2. Gangguan Kemauan
Contoh gangguan kemauan seperti pasien memiliki kemauan yang lemah, susah
membuat keputusan atau memulai tingkah laku. Pasien susah sekali bangun pagi,
mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan. Banyak
sekali jenis gangguan kemauan ini mulaidari sering mencuri barang yang
mempunyai arti simbolis sampai melakukan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diperintahkan.
3. Abulia / Hipobulia
Penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir disertai sikap acuh terhadap
konsekuensinya, biasanya menyertai deficit neurologis.
6. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Lubis,2012).
8. Gangguan Perilaku Emosional dengan Onset Biasanya pada Masa Anak Dan
Remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994).Anak
dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan
pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi.
Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum
dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma
kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian.Faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan
oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku
itu dapat dipengaruhi atau dicegah (Lubis,2012).
1. Biologis
Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi dengan
menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif, dan pembedahan bagian
otak.
a. Psikofarmaka
Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala- gejala
skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan
fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut termasuk kelompok obat
phenothiazines, reserpine (serpasil), dan haloperidol (haldol). Obat ini disebut
obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan
kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis
yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini
cukup tepat bagi penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring
stimulus yang tidak relevan (Durand, 2007 dalam Siahaan,2012).
b. ECT
Terapi Elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada
penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an, electroconvulsive therapy
(ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia.Tetapi terapi ini
telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa
alasan. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan
jiwa, termasuk skizofrenia. Menurut Fink dan Sackeim, 1996 dalam
Siahaan,2012 antusiasme awal terhadap ECT semakin memudar karena metode
ini kemudian diketahui tidak menguntungkan bagi sebagian besar penderita
skizofrenia meskipun penggunaan terapi ini masih dilakukan hingga saat ini.
Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan
pengalaman yang sangat menakutkan pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi
setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran
sementara, serta seringkali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan
setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan
otak mengakibatkan berbagai cacat fisik (Durand, 2007dalam Siahaan, 2012).
c. Pembedahan
Pada terapi biologis lainnya seperti pembedahan bagian otak Moniz
(Siahaan,2012) memperkenalkan prefrontal lobotomy, yaitu proses operasi
primitif dengan cara membuang stone of madness atau disebut dengan batu
gila yang dianggap menjadi penyebab perilaku yang terganggu. Menurut Moniz,
cara ini cukup berhasil dalam proses penyembuhan yang dilakukannya,
khususnya pada penderita yang berperilaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950-
an cara ini ditinggalkan karena menyebabkan penderita kehilangan kemampuan
kognitifnya, otak tumpul, tidak bergairah, bahkan meninggal.
2. Psikoterapi
a. Terapi Kognitif
Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited yang
berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental
tersebut terdiri ; cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors (C.
Daley,2001 dalam Siahaan, 2012).
b. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan
depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam
berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi
perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu
(Reus, V.I., 2004 dalam Siahaan,2012).
c. Terapi Interpersonal
Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal
seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood.Terapi ini
berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan,
dan para terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah
interpersonal tersebut (Siahaan,2012)
Daftar Pustaka