A
DENGAN GANGGUAN SISTEM SYARAF :
STROKE NON HEMORAGIC
DI RUANG DAHLIA RSUD CILACAP
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran darah
keotak atau retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab yang
ditandai dengan kelumpuhan sensoris dan motoris tubuh sampai dengan terjadinya penurunan
kesadaran. (Arif Mutaqqin, 2008)
Menurut Ramadhan (2009), stroke termasuk penyakit cerebrovaskular (pembuluh darah otak)
dan ditandai oleh kematian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke dalam otak.
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008)
a. Bagian-bagian Otak
Otak merupakan organ yang paling mengaggumkan dari seluruh organ, kita mengetahui
bahwa seluruh angan-angan dan keinginan dan nafsu perencanaaan dan memeori merupakan
hasil dari aktivitas otak. Otak bersisi 10 miliar neuron yang nenjadi komplek secara kesatuan
fungsional. Otak lebih komplek dari pada batang otak manusia kira kira merupakan 2 % dari
berat badan orang dewasa, otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% dari
curah jantung, memerlukan 205 pemakaian oksigen tubuh, dan sekita 400 kilo kalori energi
setiap hari.
Menurut mutaqin (2008) pada dasarnya otak mempunyai beberapa bagian, yaitu:
1. Serebrum
Serebrum merupakan merupakan bagian otak yang paling besar dan menonjol di sini
terletak pusat pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensori dan motorik, juga mengatur
proses penalaran, memori dan intelgensi. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah
kiri dan hemisfer sebelah kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan konsep fungsional ini di
sebut pengendalian kontralateral.
2. Kortek serebri
Kortek serebri atau mantel abu-abu (gray metter) dari serebrum mempunyai banyak
lipatan yang di sebut giri ( tunggal girus). Susunan seperti ini memunkinkan permukaan otak
menjadi luas ( di perkirakan seluas 2200 cm2) yang terkandung dalam rongga tengkorak yang
sempit. Kortek serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk
mengindra lingkungan. Korteks serebri menentukan prilaku yang bertujuan dan beralasan.
3. Lobus frontal
Lobus frontal mencakup bagian dari korteks serebrum bagian depan yaitu dari sulkus
sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar lateralis bagian ini memiliki area motorik dan
pramotorik. Area broca terletak di lobus frontalis dan mengontraol aktivitas bicara. Area asosiasi
di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh bagian otak dan menggabungkan informasi-
informasi tersebut menjadi pikiran rencana dan prilaku. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk
prilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus frontalis
memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang di hasilkan oleh system limbic dan refleks
vegetatife dari batang otak.
4. Lobus parietalis
5. Lobus oksipitalis
Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura parieto-
oksipitalis, yang memisahkan dari serebrum, lobus ini pusat asosiasi visual utama. Lobus ini
menerima informasi dari retina mata. Menginterprestasikan pengelihatan membedakan warna
dan sekaligus kordinasi gerakan dan keseimbangan.
6. Lobus temporalis
7. Serebelum
Serebelum mengkordinasi penyesuaian secara tepat dan otomatis dengan menjaga keseimbangan
tubuh. Serebelum merupakan pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta
menguabh tonus otot dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap
tubuh price,1995 dalam buku arif mutaqqin 2008.
8. Batang otak
Bagian-bagian batang otak dari atas sampai bawah yaitu pons dan medulla oblongata. Di seluluh
batang otak terdapat jeras-jeras yang berjalan naik turun. batang otak merupakan pusat relasi dan
refleks dari SSP.
9. Medulla oblongata
Medulla oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung vasikonstriktor, pernafasan,
bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan muntah. Semua jeras asendens dan desendens
medulla spinalis terlihat di sini. Pada permukaan anterior terdapat pembesaran yang di sebut pyramid
yang terutama mengandung serabut motorik volunteer.di bagian posterior medulla oblongata terdapat
pula dua pembesaran yang di sebut fesikuli dari jeras asendens kolumna dorsalis, yaitu fesikuli
grasilis dan fesikulus kutaenus, jeras -jeras ini mrngantarkan tekanan, proprioseptif otot-otot sadar,
sensai getar dan diskriminasi dua titik.
C. Etiologi
Stroke dapat dibagi menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik
merupakan terjadinya perdarahan di otak yang meneurunkan aliran oksigen dan gula darah ke daerah
tertentu sehingga sel-sel saraf akan mati dan area yang terkena akan terganggu fungsinya.
Stroke hemoragik dapat disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu,
kejadiannya biasanya pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat saat beristirahat dan kesadaran
pasien biasanya menurun, sedangkan stroke non hemoragik merupakan gangguan fungsi otak secara
tiba-tiba. Stroke non hemoragik merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia menengah
dan dewasa tua.
Penyebab terjadinya stroke non hemoragik secara umum karena adanya gangguan aliran darah ke otak
yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke
otak dan ini terjadi karena :
A. Trombosis serbral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami okulasi sehingga menyebabakan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
1. Ateroksklerosis
4. Emboli
B. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahn ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
C. Hipoksia umum
D. Hipoksi setempat
(Arif mutakin,2008).
Faktor - faktor resiko terjadinya stroke antara lain (Arif mutakin 2008) :
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Kolestrol tinggi
4. Obesitas
5. Diabetes
6. Merokok
7. Penyalahgunaan obat
8. Konsumsi alkohol
D. Patofisilogi
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.
Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah,
sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli
disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok
pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologis fokal. (Arif mutakin,2008).
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya
perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan
peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di
samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah
berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. (Arif mutakin,2008)
E. Manifestasi klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2006) manifestasi klinis yang timbul pada pasien stroke berdasarkan
pembulu darah arteri yangg terkena antara lain :
Kontra lateral paralisis (kumpulan atau kehilangan daya untuk bergerak) atau parisese (kelumpuhan
ringan),
1. Hilangnya sensorik dan motorik, paling nyata pada muka, leher dan ekstremitas atas.
4. Kontra lateral hemianova (hilangnya pengelihatan berupa gangguan lapangan pandang yang
bersifat fasial atau komplit.
6. Gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran atau hilangnya kesadaran (pingsan, koma).
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan masalah stroke meliputi sebagai berikut
(Batticaca, 2008) :
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara specific seperti perdarahan arteriovena atau
adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformas vascular.
b. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menujukan adanya hemoragi
pada subraknoid atau perdarahan pada intra cranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya
proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likour merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang massif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likour masih normal (xantrkrom) sewaktu hari-hari
pertama.
c. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hemtoma, adanya jaringan otak
yang infrak atau iskemia, dan posisi secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan hiperdens
fokal, kadang pemdatan terlihat di ventrikel, atau menyebar di permukaan otak.
d. MRI
MRI (magneticimaging resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya di dapatkan di daerah yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. USG Doppler
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunya implus listrik dalam jaringan otak.
g. Pemeriksaan laboratorium
1) Lumbal fungsi : pemeriksaan likour merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang massif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likour masih normal (xantokhrom) sewaktu hari
pertama.
3) Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia, gula darah dapat
mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
2. Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan termasuk usaha untuk memperbaiki hipertensi
maupun hipotensi
b. Menetapkan posisi sebaiknya
Posisi pasien dibalikkan dan beri latihan gerak pasif setiap dua jam dalam beberapa hari untuk untuk
melakukan gerakan pasif penuh dilakukan sebanyak 50 kali.
1. Hipertensi adalah satu-satunya faktor risiko paling penting yang bisa dimodifikasi, lebih dari
setengah stroke dapat dicegah dengan pengontrolan hipertensi.
Komplikasi stroke non hemoragik dapat beraasal dari kesukaran jaringan otak sendir dari akibat
kematian dalam beberapa hari atau cacat fisik sekunder akibat kerusakan otak.
Menurut Brunner & suddarth (2006) komplikasi stroke di bagi menjadi 2 (dua) sebagai berikut :
2) Kelumpuhan
3) Lemah
c) Oedema paru
Asuhan keperawatan adalah sesuatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh seseorang pasien dlaam
memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa bimingan, pengawasan, perlindungan.( Brunner &
suddarth, 2002)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik mengenai kesehatan.
Pasien mengelompokkan data, menganalisis data tersebut sehingga dapat diketahui masalah dan
perawatan pasien. Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara
terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat dapat merencanakan asuhan
keperawatan pada pasien (Arif Mutaqqin, 2008).
Pengkajian pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pennyakit psikososial.
1. Identitas klien
Melipti nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan,agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggita gerak
sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas ataupun
sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator,
obat-obat adiktif, dan kegemukan.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat
stroke dari generasi terdahulu.
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status
dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak, makanan apa yang
ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang mengandung garam, santan, goreng-
gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang mengandung alkohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu konstipasi karena
adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna, bau,
berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepela
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan dalam
mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan
dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya kesulitan dalam
menelan.
e. Dada
- Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II mur-mur atau
gallop.
f. Abdomen
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase,
mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya berkurang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual
Diagnosa keperawatan yan menejelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata saat ini sesuai dengan
data klinis yang ditemukan misalnya : Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan kerusakan
kontrol motorik dan postural.
b. Potensial
Diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata dan akan terjadi jika
tidak dilakukan intervensi keperawatan.
Saat ini masalah belum ada tetapi etiologi belum ada misalnya : resiko penyelesaian infeksi
berhubungan dengan status cairan.
c. Kemungkinan
Diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu data tambahan untuk memastikan pertambahan
masalah. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tetapi sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah, misalnya : kemungkinan terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya
luka di kulit.
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemuiakan pada klien stroke non hemoragik adalah (arif
mutakin, 2008) :
1. Risiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya meningkatnya volume intrakranial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebral.
2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak,
vasospasme, dan edema otak.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurunn, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.
4. Hambatan mobiltas fisik yang berhubungan dengan hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada
ekstremitas.
5. Risiko tinggi terhadap terjadinya cedera yang berhubungan dengan penurunan luas lapang
pandang, penurunan sensasi rasa (panas, dingin).
6. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubgungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara
di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
9. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan.
11. Ganggua konsep diri citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan
persepsi.
12. Ketidakpatuhan terhadap regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurangnya informasi
perubahan status kognitif.
13. Gangguan persepsi sensori yang berhunbungan dengan penurunan sensori, penurunan
penglihatan.
14. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan imobilisasi, asupan cairan yang
tidak adekuat.
15. Gangguan eliminasi urine (Inkotinensia urine) yang berhubungan dengan lesi pada UMN.
16. Risiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler pada ekstremitas.
17. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan perubahan status sosial, ekonomi, dan
harapan hidup.
18. Kecemasan klien dan keluargayang berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak menentu.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis dan identifikasi masalah. Penetuan
tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi mengatasi masalah tersebut.
Perencenaan keperawatan terdiri dari :
a. Spesifik dalam isi dan waktu. Isi menggambarkan apa yang dilakukan, dialami dan dipelajari.
Isi dapat dimodifikasi sedangkan waktu akan mempermudah dan memberi batasan penampilan yang
dicapai.
b. Dapat dicapai dalam menetukan tujuan dan kriteria evaluasi harus objektif dan realistik,
maksudnya sesuatu yang dapat dicapai sesuai dengan kekuatan kelemahan yang ada.
Menurut Arif Mutaqqin ( 2008 ) intervensi yang bisa dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Perubahan perpusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak,
vasospasme, dan edema otak.
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam perpusi jarinagn tercapai secara optimal.
kriteria hasil :
klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual dan kejang, GCS 4, 5, 6, pupil isokor,
refleks cahaya (+) TTV normal.
Intervensi :
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan akibatnaya.
b. Baringkan klie ( bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.
Rasional : aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial dan intraabdoment dan dapat
melindungi diri diri dari valsava.
Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrkranial dan poteensial terjadi
perdarahan ulang.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan
batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan : stelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mamapu meningkatkan dan
memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.
kriteria hasil : bunyi nafas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, trakeal tube bebas sumbatan,
menunjukan batuk efektif, tidak ada penumpukan secret di jalan nafas.frekuensi pernafasan 16
-20x/menit.
Intervensi :
Rasional : pengisapan lendir dapay memebebaskan jalan nafas dan tidak terus menerus di lakukan dan
durasinya dapat di kurangi untuk mencegah hipoksia.
Rasional : denagn pemberiaan oksigen dapat membantu pernafasan dan membuat hiperpentilasi
mencegah terjadinya atelaktasisi dan mengurangi terjadinya hipoksia.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawtan selama 2 x 24 jam mobilitas fisik teratasi.
Criteria hasil : klien dapat mempertahan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
terkena atau kompensasi.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan melalui skala 0-4.
b. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan bisa lebih sering.
Rasional ; meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya kontraktur.
d. Bantu mengembangkan keseimbangan duduk seoerti meninggikan bagian kepala tempat tidur,
bantu untuk duduk di sisi tempat tidur.
Rasional : membantu melatih kembali jaras saraf,meningkatkan respon proprioseptik dan motorik.
Rasional : program yang khusus dapat di kembangkan untuk menemukan kebutuhan klien.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24jamklien mampu memperthankan
keutuhan kulit.
Kriteria hasil : klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui cara dan penyebab
luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika munkin.
c. Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang menonjol.
d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah
posisis.
e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.
f. jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin terauma,panas terhadap kulit.
5. Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunya kekuatan dan
kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti
makan, mandi dll.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam terjadi prilaku peningkatan
perawatan diri.
Kriteria hasil : klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu
melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasikan personal
masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 4 untuk melakukan ADL.
b. Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.
Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan untuk mencegah frustasi dan
harga diri klien.
c. Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan
dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik yang positif untuk
usahanya.
Rasional : klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam
menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klie
untuk terus mencoba.
d. Rencankan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan makanan dan peralatan
dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
Rasional : klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat kelaurmasuk orang ke
ruangan.
6. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan asupan cairan yang
tidak adekuat.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam gangguan eliminasi fecal
( konstipasi) tidak terjadi lagi.
Kriteria hasil : klien BAB lancer,konsistensi feces encer, Tidak terjadi konstipasi lagi.
Intervensi :
Rasional : untuk mengetahui frekuensi BAB klien, mengidentifikasi masalah BAB pada klien .
c. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18 gelas/hari, untuk mengencerkan
feces dan mempermudah pengeluaran feces.
7. Gangguan eliminasi urin ( inkontinensia urin) berhubungan dengan lesi pada UMN.
kriteria hasil : gangguan eliminasi urin tidak terjadi lagi, pola eliminasi BAK normal.
Intervensi :
Rasional : untuk mengatur supaya tidak terjadi kepenuhan pada kandung kemih.
Rasonal : untuk menentukan piata laksanaan tindak lanjut jika klien tidak bisa berkemih.
1. Tepat waktu.
5. Evaluasi Kerawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi atau penilaian dapat dibagi menjaji dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah yang dilakukan setiap kali melakukan tindakan keperawatan sedangkan
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua tindakan yang dilakukan dengan
membandingkan kreteria hasil yang telah ditetapkan dengan respon atau tanda dan gejala yang
ditunjukkan pasien.
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala sesuai dengan kreteria
hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian dari kreteria hasil yang
sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala sesuai dengan kreteria hasil
yang sudah ditetapkan.
Inkontinensia Urine adalah pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol dan menetesnya urin dari
uretra dengan keadaan kandung kemih yang penuh. (Saryono, 2010)
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekstensi urine. (Tarwoto Wartonah, 2006)
Inkontinensia urine adalah kehilangan urine yang tidak disadari, tidak diduga, atau kontinu ; tipe ini
terkait dengan penyakit atau kondisi persyarafan ; defisit anatomis seperti fistula atau kerusakan
jaringan akibat pembedahan, trauma, atau radiasi. (Susan Martin Tucker : EGC, 2008)
Menurut Saryono dan Anggriyana Tri Widiarti (2010) penyebab dari Inkontinensia urine adalah
ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spinkter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine.
Ada 5 tipe inkontinensia urine (Saryono dan Anggriyani Tri Widiarti, 2010), yaitu :
a. Fungsional
Ketidakmampuan memprediksi keluarnya urine, disebabkan oleh gangguan fisik dan mental atau
faktor lingkungan.
b. Refleks
Urine yang mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kencing akibat
otot detrusor yang lemah sehingga tidak dapat merasakan kandung kemih penuh.
c. Stress
d. Urge
e. Total
Keluarnya urine yang tidal dapat diprediksi, disebabkan oleh injury spinkter pada laki-laki dan injury
otot parineal pada wanita atau adanya kerusakan neurologis.
3.3
Defisit neurologis
Emboli serebral
Stroke
3.4 Penatalaksanaan
Penanganan inkontinensia urine tergantung factor penyebab yang mendasarinya, namun demikian
sebelum terapi yang tepat dimulai, munculnya masalah ini harus di identifikasi terlebih dahulu.
Yang sering dikerjakan pada penderita lanjut usia dengan incontinensia urine adalah memasang
kateter secara menetap. Untuk beberapa pertimbangan, misalnya memantau produksi urine dan
mengatur balance cairan hal ini masih dapat diterima, tetapi sering kali pemasangan kateter ini tidak
jelas dan mengandung resiko untuk terjadinya komplikasi umumnya adalah infeksi.
1. katerisasi luar
terutama pada pria yang memakai system kateter kondom. Efek samping yang utama adalah iritasi
pada kulit dan sering lepas.
2. katerisasi intermiten
katerisasi secara intermiten dapat dicoba, terutama pada wanita lanjut usia yang menderita
inkontinensia urine. Frekuensi pemasangan 2-4x sehari dengan sangat memperhatikan sterilisasi dan
tehnik prosedurnya.
Pemasangan kateter secara menetap harus benar-benar dibatasi pada indikasi yang tepat. Misalnya
untuk ulkus dekubitus yang terganggu penyembuhannya karena ada inkontinensia urine ini.
Komplikasi dari katerisasi secara terus-menerus ini disamping infeksi. Juga menyebabkan batu
kandung kemih, abses ginjal dan bahkan proses keganasan dari saluran kemih.
Memang lebih rumit dan membutuhkan biaya serta tenaga untuk memakai pembalut-pembalut serta
alas tempat tidur dengan bahan yang baik daya serapnya, dan secara teratur memprogram penderita
untuk berkemih.Tetapi untuk jangka panjang, dapat diharapkan resiko morbiditas yang menurun,
dengan begitu juga berpengaruh pada penurunan biaya perawatan.
Pengelolaan inkontinensia urine pad apenderita usia lanjut, secara garis besar dapat dikerjakan sebagai
berikut :
1. Program rehabilitasi
4. Pembedahan, misalnya untuk mengangkat penyebab sumbatan atau keadaan patologi lain.
FORMAT PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Sopir
Gol. Darah : A+
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Berdagang
Alamat : Jl. S. Parman 23 RT 2/1 Rawajaya, Bantarsari, Cilacap
Hubungan dengan klien : Istri
I. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Bicara susah
C. Pola Perseptual
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, tidak ada nyeri, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat
dengan baik dan mampu mengambilan keputusan.
D. Pola persepsi diri
Pasien mempunyai harga diri yang tinggi, gambaran diri positif dan perasaan terhadap
diri sendiri positif
E. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah berhubungan intim dengan istri, Pasien
mempunyai 4 orang anak.
F. Pola peran hubungan
Bagaimana Pola Interaksi Klien : Kepada siapa klien berespon ?
Pasien mampu berinteraksi dengan perawat, keluarga dan pengunjung
namun terbatas karena untuk bicara susah.
Siapa orang yang dekat dan di percaya klien :
istri
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif / pasif ) ?
Pasien mampu berinteraksi secara Pasif, mampu menjawab pertanyaan
yang diajukan perawat namun tidak jelas kerena pelo
Kegiatan sosial apa yang selama ini diikuti oleh klien ?
Pengajian
Peran apa yang melekat pada diri klien / pasien ?
Sebagai seorang suami, ayah dari 3 orang anak.
Bagaimana persepsi klien / pasien terhadap pelaksanaan tugas perannya
setelah sakit :
Selama sakit jadi tidak bisa bekerja sebagai supir ambulance.
Dan bagaimana penerimaan klien / pasien dengan ketidakmampuannya
melaksakan peran ?
Sedih dan ingin segera sembuh.
Serta bagaimana klien / pasien mengatasinya ?
Pasrah dan berdoa supaya cepat pulih
a. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien ?
Merasa sedih karena untuk berkomunikasi susah.
Tingkah laku yang menonjol ?
Ekspresi sedih
Suasana yang membahagiakan klien ?
Berkumpul dengan anak2 dan bisa bekerja lagi.
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman ?
Takut anggapan orang mengenai penyakitnya.
b. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ), tidak
Apakah pola komunikasinya ( spontan / lambat ) lambat
Apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( ya / tdk ),tidak
Apakah komunikasi klien jelas ( ya / tdk ), tdk (Pelo)
Apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( ya / tdk ), tidak
Apakah tipe kepribadian klien ( terbuka / tertutup ) terbuka
c. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya ?
berdiskusi dengan istri dan anak-anak
Dampak di Rawat di Rumah Sakit : Apakah ada perubahan secara
fisik dan psikologis selama klien dirawat di RS ?
Iya, karena pasien merasa tidak sakit hanya susah untuk bicara.
Pasien ingin segera pulang.
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkakan atau tidak ), dan penggunaan alat bantu pernafasan ( ya atau tidak,
bila ya jelaskan alat apa yang digunakan.................................................
Bentuk hidung simetris, Tidak ada pembengkakan, tidak ada alat bantu
pernafasan.
Amati meatus : perdarahan ( - ), negatif
Kotoran ( - ), negatif
Pembengkakan ( - ), negatif
pembesaran / polip ( - ), negatif
upaya bernafas cupping hidung ( - ) negatif
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis),
Tidak ada Kelainan konginetal : labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis.
warna bibir terlihat pucat, lesi (- ), negatif
Bibir pecah (- ), negatif
Amati gigi, gusi, dan lidah : Caries ( + ), ada 1 gigi geraham
Kotoran ( - ), negatif
Gigi palsu (- ), negatif
Gingivitis ( - ), negatif
Warna lidah, Perdarahan ( - ), dan abses ( - ), negatif
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
Tidak
d. Telinga
Amati bagian telinga luar : Bentuk . Simetris seperti huruf S.
Ukuran : Proporsional
Warna .Coklat/sawo matang
lesi ( - ), negatif
nyeri tekan (- ), negatif
peradangan (- ), negatif
penumpukan serumen ( - ), negatif
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna Putih seperti mutiara
Transparansi : Semi Transparan.,
perdarahan (- ), negatif
perforasi (- ), negatif
Ps mengeluh telinga berbunyi / berdenging ( tinitus ) tidak
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher ( simetris / asimetris ), peradangan ( + / - ), negatif
jaringan parut (- ), negatif
perubahan warna ( - ), negatif
massa (- ) negatif
Palpasi : pembesaran kelenjar limle (- ), negatif
pembesaran kelenjar tiroid ( - ), negatif
posisi trakea (simetris/tidak simetris),
pembesaran Vena jugularis 5 + 2 : 3-4 cm diatas sudut sternum
5. Pemeriksaan Thorak/dada
a. Pemeriksaan Paru
INSPEKSI
Bentuk torak ( Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel
chest),
Susunan ruas tulang belakang ( Kyposis / Scoliosis / Lordosis ), Lurus
Bentuk dada ( simetris / asimetris ),
Keadaan kulit ( teraba dingin dan lembab oleh keringat )
Retrasksi otot bantu pernafasan : Retrakski Intercosta ( + / - ), negatif
retraksi suprasternal ( + / - ), negatif
Sternomastoid ( + / - ), negatif
pernafasan cuping hidung ( + / - ), negatif
Pola nafas : ( Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes /
Biots / Kusmaul)
Amati : cianosis ( + / - ), negatif
batuk ( produktif / kering / darah ) tidak ada.
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
( teraba / tidak sama ).
Lebih bergetar sisi .....sama............................
PERKUSI
AUSKULTASI
Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ), Area Bronchial : (
bersih / halus / kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni (- ), negatif
Egophoni (- ), negatif
Pectoriloqui (- ) negatif
Suara tambahan Terdengar : Rales (- ), negatif
Ronchi (- ), negatif
Wheezing (- ), negatif
PALPASI
Palpasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : kiri di linea para strenalis kiri (pinggang jantung) ( N = ICS II )
Batas bawah :kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( t4 iktus) ( N =
ICS V )
Batas Kiri : ......................... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra )
Batas Kanan : ..................... ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra )
AUSKULTASI
BJ I terdengar ( tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II Terdengar ( tunggal / ganda ), ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang BelakangPeriksa ada tidaknya lesi pada kulit
punggung,Apakah terdapat kelainan bentuk tulang belakang,
Tidak terdapat kelainan bentuk tulang belakang.
Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang, Tidak
Apakah terdapat fraktur atau tidak, adakah nyeri tekan. tidak
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri ( simetris / asimetris ), deformitas ( + / - ) Negatif.
fraktur ( + / - ) Negatif.
lokasi fraktur ....,jenis frktur ..... kebersihan luka ......terpasang Gib ( + / - ),
( + / - ), Traksi ( + / - )
b. Palpasi
Oedem : Lingkar lengan : 28 cm. Lakukan uji kekuatan otot : 5
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna : merah muda, bentuk ( kuku / sendok ), dan
kebersihan kuku : Bersih, cyanosis( - )
Differential
Eosinofil : 7% (N : 1-6 %)
Batang : 0% ( N : 3-5 %)
PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Hasil CT-Scan :
- Lacunar infarct di corona radiata sinistra
- Tak tampak perdarahan pada head CT scan saat ini
ANALISA DATA
Nama : Tn. A
Umur : 54 Tahun
Ruang : Dahlia
No.RM : 036645
FORMAT PERENCANAAN
A. FORMAT IMPLEMENTASI
- Mengecek
Subjektif :
laboratorium untuk - Pasien mengatakan
kadar Hb lemas
- Mengelola transfusi - Pasien mengatakan
darah : Memberikan makan habis 1 porsi dari
transfusi sesuai RS
golongan darahnya Objektif :
(A+) - Pasien tampak lemas
3.
- Berkolaborasi dengan - Conjungtiva anemis
- Hb : 6,7 g/dl
dokter untuk
- Urine tampak merah
pemberian terapi obat
- Menganjurkan pasien
untuk makan makanan
tinggi zat besi
- Mencuci tangan
Subjektif :
sebelum melakukan
tindakan, pengunjung
dan keluarga juga
Objektif :
dianjurkan melakukan
- Tidak tampak kalor,
hal yang sama
- Menjaga personal rubor, dolor, tumor dan
hygiene pasien dengan fungsiolaetsa
- Nadi : 90 x/menit
baik
- RR : 16 x/menit S
- Memonitor temperatur
- Menghindari/ - Suhu : 36,7
membatasi prosedur
invasif dan menjaga
aseptik prosedur
- Berkolaborasi dengan
dokter pemberian
antibiotik
O:
- Pasien tampak meringis menahan sakit
- Suara gemetaran
- Pasien tampak lebih rileks setelah nafas
dalam
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 16 x/menit S
- Suhu : 36,7
2.
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Modifikasi intervensi selanjutnya
S:
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan makan habis 1 porsi
dari RS
O:
- Pasien tampak lemas
- Conjungtiva anemis
- Hb : 6,7 g/dl
S:
O:
- Tidak tampak kalor, rubor, dolor,
tumor dan fungsiolaetsa
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 16 x/menit S
- Suhu : 36,7
A : Risiko infeksi tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S
DENGAN NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN
AGEN CEDERA BIOLOGIS
DI RUANG DAHLIA RSUD CILACAP
Oleh : Nani Sugiyarti
NIM : 16149014727119
Tanggal :
Tempat :
Data Objektif :
Klien Tampak sesek
RR : 24 x/menit
Suara nafas terdengar
Wheezing (+)
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
NOC NIC
TINDAKAN YANG DILAKUKAN
2. Pathways antara masalah yang muncul dengan tindakan yang dilakukan (Kemampuan
Menganalisa)
3. Evaluasi Hasil