Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab
kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke tidak hanya dirasakan
oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
Penelitian memperlihatkan bahwa kejadian stroke terus meningkat di berbagai
negara berkembang (termasuk Indonesia) (Rujito, 2007).
Stroke merupakan suatu masalah kesehatan paling serius dalam
kehidupan modern saat ini. Badan kesehatan dunia memprediksikan bahwa
kematian stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit
jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun
2030. Amerika serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke dan
setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
Yayasan stroke Indonesia menyebutkan angka kejadian stroke menurut
data dasar rumah sakit 63,52/100.000 penduduk Indonesia diatas 65 tahun
sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa.
(Ratna, 2011)
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
control vaskuler terhadap gerakan motorik. Neuron motor melintas
menyebabkan gangguan control motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi berlawanan pada
otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak berlawanan. Hemiperesis atau kelemahan
satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Awal tahapan stroke adalah paralisis dan
hilang atau menurunnya refleks tendon dalam. (Smeltzer, 2002)
Intervensi keperawatan yang pertama atau umum dilakukan pada klien
stroke adalah memeperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas. Imobilitas
adalah suatu kondisi yang relative. Individu tidak saja kehilangan kemempuan

1 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan
normalnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar medis hemoragik stroke ?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada pasien hemoragik stroke ?

C. TUJUAN
1. ntuk mengetahui Konsep Dasar pada klien dengan Hemoragik Stroke
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Keperawatan pada klien dengan
Hemoragik Stroke

2 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi

Stroke adalah cederah otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran


darah otak. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila suatu
pembuluh darah otak pecah sehingga timbuil iskemia dan hipoksia
disebelah hilir. (Elizabeth J. Corwin)

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).

Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan inttraserebral atau


perdarahan subaraknoid (Bruno et al.,2000)

Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun


global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang
sebelumnya tanpa peringatan, dan dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat atau kematian, akibat perdarah ke otak ataupun non perdarahan
(Junaidi Iskandar, 2002).

B. Anatomi & Fisiologi


1) Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum
(otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan
diensefalon. (Satyanegara, 1998)

3 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus
frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab
untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks
penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari
sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh


duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus
gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawa ke atas adalah medula oblongata,


pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan
pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan,
bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden
dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,


epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau

4 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi. (Sylvia A. Price, 1995)

2) Sirkulasi darah otak


Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi.(Satyanegara, 1998)

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis


komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk
ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior
memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus
dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-
bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk
korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai
darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,
otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan

5 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ
vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)

Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena
interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
jantung. (Harsono, 2000)

C. Etiologi
 Usia diatas 40 tahun
 Riwayat stroke dalam keluarga
 Jenis kelamin laki-laki
 Ras
 Merokok
 Konsumsi garam
 Obesitas
 Diabetes militus
 Hiprtensi
 Ketidak normalan pembuluih darah (aneurisma)
 Kurangnya olahraga
 Makanan tinggi lemak
 Mengkonsumsi minuman beralkoho

D. Klasifikasi
1) Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral terjadi di dalam substansi atau parenkim
otak. Penyebab utamanya adalah hipertensi, khususnya yang tidak
terkontrol. Penyebab lain yaitu malformasi arteriovenosa (MVA),

6 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


alkoholisme, diskrasia darah, angiopati (Caplan, 2007). Pada
perdarahan jenis ini arteri yang berfungsi vaskularisasi otak rupture atau
pecah sehingga akan menyebabkan kebocoran dalam otak dan kadang
menyebabkan otak tertekan karena adanya penambahan volume cairan.
Orang-orang dengan hipertensi kronis terjadi proses degenerative pada
otot dan unsur elastis dari dinding arteri sehingga dapat membentuk
penggembungan kecil setempat yang disebut aneurisme. Aneurima ini
merupakan jenis Lokus Minorus Resisten (LMR) yang mana bila ada
tambahan beban yang sering diangakat, sering tertawa, atau marah
dapat menyebabkan pecahnya LMR sehingga sering dikenal dengan
stress stroke. (Warlow et al, 2007)
2) Perdarahan Subarachnoid (PSA)
Ialah perdarahan dibawah membrane yang membungkuis bagian
terluar otak. Penyebab tersering dari perdarahan ini adalah rupturnya
aneurisma yang terletak di otak dan perdarahan dari malformasi
vaskuler yang terletak dekat dengan piameter. Penyebab lain dapat
berupa akibat trauma angeopati amilod. Bila pecahnya aneurisma ini
berhubungan dengan cairan serebrospinal akan meningkatkan tekanan
intrakranial (TIK). Bila terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka
perdarahan akan berlanjut ke arah koma dan kematian. Aneurisma pada
perdarahan subarachnoid muncul dari arteri-arteri di luar parenkim dan
aneurisma ini mempunyai ukuran yang lebih besar (Warlow et al, 2007)

E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang akan muncul pada stroke hemoragik tergantung di
bagian mana terjadi hemoragik pada otak. Keadaan yang sering di temui
pada stroke hemoragik adalah:
 Kelemahan otot (hemiplegia)
 Kaku

7 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


 Penurunan fungsi motorik
 Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai
atau salah satu sisitubuh seperti baal, mati rasa sebelah badan
(hemiparese)
 Gangguan pengelihatan
 Berjalan menjadi sulit, bahkan langka menjadi tertatih-tatih bahkan tak
jarang mengalami kelumpuhan total
 Kehilangan kendali pada visika urinaria sehingga sering berkemih tanpa
disadari
 Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkordinasi secara baik.
 Gangguan menelan
 Gangguan berbicara
 vertigo
 terjadi kejang hebat
 muntah
 kejang
 hilangnya kesadaran.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Computed tomography (CT-SCAN)
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga untuk
memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark
2) Magnetic renance imagimng (MRI)
Gambaran MRI dapat menunjukkan arteri-arteri dengan sangat jelas,
darah yang mengalami infark, hemoragik
3) Angiogram
Untuk mengidentifikasi apakagh pembuluh darah mengalami penyakit,
penyempitan pembesaran atau tertutup sesuatu. Dan mendeteksi
penyebab stroke

8 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


4) Laboratorium
Untuk memeriksa darah rutin, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD,
biokimia darah, dan elektrolit.
5) Lumbar puncture atau pungsi lumbar stroke dan sebelumnya telah
dilakukan scan otak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan
penyebab stroke.
6) Carotid doopler
Tes ini dilakuktan untuk memeriksa kecepatan aliran darah yang
melewati arteri carotis.
7) EEG
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
8) Brainplan
Mengetahui adanya infrak hemoragik, hematom, dan malformasi dari
artyeri dan vena.
9) Digital subtraction angiography
Mengetahui klasifikasi intra cranial
10) Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
11) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa meluas, klasifikasi karotis
interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding
aneurisme pada perdarahan sub arachnoid.
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

12) Echoencephalography
Untuk mengetahui adanya pergeseran dari struktur midline

Pemeriksaan yang dapat dilakukan perawat untuk mengetahui jenis stroke


Hemoragik atau non Hemoragik adalah dengan mengunakan DAVE’S
UNHAS SKOR.

9 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


G. Komplikasi
a. Infark serebri
b. Hidrosefalus yang sebagian kecil menjadi hidrosefalus
normotensive
c. Fistula caroticocavemosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
f. Gangguan otak berat
g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau
kardiovaskuler

H. Penatalaksanaan
a. Keperawatan :
- Memberikan posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring
apabila muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil
- Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat
- Tanda-tanda vital usahakan stabil
- Bedrest
- Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang
berlebih
b. Medis :
- Menurunkan kerusakan iskemik serebral, tindakan awal difokuskan
untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan oksigen, glukosa, dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan darah
- Mengendalikan hipertensi dengan menurunkan TIK, yaitu
meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari fleksi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethasone.

10 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


- Pengobatan anti koagulan (heparin untuk menurunkan
kecenderungan perdarahan pada fase akut), obat anti trombotik
(diharkan mencegah peristiwa trombolitik atau embolik), dan
diuretika (untuk menurunkan edema serebral).
- Penghentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan dapat
dilakukan dengan tindakan pembedahan.

I. Terapi

Pasien HS harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 ml, perdarahan
intraventrikuler dengan hydrocephalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmhg, diastolic >120
mmhg, MAP >130 mmhg, dan volume hematopmah bertambah. Jika
terdapat tanda peningkatan tekanan intyra cranial meningkat posisi kepala
dinaikkan 300. Posisi kepala dan daa distu bidang. Piñatalaksanaan umu,
sama pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2
parentral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton. Pada perdarahan
subaragnoid, dapat digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan
bedah .

J. Discharge pleaning
Pendidikan kesehatan untuk pasien dengan kasus hemoragik stroke sangat
pepnting untuk dapat mengembalikan atau memaksimalkan kualitas hidup
klien beberapa hal yang perlu di ajarkan pada pasien adalah;

1. Rutin kontrol tekanan darah.


2. Anjurkan untuk mematuhi terapi pengobatan.
3. Berhenti merokok dan konsumsi miras.
4. Ajarkan keluarga pasien latihan ROM dirumah, perawatan diri, dan
pencegahan dekubitus.

11 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


5. Ajarkan keluarga untuk memantau komplikasi yang harus segera
mencari pertolongan.
6. Rujuka ketempat rehabilitasi untuk mendapatkan terapi fisik jika
memungkinkan.
7. Ajarkan diet makanan yang tinggi kolestrol
8. Intruksikan untuk melakukan olaragah setiap hari sesuai keadaan
(kemampuan)
9. Ajarkan keluarga untuk terus memotivasi klien dalam menjalani proses
penyembuhan

12 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN POLA GORDON
1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat hipertensi
- Obesitas
- Perilaku hidup tidak sehat (merokok, konsumsi alcohol)
- Diabetes militus
2) Pola Nutrisi dan metabolic
- Mengkonsumsi makanan tinggi kolestrol
- Konsumsi alkohlol berlebih
- Konsumsi garam berlebihan
- Muntah
- Kesulitan/ gangguan menelan
- Munurunya kemampuan mencium atau mengecap
3) Pola eliminasi
- Konstipasi
- Sering tidak dapat menahan dorongan buang air kecil
4) Pola istirahat dan tidur
- Pingsan secara mendadak
- Kesadara menurun
- Banyak tidur dan selalu ingin tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
- Kelemahan pada otot
- Gangguan pengelihatan
- Berjalan menjadi sulit, bahkan langka menjadi tertatih-tatih bahkan tak
jarang mengalami kelumpuhan total
- Kelumpuhan tungkai, lengan ataupun salah sati sisi tubuh
- Tira baring
- Fungsi motorik menurun
6) Pola persepsi kognitif
- Nyeri kepala

13 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


- Pelupa
- kejang
7) Pola persepsi dan konsep diri
- Berfikir negative tentang keadaannya
- Tidak menerima keadaanya
- Merasa tidak berdaya
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Sangat membutuhkan bantuan dari orang lain dalam perawatan
- Perubahan peran dalam keluarga (tidak bias melakukan peranya dalm
keluarga )
- Pada pasien dengan kondisi yang parah menyebabkan hubungan/
komunikasi nya dengan lingkunganya akan terganggu.
- Pelo, gagap berbicara sepata kata bahkan sulit mengucapkan kata.
9) Pola seksualitas
Kelemahan menyebabkan terganggunya pola seksualitas klien
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Pola mekanisme koping setiap pasien tergantung dari adat, lokasi tempat
tinggal klien, serta orang-orang yang adfa disekitarnya (keluarga)
tersebut. Tapi pada kebanyakan kasus klien sering berfikir negative
tentang keadaanya.
11) Pola nila dan kepercayaan
Nilai dan kepercayaan klien yang megalami Hemoragik stroke
tergantung dari lokasi tempat tinggal den nilai yang di anut klien
tersebut

B. Diagnosa keperawatan
1) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko
hipertensi

14 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan
6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
7) Kerusakan memory berhubungan dengan hipoksia
8) Devisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
9) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

15 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5 Nursing intervention classification

Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Manajemen edema serebral


 Monitor adanya kebingungan,perubahan
perfusi jaringan serebral perfusi jaringan serebral :
pikiran,keluhan pusing,pingsan
dengan faktor resiko  Monitor TTV
 tekanan intracranial  Hindari fleksi leher atau fleksi ekstrem
hipertensi  tekanan darah sistolik pada lutut/panggul
 tekanan darah diastolic  Posisikan tinggi kepala tempat tidur 300
 hasil serebral angiogram atau lebih
 penurunan tingkat kesadaran  Sesuaikam pengaturanm ventilator untuk
menjaga PaCO2 pada level yang
diresepkan
 dorong keluarga/orang yang penting untuk
bicara pada pasien
 berikan diuretic osmotic atau active loop
2) Monitor tekanan intracranial(TIK)
 Monitor tekanan aliran darah otak
 Monitor pasien TIK dan reaksi perawatan
neurologis serta rangsang lingkungan
 Monitor suhu dan jumlah WBC
 Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala
kaku kuduk
 Berikan antibiotik

16 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5 Nursing intervention classification

Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Terapi oksigen


 Bersihkan mulut,hidung dan seksresi
berhubungan dengan status pernapasan: ventilasi
trakea dengan tepat
gangguan neurologis  Siapkan peralatan oksigen dan berikan
 aktelektasis melalui system humidifier
 gangguan ekspirasi  Berikan oksigen tambahan seperti yang di
perintahkan
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenai
penggunaan oksigen di rumah

2) Bantuan ventilasi
 Posisikan pasien untuk mengurangi
dispnea
 Auskultasi suara napas,catat penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan
 Kelola pemberian obat nyeri yang tepat
untuk mencegah hipoventilasi
 Monitor pernapasan dan status oksigen
 Ajarkan teknik pernapasan dengan tepat
 Beri obat(misalnya,bronkodilator dan
inhaler yang meningkatkan patensi jalan
napas dan pertukaran gas

17 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5 Nursing intervention classification

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Pemberian analgesic


 Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas dan
dengan agens cedera biologis diharapkan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
 Cek adanya riwayat alergi obat
1. control nyeri
 Berikan kebutuhan kenyamanan dan
 menggunakan analgesic yang aktivitas lain yang dapat membantu
direkomendasikan relaksasi untuk memfasilitasi penurunan
nyeri
 Lakukan tindakan-tindakan untuk
2. Tingkat nyeri menurunkan efek samping analgesic
 ekspresi nyeri wajah misalnya konstipasi dan iritasi lambung
 panjang episode nyeri  Kolaborasi dengan dokter apakah
obat,dosis,rute pemberian,perubahn
interval dibutuhkan,buat rekomendasi
khusus berdasarkan prinsip analgesic

2) Manajemen nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik,

18 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri dan factor pencetus
 Gali bersama pasien factor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat nyeri
 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 Berikan informasi yang akurat untuk
meningkatkan pengetahuan dan respon
keluarga terhadap pengalaman nyeri

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5 Nursing intervention classification

Hambatan mobilitas fisik


1. 1. Terapi latihan : keseimbangan
 Tentukan kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan
1. pergerakan berpartisipasin dalam kegiatan yang
penurunan kendali otot membutuhkan keseimbangan
 keseimbangan  Evaluasi fungsi sensorik (pengelihat,
pendengaran, persepsi)
 koordinasi
 Sediakan lingkungan yang aman untuk latihan
 pergerakann otot
 Bantu dengan program penguatan pergelangan
 bergerak dengan mudah
kaki dan berjalan
 Sediakan alat-alat bantu (misalnya tongkat,
walker, bantal,/ bantalan) untruk mendukung
pasien dalam latihan
 Bantu pasien untuk pindah keposisi duduk,
menstabilkan tubuh dengan tangan diletakkan

19 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


disisi atas tempat tidur /kursi, mengayun tubuh
diatas lengan yang menyokong
 Monitor respon pasien pada latihan
keseimbangan.
2. Terapi latihan :control otot
 Tentukan kesiapan pasien untuk terlibat dalam
aktivitas
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
 Urutkan aktivitas perawatan harian untuk
meningkatkan efek dari terapi latihan tersebut
 Dorong pasien untuk memperaktekkan latihan
secara mandiri

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5

Ketidakseimbangan nutrisi 1.status menelan Manajemen nutrisi


kurang dari kebutuihan tubuh  Tentukan status gisi pasien dan
 mempertahankan makanan di mulut kemampuan pasien untuk memenuhi
berhubungan dengan  kemampuan mengunyah kebutuhan gisi
ketidakmampuan makan  muntah  Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
2.fungsi gastrointestinal makanan yang dimiliki pasien
 Tentukan jumlah klalori dan jenis nutrisi
 Bising usus  Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan
 Peningkatan peristaltik diet untuk kondisi penyakit
 Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

20 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


 berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5

Gangguan citra tubuh 1. Citra tubuh Peningkatan harga diri


 gambaran internal diri
berhubungan dengan
 kesesuaian antara realitas tubuh dan ideal  Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
penyakit tubuh dengan penampilan tubuh  Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
 Kepuasan dengan fungsi tubuh  Berikan pengalaman yang akan meningkatkan
 penyesuaian terhadap perubahan otonomi pasien dengan tepat
2. Harga diri  Jangan mengkritik pasien secara negative
 verbalisasi penerimaan diri  Dukung pasien untuk mengefaluasi prilakunyya
 penerimaan terhadap keterbatasan diri sendiri
 gambaran diri  Fasilitasi lingkungan dan aktifitas-aktifitas yang
 tingkat kepercayaan diri akan meningkatkan harga diri
 Instruksikan orang tua mengenai pentingnya
minat dan dukungan mereka dalam
mengembangkan konsep diri positif anak-anak

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5

21 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


Kerusakan memory 1. Memori Latihan memori
 mengingat informasi barusaja terjadi
berhubungan dengan hipoksia
secara akurat  Diskusikan dengan pasien dan keluarga yang
 menginggat informasi akurat yang mengalami masalah ingatan
terbaru secara akutrat  Stimulasi ingatan dengan cara mengulalngi
 Menginggat informasi yang sudah pemikiran pasien yang terakhir di expresikan
lama secar dengan cara yang tepat
2. Orientasi kognitif  Berikan latihan orientasi
 mengidentifikasi diri sendiri  Berikan kesempatan untuk menggunakan
 mengidentifikasi orang-orang yang ingatan kejadian yang baru terjadi
signifikan  Dukung pasien untuk berpartisipasi dalam
 mengidentifikasi tempat saat ini program kelompok latihan menginggat dengan
cara yang tepat
 Monitor perilaku pasien selalma terapi

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5

Devisit perawatan diri Deficit peratan diri : berpakaian Bantuan perawatan diri
berhubungan dengan
 Memakai pakaian  Pertimbangkan budaya pasien saat
kelemahan Deficit peratan diri : eliminasi mempromosikan aktifitas perawatan diri
 Sediakan barang pribadi yang diinginkan
 Merespon saat kandung kkemi penuh dengan  Fasilitasi pasien untuk mengosok gigi dengan
tepat waktu tepat

22 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


Deficit peratan diri ; makan  Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan
tepat
 Mengunya makanan
 Monitor integritas kuluit pasien
 Menelan makanan
 Dukunkung orang tua / keluarga berpartisipasi
 Memasukkan makan kemulut dengan
dalam ritual menjelang tidunr yang biasa
peralatan makan
dilakukan oleh perawat
Deficit peratan diri : mandi
 Beriokan bantuan sampai
 Muncuci badan (mandi)

Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5

Ansietas berhubungan Tingkat kecemasan pengurangan kecemasan


dengan ancaman kematian
 Wajah tegang  Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa
 Mengeluarkan rasa marah secara berlebihan aman dan menguranggi ketakutran
 Rasa takut yang disampaikan secara lisan  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
Koping dengan cara yang tepat
 Dengarkkan klien
 Menyatakan butuh bantuan  Puji/kuatkan perilaku ytang baik secara tepat
 Melaporkan penuruna perasaan negative atau pengunaan obat obatan untuk mengurangi
 Melaporkan peningkatan kenyamanan kecemasan
psikologis

23 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan inttraserebral atau perdarahan
subaraknoid (Bruno et al.,2000).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).
Stroke hemoragik adalah strke yang terjadi apabila suatu pembuluh darah otak
pecah sehingga timbuil iskemia dan hipoksia disebelah hilir. (Elizabeth J. Corwin)
banyak hal dapat menyebabkan kejadian stroke hemoragik namun kita bisa
mengurangi factor resiko stroke hemoragik dengan cara menjaga pola hidup yang
sehat dan rutin mengontrol keadaan kepada tenaga kesehatan. pada kasus stroke
sangatlah penting untuk mengetahui gejala awal stroke terutama bila stroke
hemoragik. jika gejala awal stroke hemoragik diketahui maka peluang
penyembuhan dengan kecacatan dapat di minimalisir.
B. Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dengan cara mengatur pola hidup yang sehat,
untuk mencegah kejadian stroke sebaiknya hindari factor pencetus yang dapat
menyebabkan resiko stroke.
Bagi tenaga kesehatan, pada pasien yang memiliki faktor risiko stroke,
hendaknya melakukan penatalaksanaan faktor risiko dan memberikan edukasi yang
tepat. Bagi masyarakat, agar lebih memperhatikan segala faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya stroke dan segera memeriksakan diri apabila timbul
kelainan yang ditemukan. Selain itu, diharapkan agar masyarakat lebih mengenali
tanda atau gejala stroke, sehingga penderita dapat ke rumah sakit dengan derajat
yang lebih ringan.

24 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )


DAFTAR PUSTAKA

Muhamad Hayyi Wildani dkk. (2010). Jurnal Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan
Otot Ekstremitas Pada Penderita Stroke Non Hemoragik. Vol.2, No.2, Juli-Desember

Siti Damawiyah. (2015). Jurnal Pengaruh Penerapan Discharge Planning Dengan


Pendekatan Family Centered Nursing Terhadap Motivasi Dan Kesiapan Keluarga
Dalam Merawat Pasien Stroke Pasca Akut Di Rs. Islam Nurbaya, 76-81

Tjikoe Muhammad dkk, ( 2014 ), Jurnal E-Clinik Gambaran Hasil CT SCAN Kepala Pada
Penderita Dengan Kllinis Stroke Non Hemoragik Di Bagian Radiologi FK UNSRAT/
SMF. Vol. 2, No. 3. November 2014

Black. Joice M. ( 1997 ). Medical Surgical Nursing Fifth Edition : Clinical Management:
Forcontinuty Of Care. Philadelfia: wb. Sauders company

Doengoes dkk ( 2000). Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan


Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: EGC

25 | TUGAS KELOMPOK II ( HEMORAGIK STROKE )

Anda mungkin juga menyukai