0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
246 tayangan2 halaman
Hemoroid grade I dan II adalah pelebaran dan peradangan pembuluh darah di daerah anus yang terletak di bawah atau di dalam kulit atau mukosa. Gejala umumnya adalah sakit dan sulitnya buang air besar, perdarahan melalui dubur, serta benjolan di dubur. Diagnosis didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan anoskopi. Pengobatan meliputi perbaikan pola makan dan defekasi,
Hemoroid grade I dan II adalah pelebaran dan peradangan pembuluh darah di daerah anus yang terletak di bawah atau di dalam kulit atau mukosa. Gejala umumnya adalah sakit dan sulitnya buang air besar, perdarahan melalui dubur, serta benjolan di dubur. Diagnosis didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan anoskopi. Pengobatan meliputi perbaikan pola makan dan defekasi,
Hemoroid grade I dan II adalah pelebaran dan peradangan pembuluh darah di daerah anus yang terletak di bawah atau di dalam kulit atau mukosa. Gejala umumnya adalah sakit dan sulitnya buang air besar, perdarahan melalui dubur, serta benjolan di dubur. Diagnosis didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan anoskopi. Pengobatan meliputi perbaikan pola makan dan defekasi,
1. Pengertian Pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus (definisi) hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berda di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion) yang terdiri dari venula, arteriol, dan jaringan oto polos yang terletak di kanalis anal. 2. Anamnesa Buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain. Benjolan di dubur secara inspeksi dan terabanya hemoroid interna pada perabaan atau pemeriksaan colok dubur. Perdarahan - biasanya saat defekasi, warna merah segar, menetes, tidak campur feses, jumlah bervariasi. Prolaps – bila hemoroid bertambah besar, pada mulanya hemoroid dapat tereduksi spontan, tetapi lama kelamaan tidak bisa dimasukkan. Rasa tidak nyaman hingga nyeri – bila teregang, terdapat trombosis luas dengan edema, atau peradangan. Feses di pakaian dalam – karena hemoroid mencegah penutupan anus dengan sempurna. Gatal – apabila proses pembersihan kulit perianal menjadi sulit atau apabila ada cairan keluar. Bengkak – hanya pada hemoroid intero-eksterna atau eksterna. Nekrosis pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat direduksi kembali. 3. Pemeriksaan Fisik Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi terutama bila telah terjadi trombosis, sedangkan hemoroid interna dapat diamati apabila mengalami prolaps. 4. Pemeriksaan Pemeriksaan dalam rektal secara digital dan aboskopi. Penunjang 5. Kriteria Diagnosis Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (grade 1 s.d grade 4) dan pemeriksaan anoskopi/kolonskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan adanya tumor di dalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga apakah di usus halus atau di kolon ada kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan rontgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan untuk memasikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rontgen barium enema atau kolonoskopi total. Klasifikasi: Grade I: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. Grade II: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. 6. Diagnosis Hemoroid grade I dan II 7. Diagnosis Banding Prolaps rekti Karsinoma kolon Karsinoma rektum Kelainan divertikuler Polip adenomatosa Kolitis ulseratif 8. Terapi Non farmakologis o Perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Farmakologis o Obat memperbaiki defekasi Suplemen serat (fiber supplement): Psyllium atau isphagula Husk (misal vegeta, mulax, metamucil, mucofalk, dll) yang bersal dari kulit biji Plantago ovata yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Pelincir atau pelicin tinja (stool softener): Natrium dioktil sulfosuksinat (R/laxadine), dulcolax, microlax, dll. Dosis 300 mg/hari. o Obat simtomatik Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau suppositoria antara lain anusol, baraginol N/S, dan faktu. Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroid eksterna. o Obat menghentikan perdarahan Pemberian serat komersial seperti psyllium, citrus bioflavanoids, ardium 500 mg atau daflon 500 mg. o Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid Ardium 500 mg dan plasebo, daflon 500 mg dengan plasebo, micronized flavonoid (diosmin + hesperidin). Terapi bedah Dilakukan bila pengobatan non farmakologis, farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid dengan terapi laser, fotokoagulasi infra red, pembekuan (terapi krio), probe bipolar dan elektrik. 9. Komplikasi Perdarahan hebat, abses, fistula perianal, inkarserasi dan striktur ani. 10. Prognosis Keluhan pasien hemoroid dapat dihilangkan dengan terapi yang tepat. 11. Kepustakaan 1. Simadibrata M. Hemoroid. ln: Sudoyo A, Setiyohodi B, Alwi l, Simodibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta; Pusat lnformasi dan Penerbitan Bagian llmu Penyakit Dalam FKUI, 2014: 1868- 1872. 2. Wibisono, E dan Jeo, W.S. Hemoroid. ln: Sudoyo A, Setiyohodi B, Alwi l, Simodibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar ilmu penyakit dalam.6th ed. Jakarta; Pusat lnformasi dan Penerbitan Bagian llmu Penyakit Dalam FKUI, 2009:1868-1872. 3. Shoh A, StCloir E. Rheumatoid arthritis. ln: Fauci A, Kasper D, Longo D, Brounwald E, Houser S,Jomeson J, Loscolzo J, editors. Harrison's principles of internal medicine. l8th ed. United States of America; The McGraw-Hill Companies, 2012:2738 - 52 4. Mercier Lonnie R. Rheumatoid Arthritis.ln: Ferri: Ferri's Clinical Advisor 2008, l0th ed. Mosby.2008. 5. Atetoho C, Neogi I, Silman A, Funovils J, Felson D, Bingham C, et al. 2010 rheumatoid arthritis classification criteria. Arthrtitis & Rheumatism. 2010;62(9): 2569 - 8l 6. Beers MH, Berkow R, editors.Crystal-lnduced Conditions. ln: The Merck Monual of Diagnosis and Therapy I7th ed.