Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DENGUE SYOK SINDROME

Pembimbing : Yunita Carolina, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH

EDWARDUS ARISTO

NS1914901042

PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STELLA MARIS MAKASSAR

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE SHOCK SINDROME (DSS)

A. Defenisi

1. Menurut WHO,2011 (dalam Journal of Agromedicine and Medical


Sciences, 2017), Sindrom Syok Dengue (SSD) merupakan keadaan
darurat medik dengan angka kematian cukup tinggi, SSD berawal dari
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kemudian mengalami syok. DBD
adalah infeksi arboviral yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. WHO
memperkirakan bahwa 2,5 miliar orang secara global berisiko terkena
penyakit ini.
2. Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok/renjatan pada
penderita demam berdarah dengue (journal BKM, 2016),)
3. Demam dengue merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Empat serotipe
penyebab virus dengue, yaitu DEN 1, 2, 3, dan 4 dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi di banyak daerah di dunia. Virus dengue dapat
menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam-macam dari asimptomatik
sampai demam berdarah dengue (DBD) dengan kebocoran plasma yang
dapat mengakibatkan syok hipovolemik yaitu sindrom syok dengue (SSD)
(Sari Pediatri, 2014).

B. Etiologi

1. Virus Dengue, Virus dengue yang termasuk kelompok Arthropoda Borne


Virus (Arboviroses).Virus ini termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae
dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Pada Dengue shock Sindrome serotype DEN-3 dan DEN-4 merupakan
serotipe yang sangat dominan menyebabkan kasus yang berat (Irianto,
2014)

2. Vektor, Virus dengue serotype 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti maupun aedes albopictus yang merupakan
vektor penularan dari penderita kepada orang lain melalu gigtan nyamuk.
C. Klasifikasi

Adapun klasifikasi Dengue Shock Syndrome adalah sebagai berikut :

1. Syok tingkat biasa. Penderita mula-mula terlihat letargi dan gelisah,


kemudian jatuh kedalam syok yang ditandai dengan kulit dingin dan
lembab sekitar mulut, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan
hipotensi syok pada saat ini penderita biasanya masih tetap sadar
sekalipun sudah menderita stadium akhir.

2. Syok tingkat berat (profound syok. Pada tingkat ini merupakan lanjutan dari
syok pertama, dikarenakan keterlambatan diketahui atau pengobatan yang
tidak adekuat. Syok berat biasanya juga ditemui tidak terabanya denyut
nadi maupun tekanan darah. Kebanyakan penderita pada syok tingkat
berat ini sudah menimbulkan berbagai penyulit (komplikasi).(Gama, 2012)

D. Manisfestasi Klinis

1. Syok pada penderita DBD, terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dimana
penderita mengalami penurunan suhu tubuh, letargi dan gelisah.
Menunjukkan gejala-gejala syok seperti : kulit dingin dan lembab, terjadi
sianosis disekitar mulut, nadi cepat, lemah dengan tekanan kurang dari 20
mmHg, penderita mengalami penurunan tekanan darah, gelisah dan
penurunan kesadaran (Soedarto,2012).

2. Menurut (Garna, 2012) kondisi penderita yang berlanjut menjadi syok


memburuk secara cepat setelah periode demam 2-7 hari. Kriteria diagnosis
untuk menegakkan Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu kriteria untuk
DBD harus ada, dengan ditambah munculnya kegagalan sirkulasi darah
dengan tanda-tanda sebagai berikut :

a) Demam atau riwayat demam akut yang berlangsung 2-7 hari dan sering
bifasik.

b) Manifestasi perdarahan :

1) Tes tourniquet positif

2) Petekie, Ekimosis atau purpura


3) Perdarahan dari mukosa, GIT, tempat suntikan, atau lokasi lain

4) Hematemesis atau melena

3. Trombositopenia (100.000/mm3atau kurang).

4. Terdapat kebocoran plasma karena meningkatnya permeabilitas vascular


dengan. manifestasi klinis yaitu :

a) Peningkatan hematokrit ≥20% diatas usia rata-rata, jenis kelamin dan


populasi.

b) Penurunan hematokrit ≥20% setelah dilakukan pemberian cairan.

c) Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan


hipoproteinemia.

5. Denyut nadi cepat dan lemah

6. Penyempitan pembuluh darah atau nadi yang sempit (<20 mmHg) Atau
bermanifestasi sebagai :

a) Hipotensi berdasarkan usianya (tekanan sistol <80mmHg untuk usia


<5 tahun atau <90 mmHg jika >5 tahun)

b) Perfusi perifer menurun c. Kulit yang dingin, lesu, lemah dan gelisah.

E. Komplikasi

Apabila syok tidak segera diatasi, maka penderita dapat mengalami


komplikasi berupa. asidosis metabolic dan perdarahan hebat pada
gastrointestinal dan organ lainnya. Jika terjadi perdarahan intrakranial
penderita dapat mengalami kejang hingga koma, sehingga dapat
menyebabkan penderita meninggal dunia. Syok yang dapat diatasi dalam
waktu 2-3 hari akan menunjukkan perbaikan berupa pengeluaran urin yang
cukup dan peningkatan nafsu makan.
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

 Darah rutin :

 hemoconsentrasi yang ditandai dengan ht meningkat dan


trombositpoenia

 pada Diff Count terdapat peningkatan blue limfosit > 15%

 Protrombine time, PTT, APTT

 LFT: SGOT/SGPT, serum protein

 serologi : IgM dan IgG dengue

 virologi : cultur, PCR, MAC-ELLISA

 Waktu pengambilan uji serologi : pada waktu masuk (S1) atau fase
akut, 2-3 hari sebelum dipulangkan atau bila pasien meninggal fase
convalesence (S2), dan fase convalecence lanjut pada waktu
pemulangan pasien (S3). Pengambilan serum dengan interval tersebut
diharapkan menggambarkan perubahan serologi imunologi.

2. Rontgen Thorax : untuk melihat apakah terdapat efusi pleura

3. USG : Efusi pleura, acites, penebelan vesica velea dan vesica urinaria.

G. Penatalaksanaan

Penanganan tanpa renjatan pada dasarnya bersifat simptomatik dan


suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

a. Penatalaksanaan DBD tanpa syok :

1) Istirahat total di tempat tidur.

2) Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan
inravena harus diberikan.
3) Berikan makanan lunak

4) Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat


diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau
dipiron dan jangan berikan asetosal karena dapat menyebabkan
perdarahan.

b. Penatalaksanaan pada pasien syok :

1) Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer


laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

2) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan


tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada
hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. Nilai normal Hemoglobin : Anak-
anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah Laki-laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml
darah Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah

3) Nilai normal Hematokrit : Anak-anak : 33 – 38 vol % Laki-laki dewasa :


40 – 48 vol % Wanita dewasa : 37 – 43 vol % c. Bila pada pemeriksaan
darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi
darah.

4) Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien


syok.Dianjurkan pemberian oksigen dengan menggunakan masker
sesuai kebutuhan

5) Pemeriksaan golongan darah dan cross-matching harus dilakukan


setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan
(prolonged shock).Tranfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi
pendarahan ynag nyata.Penurunan hematocrit tanpa perbaikan klinis
walaupun telah diberikan darah segar adalah untuk meningkatkan
konsentrasi sel darah merah.Palsma segar adalah untuk meningkat
konsentrasi sel darah merah.Plasma segar atau suspense thrombosit
berguna untuk pasien dengan DIC yang menimbulkan pendarahan
massif. Pemeriksaan hematologi seperti PT ,PTT, dan FDP berguna
untuk menentukan berat ringannya DIC.
6) Pemantauan tanda vital dan kadar hematocrit harus dimonitor dan
dievaluasi secra teratur untuk menilai hasil pengobatan.Hal-hal yang
harus diperhatikan pada pemantaun adalah:

 Nadi,tekanan darah,respirasi dan temperature harus dicatat setiap 15-


30 menit atau lebih sering sampai syok teratasi.

 Kadar hematocrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai klinis pasien
stabil.
ILUSTRASI KASUS

Dengue Syok Syndrom

An. A berusia 10 tahun diantar orang tuanya ke RS Stella Maris Makassar


dengan keluhan demam, mual, disertai nyeri pada tungkai dan sakit kepala sejak 4
hari yang lalu, Ibu pasien mengatakan pasien merasa lemas dan gusi berdarah
sejak 2 hari lalu. Ibu pasien mengatakan sebelum masuk RS, anaknya mengalami
demam ibu pasien memberikan obat penurun panas sehingga demamnya turun.
namun demamnya timbul lagi, Demam dirasakan terus menerus. Demam terkadang
disertai menggigil dan berkeringat. Ibu pasien mengatakan sejak sakit pasien kurang
mengkonsumsi air.sehingga keluarga mengantar pasien ke Rumah Sakit. perawat di
IGD melakukan observasi didapatkan BB 34kg tampak KU pasien lemah, kulit
pasien teraba hangat, tampak pasien sesak, tes rumple leed (+) TTV : TD 80/60,
nadi 130x/menit, suhu 38,2ºc, pernapasan 30x/menit, SPO2 91%, GDS 70 mg/dl,
. Uji serologi dengue IgM+. sehingga pasien diantar ke ICU. terapi yang diberikan
O2 RM 8 liter/menit, infus RL 500ML.Paracetamol.

saat perawat melakukan observasi didapatkan, tampak pasien keringat


dingin, tampak kaki dan tangan teraba dingin, konjungtiva pucat,tampak bibir pucat
dan kering, tampak pasien lemas, nyeri tekan, tes rumple leed (+) tampak ada bintik-
bintik merah pada kulit. tingkat kesadaran somnolen M3, V3, E2. TTV, TD 80/50
MmHg, Nadi 130x/menit, Suhu 37,9 ºc, Pernapasan 28x/menit, SpO2 91. Uji
serologi dengue IgM+. Hasil LAB Darah Rutin Leukosit 13.300 /µL, Eritrosit 5.980
/µL, Trombosit 64.000/µL, Hb12,5 g/dl, Ht 47,5 %.GDS 90 mg/dl. . pH 7.50(tinggi),
pCO2 24.00 (rendah), HCO3 18.3 mmol/L (rendah) pO2 145.60 Terapi infus RL 500
ml, O2 RM 8 liter/menit.
A. PENGKAJIAN PRIMER

Breath Pergerakan dada Simetris antara kiri dan kanan


(B1) Pemakaian otot bantu napas Ada

Palpasi Vocal premitus : getaran dinding


paru kiri dan kanan simetris

Nyeri tekan : ada

Krepitasi : tidak ada

Perkusi Sonor

Lokasi : kedua lapang paru bagian


basal

Suara nafas Wheezing

Batuk Tidak ada

Sputum Tidak ada

Warna lain : -

Alat bantu napas Ada

Jenis : O2 RM 8 litr/Menit

Lain – lain Pernapasan: 28x/i,

SPO2: 91%

Blood Suara jantung S1 S2 S3 S4


(B2)
Tunggal

Irama jantung Regular

CRT > 3 detik

JPV Normal

CVP Tidak ada

Edema Tidak ada

EKG Sinus Ritme


Lain – lain

Brain (B3) Tingkat kesadaran Kualitatif : Somnolen

Kuantitatif

E:2

V:3

M:3

Reaksi pupil :

Kanan Ada: tampak reflex pupil mengecil


saat diberikan cahaya.

Ada: tampak reflex pupil mengecil


Kiri
saat diberikan cahaya.

Refleks fisiologis Ada : Tricep (+), Bicept (+), Patella


(+), Achiles (+)

Refleks patologis Tidak ada : Babinsky (-)

Meningeal sign Tidak ada

Lain – lain

Bladder Urin Jumlah : 100cc/ 24 jam


(B4)
Warna : kuning pekat

Kateter ada

Kesulitan BAK Tidak

Lain – lain

Bowel Mukosa bibir Kering, pucat


(B5) Lidah Bersih

Keadaan gigi Lengkap

Nyeri tekan Ada

Abdomen Distensi (+)


Peristaltik usus Normal

Nilai : 12 x/mnt

Mual ada

Muntah Tidak

Hematemesis Tidak

Melena Tidak

Terpasang NGT tidak

Terpasang Colostomi Bag Tidak

Diare Tidak

Konstipasi Tidak

Asites Tidak

Lain – lain

Bone (B6) Turgor Jelek

Perdarahan kulit ada

Icterus Tidak ada

Akral Dingin

Pergerakan sendi Bebas

Fraktur Tidak ada

Luka Tidak ada

Lain – lain TTV: TD: 80/50 mmHg, N: 130x/i, S:


37,9°C,

B. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1 Data Kehilangan Kekurangan
- Ibu pasien mengatakan sejak cairan aktif volume cairan
sakit pasien kurang
mengkonsumsi cairan.
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami perdarahan pada gusi
sejak 2 hari yang lalu
- Ibu pasien mengatakan anaknya
mengalami demam dan keringat
dingin sejak 4 hari yang lalu
- Tampak pasien lemah
- Tampak mukosa bibir kering
- Tampak pasien terpasang kateter
jumlah urin 100cc/24 jam warna
kuning pekat
- CRT >3 detik
- Hematokrit 45.51 %
- Suhu 37,9ºc
- Naadi 130x/menit
- Akral dingin
- Pernapasan 28x/menit
- Tingkat kesadaran somnolen
M 3, V 3, E 2
- Tekanan darah 80/50 mmhg
- Nadi 130x/menit
- SPO2 91%
- Hasil lab
AGD : Ph 7,50. HCO3 18,3
mmol/L, pCO2 24.00 mmHg
Natrium 07.50 mEq/L,
Kalium24.00 mEq/L
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
D. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan NOC NIC


(NANDA)
Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
cairan b/d kehilangan keperawatan 1x 8jam 1. monitor tanda vital
cairam aktif diharapkan pasien
Keseiimbangan cairan 2. jaga intake / asupan
1.keseimbangan intake dan yang akurat dan
output dalam 24 jam catat output pasien
dipertahankan pada 2 3. masukan kateter
(banyak terganggu) urine
ditingkatkan ke 4 (sedikit manajemen syok
terganggu) volume
2.turgor kulit dipertahankan 2. monitor tanda /
pada 2 (banyak terganggu) gejala syok
ditingkatkan ke 4 (sedikit hipovolume
terganggu) 3. berikan cairan IV
3.kelembaban membran seperti kristaloid
mukosa dipertahankan pada isotonik atau koloid
1 (sangat terganggu) sesuai kebutuhan
ditingkatkan ke 4 (sedikit 4. berikan oksiigen dan
terganggu) atau ventilasi
mekanik sesuai
Hidrasi kebutuhan
1. peningkatan suhu tubuh 5. ambil gas darah
dipertahankan pada 2 arteri dan monitor
(cukup berat) ditingkatkan oksigenasi jaringan
ke 4 (ringan) 6. monitor data lab
2. penurunan tekanan darah (misalnya serum
dipertahankan pada 1 laktat,
(berat) ditingkatkan ke 4 keseimbangan
(ringan) asam basah, profil
3. denyut nadi cepat metabolik, dan
dipertahankan pada 1 elektrolit)
(sangat terganggu)
ditingkatkan ke 4 (sedikit perawatan demam
terganggu) 1. pantau suhu dan
tanda-tanda vital
termoregulasi lainnya
1.Dehidrasi dipertahankan 2. monitor warna kulit
pada 1 (berat) ditingkatkan dan suhu
ke 4 (ringan) 3. lembabkan mukosa
2.berkeringat saat panas bibir dan hidung
dipertahankan pada 2 yang kering
(banyak terganggu) 4. berikan obat atau
ditingkatkan ke 4 (sedikit cairan IV (misalnya
terganggu) anti piretik)
3.tingkat pernapasan 5. fasilitasi istirahat
dipertahankan pada 1 terapkan
(sangat terganggu) pembatasan
ditingkatkan ke 4 (sedikit aktivitas jika
terganggu) diperlukan

Keparahan infeksi perlidungan


1.peningkatan sel darah putih infeksi
dipertahankan pada 2 (cukup 1. monitor adanya
berat) ditingkatkan ke 4 tanda dan gejala
(ringan) infeksi sistemik dan
lokal
2. monitor hitung
mutlak granulosit,
WBC,
3. kolaborasi
pemberian
antibiotik

E. Evaluaasi Hasil Tindakan : (Kondisi Yang Didapatkan Setelah Tindakan


Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan)
F. Pengkajian Sekunder : Meliputi Pengkajian Riwayat Keperawatan Dan
Hoad To Toe
a. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
1. sebelum sakit
ibu pasien mengatakan dia selalu menjaga kesehatannya jika ada salah
satu anggota yang sakit langsung pergi berobat ke dokter atau membeli
obat di apotek. ibu pasien mengatakan dia tinggal ditempat yang padat
pnduknya, ibu pasien mengatakan disamping rumah ada got terbuka
dan air tergenang. ibu pasien mengatakan sebelumnya ada tetangganya
yang menderita demam berdarah.ibu pasien mengatakan selalu
menjaga kebersihan rumah.
2. sejak sakit
ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 4 hari yang lalu
disertai sakit kepala dan nyeri otot, tulang dan sendi. sebelum masuk RS
pasien pernah berobat ke dokter karena demam, dokter memberikan
obat penurun panas, dan dokter menyarankan jika demamnya timbul
lagi pasien harus diperiksa ke puskesmas atau rumah sakit. pada saat
pengkajian tampak pasien terbaring lemah ditempat tidur tampak
terpasang infus RL 500ml, terpasang O2 RM 8 liter/menit.

Riwayat penyakit sebelumnya :


ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dan baru pertama kali
berobat ke RS
b. Pola Nutrisi Dan Metabolik
1. sebelum sakit
ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan teratur di rumah,
pasien makan 3x sehari dengan menu makan nasi, sayur, lauk-pauk.
2. Sejak Sakit
Ibu pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak nafsu makan, mual dan
kurang minum air.
3. Observasi
tampak pasien terpasang NGT, IMT 16,1 (berat badan kurang)

c. Pola Aktifitas Dan Latihan


1. sebelum sakit
ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasanya bermain dengan
teman-teman di kompleksnya. semua pemenuhan kebutuhan makan
mandi dapat dilakukan sendiri.
2. sejak sakit
ibu pasien mengatakan pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur saja.
3. observasi
tampak pasien terbaring lemah ditempat tidur.

Aktivitas Harian :

Makan :4

Mandi :4

Pakaian :4 Keterangan

Kerapihan :4 0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
Buang air besar : 4 2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang dan alat
Buang air kecil :4 4 : Bantuan penuh

Mobilisasi di tempat tidur: 4

HASIL PEMERIKSAAN LAB

Pemeriksaan Kimia Klinik


- pH 07.50
- pCO2 24.00 mmHg
- pO2 145.60 mmHg
- Beecf 1.4 mmol/L
- HCO3- 18.3 mmol/L
- TCO2 33.20 mmol/L

Pemeriksaan DARAH LENGKAP

- #BASO 0.28 103μL


- RBC 5.39 106μL Tinggi
- Hemoglobin 14.77 g/dL
- Hematokrit 45.51 %
- Platelet 14.62 103μL Rendah
- WBC 11,5 x10^3/ μL
- MCV 77.2 fL
- MCH 25.05 Pg
- MCHC 32.07 g/dL
- RDW 22.05 % Tinggi

Pemeriksaan Eektrolit

- Natrium 07.50 mEq/L


- Kalium 24.00 mEq/L
- Calcium 6,51 mg/dl
- Chlorida 100,1 mEq/L
- Albumin 1,14 Gr/dl

Terapi Yang Diberikan

- Pemberian kristoloid (ringer laktat/NaCL 0,9%20mg mg/kg bb


- plasma atau koloid sebanyak 10-2- ml/kg bb maksimal 30 ml/ kg bb
- Observasi TTV tiap 15 menit dan kadar HCT tiap 4-6 jam
- Pemberian O2 RM 8 L/menit
G. Diagnosa keperawatan
Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan
makanan
intoleransi aktivitas b/d tirah baring

N Data Etiologi Masalah


o
1. DS kurang asupan Kekurangan
Ibu pasien mengatakan sejak sakit makanan nutrisi kurang
pasien tidak nafsu makan, mual dan dari kebutuhan
kurang minum air. tubuh
DO
IMT 16,1
Membran mukosa pucat

2. Ds : Tirah baring Intoleransi


Keluarga pasien mengatakan aktivitas
aktivitas pasien sepenuhnya dibantu.
Do :
Tampak pasien berbaring lemah dan
kebutuhannya dibantu oleh perawat
dan keluarga
Aktivitas Harian:
- Makan :4
- Mandi :4
- Pakaian :4
- Kerapihan : 4
- BAK :4
- BAB :4
- Mobilisasi ditempat tidur : 4
Uji kekuatan otot
1 1
1 1
H. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1 Kekurangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
kurang dari keperawatan selama 1 x 8 - tentukan status gizi
kebutuhan tubuh b/d jam diharapkan pasien dan
kurang asupan Status nutrisi kemampuan pasien
makanan - asupan makanan untuk memenuhi
dipertahankan pada 2 kebutuhan gizi
(banyak menyimpang) - tentukan jumlah kalori
ditingkatkan ke 4 (sedikit dan jenis nutrisi yang
menyimpang) dibutuhkan untuk
- rasio berat badan / tinggi memenuhi
badandipertahankan pada persyaratan gizi
2 (banyak menyimpang) - ciptakan lingkungan
ditingkatkan ke 4 (sdikit yang optimal pada
menyimpang) saat mengkonsumsi
makanan
- monitor kecendrungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan.
2 Intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan
b/d tirah baring keperawatan selama 1 x 8 diri
jam diharapkan pasien 1. Monitor kemampuan
toleran terhadap aktivitas perawatan diri secara

dengan kriteria hasil : mandiri


2. Berikan bantuan
Perawatan diri : aktivitas
dalam melakukan
sehari-hari
perawatan diri
 Makan dipertahankan
3. Ajarkan keluarga
pada skala 2 (banyak
untuk mendukung
terganggu) di tingkatkan
kemandirian dengan
ke skala 4 (sedikit
terganggu) membantu hanya
 Kebersihan ketika pasien tidak
dipertahankan pada mampu melakukan
skala 2 (banyak perawatan diri.
terganggu) di tingkatkan Terapi Aktivitas :
ke skala 4 (sedikit 1. Kaji kemampuan
terganggu) pasien dalam
 Mandi dipertahankan melakukan aktivitas
pada skala 2 (banyak 2. Bantu pasien dalam
terganggu) di tingkatkan melakukan aktivitas
ke skala 4 (sedikit yang sesuai dengan
terganggu) kemampuan fisiknya
 Kebersihan mulut Makan
dipertahankan pada
skala 2 (banyak
terganggu) di tingkatkan
ke skala 4 (sedikit
terganggu)
 Berpakaian Makan
dipertahankan pada
skala skala 2 (banyak
terganggu) di tingkatkan
ke skala 4 (sedikit
terganggu)

DAFTAR PUSTAKA
Berita Kedokteran Masyaraka, Determinan sosial kejadian dengue shock
syndrome di kota Semarang (BKM Journal of Community Medicine and Public
Health) 2016, https://jurnal.ugm.ac.id › articlePDF Web results Determinan
sosial kejadian dengue shock syndrome di kota ... Jurnal UGM Volume 32
No. 5 Tahun 2016 diakses 25 april 2020

Garna, Herry, 2012, Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Bandung : Sagung
Seto.

Sari P, 2014. Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue


https://saripediatri.org › 233PDF Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok
Dengue - Sari Pediatri

Soedarto, 2012, Demam Berdarah Dengue.Jakarta : Sagung Seto.

Oessi Salsabila dkk, 2017. Analisis Faktor Risiko Terjadinya Sindrom Syok
Dengue Pada Anak di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember Vol. 3 No.1
(2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences. https://jurnal.unej.ac.id
› articlePDF Web results Analisis Faktor Risiko Terjadinya Sindrom Syok
Dengue Pada Anak ... - Jurnal UNEJ

Anda mungkin juga menyukai