PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab
kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke tidak hanya dirasakan
oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
Penelitian memperlihatkan bahwa kejadian stroke terus meningkat di berbagai
negara berkembang (termasuk Indonesia) (Rujito, 2007).
Stroke merupakan suatu masalah kesehatan paling serius dalam
kehidupan modern saat ini. Badan kesehatan dunia memprediksikan bahwa
kematian stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit
jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun
2030. Amerika serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke dan
setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
Yayasan stroke Indonesia menyebutkan angka kejadian stroke menurut
data dasar rumah sakit 63,52/100.000 penduduk Indonesia diatas 65 tahun
sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa.
(Ratna, 2011)
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
control vaskuler terhadap gerakan motorik. Neuron motor melintas
menyebabkan gangguan control motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi berlawanan pada
otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak berlawanan. Hemiperesis atau kelemahan
satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Awal tahapan stroke adalah paralisis dan
hilang atau menurunnya refleks tendon dalam. (Smeltzer, 2002)
Intervensi keperawatan yang pertama atau umum dilakukan pada klien
stroke adalah memeperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas. Imobilitas
adalah suatu kondisi yang relative. Individu tidak saja kehilangan kemempuan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar medis hemoragik stroke ?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada pasien hemoragik stroke ?
C. TUJUAN
1. ntuk mengetahui Konsep Dasar pada klien dengan Hemoragik Stroke
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Keperawatan pada klien dengan
Hemoragik Stroke
PEMBAHASAN
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum,
otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena
interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
jantung. (Harsono, 2000)
C. Etiologi
Usia diatas 40 tahun
Riwayat stroke dalam keluarga
Jenis kelamin laki-laki
Ras
Merokok
Konsumsi garam
Obesitas
Diabetes militus
Hiprtensi
Ketidak normalan pembuluih darah (aneurisma)
Kurangnya olahraga
Makanan tinggi lemak
Mengkonsumsi minuman beralkoho
D. Klasifikasi
1) Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral terjadi di dalam substansi atau parenkim
otak. Penyebab utamanya adalah hipertensi, khususnya yang tidak
terkontrol. Penyebab lain yaitu malformasi arteriovenosa (MVA),
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang akan muncul pada stroke hemoragik tergantung di
bagian mana terjadi hemoragik pada otak. Keadaan yang sering di temui
pada stroke hemoragik adalah:
Kelemahan otot (hemiplegia)
Kaku
F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Computed tomography (CT-SCAN)
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga untuk
memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark
2) Magnetic renance imagimng (MRI)
Gambaran MRI dapat menunjukkan arteri-arteri dengan sangat jelas,
darah yang mengalami infark, hemoragik
3) Angiogram
Untuk mengidentifikasi apakagh pembuluh darah mengalami penyakit,
penyempitan pembesaran atau tertutup sesuatu. Dan mendeteksi
penyebab stroke
12) Echoencephalography
Untuk mengetahui adanya pergeseran dari struktur midline
H. Penatalaksanaan
a. Keperawatan :
- Memberikan posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring
apabila muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamika stabil
- Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat
- Tanda-tanda vital usahakan stabil
- Bedrest
- Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang
berlebih
b. Medis :
- Menurunkan kerusakan iskemik serebral, tindakan awal difokuskan
untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan oksigen, glukosa, dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan darah
- Mengendalikan hipertensi dengan menurunkan TIK, yaitu
meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari fleksi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethasone.
I. Terapi
Pasien HS harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 ml, perdarahan
intraventrikuler dengan hydrocephalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmhg, diastolic >120
mmhg, MAP >130 mmhg, dan volume hematopmah bertambah. Jika
terdapat tanda peningkatan tekanan intyra cranial meningkat posisi kepala
dinaikkan 300. Posisi kepala dan daa distu bidang. Piñatalaksanaan umu,
sama pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2
parentral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton. Pada perdarahan
subaragnoid, dapat digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan
bedah .
J. Discharge pleaning
Pendidikan kesehatan untuk pasien dengan kasus hemoragik stroke sangat
pepnting untuk dapat mengembalikan atau memaksimalkan kualitas hidup
klien beberapa hal yang perlu di ajarkan pada pasien adalah;
B. Diagnosa keperawatan
1) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko
hipertensi
Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5 Nursing intervention classification
2) Bantuan ventilasi
Posisikan pasien untuk mengurangi
dispnea
Auskultasi suara napas,catat penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan
Kelola pemberian obat nyeri yang tepat
untuk mencegah hipoventilasi
Monitor pernapasan dan status oksigen
Ajarkan teknik pernapasan dengan tepat
Beri obat(misalnya,bronkodilator dan
inhaler yang meningkatkan patensi jalan
napas dan pertukaran gas
2) Manajemen nyeri
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi, karakteristik,
Diagnosa nanda Nursing outcomes classification skala 1-5 Nursing intervention classification
Devisit perawatan diri Deficit peratan diri : berpakaian Bantuan perawatan diri
berhubungan dengan
Memakai pakaian Pertimbangkan budaya pasien saat
kelemahan Deficit peratan diri : eliminasi mempromosikan aktifitas perawatan diri
Sediakan barang pribadi yang diinginkan
Merespon saat kandung kkemi penuh dengan Fasilitasi pasien untuk mengosok gigi dengan
tepat waktu tepat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan inttraserebral atau perdarahan
subaraknoid (Bruno et al.,2000).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).
Stroke hemoragik adalah strke yang terjadi apabila suatu pembuluh darah otak
pecah sehingga timbuil iskemia dan hipoksia disebelah hilir. (Elizabeth J. Corwin)
banyak hal dapat menyebabkan kejadian stroke hemoragik namun kita bisa
mengurangi factor resiko stroke hemoragik dengan cara menjaga pola hidup yang
sehat dan rutin mengontrol keadaan kepada tenaga kesehatan. pada kasus stroke
sangatlah penting untuk mengetahui gejala awal stroke terutama bila stroke
hemoragik. jika gejala awal stroke hemoragik diketahui maka peluang
penyembuhan dengan kecacatan dapat di minimalisir.
B. Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dengan cara mengatur pola hidup yang sehat,
untuk mencegah kejadian stroke sebaiknya hindari factor pencetus yang dapat
menyebabkan resiko stroke.
Bagi tenaga kesehatan, pada pasien yang memiliki faktor risiko stroke,
hendaknya melakukan penatalaksanaan faktor risiko dan memberikan edukasi yang
tepat. Bagi masyarakat, agar lebih memperhatikan segala faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya stroke dan segera memeriksakan diri apabila timbul
kelainan yang ditemukan. Selain itu, diharapkan agar masyarakat lebih mengenali
tanda atau gejala stroke, sehingga penderita dapat ke rumah sakit dengan derajat
yang lebih ringan.
Muhamad Hayyi Wildani dkk. (2010). Jurnal Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan
Otot Ekstremitas Pada Penderita Stroke Non Hemoragik. Vol.2, No.2, Juli-Desember
Tjikoe Muhammad dkk, ( 2014 ), Jurnal E-Clinik Gambaran Hasil CT SCAN Kepala Pada
Penderita Dengan Kllinis Stroke Non Hemoragik Di Bagian Radiologi FK UNSRAT/
SMF. Vol. 2, No. 3. November 2014
Black. Joice M. ( 1997 ). Medical Surgical Nursing Fifth Edition : Clinical Management:
Forcontinuty Of Care. Philadelfia: wb. Sauders company