TINJAUAN PUSTAKA
30
31
Suplai darah ke otak melalui dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis
(kanan dan kiri) dan arteri karotis interna (kanan dan kiri). Arteri vertebralis
menyuplai darah ke area belakang dan area bawah dari otak, sampai di
tempurung kepala dan arteri karotis interna menyuplai darah ke area depan dan
area atas otak. 5
34
2.3 Epidemiologi
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian
setelah penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang.
Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat
stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara yang
sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun,
dimana sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan.9
36
Insiden stroke atau angka kejadian stroke di seluruh dunia adalah 180
per 100.000 penduduk per tahun, atau hampir 0,2%. Sedangkan prevalensinya
sekitar 500-600 per 100.000 penduduk, atau sekitar 0,5%.9
Data di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan kasus stroke baik
dalam kematian, kejadian maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan
usia sebesar : 15,9% (usia 45 – 55 tahun), 26,8% (usia 55 – 65 tahun), dan
23,5% (usia > 65 tahun). Sedangkan insiden stroke sebesar 51,6/ 100.000
penduduk dan kecacatan : 1,6% tidak berubah, 4,3% semakin memberat.
Penderita laki-laki lebih banyak terserang stroke dibanding perempuan dengan
profil (usia < 45 tahun) sebesar 11,8%, (usia 45-64 tahun) sebesar 54,2%, dan
(usia > 65 tahun) sebesar 33,5%. Stroke menyerang usia produktif dan usia
lanjut, sehingga dapat menimbulkan masalah baru dalam pembangunan
kesehatan secara nasional di kemudian hari.9,10
2.5 Klasifikasi
Stroke dapat dibagi dua kelompok besar yaitu:
1. Stroke Iskemik (Stroke Non-Hemoragik)
Terganggunya sel neuron dan glia karena kekurangan darah akibat
sumbatan arteri pada otak atau akibat perfusi otak yang inadekuat.
Sumbatan dapat dibedakan oleh 2 keadaan yaitu:
Berdasarkan kausal
a. Trombosis dengan gambaran defisit neurologis dapat memberat dalam
24 jam pertama atau lebih.
b. Emboli dengan gambaran defisit neurologi pertama kali muncul sangat
berat, biasanya sering timbul saat beraktifitas. Penderita embolisme
biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari
penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme,
tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian – bagian
yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi
adalah arteria cerebri media, terutama bagian atas.
c. Progressive Stroke
Kelainan atau defisit neurologi yang berlangsung secara bertahap
dari yang ringan sampai yang kelamaan bertambah berat.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologi sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh karena adanya
perdarahan suatu arteri serebralis yang menyebabkan kerusakan otak dan
gangguan fungsi saraf.2
a. Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah
dari jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah,
sering selama aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin
ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak menggambarkan
perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan. Beberapa
gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati
rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin
tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau
hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi
lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum
dan dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit
b. Subaraknoid2
Sebelum robek, aneurisma biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya
sebelum pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan
tanda-tanda peringatan, seperti berikut:2
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-
kadang disebut sakit kepala halilintar)
Sakit pada mata atau daerah fasial
Penglihatan ganda
39
2.6 Patofisiologi
Dua mekanisme utama yang dapat menyebabkan kerusakan otak pada
penyakit stroke adalah sumbatan (iskemik) dan pendarahan (hemoragik). Pada
stroke iskemik, yang mewakili 80% semua kejadian stroke, adanya penurunan
atau tidak adanya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan neuron. Efek yang
ditimbulkan keadaan sistemik ini sangat cepat, karena otak tidak mendapatkan
glukosa dan oksigen yang merupakan substansi utama untuk metabolismenya.2
Pendarahan intraserebral bukan karena trauma mewakili 10-15%
kejadian stroke. Pendarahan berasal dari pecahnya pembuluh darah yang dapat
menyebabkan cedera jaringan otak dengan mengganggu aliran darah ke otak. Di
pihak lain, adanya substansi kimia yang dihasilkan dari keadaan ini juga
menyebabkan kerusakan jaringan otak.11
41
motorik dan sensorik (area bicara Broca dan Wernicke dari hemisfer
dominan), gangguan persepsi spasial, apraksia dan hemineglect (lobus
parietalis).
b. Penyumbatan arteri cerebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit
sensorik kontralateral (akibat kehilangan gyrus presentralis bagian
medial), kesulitan berbicara (akibat kerusakan area motorik tambahan)
serta apraksia pada lengan kiri jika korpus calosum anterior dan hubungan
dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan
bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan
dari system limbik.
c. Penyumbatan arteri cerebri posterior menyebabkan hemianopsia
kontralateral parsial (korteks visual primer) dan kebutaan pada
penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus
temporalis bagian bawah).
d. Penyumbatan arteri carotis atau basilaris dapat menyebabakan defisit di
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri
koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna
(hemiparese), dan traktus opticus (hemianopsia) akan terkena.
Penyumbatan pada cabang arteri comunikans posterior di thalamus
terutama akan menyebabkan defisit sensorik.
e. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralysis semua
ekstrimitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada
cabang arteri basilaris dapat menyebabakan infark pada cerebelum,
mesencephalon, pons, dan medulla oblongata.
2.7 Diagnosis
Gejala stroke dapat dibedakan atas gejala atau tanda akibat lesi dan
gejala/ tanda yang diakibatkan oleh komplikasinya. Gejala akibat lesi bisa
sangat jelas dan mudah untuk didiagnosis akan tetapi dapat sedemikian tidak
jelas sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk mengenalinya. Pasien
45
dapat datang dalam keadaan sadar dengan keluhan lemah separuh badan pada
saat bangun tidur atau sedang bekerja akan tetapi tidak jarang pasien datang
dalam keadaan koma sehingga memerlukan penyingkiran diagnosis banding
sebelum mengarah ke stroke.11
Secara umum gejala tergantung pada besar dan letak lesi di otak yang
menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian tersebut.
Jenis patologi (iskemik atau perdarahan) secara umum tidak menyebabkan
perbedaan dari tampilan gejala, kecuali bahwa pada jenis perdarahan sering
kali ditandai dengan nyeri kepala hebat terutama terjadi saat bekerja.9
46
Hemoragik Iskemik
Intraserebral Subaraknoid Trombosis Emboli
Sering pada Penyebab Sering Gejala
usia dekade terbanyak didahului mendadak
5-8 pecahnya aneurisma dengan TIA Sering
Tidak ada Sering terjadi pada Sering terjadi terjadi pada
gejala dekade 3-5 dan 7 pada waktu waktu
prodormal Gejala prodormal istirahat dan bergiat
yang jelas. yaitu nyeri kepala bangun pagi Umumnya
Kadang hebat Biasanya kesadaran
hanya Kesadaran sering kesadaran bagus
berupa nyeri terganggu bagus Sering
kepala hebat, Rangsang Sering terjadi terjadi pada
mual, meningeal positif pada dekade dekade 2-3
muntah. 6-8 dan 7.
Sering Harus ada
terjadi waktu sumber
siang, waktu emboli
bergiat,
waktu emosi
Sering
disertai
penurunan
kesadaran
Hasil CT Scan: Hasil CT Scan: Hasil CT Scan: Hasil CT
hiperdens hiperdens hipodens Scan:
hipodens
47
Selain dari sisi gejala klinik dalam mendiagnosis kasus stroke juga
bisa menggunakan skor siriraj dan algoritma gajah mada.12
Kesimpulan:
<-1: stroke iskemik
-1 – 1: meragukan
>1: stroke hemoragik.11
48
Kejang lebih sering ditemukan pada stroke iskemik dan terjadi pada
28% stroke hemoragik.Pada perdarahan subarakhnoid perdarahan mengiritasi
meningens. Hal ini menyebabkan gejala nyeri kepala hebat yang tiba-tiba dan
kaku kuduk. Sering juga dijumpai adanya kehilangan kesadaran sementara pada
saat perdarahan terjadi. Onset yang terjadi secara tiba-tiba ini yang
membedakan perdarahan subarakhnoid dari nyeri kepala dan kaku kuduk dari
meningitis, yang terjadi dalam beberapa jam. Migren terkadang dapat
menyebabkan nyeri kepala hebat secara tiba-tiba tetapi tanpa kaku kuduk.15
Perdarahan intraserebral pada bagian kapsula interna akan menyebabkan
gangguan berat pada motorik, sensorik, dan gangguan penglihatan pada sisi
kontralateral tubuh (hemiplegia, hemianestesi, dan hemianopia homonim). Pada
pons, kehilangan fungsi motorik dan sensorik pada keempat ekstremitas,
berhubungan dengan gangguan fungsi batang otak. Perdarahan pada pons
merupakan perdarahan dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi. Perdarahan
50
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis,
nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen
51
b. Stabilisasi Hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari
pernberian cairan hipotonik seperti glukosa).
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter),
dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai
sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi. Usahakan CVC 5
-12 mmHg.
Optimalisasi tekanan darah. Bila tekanan darah sistolik < 120
mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obat vasopressor
dapat diberikan seperti dopamin dengan target sistolik berkisar
140 mmHg
52
c. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan
diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan
kecepatan maksimum 50 mg/menit.
f. Pengendalian demam
Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 37,5oC
g. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal
hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah,
dan elektrolit)
Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid, lakukan
punksi lumbal untuk pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan radiologi.
2. Nutrisi
a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam,
nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun
makanan, nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik.
57
j. Edukasi.
k. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah
sakit).
2.10 Komplikasi
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke
yaitu:2
a. Dekubitus
Dapat terjadi akibat tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat
mengakibatkan luka/ lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, bokong dan tumit. Luka dekubitus
jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
a. Trombosis
Mudah terjadi pada kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.
b. Kekuatan otot melemah
Terbaring lama akan menimbulkan kekauan pada otot atau sendi.
Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat
terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
c. Osteopenia dan osteoporosis
Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada tulang.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan
terhadap sinar matahari.
d. Depresi dan efek psikologis
Dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur sudah tua. 25%
menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3
bulan pasca stroke.
60
2.11 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek
prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk
mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua
penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan
umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh
secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.11
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan
sebagai impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan
sebagai berikut: 12
62
Daftar Pustaka
1. Feigin, V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan
Pemulihan Stroke. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
2. Price, S & Wilson, L, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. EGC, Jakarta. 2005.
3. Ganong, W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. EGC, Jakarta. 2009.
4. Purves, dkk. Neuroscience. Third Edition. Massachusetts, Sinauer Associates,
Inc. 2004.
5. Wijaya, A.K. 2011. Patofisiologi Stroke Non-Hemoragik Akibat Trombus. SMF
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana: Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar.
11. Lovelock CE, Molyneux AJ, Rothwell PM, Oxford Vascular Study. Change in
incidence and aetiology of intracerebral haemorrhage in Oxfordshire, UK,
between 1981 and 2006: a population-based study. Lancet Neurol. 2007; 6: 487.
64