Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DENGUE SHOCK SYNDROME

DIRUANG ICU

Untuk memenuhi tugas

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

Nama : Miftah Khusnatun Istikomah

NIM : P17230204106

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah diresponsi dan disetujui pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Dengue Shock Syndrome Diruang
ICU

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

(Ns. Agus Khoirul Anam,M.Kep) (Anang Yoszaria, S.Kep., Ns)


NIP. NIP.198408112010011007
Laporan Pedahuluan

Dengue Shock Syndrome

BAB I

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN

GANGGUAN DENGUE SHOCK SYNDROME

A. Pengertian

Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus deman berdarah dengue disertai
dengan manifestasi kegagalan sirkulasi syok/renjatan. Dengue Shok Syndrome (DSS) adalah
sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam
Berdarah Dengue (DBD) (Uswatun Hasanah : 2021) .

Dengue Shok Syndrome bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan


masyarakat yang menyebar dengan luas dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan permasalahan
klinis. Karena 30 - 50 % penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan
berakhir dengan suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.

Dengue syok sindrom, demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD


(dengue haemarrhagic fever/DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limpadenopati, trombositoponia, dan ditesis hemoragik. Pada DSS terjadi
pembesaran plasma yang di tandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. (Rosmiati, dkk : 2021)

B. Etiologi

1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1. 2. 3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari
yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-selmamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Uswatun Hasanah :
2021).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1. 2. 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus. aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Uswatun Hasanah: 2021). Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana-bejana yang
terdapat di dalam rumah maupun yang terdapat diluar rumah di lubang-lubang pohon di
dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes
Albopictus). (Uswatun Hasanah: 2021).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipelainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipetertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksivirus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Uswatun hasanah : 2021).
C. Klasifikasi

Menurut Erna Erianti (2018) dibagi menjadi empat tingkat keparahan, dimana derajat III
dan IV dianggap DSS :
1. Derajat I :
Demam disertai dengan gejala konstitusional non spesifik, satu-satunya manifestasi
pendarahan adalah tes tourniket positifatau mudah memar
2. Derajat II :
Pendarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajatI,biasanya pada bentuk
perdarahan kulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III :
Gagal sirkulasi dimanifestasi dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan
nadi atau hipotensi, dengan adanya kulitdingin dan lembab serta gelisah.
4. Derajat IV :
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi
D. Tanda Dan Gejala

1. Demam tinggi dan awitan akut

2. Manifestasi hemoragi (sedikitnya tes tourniket positif)

3. Hepatomegali (terjadi pada 90-96% dari anak-anak thailan dan 67% anak kuba dengan
DHF)

4. Nadi lemah dan cepat

5. Tekanan nadi menyempit (mmHg 2,7 kPa)


6. Hipotensi untuk usia

7. Kulit dingin dan lembab serta gelisah

8. Syok Perjalanan

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai
gambaran limfosit plasma biru. Parameter laboratori yang dapat diperiksa:

a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi


sumsum tulang.

c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan


hematokrit > 20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3.

d. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT. Fibrinogen. D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

e. Imunoserologi : Pemeriksaan anti-dengue IgG, IgM

f. Protein/Albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

g. SGOT/SGPT dapat meningkat.

h. Ureum. Kreatinin: dapat meningkat pada keadaan gagal ginjal akut.

i. Gas darah: terdapat gangguan pada konsentrasi gas darah sesuai dengan keadaan
pasien.

j. Elektrolit: sebagai parameter pemberian cairan.

k. Golongan darah dan cross match: dilakukan sebelum tindakan tranfusi darah untuk
keamanan pasien.
2. Pemeriksaan Radiologi

a. Pemeriksaan foto roentgen dada, bisa didapatkan efusi pleura terutama pada
hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks.

b. USG: untuk mendeteksi adanya asites dan juga efusi pleura.

F. Patofisiologi / Pohon Masalah

Virus dengue

Viremia

Reaksi antigen-antibodi

Peningkatan permebealitas pembuluh darah

Kebocoran plasma

Hipovolemi

Syok

Hipovolemia

G. Penatalaksanaan

1. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan
dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap
24 jam. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka
diberi transfusi darah.

3. Terapi oksigen diberikan pada semua pasien syok. Dianjurkan pemberian oksigen
dengan menggunakan masker.

4. Tranfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi pendarahan yang nyata.Penurunan


hematocrit tanpa perbaikan klinis walaupun telah diberikan darah segar adalah untuk
meningkatkan konsentrasi sel darah merah.Plasma segar adalah untuk meningkat
konsentrasi sel darah merah.
5. Pemantauan tanda vital dan kadar hematocrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pemantaun adalah:

a. Nadi,tekanan darah,respirasi dan temperature harus dicatat setiap 15-30 menit atau
lebih sering sampai syok teratasi.

b. Kadar hematocrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai klinis pasien stabil.

c. Setiap pasien harus mempunyai formulai pemantauan mengenai jenis


cairan,jumlah dan tetesan,untuk menentukan apakah cairan sudah mencukupi.

d. Jumlah dan frekuensi diuresis (normal diuresis 2-3 ml/kg/BB/jam).


BAB II

KONSEP DASAAR PROSES KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN DOWN SHOCK SYNDROME

A. Pengkajian

1. Identitas: Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang
terkena DB)

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah,
epistaksis, pendarahan gusi.

b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit) : kapan mulai panas?

c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien)

d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau
tidak)

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan. panjang badan,
usia)

b. Pemeriksaan per system

1) System persepsi sensori:

o Penglihatan: edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal

o Pengecapan : lembab/kering rasa haus meningkat/tidak, tidak

2) System persyarafan: kesadaran, menggigil, kejang, pusing

3) System pernafasan epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung,


odem pulmo, krakles

4) System kardiovaskuler takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba, kapilary


refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis. sianosis perifer, nyeri dada
5) System gastrointestinal :

o Mulut: membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi

o Perut turgor?, kembung/meteorismus, distensi, nyeri. asites, lingkar


perut?

o Informasi tentang tinja warna (merah, hitam), volume. bau, konsistensi,


darah, melena

6) System integument RL test (+)?, petekie, ekimosis, kulit kering/lembab,


pendarahan bekas tempat injeksi?

7) System perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria

B. Diagnosa Keperawatan

`Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d merasa lemah, mengeluh haus, frekuensi
nadi meningkat, nadi terbaba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin
meningkat, berat badan turun tiba-tiba

C. Intervensi Keperawatan

a. Tujuan
Status Cairan
1) Frekuensi nadi membaik
2) Turgor kulit meningkat
3) Output urine meningkat
4) Dispnea menurun
5) Berat badan menurun
6) Perasaan lemah menurun
7) Keluhan haus menurun
8) Suhu tubuh membaik
9) Membran mukosa membaik
b. Rencana tindakan dan Rasional
Manajemen Hipovolemia
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi terba
lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, volume urine menurun)
Rasional :
2) Monitor intake dan output cairan
Rasional :
Terapeutik
1) Hitung kebutuhan cairan
Rasional : untuk memenuhi cairan yang dibutuhkan
2) Berikan asupan cairan oral
Rasional : untuk menambah kebutuhan cairan dalam tubuh
Edukasi
1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Rasional : untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian IV isotonis (mis. Rl, NaCl)
Rasional : untuk memberikan hidrasi cairan tubuh secara parental
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Uswatun. 2021. “Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa DSS Di Ruang ICCU RSUD
Jombang”. https://id.scribd.com/document/556083470/LP-KRITIS-DSS-USWATUN-
HASANAH. Diakses pada 21 Februari 2022 pukul 18.23
Rosmiati, dkk. 2021. “Askep DSS (Dengue Syok Sindrome)”.
https://id.scribd.com/document/502881574/ASKEP-GADAR-DSS-1. Diakses pada 21
Februari 2022 pukul 12.00
Arianti, Erna. 2018. “Laporan Asuhan Keperawatan Kritis Pada Ny. Y Dengan DSS Di ICU RSI
Yogyakarta PDHI”. https://id.scribd.com/document/410969664/LP-DSS-docx. Diakses
pada 21 Februari 2022 pukul 13.00
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostic,
Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil Keperawatan,
Edisi1.Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai