OLEH :
Maya indah S/192303102040
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga
menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi
karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai
oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan
cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002: 2131).
B. ETIOLOGI
Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemorragik
1. Stroke iskemik (non hemorragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke
adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke trombotik : proses terbentuknya trombus yang membuat penggumpalan
b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut nadi
2. Stroke hemorragik dalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stoke hemorragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemorragik ada 2 jenis, yaitu :
a. Hemorragik intraserebral : pendarahn yang terjadi di dalam otak
b. Hemorragik subaraknoid : pendarahn yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
C. KLASIFIKASI
Menurut (Muttaqin A, 2008), stroke dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Stroke hemorragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu. Biasanya
kejadianya melakukan aktivitas atau saat aktif, naun bisa juga saat istirahat. Kesadaran
klien umumnya menurun. Perdarhan otak dibagi dua, yaitu :
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa jaringan otak
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons
dan serebelum.
b. Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global
(sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik, afasia, dan lain-lain).
2. Stroke nonhemorragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder. Kesadaran umunya baik.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar
400 kilo kalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-
macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan
gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam
proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi,
berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah,
otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum),
otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons
varoli).
a) Otak Besar (Serebrum)
Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar mempunyai
fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas
Lobus Oksipitalis sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi
sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
b) Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga
berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
c) Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada
refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
d) Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang dari
reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu,
pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresifn.
e) Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan.
Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Beberapa macam saraf beserta fungsinya sebagai berikut :
1) Nervus Cranialis
a) Nervus Olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma
(bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b) Nervus Optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan pengelihatan ke otak.
c) Nervus Okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pergerakan bola mata)
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan otot
iris.
d) Nervus Troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang
pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
e) Nervus Trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang. Fungsinya
sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
(1) Nervus Oltamikus
Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata atas, selaput
lendir kelopak mata dan bola mata.
(2) Nervus Maksilaris
Sifatnya sensori, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang hidung, ronga hidung
dan sinus maksilaris.
f) Nervus Abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi
mata.
g) Nervus Fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) serabut-serabut motorisnya mensarafi otot-
otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut
saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik
wajah untuk menghantarkan rasa pengecap.
h) Nervus Auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengaran, membawa rangsangan dari pendengaran
dan dari telinga ke otak. fungsinya sebagai saraf pendengar.
i) Nervus Glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini
dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j) Nervus Vagus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik, sensorik dan
parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-
kelenjar pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
k) Nervus Asesorius
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulustrapesium fungsinya
sebagai saraf tambahan.
l) Nervus Hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini terdapat di
dalam sumsum penyambung.
E. FAKTOR RESIKO
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stoke dibanding wanita
b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
2.Faktor yang dapat dirubah (reversible)
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
b. Obesitas
c. Kolesterol tinggi
d. Riwayat penyakit jantung
e. Riwayat penyakit diabetes mellitus
f. Polisetemia
g. Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
a. Merokok
b. Peminum alkohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol
F. PATHWAY
Faktor pencetus / Penimbunan lemak / Lemak yang Menjadi kapur /
etiologi kolesterol yang sudah nekrotik mengandung
meningkat dalam darah dan berdegenerasi kolesterol dengan
infiltrasi limfosit
(trombus)
Ateriosklerosis Penyempitan
Pembuluh darah pembuluh darah
Thrombus / menjadi kau dan (oklusi vaskuler)
emboli di cerebral pecah
Aliran darah
Stroke Non Kompres jaringan
Stroke Hemoragik terhambat
Hemoragik otak
H. PATOFISIOLOGI CVA
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan keadaan
hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemia otak. Iskemik yang terjadi
dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan
defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati
permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Batticaca, 2011).
Setiap defisit lokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena. Daerah otak
yang terkena akan menggabarkan pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling
sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit lokal
permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat
teratasi. Jika aliran darah ke tiap bagian otak (Batticaca, 2011).
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat
menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen
dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang
mengalami nekrosis disebut infark (Batticaca, 2011).
Gangguan peredaran otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-
sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metebolisme tergantung dari
glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak (Batticaca, 2011).
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau ke dalam jaringan
otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang
dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan
menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak (Batticaca, 2011).
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan oleh tekanan
jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorsi. Ruptur ulangan merupakan risiko serius yang
terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama (Batticaca, 2011).
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian tertentu, menimbulkan iskemik
fokal, dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan
kesadaran, peningkatan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah
sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak
(Batticaca, 2011).
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan intrakranial
yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak terobati
mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Di samping itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik,
dan gangguan pernapasan (Batticaca, 2011).
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat mengiritasi
pembuluh darah, meningen dan otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri
yang berakibat menurunnya perfusi seberal . spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari
ke-4 sampai hari ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstruksi arteri otak.
Vasospasme merupakan komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,
iskemik otak dan infark (Batticaca, 2011).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan
atau sumbatan arteri
2. CT Scan, mengetahui adanya tekanan normal adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan
intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukkna adanya
perdarahan subaraknoid dan perdarahan intrakanial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Imaging Resnance (MRI), menunjukkan daerah infark, perdarahan, malformasi
arteriovena (MAV)
4. USG Doppler, untuk mengidentifikasi adanya penyakit arterino (masalah sistem arteri karotis) dan
aterosklerosis
5. EEG (Elektroensefalogram), mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik
6. Sinar tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subaraknoid.
7. (Batticaca, 2011).
J. PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN CVA
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi Rawat Daruarat dan merupakan tindakan resusitasi
serebro-kardio-pulmonal betujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini pasien
diberi oksigen 2 menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin
dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan otak, elektrokardiografi, foto thoraks, darah perifer
lengkap dan jumlah trombosit, protombin time/INR, APTT, gukosa darah, kimia darah; jika hipoksia,
lakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Gawat Darurat adalah memberikan dukungan
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang
2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Dilakukan tindakan
terapi fisik, okupasi, wicara, dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien.
Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak CVA terhadap pasien dan
keluarga serta perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga
a. CVA Iskemik
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya,
bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika
perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiuretik, kemudian jika
penyebabnya kantong kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten). Pemberian
nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid, koloid 1500-2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan.
Pemberian nutrisi per oral jika fungsi menelannya baik.; jika didapatkan gangguan menelan,
kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar gula darah >150 mg harus
dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinue selama
2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg% atau 80 mg% dengan gejala) diatasi
segera dengan dekstrosa 40% IV sampai kembali normal dan harus dicari oenyebab nyeri kepala atau
mual muntah diatasi dengan pemberian obatobatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali tekanan sistolik >220 mmHg, diastolik >120 mmHg, Mean Arterial Pressure
(MAP) >130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongesti, gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%
dan obat yang direkomendasikan; natrium nitroprusid, penyekat reseptor, alfa-beta, penyekat ACE,
atau antagonis kalsium. Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik <90 mmHg, diastolik <70 mmHg,
diberi NaCl 0,9% 250 ml, dilanjutkan 500 ml selama 4 jam, dan 500 ml selama 8 jam. Jika belum
terkoreksi, sistolik <90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 ug/kg/menit sampai sistolik >110 mmHg.
Jika kejang diberi diazepam 5-20 mg per IV selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari, dilanjutkan
dengan pemberian antikolvunsan per oral (fenitoin, karbamazepin)).
Terapi khusus : ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplate seperti aspirin dan
antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik PA (recombinant tissue Plasminogen
Activator). Dapat juga diberi neuroproteksi, yaitu sitilikon atau pirasetam (jika didappatkan afasia)
b. CVA Hemorragik
Terapi umum : pasien CVA hemoragik harus di rawat di ICU jika volume hematoma >30ml,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah
harus di turunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20 % bila tekanan sistolik >180 mmHg,
diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume darah hematome bertambah. Bila terdapat
gagal jantung, harus diturunkan segera dengan labelato IV 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai
20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril IV 0,625-1,25 mg per 6 jam,
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi
dinaikkan 30 derajat, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol dan hiperventilasi
(Pco, 20-35 mmHg). Pelaksanaan umum sama dengan CVA iskemik, tukak lambung diatasi dengan
antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran nafas dicegah
dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas
Tujuan khusus : Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya semakin memburuk
dengan perdarahan serebrum berdiameter >3 cm³, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel,
dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 ml dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial
akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis kalsium
(nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika
penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena
3. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan bladder
training. Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif
pasca CVA di rumah sakit dengan tujuan kemandirian psien, mengerti, memahami dan melaksnakan
program prentif primer dan sekunder. Terapi fase subakut antara lain :
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi atau rehabilitasi yaitu fisioterapi, terapi wicara, kognitif dan okupasi
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discharge planning
K. KOMPLIKASI CVA
1. Dini (0-48 jam pertama)
a. Edema serebri. Defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan TIK,
herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian
b. Infark miokard. Penyebab kematian mendadak pada CVA stadium awal
2. Jangka pendek
a. Pneumonia akibat immobilisasi lama
b. Infark miokard
c. Emboli paru. Cenderung terjadi 7-14 hari pasca CVA, sering sekali terjadi pada saat penderita
mulai mobilisasi
d. CVA rekuren, dapat terjadi pada setiap saat
3. Jangka panjang (>14 hari)
a. CVA rekuren
b. Infark miokard
c. Gangguan vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan yang telah direncakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Hidayat,2004)). Menurut Gaffar, LOJ, (2002) implementasi merupakan pelaksanaan
keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat. Keamaan fisik dan psikologi dilindungi dan di dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, yang mencakup penilaian kesehatan, p encegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2005). Sedangkan menurut (Hidayat, 2004) evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca. Fransiska B. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta
: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol 3 edisi
1. Jakarta : EGC
Geyer, James D. 2009. Stroke : A Practical Approach. Philadelphia :Lippincott Williams & Wilkins.
Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi
Jilid 3. Jogja : Mediaction.
Riskesdes. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sutrisno. A. 2007. Stroke Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda Terserang Stroke. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 57 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki- laki
d. Pendidikan Terakhir : SMA
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Alamat : Jl. Bougenvile no 21
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. No RM : XXX
j. Tanggal MRS : 13 Januari 2020 pukul 14:00
k. Tanggal Pengkajian : 13 Januari 2020 pukul 14:25
l. Orang yang paling dekat / bisa di hubungi
Nama : Ardiansyah
Alamat : Jl. Asparaga no 13
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan klien : Anak kandung klien
Jenis Hubungan
no Nama Umur pekerjaan Keterangan
Kelamin Dg Klien
2. Gejala yang dirasakan : kelemahan pada kaki dan tangan kanan untuk bergerak dan bicara
pelo
3. Faktor pencetus : -
4. Timbulnya keluhan Saat merasakan kelelahan
5. Upaya mengatasi : Tn. A bisa mengatasi masalah penyakitnya dengan mandiri, dan istirahat
yang cukup
c. Riwayat penyakit dahulu
1. Penyakit yang pernah diderita : Tn. A mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun
2. Riwayat alergi : Tn. A mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
3. Riwayat kecelakaan : Tn. A mengatakan tidak pernah mengalami atau memiliki riwayat
kecelakaan
4. Riwayat pernah dirawat di RS : Tn. A mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit
5. Riwayat pemakaian Obat : Tn. A tidak memiliki riwayat pemakaian obat
d. Riwayat penyakit Keluarga
Dari pihak keluarga Tn. A sebelumnya tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama
e. Genogram
V. Rwayat Alergi
3. Pengecapan : Tn. A mengatakan indra pengecapan berfungsi dengan baik namun gigi sudah
tidak lengkap
4. Sensasi / peraba : Sensasi peraba berfungsi dengan baik
f. Persepsi diri-pola konsep diri
1. Gambaran diri : Tn. A menggambarkan dirinya memiliki tubuh yang sehat dan lengkap
2. Identitas diri : Tn. A mengatakan bahwa dirinya seorang pria tua yang dulu pekerja yang
sangat giat dan kini tak lagi sama
3. Peran diri : Tn. A merasa dirinya tidak mempunyai peran dalam keluarga
4. Ideal diri : Tn. A mengatakan ingin sehat kembali dan bisa beraktivitas sepertu sebelumnya
5. Harga diri : Tn. A terkadang merasa bahwa dirinya tidak dihargai di dalam keluarga
g. Pola toleransi – stress koping
1. Penyebab stress : Saat dimarahi istrinya , anak maupun menantunya
2. Penanganan : Pergi ke rumah tetangga atau saudaranya
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil,
mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan Nilai D :
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu
fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain – lain : ketergantungan sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
C, D, E, F, G
b. Pengkajian status kognitif dan afektif
SHORTH PORTABLE MENTAL STATUS QUESIONER (SPMSQ)
Jumlah = 4 (normal)
C. *) Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor “1 “ ( satu ) : skor 5-9 : kemungkinan
depresi
D. Skor 10 atau lebih: depresi
d. Pengkajian status sosial
APGAR KELUARGA
1 A : Adaptasi √
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 P : Partnership √
Saya puas dengan cara keluarga (teman- teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth √
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima & mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek √
Saya puas dengan cara keluarga (teman- teman) saya
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve √
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama- sama mengekspresikan
afek dan berespon
JUMLAH 8 1
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi Nilai
: 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Nilai : 7-10 fungsi keluarga baik
ANALISA DATA
Kekuatan otot
2 5 Ateriosklerosis
4 5
Trombus / emboli
otak
CVA Infark
Arteri cerebrimedia
Penurunan fungsi
motoric dan
muskuloskelekal
Hemiparesis kanan
Hambatan mobilitas
fisik
DS:
Klien mengatakan kelemahan ekstremitas Risiko jatuh
kanan Peningkatan TIK
(Tekanan Intra
DO : Kranial)
Selama MRS klien tidak bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya
Keadaan umum
Lemah Herniasi falk serebri
6C5 4,5,6 dank e foramen
TTV TD : 190 /100 magnum
N : 90X /Mnit
S : 37,3 C
RR : 22X/Mnit Kompresi batang
otak
2
Depresi saraf
kardiovaskuler dan
pernapasan
Penurunan tingkat
kesadaran
Risiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. A
UMUR : 57 th
NO. REGISTER : XXX
NO. TGL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TT
TERATASI
1 13 Januari 2020 Gangguan mobillitas fisik b.d 14 Januari 2020
penurunan kekuatan otot (D.0054)
1 S : Klien S : Klien
mengatakan tangan mengatakan
sebelah kanan kesemutan tangan
merasa kesemutan sebelah kanan
terus-menerus berkurang
O: O:
-Keadaan umum -Keadaan umum
lemah lemah
-GC5 4,5,6 -GCS 4,5,6
-Mual – - Mual –
-Muntah – - Muntah –
-Skala nyeri 4 TTV : TD : 160 /
TTV : TD : 190 / 100 mmhg
100 mmhg N : 85 x / Mnit
N : 87 x / Mnit S : 36 C
S : 37 C RR : 24 x / Mnit
RR : 22x / Mnit
A : Masalah teratasi
A : Masalah belum sebagian
teratasi P : Lanjutkan
P : Lanjutkan intervensi
intervensi