriksa kolesterol.
h. Fokus pada diet rendah garam.
i. Cari gejala stroke dan terburu-buru untuk perhatian medis segera. Gejala
termasuk penglihatan kabur, sakit kepala hebat, pusing, kelemahan dari
wajah atau bahkan batas. Anda harus ingat bahwa tekanan darah tinggi
adalah penyebab utama stroke.
2. Berikut adalah langkah-langkah tertentu untuk mencegah stroke:
a. Anda harus mengontrol tekanan darah Anda.
b. Merokok secara langsung terkait dengan risiko stroke.
c. berolahraga secara teratur senam ringan perlu membuat jantung lebih kuat
dan meningkatkan sirkulasi.
d. Fokus pada diet yang sehat.
e. Anda harus mengontrol diabetes Anda.

14
BAB II
ASKEP TEORI

2.1 Data Dasar Pengkajian


1. Adapun hal yang perlu di kaji pada klien dengan penyakit SNH yaitu :
a. Identitas diri klien
1) Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,
Lama bekerja, Tgl Masuk RS.
2) Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat
yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
b. Status kesehatan saat ini
1) Alasan Kunjungan/Keluhan Utama,
2) Faktor Pencetus,
3) Lamanya keluhan,
4) Timbulnya Keluhan,
5) Faktor yang memperberat,
6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,
7) Diagnosa Medik.

c. Riwayat kesehatan yang lalu


1) Penyakit yang pernah dialami,
2) Alergi,
3) Imunisasi,
4) Kebiasaan,
5) Obat – obatan,
6) Pola Nurtisi,
7) Pola Eliminasi,
8) Pola tidur dan istirahat,
9) Pola Aktifitas dan Latihan,

15
10) Pola bekerja.
d. Riwayat keluarga dalam bentuk Genogram
e. Riwayat lingkungan
f. Aspek psikososial
1) Pola piker dan persepsi
2) Persepsi diri
3) Suasana hati
4) Hubungan/ komunikasi
5) Kehidupan berkeluarga
6) Pertahanan koping
7) System nilai – kepercayaan
8) Tingkat perkembangan
g. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital saat pasien masuk rumah sakit
2) pemeriksaan persistem
a) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa),
b) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara,
pupil, orientasi waktu & tempat),
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan
nafas),
d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan
frekuensi),
e) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peritaltik, eliminasi),
f) Sistem integument (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien),
g) Sistem reproduksi,
h) Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK) .

16
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
3. Pengkaian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subjektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data objektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subjektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data objektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

17
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subjektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data objektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subjektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subjektif:
- Nafsu makan hilang, nausea / vomitus menandakan adanya PTIK,
kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia, riwayat DM,
Peningkatan lemak dalam darah
Data objektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ).
Obesitas ( faktor resiko )
f.Sensori neural
Data Subjektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA/ sementara selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )

18
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data objektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subjektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data objektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subjektif:
- Perokok ( faktor resiko )
i. keamanan
Data objektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

19
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan merespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j. Interaksi Sosial
Data Objektif :
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
k. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- Penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah.

20
2.2 Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional
1. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan, serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi,
vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori.
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Menunjukan tidak adanya kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan - Mempengaruhi penetapan intervensi.
keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi Kerusakan/kemunduran tanda/gejala neorologis atau kegagalan
serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK. memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan
pembedahan daan/atau pasien harus dipindahkan ke ruang
perawatan kritis untuk melakukan pematangan terhadap
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan peningkatan TIK.
bandingkan dengan keadaan normalnya/standar. - Mengetahui kecenderungan tingakat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
kemajuan kerusakan SSP. Dapat menunjukan TIA yang
3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat : merupakan tanda terjadi thrombosis CVS baru.
Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang - Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan serebral
terbaca pada kedua lengan. pada daerah vasomotor otak. Hipertensi/hipotensi postural dapat
menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok.
Penningkatan TIK dapat terjadi karena edema adanya faktor
pembekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat
dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan pada ke dua
Frekuensi dan irama jantung : auskultasi adnaya mur-mur. lengan.
- Perubahan terutama adanya bradikardia dapat terjadi
sebagai akibat adanya kerusakan otak. Distrimia dan mur-mur
mungkin mencerminkan adanya penyakit jantung yang
Catat pola dan irama dari pernapasan, seperti adanya periode mungkin telah menjadi pencetus CSV.
apnea setelah pernapasan hiperpentilas, pernapasan cheyne- - Ketidakteraturan pernapasan dapt memberikan gambaran
strokes. lokasi kerusakan serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan
untuk intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan perlunya
4. Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi dukungan terhadap pernapasan.
terhadap cahaya. - Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor dan
berguna dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih
baik. Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh
keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang
mempersarafinya. Respon terhadap refleks cahaya
mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial optikus dan saraf
5. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, kranial okulomotor.
gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi. - Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan
daerah otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika harus mendapat perhatian dan mempengaruhi intervensi yang
pasien sadar. akan dilakukan.
- Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan
7. Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam indikator dari lokasi/derajat gangguan serebral dan mungkin
posisi anatomis/netral. mengindikasikan penurunana/peningkatan TIK.
8. Pertahankan keadaan tirah baring ; ciptakan lingkungan yang - Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan
tenang; batasi pengunjung/aktivvitas pasien sesuai indikasi. drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan, - Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan
batasi lamanya setiap prosedur. TIK istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk
9. Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, dan pernapasan pencegahan terhadap pendarahan dalam kasus stroke
yang memaksa (batuk terus-menerus). hemoragik/pendarahan lainnya.
10. Kaji ragiditas nukal, kedutan, kegelisahan yang meningkat, - Maneuver valsalva dapat meningkatkan TIK dan
peka rangssang dan serangan kejang. memperbesar resiko terjadinya pendarahan
- Merupakan indikasi adanya iritasi maningeal. Kejang
dapt mencerminkan adanya peningkatan TIK/trauma serebral
Kolaborasi : yang memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya.
11. Berikan oksigen sesuai indikasi.
12. Berikan obat sesuai indikasi :
antikoagulasi, seperti natrium warfarin (coumadin), heparin. - Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya
edema.
- Dapat digunakan untuk meningkatkan/ memperbaiki
aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah
Antifibrolatik, seperti asam aminokaproid (amicar). pembekuan saat embolus/trombus merupakan faktor
masalahnya. Merupakan kontraindikasi pada pasien dengan
hipertensi sebagai akibat dari peningkatan resiko perdarahan.
Antihipertensi - Pengunaan dengan hati-hati dalam perdarahan untuk
mencegah lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan berulang
yang serupa.
- Hipertensi lama/ kronis memerlukan penanganan yang
hati-hati, sebab penenganan yang berlebihan meningkatkan
Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat, papaverin, resiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan. Hipertensi
isoksupresin. sementara seringkali terjadi selama fase stroke akut dan
Steroid, deksametason. penangulangannya seringkali tanpa intervensi terapeutik.
- Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral atau
Fenitoin, fenobarbital. menurunkan vasospasme.
- Pengunaannya kontrolversial dalam mengendalikan
edema serebral.
Pelunak feses. - Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan / atau
untuk aktivitas sedatif. Catatan : Fenobarbital memperkuat
13. Persiapan untuk pembedahan, endarterektomi, bypass kerja dari anti epilepsi.
mikrovaskuler. - Mencegah proses mengejan selama defekasi dan yang
14. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti berhubungan dengan peningkatan TIK.
masa protrombin, kadar dilantin. - Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi.

- Memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/


kadar terapeutik.

2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan Keterlibatan neuromuskuler : Kelemahan, parestesia, Paralisis
hipotonik (awal), Paralisis spastis.
Tujuan : Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh takadanya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Mempertahankan integritas kulit.

Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal - Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat
dan dengan cara yang teratur. memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam
pemilihan terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda
digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan - Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.
sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika Daerh yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih
diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu. jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan
kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari - Membantu mempertahankan ekstensi pinggul funngsional;
jika pasien dapat mentoleransinya. tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama
mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada - Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
semua ekstermitas saat masuk. Anjurka melakukan latihan membantu mencegah kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya
seperti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet, hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak. perdarahan. Catatan; stimulasi yang berlebihan dapat menjadi
pencetus adanya perdarahan berulang.
5. Sokong ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan - Mencegah kontrakur/footdrop dan memfasilitasi
papan kaki (footboard) selama periode paralisis flaksid, kegunaannya jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat
pertahankan posisi kepala netral. mengganggu kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain
pihak paralisis spastik dapat mengarah pada deviasi kepala
6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi kesalah satu sisi.
tegak, sesuai indikasi. - Selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat
menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan “sindrom
7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat bantu untuk bahu-lengan”.
pengaturan posisi atau alat pembalut selama periode paralisis - Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor
spastik. lebih kuat dibandingkan dengan otot ekstensor.
8. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi
pada tangan. - Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
9. Tinggikan tangan dan kepala
- Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah
10. Tempatkan “hand roll” keras pada telapak tangan dengan jari- terbentuknya edema.
jari dan ibu jari saling berhadapan. - Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-
jari, mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi normal
11. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi. (posisi anatomis).
12. Pertahankan kaki dalam posisi netral dengan - Mempertahankan posisi fungsional.
gulungan/bantalan trokanter. - Mencegah rotasi eksternal pada pinggul.
13. Gunakan papan kaki secara berganti, jika memungkinkan.
- Penggunaan yang kontinu (setelah perubahan dari paralisis
flaksid ke spastik) dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan
pada sendi peluru kaki, meningkatkan spastisitas, dan secara
14. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti nyata meningkatkan fleksi plantar.
meninggikan bagian kepala tempat tidur) - Membantu dalam melatih kembali jaras saraf,
15. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau meningkatkan respons propioseptik dan motorik.
tanda lain dari gangguan sirkulasi. - Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami
16. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol trauma dan penyembuhannya lambat.
secara teratur. - Titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol paling
beresiko untuk terjadinya penurunan perfusi/iskemia. Stimulasi
sirkulasi dan memberikan bantalan membantu mencegah
17. Bangunkan dari kursi sesegera mungkin setelah tanda-tanda kerusakan kulit dan berkembangnya dekubitus.
vital stabil kecuali pada hemoragik serebral. - Membantu menstabilkan tekanan darah (tonus vasomotor
terjaga), meningkatkan keseimbangan ekstrenitas dalam posisi
normal dan pengosongan kantung kemih /ginjal menurunkan
resiko terjadinya batu kandung kemih dan infeksi karena urine
18. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon air dan bantu pasien yang statis.
untuk memindahkan berat badan dengan interval yang teratur. - Mencegah/menurunkan tekanan koksigeal/kerusakan kulit.
19. Susun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi
dalam aktivitas/latihan dan mengubah posisi. - Meningkatkan harapan terhadap
20. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan perkembangan/peningkatan dan memberikan perasaan
dengan menggunakan eksternitas yang tidak sakit untuk kontrol/kemandirian.
menyokong/menggerakkan daerah tubuh yang mengalami - Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak
kelelahan. menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta
Kolaborasi latihan aktif untuk “menyatukan kembali” sebagai bagian dari
21. Berikan tempat tidur dengan matras bulat (seperti egg crate tubuhnya sendiri.
mattress), tempat tidur air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus
(seperti tempat tidur kinetik) sesuai indikasi. - Meningkatkan distribusi merata berat badan yang
menurunkan tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membantu
untuk mencegah kerusakan kulit/terbentuknya dekubitus.
Tempat tidur khusus membantu dengan letak pasien obesitas
(kegemukan), meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
terjadinya vena stastis untuk menurunkan resiko terhadap
22. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan cedera pada jaringan dan komplikasi seperti pneomonia
resistif, dan ambulasi pasien. ortostatis.
- Program yang khusus dapat dikembangkan untuk
23. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperti TENS sesuai menemukan kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan
indikasi. tersebut dalam keseimbangan, kordinasi, dan kekuatan.
24. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesaui indikasi, - Dapat membantu memulihkan kekuatan otot dan
seperti baklofen, dantrolen. meningkatkan kontrol otot volunter.
- Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada
ekstremitas yang terganggu.
3. Diagnosa : Kerusakan menelan, resiko tinggi terhadap kerusakan neuromuskuler/perseptual.
Tujuan : Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan aspirasi tercegah.
Mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri :
1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara - Intervensi nutrisi/pilihan rute makanan di tentukan oleh
individual, catat luasnya paralisis fasial, gangguan lidah, faktor-faktor ini
kemampuan untuk melindungi jalan napas. Timbang BB - Menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan
sesuai kebutuhan. meningkatkan kemampuan untuk menelan.
2. Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan - Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan
yang efektif, seperti : dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
3. Bantu pasien dengan mengontrol kepala. - Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan
4. Letakan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah kontrol muskuler.
makan. - Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang
5. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan
manual dengan menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu masukan.
jika di butuhkan. - Dapat meningkatkan gerakan dan kontrol lidah (pentingnya
6. Letakan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu. untuk menelan) dan menghambat jatuhnya lidah.
7. Sentuh bagian pipih bagian dalam dengan spatel - Pasien dapat berkosentrasi pada mekanisme makan tanpa
lidah/tempatkan es untuk mengetahui kelemahan lidah. adanaya distraksi/gangguan dari luar.
8. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang - Makanan lunak/cairan kental lebih mudah untuk
tenang. mengendalikannya di dalam mulut, menurunkan resiko
9. Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair, terjadinya aspirasi.
makanan lunak ketika pasien dapat menelan air. Pilih/bantu - Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan
pasien untuk memilih makanan yang kecil/tidak perlu resiko terjadinya tersedak.
mengunyah dan mudah di telan, contoh : telur, agar-agar, - Menstimulasi upaya makan dan meningkatkan
makanan kecil yang lunak lainnya. menelan/masukkan.
10. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum - Jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi
cairan. kebutuhan cairan dan makanan, harus dicarikan metode
11. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan alternatif untuk makan.
kesukaan pasien. - Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang
12. Pertahanakan masukan dan keluaran dengan akurat, catat meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu
jumlah kalori yang masuk. makan.
13. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan atau - Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan
kegiatan juga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan
Kolaborasi: segala sesuatu melalui mulut.
14. Berikan cairan melalui IV dan/atau makanan melalui
selang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE NON HEMORAGIC
DI RUANG RAWAT INAP UPTD PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA
LAMPUNG TENGAH

A. Data Dasar
1.       Identitas
a. Klien
Nama Lengkap ( Inisial) : Tn. S
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Sudah Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Banjar
Alamat : Lampung Tengah
Tanggal Masuk : 27 Mei 2022
No. Register : 1-421
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic + cardiomegali
b. Penanggung jawab

Nama : Sdr. T
Umur : 35 Tahun
Hub. Dgn Pasien : Anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Lampung Tengah

II. Keluhan Utama


Klien mengatakan “ kaki tangan sebelah kiri susah bergerak sejak 2 hari yang lalu.”
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluarga klien mengatakan pagi hari pada tanggal 30 Mei 2022 klien
mengalami terjatuh ketika turun dari tempat tidur dan badan sebelah kiri tidak
dapat digerakkan, kepala pusing dan sesak nafas. Klien kemudian segera
membawa ke Puskesmas Bina Karya Utama oleh keluarga.
± 2 hari sebelum masuk ke Puskesmas pasien mengeluh sakit kepala berdenyut-
denyut dan demam. naik turun tanpa pemberian obat.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Klien mengatakan “ ± 3 tahun yang lalu pernah masuk Rumah Sakit dengan
penyakit jantung. Klien juga memiliki riwayat hipertensi (+)”
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien mengatakan ”tidak ada riwayat penyakit jantung turunan sebelumnya,
tetapi dari ibu memang ada riwayat hipertensi”
IV. Keadaan Umum
a. Kesadaran
1. Kulitatif : Kesadaran Composmentis
2. Kuantitatif : E4M5V6
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 150/90mmHg, posisi headup, MAP : 110
Kesimpulan MAP tidak normal
c. Nadi : 97x/menit, irama ireguler
d. Suhu : 36,6/ axilla
e. Pernafasan : 25x/menit, irama normal, jenis pernapasan dada
f. Pengukuran : TB. 169 cm, BB : 74 kg, BBI : 69kg
V. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Kajian Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
1. Keadan sebelum sakit :
Keluarga klien mengatakan klien sebelum sakit tidak pernah berolahraga sama
sekali, dan klien tidak pernah secara rutin memeriksakan tekanan darahnya
selama tidak ada keluhan, dan klien juga tidak mempunyai pantangan makan

2. Keadaan saat ini :


Keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya sakit jantung, keluarga klien
tidak mengetahui bahwa klien mengalami komplikasi stroke.
Masalah : Kurang Pengetahuan

b. Kajian Pola Nutrisi Metabolik


1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan ” klien makan 3 atau lebih perhari dan habis satu porsi
dengan menu nasi lauk pauk dan sayur dan kadang diselingi cemilan. klien
tidak memiliki pantangan. Klien suka makan makanan berlemak dan yang asin-
asin”
2. Keadaan saat ini :
Klien makan dengan menu diet yang disediakan. Klien mengatakan “klien
masih bisa makan walaupun kesulitan menelan dan kadang tersedak. Minum
800 cc perhari, infus Rl 20 tpm”.
Masalah : -

c. Pola Eliminasi
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan ”sebelum sakit BAB 1x perhari lunak dan BAK 4x perhari
jernih”
2. Keadaan sesudah sakit :
Klien mengatakan ” BAB 1x/dua hari dan BAK 100cc per24jam ”
Masalah : -
d. Keadaan Pola Aktivitas dan Latihan
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan ” klien bekerja sebagai buruh. klien merasa cepat lelah saat
melakukan aktivitas yang berat”
1. Keadaan sesudah sakit :
Klien hanya melakukan aktivitas ditempat tidur. Adl dibantu sepenuhnya oleh
keluarganya”
Masalah : Intoleransi Aktivitas

e. Pola Tidur dan Istirahat


1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan ” klien biasanya tidur 7-8 jam/hari. Klien jarang tidur siang.
Ketika lelah saat melakukan pekerjaan berat klien langsung beristirahat.”
1. Keadaan sesudah sakit :
Klien tidur malam ± 5 jam namun sering terbangun. Tidur siang ± 3 jam.
Masalah : Gangguan Pola Tidur

IV. Pemeriksaan Fisik


Kepala
Kulit kepala bersih, rambut bersih, distribusi rambut tidak merata, kepala tidak ada
tampak benjolan, tiada lesi. Tidak teraba massa dikepala, tidak ada nyeri tekan.
Mata
Mata simetris kiri kanan, sklera tidak ikterus, konjungtiva anemis, lensa tidak
keruh, kelopak mata tidak ada edema, pupil isokor, refleks pupil (+) tidak ada sekret
atau kotoran yang menonjol, tidak ada pendarahan.
Hidung
Simetris kiri kanan, bersih, tidak ada mukus/sekret, tidak ada pembesaran masa,
polip (-) tidak ada pernapas cuping hidung.
Bibir dan Mulut
Mulut simetris kiri kanan, bibir agak kering, gusi tidak ada peradangan, mulut
bersih tidak ada sariawan.
Telinga
Simetris kiri kanan, bersih, peradangan dan pendarahan, tidak ada cairan yang
keluar, px tidak menggunakan alat bantu dengar.
Leher
Simetris kiri kanan, tampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Dada
I : simetris kiri kanan, bersih, tidak ada retraksi dada, tidak ada menggunakan alat
bantu nafas, pergerakan rongga dada normal
P : taktil premitus normal, tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : Ronchi basah (+)
Jantung
I:-
P : Teraba ikturs kordis teraba 4 cm di kiri midclavikula
P : pembesaran jantung
A : S3 gallop
Abdomen
Simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada memar, asites (-), bising usus (+) 18 detik
sekali, tidak adda pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan kekakuan dan masa
Genitalia dan anus
Tidak ada lesi dan tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Kekuatan otot :

5555 1111
5555 1111

Pemeriksaan saraf kranial


NI
Dapat membedakan bau parfum dan minyak angin
NII
Dapat membaca tulisan dengan jarak 30 cm
NIII
Mata kx dapat mengikuti pergerakan tangan perawat, reaksi pupil positif
NIV
Pergerakan mata positif
NV
Wajah bereaksi pada benda tumpul (kapas)
NVI
Abduksi mata (+)
NVII
Kx dapat mengerutkan dahi, senyum(-) kx dapat membedakan rasa asin dan manis
NVIII
Fungsi Pendengaran (+)
NIX
Kesulitan menelan
NX
refleks tersedak (+)
NXI
Pergerakan leher normal, dapat melawan tahanan
NXII
Defiasi lidah kekiri
V. Analisis Data
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : klien mengeluhan “nafas Faktor pencetus Penurunan Curah
masih sesak” Jantung
DO : Terganggunya Kerja
Jantung
- Klien tampak batuk-batuk
- Resp. 25x/menit
Arteroklerosis
- Pulse.97x/menit, irreguler
- BP 150/90 mmHg
Penurunan suplai darah ke
- CRT ≤ 3 detik
miokard
- EKG : Sinus Tachicardy
- Oliguria (+) 50cc Iskemia miokard
- Rochi basah (+)
- Hasil MAP : tidak normal 110 Nekrosis/Infark Miokard

(70-100) Penurunan Kontraktilitas


Miokard

Penurunan curah jantung

DS : Klien mengatakan ”dulu Faktor pencetus Hambatan mobilitas


bisa bekerja sendiri, sekarang fisik
aktivitas sehari-hari sudah Terganggunya Kerja
Jantung
dibatasi dan diberikan bantuan
penuh oleh keluarga”
Arteroklerosis
DO :
- Klien tampak berbaring
kategori III (dibantu Penurunan Suplai darah ke
serebral
sepenuhnya)
- Hemiparalisi sinistra
- Kekuatan motorik Hipoxia Jar. Otak

5555 1111 Hemaparisis


5555 1111
Gangguan pola tidur

DS : Keluarga pasien Gangguan menelan


Faktor pencetus
mengatakan “kx masih bisa
makan walaupun kesulitan
Terganggunya Kerja
menelan dan kadang tersedak. Jantung
DO :
-pasien tampak batuk ketika Arteroklerosis
makan
-pasien hanya mampu
Penurunan Suplai darah ke
memasukkan ¼ sendok bubur serebral

kedalam mulut
-pasien tampak mengunyah Hipoxia Jar. Otak

berulang
Kerusakan otak

DS: keluarga pasien Faktor pencetus Gangguan pola tidur


mengatakan pasien sering
bangun malam hari setelah itu Terganggunya Kerja
Jantung
tidak bisa tidur lagi.
DO :
- pasien tampak lemas Arteroklerosis

- Mata cekung
- Pasien tampak sering Penurunan Suplai darah ke
serebral
menguap
- Tidak konsentrasi ketika
Hipoxia Jar. Ota
ditanya

Kerusakan otak

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Hemaparisis
DS : sebelum sakit tidak pernah Kurang Informasi Kurang pengetahuan
berolahraga sama sekali, dan
tidak pernah memeriksakan
rutin kesehatan,dan tidak punya
pantangan makan, Keluarga
klien mengatakan pula bahwa
klien hanya sakit jantung,
keluarga klien tidak pernah
mengetahui bahwa klien
mengalami stroke.
DO :
- Keluarga pasien tampak
bingung saat ditanyakan
tentang penyakit pasien
sekarang.
Diagnosa Keperawatan I :

Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung ditandai dengan pasien, klien mengeluhan “nafas
masih sesak”, Resp. 25x/menit.

Hasil yang Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


diharapkan Keperawatan
Diharapkan selama 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui Pukul 18.00 WITA Pukul. 21.00 WITA
1x24 tanda vital tanda-tanda 1. TP:140/80 Temp. S : klien mengeluhan
jam dilakukan perubahan klinis 36,6 Pulse : “nafas masih sesak”,
tindakan keperawatan 2. Anjurkan pasien 2. Mengurangi beban 97x/menit O : klien tampak lemah,
curah jantung adekuat untuk tirah baring jantung Resp.25x/menit Resp. 25x/menit, klien
dengan kriteria hasil : 2. Menganjurkan pasien tampak batuk-batuk.
klien tidak tampak untuk tirah baring A : Penurunan curah
lemah, klien tidak 3. Batasi natrium dan 3. Mencegah dengan posisi head- jantung berhubungan
mengeluhan nafas air peningkatan beban up dengan penurunan
sesak, Resp normal jantung 3. Menganjurkan pasien kontraktilitas jantung
klien tampak tidak untuk membatasi P:
tampak batuk-batuk. 4. Untuk memenuhi minum air  Observasi tanda-
4. Berikan terapi kebutuhan - Memberikan IV tanda vital
oksigen oksigenasi yang RL asnet  Anjurkan pasien
adekuat 4. Memberikan O2 – untuk tirah baring
3L/menit  Batasi natrium dan
air
 Berikan terapi
oksigen
- Diagnosa Keperawatan II :
Hambatan mobilitas b/d gangguan neuromuskular ditandai dengan Klien 5555 1111 tampak berbaring kategori III
(dibantu sepenuhnya), hemiparalisi sinistra, kekuatan motorik 5555 1111

Hasil yang diharapkan Intervensi Keperawatan Rasional Implementasi Evaluasi


Diharapkan selama 1x24 1. Monitor TTV sebelum 1.Mengetahui kondisi 1. Monitor TTV :
jam dilakukan tindakan melakukan tidakan Perkembangan kx Bp :150/90mmHg,
keperawatan klien dapat ROM Resp.25x/menit, pulse.
melakukan aktivitasnya 97x/menit, temp.36,6 C
dengan kriteria hasil: 2. ubah posisi klien 2. Menurunkan resiko 2. Mengubah posisi klien
TTV dalam batas minimal tiap 2 jam terjadinya Iskemia terlentang/miring kiri kanan
normal,mampu jaringan akibat
melakukan ADL secara sirkulasi darah
mandiri yang jelek pada
daerah yang
tertekan
3. lakukan gerakan pasif 3. Otot valunter akan 3.Melakukan gerak pasif pada
pada ekstremitas kx kehilangan tonus Ektremitas yang sakit :
yang sakit dan kekuatannya - Menaikkan dan
bila tidak dilatih menurunkan lengan
untuk digerakkan dengan siku tetap lurus
- Menggerakkan lengan
dan tungkai mendekat
(abduksi) menjauhi
(aduksi) sumbu tubuh
- Menekukkan (fleksi) dan
meluruskan (ekstensi)
siku,lutut serta
pergelangan tangan
- Menaikkan dan
4. Untuk menurunkan tungkai
memandirikan dengan lutut tetap lurus
keluarga dan
4. Anjarkan keluarga paham akan 4.mengajarkan Keluarga dan px
dank x begaimana kebutuhan klien bagaimana cara mengubah posisi
cara mengubah posisi

5.

Diagnosa Keperawatan III :

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan dan sering bangun malam ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien
sering bangun malam hari setelah itu tidak bisa tidur lagi, nafasnya masih sesak, gelisah dan tampak lemas, TP. 140/90mmHg

Hasil yang diharapkan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Diharapkan setelah a. Pantau keadaan 1. Untuk mengetahui Pukul18.00 WITA Pukul 21.00 WITA
dilakukan tindakan umum pasien dan tanda-tanda 1. Memantau TTV S : “klien mengatakan
keperawatan selama 1 x TTV perubahan klinis BP:140/90 masih susah tidur”
24 jam diharapkan 2. Untuk Pulse : 97x/menit O:
pasien dapat istirahat b. Kaji faktor yang mengidentifikasi Temp : 36,6 Pasien tampak masih
tidur malam optimal menyebabkan penyebab aktual dari Resp :25x/menit terjaga, mengeluh
dengan kritera hasil : gangguan tidur gangguan tidur. 2. Menanyakan kepada nafasnya masih
 Melaporkan tidur (nyeri, takut, stress, pasien penyebab sesak,gelisah dan
malam sudah ansietas, imobilitas, kurang tidur tampak lemas, BP.
nyenyak gangguan eliminasi mmHg.
 Tidak menunjukan gangguan A:
perilaku gelisah. transportasi, Gangguan pola tidur
lingkungan yang berhubungan dengan
asing. 3. Memberikan posisi kegelisahan dan sering
3. Untuk membantu nyaman untuk pasien bangun malam
c. ciptakan suasana relaksasi saat tidur. tidur, meminta P:
nyaman dan posisi keluarga untuk tidak - pantau keadaan umum
tidur pasien yang membuat keributan pasien dan TTV
nyaman selama pasien - Kaji faktor yang
istirahat menyebabkan
gangguan tidur (nyeri,
takut, stress, ansietas,
imobilitas, gangguan
eliminasi gangguan
transportasi,
lingkungan yang
asing.
- ciptakan suasana
nyaman dan posisi
tidur pasien yang
nyaman
I : Memantau TTV
BP:140/90
Pulse : 95x/menit
Temp : 36,4
Resp :25x/menit
- Menanyakan kepada
pasien penyebab
kurang tidur
- Memberikan posisi
nyaman untuk pasien
tidur, meminta
keluarga untuk tidak
membuat keributan
selama pasien
istirahat
E : masalah masih,
lanjutkan intervensi 1,2
dan 3
VI. MEDIKASI
Nama obat, frekuensi Indikasi Kontra efeksamping Cara kerja obat Kosiderasi perawat
pemberian, dosis, cara indikasi
pemberian

Ceftriaxon 2 x 1gr, Infeksi-infeksi Hipersensitif Diare, mual muntah, Ceftiaxon efektif 12 benar pemberian
injeksi intravena berat dan terhadap stomatis, glostis terhadap obat
disebabkan ceftriaxone atau mikroorganisme
oleh bakteri sefalospoin garam positif dan
garam pasif lainya garam negatif.
maupun garam
negatif yang
resisten atau
kabel terhadap
anti biotika

Ranitidin 2 x 1 ampul, Pengobatan Bagi pasien Sakit kepala, Menghambat 12 benar pemberian
injeksi intravena jangka pendek yang alergi konstipasi respon H2 yang obat pada pasien
lukak usus 12 terhadap menghambat
jari ranitidin sekresi asam
lambung

Antrain 3 x 1 ampul, Dapat Penderita Reaksi pada kulit Menghambat 12 benar pemberian
injeksi intravena meringankan hipersensitif biasanya kemerahan transmisi rasa sakit obat
rasa sakit, terhadap kesusunan saraf
terutama nyeri metamizole Na, pusat dan perifer
kolik dan sakit wanita hamil
setelah oprasi dan menyusui,
penderita
dengan tekanan
darah.

Alinamin F 50 mg, Pencegahan Membantu proses 12 benar obat


pemberian secara IV dan metabolisme
pengobatan dalam tubuh
kekurangan
vitamin B 1
dab B2

Citicoline 3 x 250 mg, Kehilangan Hipersensivitas syok 12 benar pemberian


injeksi intravena, kesadaran terhadap obat
akibat trauma citicolin
serebral atau
kecelakaan
lalu lintas dan
oprasi otak
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn. E, dkk. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Novak, Patricia D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Cetakan I. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Akperppnisolo. 2008, Sistem Persarafan Stroke Non Hemoragik. Blogspot.
Dalam http://www.akperppni.ac.id/sistem-persarafan/stroke-non-hemoragik. Diakses
pada 05 Mei 2011 pukul 20:00 WITA.
Anonim. 2000, Manifestasi Klinik Stroke Non Hemoragik. Blogspot. Dalam
http://www.infofisioterapi.com/manisfestasi-klinik-stroke.html. Diakses pada 05 Mei
2011 20:43 wita.
Anonim. 2000, Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik . Adobe Acrobat
Dokument. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-
garniscint-5431-2-babii.pdf. Diakses pada 05 Mei 2011 Pukul 19:22 WITA.
Boy. 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke. Blogspot.
Bengkulu. Dalam http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-stroke/. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:01 WITA.
Hidayat. 2009, Stroke Non Hemoragik. Wordpress. Dalam
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/. Diakses
pada 05 Mei 2011 20:17 WITA.
Indeks . 2011, Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan I.
www.indeks-penerbit.com. Jakarta Barat. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 21:00.
Fariyansyah, Nurhadi Febrian. 2009, Patofisiologi Dan Diagnosis Stroke.
Blogspot. Dalam http://kedokteran-febrian.blogspot.com/2009/02/patofisiologi-dan-
diagnosis-stroke.html. Diakses pada 06 Mei 2011 pukul 11: 05 WITA.
Wikipedia. 2000, Stroke. Wikipedia. Dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:15 WITA.

Anda mungkin juga menyukai