Anda di halaman 1dari 28

OLEH:

HASNANI NIM 113063C218071


FAKHRUDDIN 113063C218074
PENGERTIAN

TRAUMA ABDOMEN ADALAH CEDERA PADA ABDOMEN,


DAPAT BERUPA TRAUMA TUMPUL DAN TEMBUS SERTA
TRAUMA YANG DISENGAJA ATAU TIDAK DISENGAJA
(SMELTZER, 2001)

TRAUMA ABDOMEN DIDEFINISIKAN SEBAGAI KERUSAKAN


TERHADAP STRUKTUR YANG TERLETAK DIANTARA
DIAFRAGMA DAN PELVIS YANG DIAKIBATKAN OLEH LUKA
TUMPUL ATAU YANG MENUSUK
ETIOLOGI
MENURUT (HUDAK & GALLO, 2001).

PAKSAAN /BENDA TUMPUL

MERUPAKAN TRAUMA ABDOMEN TANPA PENETRASI KE DALAM RONGGA


PERITONEUM.
- JATUH
- KEKERASAN FISIK ATAU PUKULAN,
- KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR
- CEDERA AKIBAT BEROLAHRAGA
- BENTURAN
- LEDAKAN
- DESELARASI
- KOMPRESI ATAU SABUK PENGAMAN.
LEBIH DARI 50% DISEBABKAN OLEH KECELAKAAN LALU LINTAS.

TRAUMA TEMBUS

MERUPAKAN TRAUMA ABDOMEN DENGAN PENETRASI KE DALAM RONGGA


PERITONEUM.
LUKA TEMBUS PADA ABDOMEN DISEBABKAN OLEH TUSUKAN BENDA TAJAM
ATAU LUKA TEMBAK.
PATOFISIOLOGI
TRAUMA
(KECELAKAAN)

PENETRASI & NON-PENETRASI

TERJADI PERFORASI LAPISAN ABDOMEN
(KONTUSIO, LASERASI, JEJAS, HEMATOM)

MENEKAN SARAF PERITONITIS

TERJADI PERDARAHAN JAR.LUNAK DAN RONGGA ABDOMEN → NYERI

MOTILITAS USUS

DISFUNGSI USUS → RESIKO INFEKSI

REFLUKS USUS OUTPUT CAIRAN BERLEBIH
GANGGUAN CAIRAN NUTRISI KURANG DARI
DAN ELOKTROLIT KEBUTUHAN TUBUH

KELEMAHAN FISIK

GANGGUAN MOBILITAS FISIK
(SUMBER : MANSJOER,2001)
Gambar : Trauma tumpul di daerah abdomen

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Trauma tumpul di daerah abdomen
Gambar : Luka tusuk karena stang sepeda di quadran kanan atas

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Luka tusuk mengenai organ liver

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
MANIFESTASI KLINIS
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis
meliputi : nyeri tekanan diatas daerah abdomen, distensi abdomen,
demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, dan nyeri spontan (NANDA NIC-NOC, 2015).
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya :
 Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen
 Terjadi perdarahan intra abdominal
 Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu
sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan
mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan
BAB hitam (melena)
 Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam
setelah trauma

Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen
Pada trauma penetrasi (tajam) biasanya terdapat :

 Terdapat luka robekan pada abdomen


 Luka tusuk sampai menembus abdomen
 Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan
 Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. FOTO THORAKS
UNTUK MELIHAT ADANYA TRAUMA PADA THORAK.
2. PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
PEMERIKSAAN HB DIPERLUKAN UNTUK BASE-LINE DATA BILA TERJADI
PERDARAHAN TERUS MENERUS. DEMIKIAN PULA DENGAN
PEMERIKSAAN HEMATOKRIT. PEMERIKSAAN LEUKOSIT YANG MELEBIHI
20.000/MM TANPA TERDAPATNYA INFEKSI MENUNJUKKAN ADANYA
PERDARAHAN CUKUP BANYAK KEMUNGKINAN RUPTURA LIENALIS.
SERUM AMILASE YANG MENINGGI MENUNJUKKAN KEMUNGKINAN
ADANYA TRAUMA PANKREAS ATAU PERFORASI USUS HALUS. KENAIKAN
TRANSAMINASE MENUNJUKKAN KEMUNGKINAN TRAUMA PADA
HEPAR.
3. PLAIN ABDOMEN FOTO TEGAK
MEMPERLIHATKAN UDARA BEBAS DALAM RONGGA PERITONEUM,
UDARA BEBAS RETROPERINEAL DEKAT DUODENUM, CORPUS ALINEUM
DAN PERUBAHAN GAMBARAN USUS.
4. PEMERIKSAAN URINE RUTIN
MENUNJUKKAN ADANYA TRAUMA PADA SALURAN KEMIH
BILA DIJUMPAI HEMATURI. URINE YANG JERNIH BELUM
DAPAT MENYINGKIRKAN ADANYA TRAUMA PADA SALURAN
UROGENITAL.
5. VP (INTRAVENOUS PYELOGRAM)
KARENA ALASAN BIAYA BIASANYA HANYA DIMINTAKAN BILA
ADA PERSANGKAAN TRAUMA PADA GINJAL.
6. DIAGNOSTIK PERITONEAL LAVAGE (DPL)
DAPAT MEMBANTU MENEMUKAN ADANYA DARAH ATAU
CAIRAN USUS DALAM RONGGA PERUT. HASILNYA DAPAT
AMAT MEMBANTU. TETAPI DPL INI HANYA ALAT
DIAGNOSTIK. BILA ADA KERAGUAN, KERJAKAN LAPARATOMI
(GOLD STANDARD).
1. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
o Trauma pada bagian bawah dari dada
o Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
o Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)
o Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
o Patah tulang pelvis
2. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
o Hamil
o Pernah operasi abdominal
o Operator tidak berpengalaman
o Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum
Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat
berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum
setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui
langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan
rekto-sigmoidoskopi.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. ABDOMINAL PARACENTESIS
MENENTUKAN ADA
NYA PERDARAHAN DALAM RONGGA PERITONIUM,
MERUPAKAN INDIKASI UNTUK LAPAROTOMI.
2. PEMERIKSAAN LAPAROSKOPI
MENGETAHUI SECARA LANGSUNG PENYEBAB
ABDOMEN AKUT.
3. PEMASANGAN NGT
MEMERIKSA CAIRAN YANG KELUAR DARI
LAMBUNG PADA TRAUMA ABDOMEN.
4. PEMBERIAN ANTIBIOTIK
MENCEGAH INFEKSI.
5. LAPAROTOMI
A. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang
terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat
apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi.
Airway
Breathing
Circulation
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.

Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)

1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau


benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan
adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
lanjutan
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar,
maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut
kain bersih atau bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut
luka dengan menekan.
7. Kirim ke rumah sakit.
B. Hospital

1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding
abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
Skrinning pemeriksaan rontgen
IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Uretrografi.
Sistografi
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah
sakit :

1.Pengambilan contoh darah dan urine


2.Pemeriksaan rontgen
3.Study kontras urologi dan gastrointestinal
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN
A. Pengkajian

Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :

1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera
(trauma)

2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).

3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau
luka penetrasi abdomen.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan,
tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik
JURNAL TERKAIT
HUBUNGAN PENATALAKSANAAN OPERATIF TRAUMA ABDOMEN DAN
KEJADIAN LAPAROTOMI NEGATIF DI RSUP PROF. DR. R.D.KANDOU
MANADO, 2016
INDAH J. UMBOH, HEBER B. SAPAN, HARSALI LAMPUS B
SIMPULAN: TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA JENIS TRAUMA
DENGAN LAPAROTOMI
NEGATIF.LAPAROTOMI SELEKTIF DAPAT DILAKUKAN PADA KASUS
TRAUMA ABDOMEN UNTUK MENGHINDARI TERJADINYA LAPAROTOMI
NEGATIF

KOAGULOPATI DINI SEBAGAI FAKTOR RESIKO MORTALITAS PADA


TRAUMA ABDOMEN DI RUMAH SAKIT SANGLAH PERIODE TAHUN 2015-
2016
CYNTHIA TANAKA , KETUT WIARGITHA, NYOMAN GOLDEN
KESIMPULAN: PEMANJANGAN PT > 14,4 DAN ATAU APTT > 36 (PROFIL
KOAGULASI DINI) TERBUKTI SECARA STATISTIK SEBAGAI FAKTOR RISIKO
TERJADINYA MORTALITAS PASIEN TRAUMA ABDOMEN DI RSUP
SANGLAH DENPASAR
Peran Tingkat Amilase dan Lipase dalam Diagnosis Trauma Tumpul
abdomen
, 2016
Ravinder Pal Singh , 1 Nikhil Garg , 2 Amandeep S Nar , 3 Anuj
Mahajan , 4 Atul Mishra , 5 Jaspal Singh , 6Ashish Ahuja , 7 dan Ashvind
Bawa 8
Kesimpulan
Tingkat serum amilase dan lipase, ketika digabungkan dengan tes
laboratorium lain dan modalitas pencitraan, mungkin memiliki peran
signifikan dalam memprediksi lokasi cedera serta hasil bedah pada pasien
BTA(Blunt Trauma Abdomen).

Posisi tanda sabuk pengaman perut dan kegunaan prediktifnya untuk


trauma perut, 2019
Jiang O 1 , Asha SE 1, 2 , Keady J 3 , Curtis K 4, 5
KESIMPULAN:
Tanda sabuk pengaman dikaitkan dengan cedera perut dan lumbar; Namun,
lokasi itu penting. Hubungan ini kuat ketika tanda sabuk pengaman berada
di atas ASIS, tetapi ketika tanda berada di / di bawah ASIS, tingkat cedera
serupa dengan peserta yang tidak memiliki tanda sabuk
pengaman. Pencitraan rutin perut mungkin hanya cocok untuk mereka yang
memiliki tanda sabuk pengaman di atas ASIS.
DAFTAR PUSTAKA
1.Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
2.Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien,
Edisi 3. Jakarta : EGC
3.Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI : Jakarta
4.Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan
Holistik. Jakarta : EGC
5.Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai