Anda di halaman 1dari 16

Laporan kasus Kepada Yth:

GANGGGUAN PERKEMBANGAN BAHASA

Penyaji : dr. Mahyarani Dalimunthe


Pembimbing : Prof. dr. H.M Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K)
Moderator : dr.M.Surya Husada, MKed.KJ, Sp.KJ
Hari/Tanggal : Selasa / November 2017
Pukul : 07.30 Wib
Tempat : Gedung Pendidikan Ruang Komite BLUD
RS.Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN
Gangguan perkembangan bahasa adalah ketidakmampuan atau
keterbatasan dalam menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi secara
verbal atau keterlambatan kemampuan perkembangan bicara dan bahasa anak
sesuai kelompok umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya. 1
Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak dengan keterlambatan bicara
cukup tinggi, terjadi sekitar 8% dari seluruh anak. 2
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi-IV (DSM-IV)
mengklasifikasikan gangguan perkembangan bahasa menjadi 4 kelompok yaitu:
ganggaun bahasa ekspresif, campuran gangguan reseptif-ekspresif, gangguan
fonologi dan gagap.Klasifikasi ini menjadi dasar penegakan diagnosis oleh klinisi
3,4
terhadap anak dengan gangguan perkembangan bahasa.
Gangguan bicara berhubungan erat dengan kelainan retardasi mental,
Attention Defisit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan autisme. Gangguan
perkembangan bahasa dapat mempengaruhi berbagai fungsi dalam kehidupan
sehari-hari, contohnya kehidupan personal sosial dan juga akan menimbulkan
kesulitan belajar. Bila gangguan bicara dan bahasa tidak diterapi dengan tepat,
akan terjadi gangguan kemampuan membaca, kemampuan verbal, perilaku,
penyesuaian psikososial dan kemampuan akademis yang buruk. 1,3,5,6
Pada tulisan ini akan dilaporkan sebuah kasus gangguan perkembangan
bahasa pada seorang anak laki-laki usia 9 tahun 11 bulan.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Gangguan perkembangan bahasa adalah ketidakmampuan atau
keterbatasan dalam menggunakan simbol linguistik untuk berkomunikasi secara
verbal atau keterlambatan kemampuan perkembangan bicara dan bahasa anak
sesuai kelompok umur, jenis kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya. 1 Karena
gangguan pada anak terjadi pada fase perkembangan dimana anak sedang
belajar berbicara, untuk selanjutnya disebut gangguan perkembangan bahasa
dan wicara atau disfasia perkembangan.1

KOMORBIDITAS
Gangguan perkembangan bahasa dapat menjadi faktor resiko spesifik
untuk kejadian kelainan mental. Anak laki-laki dengan gangguan bahasa sering
berkembang menjadi ADHD dan antisosial dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya. Gangguan bahasa pada anak usia prasekolah dapat menimbulkan
frustasi, cemas, antisosial bahkan bersikap agresif. Gangguan emosional dan
tingkah laku yang menetap pada anak dengan gangguan perkembangan bahasa
memiliki hubungan yang kuat. 3

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum
pernah diteliti secara luas. Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun
2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak didiagnosis
keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu
kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa
sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia bawah 3 tahun. Di Poliklinik Tumbuh
Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi selama tahun 2007 diperoleh 100 anak (22,9 %)
dengan keluhan gangguan bicara dan berbahasa dari 436 kunjungan baru. 1
Gangguan perkembangan bahasa terjadi pada 8% anak usia prasekolah.
Hampir 20% anak usia 2 tahun mengalami keterlambatan bicara. Pada umur 5
tahun, 19% anak teridentifikasi mengalami gangguan perkembangan bahasa.
Insiden pada anak laki-laki dua kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan. 3

ETIOLOGI

2
Selama bertahun-tahun, ada kecenderungan menganggap gangguan
perkembangan bahasa disebabkan oleh banyak faktor seperti pengasuhan yang
buruk, kerusakan otak minimal selama proses persalinan, atau kehilangan
pendengaran sementara. Baru kemudian menjadi jelas bahwa faktor-faktor
tersebut kalah penting dibanding gen dalam menentukan risiko untuk gangguan
perkembangan bahasa. Upaya untuk mencari kelainan gen telah dilakukan,
tetapi mulai menjadi jelas bahwa tidak ada faktor penyebab tunggal yang
bertanggung jawab untuk semua kasus. Sampai saat ini penyebab dari gangguan
perkembangan bahasa secara pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang
diduga berpengaruh terhadap terjadinyadisfasia perkembangan adalah: 1,3,7
1. Faktor genetik
Spesific Language Impairment Consortium menemukan hubungan (linkage)
antara gangguan bahasa dengan dua lokus yang terpisah pada kromosom 16
dan 19. Lokus pada kromosom 16, dihubungkan dengan penampilan yang
buruk pada tes repetisi kata dan memori jangka pendek, sedangkan lokus pada
kromosom 19 dihubungkan dengan penampilan yang buruk pada tes bahasa
ekspresif.
2. Faktor prenatal
Anak yang lahir dari ibu yang mengalami anemia, preeklampsi/eklamsi, infeksi
toxoplasma, mengalami perdarahan selama kehamilan serta mengkonsumsi
obat-obatan selama hamil dapat menjadi faktor resiko terjadi gangguan
perkembangan bahasa.
3. Faktor natal
Anak yang mengalami asfiksia neonatorum, hiperbilirubinemia berat, bayi berat
badan lahir rendah dan mengalami infeksi selama periode neonatal.
4. Faktor perinatal
Anak dengan riwayat kejang mengalami kegagalan metabolisme energi di otak,
hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan iskemi neuron sehingga dapat
menyebabkan kerusakan neuron.

GEJALA KLINIS
Saat seorang anak sehat datang ke klinik dengan keluhan gangguan kemampuan
bahasa, evaluasi perkembangan bahasa harus dilakukan secara spesifik
mengacu kepada milestone perkembangan bahasa normal pada anak dan
observasi dari tingkah laku anak. Gangguan komunikasi merupakan manifestasi

3
klinis utama, namun juga ditemukan gangguan kognitif maupun disfungsi motorik.
4,8

Proses fase perkembangan bahasa anak di terangkan dalam tabel Speech and LanguageMilestone sebagai berikut: 6,9

NORMAL LANGUAGE MILESTONE


Hearing and Understanding Talking
Birth-3 Months Birth-3 Months
Reacts to loud sounds. Makes pleasure sounds (cooing,
Quiets or smiles when spoken to. gooing).
Seems to recognize your voice Cries differently for different needs.
and calms down if crying. Smiles when sees you.
Increases or decreases sucking
behavior in response to sound.
4-6 Months 4-6 Months
Moves eyes in direction of sounds. Babbling sounds more speech-like with
Responds to changes in tone of many different sounds, including p, b,
your voice. and m.
Notices toys that make sounds. Chuckles and giggles.
Pays attention to music. Vocalizes excitement and displeasure.
Makes gurgling sounds when left alone
and when playing with you.
7 Months-1 Year 7 Months-1 Year
Enjoys games like peek-o-boo and Babbling has both long and short groups
pat-a-cake. of sounds such as tata upup bibibibi.
Turns and looks in direction of Uses speech or non-crying sounds to
sounds. get and keep attention.
Listens when spoken to. Uses gestures to communication
Recognizes words for common (waving, holding arms to be picked up)
items like cup, shoe, book, or Imitates different speech sounds.
juice. Has one or two words (hi, dog, dada,
Begins to respond to requests (e.g. mama) around first birthday, although
Come here or Want more?). sounds may not be clear.
One to Two Years One to Two Years
Points to a few body parts when Says more words every month.
asked. Uses some one- or two- word questions
Follows simple commands and (Where kitty?, Go bye-bye?, Whats

4
understands simple questions that?).
(Roll the ball, Kiss the baby, Puts two words together (more cookie,
Wheres your shoe?). no juice, mommy book).
Listens to simple stories, songs, Uses many different consonant sounds
and rhymes. of the beginning of words.
Points to pictures in a book when
named.
Two to Three Years Two to Three Years
Understands differences in Has a word for almost everything.
meaning (go-stop, in-on, big- Uses two- or three- words to talk about
little, up-down). and ask for things.
Follows two requests (Get the Uses k, g, f, t, d, and n sounds.
book and put it on the table). Speech is understood by familiar
Listens to and enjoys hearing listeners mpasient of the time.
stories for longer periods of time. Often asks for or directs attention to
objects by naming them.
Three to Four Years Three to Four Years
Hears you when call from another Talks about activities at school or at
room. friends homes.
Hears television or radio at the People outside family usually
same loudness level as other understand childs speech.
family members. Uses a lot of sentences that have 4 or
Answers simple, who?, what?, more words.
where?, and why? questions. Usually talks easily without repeating
syllables or words.
Four to Five Years Four to Five Years
Pays attention to a short story and Uses sentences that give lots of details
answers simple questions about (The biggest peach is mine).
them. Tells stories that stick to topic.
Hears and understands most of Communicates easily with other children
what is said at home and in and adults.
school. Says most sounds correctly except a
few like l, s, r, v, z, ch, sh, th.
Says rhyming words.

5
Names some letters and numbers.
Uses the same grammar as the rest of
the family.

DIAGNOSIS
Anak dengan gangguan perkembangan bahasa harus dievaluasi secara
menyeluruh termasuk kemampuan kognitif dan kemampuanaktifitas sehari-hari.
Evaluasi multidisiplin seharusnya dilakukan, minimal evaluasi psikologi, penilaian
3,4,10
neurologis serta penilaian kemampuan berbahasa.
DSM-IV DIAGNOSTIC CRITERIA FOR COMMUNICATION DISORDER3,4

Expressive Language Disorder


A. The scores obtained from standardized individually administered measures of
expressive language development are substantially below those obtained
from standardized measures of both nonverbal intellectual capacity and
receptive language development. The disturbance may be manifest clinically
by symptoms that include having a markedly limited vocabulary, making
errors in tense, or having difficulty recalling words or producing sentences
with developmentally appropriate length orcomplexity.
B. The difficulties with expressive language interfere with academic or
occupational achievement or with social communication.
C. Criteria are not met for Mixed Receptive-Expressive Language Disorder or a
Pervasive Developmental Disorder.
D. If Mental Retardation, a speech-motor or sensory deficit, or environmental
deprivation is present, the language difficulties are in excess of those usually
associated with these problems.
Coding note: If a speech-motor or sensory deficit or a neurological condition is
present, code the condition on Axis III.
Mixed Receptive-Expressive Language Disorder
A. The scores obtained from a battery of standardized individually administered
measures of both receptive and expressive language development are
substantially below those obtained from standardized measures of nonverbal
intellectual capacity. Symptoms include those for Expressive Language
Disorder as well as difficulty understanding words, sentences, or specific
types of words, such as spatial terms.

6
B. The difficulties with receptive and expressive language significantly interfere
with academic or occupational achievement or with social communication.
C. Criteria are not met for a Pervasive Developmental Disorder.
D. If Mental Retardation, a speech-motor or sensory deficit, or environmental
deprivation is present, the language difficulties are in excess of those usually
associated with these problems.
Coding note: If a speech-motor or sensory deficit or a neurological condition is
present, code the condition on Axis III.
Phonological Disorder
A. Failure to use developmentally expected speech sounds that are appropriate
for age and dialect (e.g., errors in sound production, use, representation, or
organization such as, but not limited to, substitutions of one sound for
another [use of /t/ for target /k/ sound] or omissions of sounds such as final
consonants).
B. The difficulties in speech sound production interfere with academic or
occupational achievement or with social communication.
C. If Mental Retardation, a speech-motor or sensory deficit, or environmental
deprivation is present, the speech difficulties are in excess of those usually
associated with these problems.
Coding note: If a speech-motor or sensory deficit or a neurological condition is
present, code the condition on Axis III.
Stuttering
A. Disturbance in the normal fluency and time patterning of speech
(inappropriate for the individual's age), characterized by frequent occurrences
of one or more of the following:
(1) sound and syllable repetitions
(2) sound prolongations
(3) interjections
(4) broken words (e.g., pauses within a word)
(5) audible or silent blocking (filled or unfilled pauses in speech)
(6) circumlocutions (word substitutions to avoid problematic words)
(7) words produced with an excess of physical tension
(8) monosyllabic whole-word repetitions (e.g., "I-I-I-I see him")
B. The disturbance in fluency interferes with academic or occupational
achievement or with social communication.
C. If a speech-motor or sensory deficit is present, the speech difficulties are in

7
excess of those usually associated with these problems.
Coding note: If a speech-motor or sensory deficit or a neurological condition is
present, code the condition on Axis III.
Communication Disorder Not Otherwise Specified
This category is for disorders in communication that do not meet criteria for any
specificCommunication Disorder; for example, a voice disorder (i.e., an
abnormality of vocalpitch, loudness, quality, tone, or resonance).

TERAPI
Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) menganjurkan sekolah
menyediakan pendidikan khusus terhadap anak-anak yang mengalami gangguan
belajar termasuk anak-anak dengan gangguan perkembangan bahasa.
Pelayanan ini disediakan untuk anak-anak dari lahir hingga usia 21 tahun. 3 Terapi
bicara dilakukan oleh seorang Speech-Language Pathologists (SLPs) atau
lazimnya dikenal sebagai terapis wicara. Dengan menilai kemampuan berbicara,
bahasa, komunikasi kognitif, dan keterampilan menelan pada anak-anak, seorang
terapis wicara dapat mengidentifikasi jenis masalah komunikasi dan cara terbaik
untuk melatih kemampuan bicara mereka. 3,6
Pada anak-anak dengan gangguan perkembangan bahasa yang berat,
metode alternatif dapat dilakukan dengan penggunaan simbol dalam bahasa,
penggunaan gambar (Picture Exchange Communication System-PECS) dan
sistem komputerisasi. Banyak klinisi percaya bahwa dengan metode ini dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Selain itu, metode ini juga dapat
3,5
mengurangi frustasi dari anak dan orang tua.

PROGNOSIS
Walaupun sebagian besar anak-anak mengalami peningkatan dalam
kemampuan berkomunikasi, namun 50-80% anak usia prasekolah dengan
keterlambatan bicaradan normal dalam kemampuan nonverbal akan tetap
mengalami gangguan bahasa hingga usia 20 tahun sejak didiagnosis. 3 Sekitar
50% anak yang mengalami gangguan bahasa yang onsetnya cepat akan
mengalami gangguan membaca.7,10
Terdapat hubungan yang kuat antara gangguan bahasa dengan
kemampuan kognitif, sehingga diagnosis awal dan tatalaksana cepat
memungkinkan anak mencapai fungsi kognitif yang lebih baik. 7,10

8
III. LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS PSIKIATRIK
1. Identitas pasien:
DMHP, laki-laki, usia 9 tahun 11 bulan, anak tunggal, suku Batak, agama
Kristen Protestan, bersekolah di SLB, BB: 35 kg, TB: 129 cm. Alamat: Jalan
Limau Manis Tanjung Morawa, Taman Anugerah Permai Medan. Datang
dibawa orang tuanya ke Bagian Poliklinik psikiatri RSHAM Medan, tanggal 03
Juli 2017 yang dikonsulkan oleh bagian Poliklinik Pediatri Sosial dan Tumbuh
Kembang anak RSHAM. Alloanamnesis diperoleh dari Ibu penderita TS, usia
46 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan SLTA, akrab dengan
penderita, kesan dapat dipercaya.
2. Keluhan utama:
Belum bisa berbicara
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Hal ini dialami pasien sejak bayi, saat ini pasien sudah bisa menyebut mama,
papa sejak usia 2 tahun tetapi tidak sempurna. Pasien mengerti apa yang
diperintahkan oleh mama dan papa-nya, namun dia tidak bisa menyebut atau
menjawab dengan kata-kata. Menurut pengakuan ibu pasien, pasien kalau
dipanggil menoleh namun konsentrasinya mudah terpecah. Pasien juga sangat
hiperaktif, tidak bisa diam, hal ini dialami pasien sejak pasien berusia 3 tahun
saat pasien bisa berjalan. Saat ini pasien tinggal dengan orang tua angkat
yang mengadopsi pasien saat pasien berusia 1 hari.
4. Riwayat penyakit terdahulu:
Pasien sering mengalami gastroenteritis sejak usia 2 bulan dan berulang kali
diopname. Pasien pernah dirawat di ICU saat usia 2 tahun dengan diagnosis
DSS selama 8 hari.
Riwayat gangguan mental emosional sebelumnya: tidak ada
Riwayat gangguan psikosomatik: tidak ada
Riwayat gangguan neurologik: tidak ada
Riwayat gangguan medik lainnya: tidak ada
5. Riwayat kehidupan pribadi:
Riwayat prenatal

9
Pasien merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Ibu kandung pasien
pernah mencoba untuk menggugurkan pasiendengan cara minum obat
namun tidak berhasil. Hal ini dilakukan karena ibu kandung pasien ditinggal
oleh ayah kandung pasien.
Pasien lahir di klinik, ditolong bidan, cukup bulan, lahir secara spontan,
segera menangis, dengan berat badan lahir 3200 gr, panjang badan lahir
50 cm dan skor apgar?.
Riwayat masa bayi, balita dan kanak-kanak
Pasien minum susu formula sejak lahir, usia 4 bulan pasien diberi
tambahan bubur saring + susu formula. Selanjutnya usia 9 bulan pasien
diberikan nasi tim + susu formula. Pasien baru diberikan makanan biasa
(makanan keluarga) saat pasien berusia 3 tahun. Sejak usia tersebut
pasien mulai makan nasi biasa dengan lauk pauk, sayur dan buah-buahan.
Kualitas dan kuantitas makanan kesan cukup.
Pasien tengkurap pada usia 2 bulan, balik terlentang usia 2 bulan, duduk
usia 6 bulan, merangkak usia 1 tahun, berjalan tanpa bantuan usia 3
tahun. Tersenyum usia 2 bulan, mengucapkan kata mama, papa, dada
usia 1 tahun, meniru kata-kata namun artikulasi tidak jelas usia 8 tahun,
dan saat saat ini belum bisa bicara bermakna. Sejak lahir pasien dirawat
kedua orang tua angkatnya yang sangat menyayanginya.
Riwayat imunisasi : BCG (-), Polio 1x, DPT (-), Hepatitis B 1x, campak (-),
kesan tidak lengkap.
Riwayat pendidikan: Pasien sekolah di SLB
6. Riwayat keluarga
a. Identitas orang tua
Ayah: suku Batak, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir SMA,
bekerja sebagai pedagang. Ayah dekat dan sayang dengan pasien.
Ibu: suku Batak, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Ibu ramah, dekat dan sayang dengan
pasien.
b. Kepribadian orang tua: ayah pasien seorang yang perhatian, ramah dan
sayang terhadap pasien. Ibu pasien seorang yang perhatian, ramah dan
sayang terhadap pasien
c. Riwayat gangguan mental dalam keluarga: tidak ada

10
d. Kondisi sosial ekonomi: cukup
7. Stressor psikososial: tidak ada
8. Riwayat bunuh diri: tidak ada
B. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
1. Penampilan:
Berat badan dan tinggi badan pasien sesuai dengan usianya, wajah bersih dan
berpakaian bersih, aktifitas motorik aktif. Selama dalam wawancara pasien
kadang kooperatif dan kadang tidak. Pasien sangat banyak bergerak.
2. Pikiran
Isi dan bentuk pikiran : tidak jumpai gangguan
3. Mood, afek dan emosi
Afek : stabil
Mood : distorik
Emosi lainnya : tidak dijumpai
4. Sensorium
Alertness : kompos mentis
Orientasi Waktu : sulit dinilai
Orientasi Tempat : sulit dinilai
Orientasi Personal : baik
Konsentrasi dan Kalkulasi : buruk
Memori
Daya ingat jauh : sulit dinilai
Daya ingat agak lama : sulit dinilai
Daya ingat baru saja : sulit dinilai
Daya ingat segera : sulit dinilai
Pengetahuan umum : sulit dinilai
Pikiran abstrak : sulit dinilai
5. Mekanisme coping : tidak ada
6. Judgment sosial : baik
Judgment personal : baik
7. Proses berpikir dan verbalisasi
Sulit dinilai, pasien sering menunjuk atau menuju langsung kepada sesuatu yang
dia mau. Verbalisasi tidak jelas.
11
8. Fantasi : sulit dinilai
9. Super ego : sulit dinilai
10. Konsep diri : sulit dinilai
11. Perkiraan IQ : kurang

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata : sensorium GCS 15 (E4V5M6), suhu: 37,1 0C BB: 35 kg, TB: 129
cm
Anemis (-), sesak napas (-), biru (-), edema (-), kuning (-)
Status lokalisata:
Kepala : simetris, Lingkar kepala: 49 cm (<2SD)
Mata RC +/+, pupil isokor, konjungtiva palpebra inferior pucat (-)
Telinga/Hidung/Mulut : dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Dada : simetris fusiformis, retraksi (-)
HR : 100 x/menit, reguler, desah (-)
RR : 22 x/menit, reguler, ronki (-)
Perut : supel, hepar dan lien tidak teraba,
Anggota gerak : nadi 100 x/menit, reguler, t/v cukup.
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
1. Sensorium : GCS 15 (E4V5M6)
2. Tanda perangsangan meningeal : tidak ada
3. Tanda peninggian tekanan intra kranial : tidak ada
4. Nervus I-XII :
N I: normal
N II, III: RC +/+, pupil isokor, funduskopi normal
N III, IV, VI : pergerakan bola mata normal
N V: tidak ada gangguan dalam membuka dan menutup mulut
N VII: sudut mulut simetris
N VIII: pendengaran normal
N IX, X: refleks muntah (+)
N XI: sulit dinilai
N XII: uvula di medial
5. Sistem motorik : a. tonus otot : normotonus
12
b. otot : eutrofi
c. kekuatan otot : normal
6. Refleks biceps/triceps normal, APR/KPR : normal
7. Refleks patologis : negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium klinik : Tidak Dilakukan
Foto thorax : Tidak dilakukan
Tes GPPH : 17 (dijumpai gangguan pemusatan konsentrasi)
Tes CBCL : Gangguan internalisasi (nilai 17)
RESUME
Telah diperiksa seorang laki-laki, usia 9 tahun 10 bulan dengan keluhan
utama belum bisa bicara. Hal ini dialami pasien sejak bayi, saat ini pasien sudah
bisa menyebut mama, papa sejak usia 2 tahun tetapi tidak sempurna. Pasien
mengerti apa yang diperintahkan oleh mama dan papa-nya, namun dia tidak bisa
menyebut atau menjawab dengan kata-kata. Menurut pengakuan ibu pasien,
pasien kalau dipanggil menoleh namun konsentrasinya mudah terpecah. Pasien
juga sangat hiperaktif, tidak bisa diam, hal ini dialami pasien sejak berusia 3 tahun
saat pasien bisa berjalan. Saat ini pasien tinggal dengan orang tua angkat yang
mengadopsi pasien saat pasien berusia 1 hari.
Dari pemeriksaan psikiatri, pasien berpenampilan bersih, berat badan
cukup, anak kadang kooperatif dan kadang tidak, pasien bergerak aktif, mood
distorik, afek stabil, isi dan pikiran, persepsi, orientasi, fantasi,konsep diri tidak
dijumpai gangguan, proses berfikir, verbalisalisasi, produktivitas dan
perbendaharaan kata sangat kurang. Perkiraan IQ kurang.
Dari pemeriksaan fisik, kesadaran GCS 15 (E4V5M6).Keadaan umum
sedang, keadaan penyakit sedang. Kepala dalam batas normal. Frekuensi
jantung 100 kali per menit, murmur tidak dijumpai, frekuensi nafas 22 kali per
menit, ronki tidak dijumpai. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal,
pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan darah lengkap dan radiologi tidak
dilakukan.
DIAGNOSIS BANDING : Gangguan perkembangan bahasa
DIAGNOSIS MULTI AKSIAL
Aksis I : tidak ada diagnosis
Aksis II : Retardasi mental
13
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF Scale Scale 50-41gejala berat (serious), disabilitas berat
PENATALAKSANAAN
Edukasi kepada keluarga tentang keterlambatan bicara pada anak
Latihan pengucapan dan artikulasi
Konsul Divisi THT-KL skrining pendengaran
Konsul Divisi Rehabilitasi Medik untuk terapi bicara
IV. DISKUSI
Telah dilaporkan kasus gangguan perkembangan bahasa pada seorang
anak laki-laki berumur 9 tahun 10 bulan, dimana gejala-gejala tersebut mulai
sejak bayi.
Diagnosis aksis I : tidak ada diagnosis
Diagnosis aksis II : Retardasi mental
Diagnosis aksis III : tidak ada diagnosis
Diagnosis aksis IV :tidak ada diagnosis
Diagnosis aksis V : GAF Scale Scale 50-41gejala berat (serious),disabilitas
berat
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan bicara (dysphasia) berupa
psikoedukasi tentang gangguan bicara ini dan implikasi jangka panjangnya
sangat penting dilakukan sebagai pengobatan langkah pertama. Seorang dokter
diharapkan mampu menjelaskan mengenai gangguan bicara ini dan mengajak
orangtua untuk mencari informasi yang lebih baik dari buku atau website
sehingga menumbuhkan kepercayaan diri orang tua untuk memberikan terapi
terbaik untuk pasien.
Tatalaksana spesifik dengan terapi bicara, dan diharapkan orang tua dapat
mematuhi jadwal terapi pasien dan teratur membawa pasien terapi. Serta orang
tua diharapkan mampu mengulangi dan menerapkan kembali di rumah hal-hal
yang telah diberikan terapis terhadap pasien.

14
DAFTAR RUJUKAN

1. Hartanto F, selina H, Zuhriah, Fitra S. Pengaruh perkembangan bahasa


terhadap perkembangan kognitif anak usia 1 3 tahun. In Sari Pediatri Vol
12. Jakarta, Badan penerbit IDAI; 2011. h. 386-90
2. Scheffner F, Vogel D, Astern R, Burgess J, Connealy RT, Salerno K.
Screening for communication and cognitive disorder in infant and toddler.
Diunduh dari : http://goliath.ecnext.com
3. Mark D, Simms, Schum RL. Language development and communication
disorder. In Nelson textbook of pediatrics 19 th ed. Philadelpia; Elsevier;
2011. p. 114-21
4. Communication disorder in diagnostic and statistical manual of mental
disorder.4th edition. Washington DC, American Psychiatric Association;
2005. p. 58-70
15
5. Goldstein H, Prelock P. Treatment Efficiacy Summary. In American Speech
Language Hearing association. Rockville, Research Boulevard; 2001. p.
7216
6. Aliwarga F. Anak terlambat bicara, normalkah. In Eka news Monthly
Newsletter Edisi 3 2010. Diunduh dari www.ekahospital.com
7. Thomas MEH, Dale PS, Plomin R. Language Impairment From 4 12
Years : Prediction and Etiology. United Kingdom, Journal of Speech
Language and Hearing Research; 2014. p. 850-64
8. Speech and Language Developmental Milestones. In NIDCD Fact Sheet :
Voice, speech and Language. USA; 2014.
9. Speech and language Milestones. Diunduh dari :
http;//www.asha.org/public/speech/development/chart.htm
10. Eun JJ, Lee HJ, Kim JK. Developmental profiles of preschool children with
delayed language development. Korea, Korean Pediatric Society; 2014. p.
363-69

16

Anda mungkin juga menyukai