Anda di halaman 1dari 22

ASKEP TULI KONDUKTIF DAN TULI

SENSORINEURAL

OLEH KELOMPOK 1:
SRI ASRIYANTI
NIRWANA
MUH. SYUKRI
MUH. ILHAM
KONSEP TULI KONDUKTIF

 Definisi
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah
jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara
berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar
huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya
ss.
ETIOLOGI

 Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran


daun telinga (pinna)
 Atropi dan bertambah kakunya liang telinga
 Penumpukan serumen
 Membrane tympani bertambah tebal dan kaku
 Kekuatan sendi tulang-tulang pendengaran
 Kelainan bawaan (Kongenital)
MANIFESTASI KLINIS

 Rasa penuh pada telinga


 Pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
 Rasa gatal
 Trauma
 Tinnitus
PATOFISIOLOGI

 Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan


biasa saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi
penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan
serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi
bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak
dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di
dengarnya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Audiometri
 X-ray
PENATALAKSANAAN

 Liang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan


larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan
ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes
garputala.
KONSEP TULI SENSORINEURAL

 Definisi
Tuli sensorineural adalah kerusakan telinga bagian dalam
dan hubungan saraf otak yang terbagi atas tuli
sensorineural koklea dan tuli sensorineural retrokoklea.
ETIOLOGI

Faktor-faktor resiko tinggi yang penyebab tuli sensorineural


yaitu:
 Tuli Bawaan (Genetik).
 Tuli Rubella.
 Tuli dan Kelahiran Prematur
 Tuli Ototosik.
KLASIFIKASI
Dibagi menjadi tuli sensori neural coklea atau retrokoklea.
 Tuli sensori neural coclea
a. Aplasia (kongenital).
b. Labirintitis oleh bakteri/virus.
c. Intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina,
asetosal atau alkohol.
d. Trauma akustik.
e. Pemaparan bising.
 Tuli sensori neural retrokoklea
a. Neuroma akustik.
b. Tumor sudut pons serebellum.
c. Cidera otak.
d. Perdarahan otak.
MANIFESTASI KLINIS

 Rasa tidak enak di telinga, tersumbat,


dan pendengaran terganggu. Rasa nyeri akan timbul bila
benda asing tersebut adalah serangga yang masuk dan
bergerak serta melukai dinding liang telinga. Pada
inspeksi telinga dengan atau tanpa corong telingaakan
tampak benda asing tersebut.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan Dengan Garputala


 Audiometri
 Audimetri Ambang Bicara
 Diskriminasi
 Timpanometri
 Respon Auditoris Batang Otak
 Elektrokokleografi
PENATALAKSANAAN

1. Alat bantu dengar:


a. Alat Bantu Dengar Hantaran Udara
b. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Badan
c. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Belakang Telinga
d. CROS (contralateral routing of signals)
e. BICROS (bilateral CROS)
f. Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang
2. Pencangkokan koklea
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengkajian
Riwayat :
a. Identitas pasien,
b. Riwayat adanya kelainan nyeri,
c. Infeksi saluran nafas atas yang berulang,
d. Riwayat infeksi
e. Nyeri telinga
f. Rasa penuh dan penurunan pendengaran
g. Suhu meningkat
h. Malaise
i. Vertigo
j. Aktifitas terbatas
k. Takut mengahadapi tindakan pembedahan
PEMERIKSAAN FISIK

 B1(breathing) : infeksi saluran pernafasan


atas yang berulang
 B2(blood) : tidak ada kelainan pada
sistem kardiovaskuler
 B3(brain) : pusing, vertigo,nyeri, rasa
penuh pada telinga
 B4(bladder) : tidak ada kelainan
 B5(bowel) : tidak ada kelainan
 B6(bone&muskuluskeletal) : malaise, aktivitas terbatas,
suhu meningkat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri b/d proses peradangan
 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak
ada nyeri
Intervensi:
 Kaji nyeri, lokasi,karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas,
gunakan tingkat ukuran nyeri
R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi
selanjutnya
 Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri
(misalnya imajinasi, musik, relaksasi)
R/ : pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
 Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
R/ : posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
 Berikan analgesik jika dipesankan
R/ : analgesic dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa 2
 Gangguan sensori / persepsi berhubungan dengan kerusakan pada
telinga tengah
 Gangguan sensori / persepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga
tengah
Tujuan : Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik
Intervensi:
 Kaji tingkat gangguan persepsi pendengaran klien
R/ : untuk mengukur tingkat pendengaran pasien guna intervensi selanjutnya
 Berbicara pada bagian sisi telinga yang baik
R/ : berbicara pada bagian sisi telinga yang baik dapat membatu klien dalam
proses komunikasi
 Bersihkan bagian telinga yang kotor
R/ : telinga yang bersih dapat membantu dalam proses pendengaran yang
baik
 Kolaborasi dengan dokter dengan tindakan pembedahan
R/: tindakan pembedahan dapat membatu klien memperoleh pendengaran
yang baik
Diagnosa 3
 Ansietas b/d kurangnya pengetahuan
 Tujuan : klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.
Intervensi:
 Kaji tingkat ansietas klien terhadap penyakitnya
R/ : untuk mengukur tingakt kecemasan klien terhadap penyakitnya guna
implementasi selanjutnya.
 Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
R/ : sebagai tolak ukur untuk memberikan informasi selanjutnya mengenai
penyakit yang di alaminya.
 Berikan informasi klien tentang penyakitnya.
R/: Informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemassan klien terhadap
penyakitnya
 Berikan dorongan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.
R/: Dorongan yang adekuat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
sekaligus memberikan perhatian kepada klien.
 Libatkan keluarga klien dalam proses pengobatan
R/: Keluarga klien memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan
dan menurunkan tingkat kecemasan klien.
Diagnosa 4
 Ansietas b/d kurangnya pengetahuan
 Tujuan : klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.
Intervensi:
 Kaji tingkat ansietas klien terhadap penyakitnya
R/ : untuk mengukur tingakt kecemasan klien terhadap penyakitnya guna
implementasi selanjutnya.
 Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
R/ : sebagai tolak ukur untuk memberikan informasi selanjutnya mengenai
penyakit yang di alaminya.
 Berikan informasi klien tentang penyakitnya.
R/: Informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemassan klien terhadap
penyakitnya
 Berikan dorongan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.
R/: Dorongan yang adekuat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
sekaligus memberikan perhatian kepada klien.
 Libatkan keluarga klien dalam proses pengobatan
R/: Keluarga klien memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan dan
menurunkan tingkat kecemasan klien.
IMPLEMENTASI

 Implementasi dilaksanakan sesuai dengan


intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan
terhadap kondisi klien.
EVALUASI

 Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau


tidak ada nyeri
 Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik
 Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
 Pola koping klien adekuat
 Klien dapat mengeti dengan penyakitnya
 Klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai