Anda di halaman 1dari 44

Medical Emergency Respon Plan (MERP) pada Perusahaan

Slate Pencil di PT. Indah Permata Musi Rawas

Disusun Oleh:

Muhammad Rizki Darmawan 04054821820056


Murtiningsih 04054821820136
Nadiya Aulies 04054821820133
Noelene Shmaia 04084821820055
Nur Ilmi Sofiah 04054821820039
Nurul Hayatun Nupus 04054821820150
Putri M. K. I. Dunda 04084821820047
Rizka Febriana Fitrie 04054821820058
Sarah Ummah Muslimah 04054821820100
Suci Ramadhani 04054821820014
Sy. Maryam Hanina 04054821820015
Thalia Viotama 04054821820078
Tri Indah Moulina 04054821820044
Tri Legina Oktari 04054821719113
Triantami Wijayenti 04054821820062
Vinka Refiyana Detty 04054821820077

Pembimbing: dr. Tri Hari Irfani, MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Medical Emergency Respon Plan (MERP) pada Perusahaan


Slate Pencil di PT. Indah Permata Musi Rawas

Oleh:

Muhammad Rizki Darmawan 04054821820056


Murtiningsih 04054821820136
Nadiya Aulies 04054821820133
Noelene Shmaia 04084821820055
Nur Ilmi Sofiah 04054821820039
Nurul Hayatun Nupus 04054821820150
Putri M. K. I. Dunda 04084821820047
Rizka Febriana Fitrie 04054821820058
Sarah Ummah Muslimah 04054821820100
Suci Ramadhani 04054821820014
Sy. Maryam Hanina 04054821820015
Thalia Viotama 04054821820078
Tri Indah Moulina 04054821820044
Tri Legina Oktari 04054821719113
Triantami Wijayenti 04054821820062
Vinka Refiyana Detty 04054821820077

Telah diterima dan diseminarkan sebagai salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, Desember 2018


Pembimbing

dr. Tri Hari Irfani, MPH

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul
“Medical Emergency Respon Plan (MERP) pada Perusahaan Slate Pencil di
PT. Indah Permata Musi Rawas” untuk memenuhi tugas ilmiah yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran KomunitasFakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Tri Hari Irfani, MPH selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karenaitu, segala saran dankritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.

Palembang, Desember 2018

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………. i
Halaman Pengesahan………………………………………………………… ii
Kata Pengantar……………………………………………………………. iii
Daftar Isi…………………………………………………………………….. iv
Geografi ............................................................................................................... 1
Proses Produksi ................................................................................................... 2
Medical Preparedness ......................................................................................... 18
Medical Kit ......................................................................................................... 28
Human Resources ................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39

iv
I. GEOGRAFI

1
II. PROSES PRODUKSI
PT. Indah Permata merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi pengolahan kayu terbesar di Asia dalam bidang pembuatan
pensil, baik dari bahan baku sampai bahan jadi. Adapun hasilnya dikirim baik
untuk lokal maupun luar negeri (ekspor) . Selama ini barang yang dijual ada dua
jenis yaitu bahan untuk pensil berupa Slat dan Pensil itu sendiri.

Div. Slat 1 selama ini hanya mengerjakan pembuatan Slat dari mulai bentuk balok
kayu hingga jadi lembaran Slat yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
pensil kayu. Sekilas proses di div. Slat 1 bisa digambarkan sebagai berikut :

S/T Persiapan Finihing Basah Finishing Kering FG

Gutter & Crosscut KD/Obat SCM/Franke/Planer

Maksud dan tujuan penulisan ini sebagai hasil dari job training di divisi Slat 1.
Adapun dalam job training ini, Materi yang dipelajari hanya di bagian Persiapan.
Dengan batasan /ruang lingkup produksi sebagai berikut :

1. Masalah Kapasitas / Jumlah Produksi


2. Masalah Kualitas Produksi
3. Masalah Teknik dan Tata Cara Kerja
4. Masalah Prinsip Kerja Permesinan
5. Alur Kerja / Flow Proses Produksi
6. Penanganan Penyebab terjadinya delay/kemacetan produksi.
7. Analisa serta Usulan Perbaikan di bagian Persiapan.
Uraian dan penjelasannya ada pada bagian selanjutnya.

 BAGIAN SAW TIMBER


Bagian yang bertugas menyiapkan bahan baku (balok) guna diproses di bagian
persiapan, Dimana bahan baku jenis kayu cedar putih diimpor dari Sierra Pacific
&Lincoln Amerika Serikat.

Bagian S/T ini ada dibawah tanggung jawab divisi logistik.

2
 Dimensi Balok

TEBAL

PANJANG
LEBAR

Volume (kubikasi) disesuaikan dengan ukuran balok & jumlah balok/bundelnya.

Panjang : (4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20) feet

Lebar : (3, 6, 9) inch

Tebal : 3 inch

1 feet = 12 inch = 30,48 cm = 304,8 mm

1 inch = 2,54 cm = 25,4 mm.

 Grading / Kriteria Kandungan A1


Pada balok biasanya ada warna merah, ini mengandung perekat dimaksudkan
untuk merekat ujung balok agar tidak pecah saat dilakukan pengeringan.

Pada Saw timber dikenal istilah grading, tujuan dari penggradingan di bagian S/T,
adalah untuk menentukan jumlah/kandungan daging A1 pada balok (rendemen)

Grading Balok Sbb :


M P (Moulding Pencil) : tingkat kemulusan kayu ( 85 s/d 100 % )
F S (Factory Select) : tingkat kemulusan kayu ( 75 s/d 85 % )
1 P ( One Pencil) : tingkat kemulusan kayu ( 50 s/d 75 % )
2 P ( Two Pencil) : tingkat kemulusan kayu ( 25 s/d 50 % )
3 P (Three Pencil) : tingkat kemulusan kayu (12,5 s/d 25 %)

3
Prosedur Penggradingan :
HITUNG
SIAPKANB PANJANG BALOK HITUNG PROSENTASE
ALOK
DI BLOK TOTAL JUMLAH TOTALNYA
KAYU S/T
DGN MAL UKUR 1 BLOK ?

(200 X 80 X 80 ) MM ½ BLOK ? Jumlah blok


KETENTUAN :

 Balok yang mulus tanpa cacat dihitung 1 balok X 100 %

 Total
Balok yang cacat dihitung ½ balok: mata kayu, simping, ada kulit blok 1 btg
kayu,
berlubang, pecah, retak, keriput.

 Pada kenyataannya untuk mengetahui Jumlah dan Grade Balok dapat


dilihat dari Label putih yang menempel pada Bundelan / tumpukan balok
yang terdapat dibagian ujungnya.

 Label putih yang ada dicatat dan isinya dicek untuk dijadikan laporan bag
ADM.

 Pada Balok selain dimensi juga perlu diperhatikan kondisi kering/basah,


untuk mengukurnya menggunakan alat MC Meter, Hal ini penting
dilakukan karena kondisi balok sangat berpengaruh pada proses
selanjutnya dibagian persiapan.

TEKNIK PENGGRADINGAN

1. Siapkan balok yang akan digrading


2. Tempekan mal ukur ( 200 mm x 80 mm x 80mm ) pada permukaan balok
lalu tandai per bloknya dari awal s/d ujung balok
3. Hitung bagian yang diblok ada berapa bagian baik yang 1 ataupun ½ block
4. Jumlahkan hasil pengeblokan seluruhnya

4
BAGIAN PERSIAPAN :

Bagian yang memproses Bahan Baku ( Saw Timber ) menjadi potongan


balok dengan ukuran sesuai standar, untuk diproses dibagian Gutter, CC Potong
Pilih dan Bahan A2 di Mesin lainnya ( CC, MBB, Multi rip, Mida Change Iron,
MBL )

 CrossCut Balok (C C B)
Bagian yang bertugas untuk memotong balok dari Saw Timber menjadi
ukuran yang sesuai dengan standar yang sudah ditentukan guna diproses di mesin
gutter.

Prinsip kerja dari CCB dengan menggunakan mesin crosscut yang saw
bladenya berputar lalu ditarik operator, caranya balok diletakan diatas meja
potong, kemudian ujungnya di kenakan pada mall besi untuk mendapatkan ukuran
yang diinginkan, mal besi ini bisa disekat-sekat tergantung dari berapa ukuran
yang diinginkan. Hasil dari pemotongan dimasukan ke mesin penyerut arah tebal
dan lebar (weinig/multi ripe + kufler muhle )

 Dimensi bahan
Mal besi disetting agar hasil potong terbagi sama panjangnya, dengan
acuan melihat ukuran awalnya, Contoh : Balok 16 feet, agar hasilnya terbagi rata
maka dipotong menjadi 3 bagian dengan panjang 1640 mm/batang, demikian juga
untuk ukuran2 yang lainnya, usahakan jangan terlalu banyak/variatif jenis ukuran
hasil potong, agar memudahkan pengerjaan selanjutnya.
Cara potong seperti ini mudah dilakukan karena sistem potong tidak
dipilih, dengan pertimbangan hasilnya akan disortir sebelum masuk gutter,
dimana balok yang kondisinya tidak baik / A2 langsung dipisahkan oleh operator .

Keuntungan sistem tidak potong pilih :

1. Mudah & Cepat bagi operator potong


2. Ukuran Hasil Potong Panjang tidak terlalu variatif
3. Memudahkan perhitungan hasil kerja khususnya operator
4. Mudah dalam penyusunan entepan balok

5
Kerugian Sistem tidak potong pilih :

1. Cepat membuat tumpul Saw Blade & Pisau Planer (Weinig/Multirip)


2. Menyulitkan operator gutter (sering slip jika tidak teliti)
3. Banyak penumpukan Balok A2/wip dibagian GUTTER
Sistem potong untuk balok 3 inch dipotong per 2 batang balok secara
bersamaan. Sistem potong untuk balok 6 inch dipotong per 1 batang karena cukup
besar lebarnya. Pekerjaan pemotongan ini dilakukan secara bergantian/rotasi oleh
operator yang jumlahnya 7 orang/regu (laki-laki), ( 2 orang suplay input, 1 orang
potong balok, 2 orang input weinig, 2 orang di output weinig)

 Kualitas
Untuk bagian ini ditempatkan 1 orang yang menangani kualitas (QC), dimana
dari segi kualitas dilakukan pemeriksaan output mesin, dengan sample diambil 50
btg, AQL yg diterapkan 0,25 / 0,6 % dari setiap jenis penyimpangan, sedangkan
jenis penyimpangan yang dikendalikan : Cacat Kesikuan, Panjang dan Pendek

Masalah yang perlu diperhatikan :

1. Jenis penyimpangan : Ukuran Panjang (Mal / Stoper Besi)


2. Gerakan Saw Blade (Balance / tidak)
3. Setting Kesikuan (vertical/horizontal)
4. Kondisi Balok (basah, simping, mata, lapuk, keropos)
Penyebab kerusakan mesin : Bearing motor/Sliding.

Untuk balok kategori A3 (bentuk balok tidak berdimensi) langsung dipisahkan


operator, tidak dimasukan ke mesin weinig unimat. Balok kategori A3 diproses
dibagian potong pilih/CC, dimana hasil dibagian potong pilih dibagi 4 kategori :

1. Untuk proses Gutter


2. Untuk Proses MBB
3. Untuk Proses MBL
4. Sampah

6
 Weinig Unimat
Bagian yang fungsinya melakukan proses menyerut ( Plannar ) balok hasil
CCB, arah samping (Lebar) dan permukaan (Tebal) agar halus dan ukuran sesuai
dengan standar yang diinginkan.

Prinsip kerja dari mesin ini menggunakan 4 buah cutter penyerut yang
berputar sangat cepat, lalu balok hasil potong dimasukan ke mesin yang dibantu
dengan roll penekan yang berputar agar balok maju ke depan dan keluar sudah
diserut ke empat permukaanya, tapi pada pengerjaan yang terjadi hanya diserut 2
permukaan yaitu samping dan atas.

 Dimensi
Bahan hasil CCB yg harus diperhatikan oleh operator : Kondisi balok jangan
basah, Lapuk, Keropos, Simping > 50% )

Ukuran Bahan yang diproses:

 Balok 3’ menjadi ukuran lebar 80 mm dan tebal 80 mm + 0,5mm

 Balok 6’ menjadi ukuran lebar 169 mm dan tebal 80 mm + 0,5mm

Ukuran ini harus benar-benar teliti, agar hasilnya baik jika diproses dimesin
gutter. jika tidak teliti maka jumlah dan ketebalan long slat hasil gutter akan tidak
sesuai dgn perhitungan.
 Kualitas
Kualitas hasil dibagi 2 yaitu :

1. A1 (serut 2 sisi) dan mata kayu tidak lebih dari 3 buah dengan diameter
antara 6 - 8 cm

2. A1 (serut 1 sisi) dan mata kayu lebih dari 3 buah

Dalam penempatannya hasil serut dipisahkan A1 2 sisi ( 80x80) langsung ke


gutter dan A1 1 sisi untuk diproses dimesin mida dgn ukuran 78,5 x 78,5

Hal-hal yang harus diperhatikan :


1. Settingan ukuran
2. Kondisi bahan input tidak basah /layak serut

7
3. Pisau cutter tidak rompal (menyebabkan hasil balok bergaris)
4. Kondisi output : tidak bergelombang, tidak bergaris, Ketebalan sesuai
standar, tidak tirus.

Prosentase balok A1 dan A2 sangat tergantung grade balok dari S/T, dari
pengamatan lapangan bisa terlihat balok kualitas 3 P lebih banyak menghasilkan
A2 dibandingkan balok 1P/2P/FS/MP. Karena itu guna memudahkan dalam
pengendalian bahan, biasanya balok 3 P dikerjakan dalam waktu khusus yang
sudah direncanakan yaitu setiap Jumat & Sabtu. Selain itu agar beban kerja
operator merata.

 Multi Ripe
Bagian / mesin yang berfungsi membelah/menyerut balok kearah lebar sesuai
dengan standar yang diinginkan

Prinsip kerja bagian ini menggunakan 2 saw blade diposisi samping yang
berputar dan balok masuk dari depan, conveyor bergerak maju ke depan.

Mesin yang dipergunakan ada 2 buah.

1. Balok dari CCB dibuat untuk gutter 3’ jadi 80 mm & 6’ jadi 169 mm )

2. Balok A2/BS dari Gutter (sisa sortir pilih) dibuat di Mida menjadi ukuran 78,5
mm toleransi + 0,5 mm. Biasanya mesin multi ripe selalu disusun seri dengan
mesin serut ketebalan.

 Kualitas
Masalah menjaga kualitas bagian ini ditempatkan 1 orang yang menangani
kualitas (QC), dimana dari segi kualitas dilakukan pemeriksaan output mesin,
dengan sample diambil 50 btg, AQL yg diterapkan 0,25 / 0,6 % dari setiap jenis
penyimpangan, sedangkan jenis penyimpangan yang dikendalikan : Cacat kurang
lebar, Cacat ketirusan ke arah lebar

Masalah yang perlu diperhatikan :

1. Settingan ukuran di gergaji Saw Blade

8
2. Kesikuan titik 0 terhadap meja (trapesium)
3. Settingan roll penekan (tebal / tipis balok)
Kualitas output dibagi 2 kriteria, yaitu : 1. Keserut 2 sisi

2. Keserut 1 Sisi

Untuk menjaga kualitas, dalam pengerjaaannya usahakan balok (input) yang


dimasukan ke mesin harus kontinyu agar jalannya balok tidak miring.

 Kuffler Muhle
Mesin ini berfungsi menyerut ketebalan balok hasil CCB yang sebelumnya
diserut ketebalannya (arah samping) di mesin Multi rip.
Mesin ini disebut juga mesin double planner balok, karena prinsip kerjanya
menggunakan 2 cutter block dari permukaan atas/bawah, dengan masing-masing
berisi 4 buah cutter/pisau, Pemakanan pisau max 2 mm (atas & bawah). Bahan
yang diserut awalnya >80 jadi 80 mm dengan toleransi + 0,5 mm, bila balok awal
tipis hanya termakan 1 sisi saja, hasilnya dipisahkan oleh operator .

 Kualitas
Masalah menjaga kualitas bagian ini ditempatkan 1 orang yang menangani
kualitas (QC), dimana dari segi kualitas dilakukan pemeriksaan output mesin,
dengan sample diambil 50 btg, AQL yg diterapkan 0,25 / 0,6 % dari setiap jenis
penyimpangan, sedangkan jenis penyimpangan yang dikendalikan : Cacat
bergelombang, Cacat bergaris, cacat tebal/tipis
Masalah yang harus diperhatikan :

1. Hasil serut tidak gelombang (ada kotoran)


2. Hasil serut tidak bergaris (cutter cacat / rompal)
3. Masuk balok harus kontinyu agar jalannya balok tidak miring dan
menabrak cross joint.
Pada balok 3 “

Kriteria Balok hasil dibagi 2 bagian : 1. grade A1 ukuran 80 mm + 0,5 mm.

2. grade A1 ukuran < 79 mm

dalam penyusunan entepan balok hasil dipisahkan sesuai kriterianya.

9
 M B B (Mesin Band Saw)
Fungsi mesin MBB ini membelah balok arah tebal dan membuat long slate
dengan ketebalan khusus : 6,3 mm & 7 mm .

Bagian ini membantu meningkatkan output produksi dengan memanfaatkan


bahan BS dari hasil Crosscut Potong Pilih Balok A2 CCB/Weinig & BS Gutter

Prinsip kerja Mesin MBB menggunakan gergaji bentuk pita yang diletakan pada 2
pulley, panjang gergaji + 6 meter, sering diganti karena panas, makanya selama
proses berlangsung disemprot Pendingin (Coolant). Kecepatan mesin ini bisa
diatur sesuai kepentingan.

Masalah dimesin ini seringnya adalah gergaji yang mudah tumpul,


biasanya diganti setiap ½ jam sekali untuk diasah di bag. saw doctor.

Hal yang harus diperhatikan : 1. Halus / kasar permukaan hasil belah.

2. Ukuran ketebalan (rata)

3. Adanya gelombang hasil belah

Makin lambat speed yang digunakan hasilnya makin halus, tapi secara kapasitas
jumlahnya minim. Jika menggunakan speed yang cepat jumlahnya banyak tetapi
harus ada proses lanjut dimesin Chang Iron untuk dihaluskan permukaanya.

 Mesin Chang Iron (Single Planner)


Berfungsi menyerut 2 permukaan long slate sesuai dengan standar yang
diinginkan,mesin ini ada 2 buah yang disusun seri berurutan A & B

Mesin ini menggunakan Cutter block dengan pisau yang bisa diasah.

Prinsip kerjanya Long slat dimasukan dari depan satu persatu lalu dibantu roll
pendorong untuk diserut permukaannya.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

1. Settingan pemakanan mesin A / B (ukuran ketebalan sesuai standar )


2. Hasil serutan tidak ada goresan (cutter tidak rompal)
3. Hasil serutan tidak Bergelombang (ada kotoran)

10
Hasil dari mesin chang iron kemudian di suplay ke bagian crosscut potong pilih.

 MESIN GUTTER
Bagian yang penting ini berfungsi membelah balok seluruhnya mulai dari
depan ke belakang, dimana hasilnya berupa lembaran longslate.

Prisip kerja mesin gutter dengan menggunakan gergaji yang disusun dalam
frame dengan menggunakan batas/spacer antar gergaji satu dan lainnya tergantung
kebutuhan akan ukuran ketebalan yang diiinginkan. Balok masuk dari arah depan
ditekan oleh hidraulik, kemudian bergerak maju oleh tekanan rool atas & bawah,
juga dari samping guna menekan ke titik 0, saat bergerak gergaji membelah balok
secara masal, pergerakkannya dari atas ke bawah hingga menghasilkan lembaran
kayu yang dinamakan longslate. Dalam cara memasukan bahan baku harus dilihat
arah serat kayu (kotoson) dengan sasaran utama menghasilkan raw slat Grade
Premium.

Lost time yang terjadi diakibatkan beberapa hal :

1. Dilakukan setting ulang terhadap titik 0


2. Ganti frame karena gergaji tumpul biasanya sekitar 30 menit
3. Tekanan kompresor rendah/turun
4. Hidraulik penekan balok tidak berfungsi dengan baik
5. Blower mampet
6. Adanya Balok slip /mata kayu hingga proses terhambat
7. Elektrik mesin mengalami gangguan
8. Mekanik tidak siap menangani karena sesuatu hal
9. Menunggu bahan dating yang terlambat disuplay
10. Operator meninggalkan area kerja tanpa alasan yang jelas

 Kualitas
Masalah menjaga kualitas seharusnya bagian ini ditempatkan 1 orang yang
menangani kualitas (QC), dimana dari segi kualitas dilakukan pemeriksaan output
mesin, dengan sample diambil 1000 pcs/line, AQL yg diterapkan 0,4 / 1,0 % dari

11
setiap jenis penyimpangan, sedangkan jenis penyimpangan yang dikendalikan :
Cacat permukaan kasar, Cacat bergaris, cacat tebal/tipis

Masalah yang perlu diperhatikan :

1. Balok Slip : terdapat patahan / mata kayu antara sela-sela gergaji


2. Hasil Kasar : Gergaji sudah tumpul / Speed gutter terlalu besar
3. Ukuran Tebal / Tipis : a. Gergaji sudah tumpul
b. Terjadi Slip karena kena mata kayu keras

c. Ukuran spacer tidak rata / tidak sama tebal

d. Settingan titik o tidak benar

4. Lengkung Gutter : a. Input Balok yang masuk ke Mesin Guttertidak


Kontinyu
b. Roll penekan input tidak baik pergeraknya

5. Hasil berbulu : a. Kondisi balok basah

b. bulu pendek : gergaji tumpul

c. speed terlalu cepat

5. Suara Gemuruh : a. Roll atas / samping kurang tekanan akibat ukuran


balok tipis
b. Gergaji menyentuh mata kayu keras

Pada proses pengerjaannya terutama balok 3 inch harus perhatikan alur kayu
(kotoson), usahakan grade yang dihasilkan selalu premium. artinya balok bagian
atas biasanya industrial dan bagian samping premium, kecuali balok 6 inch yang
kondisinya tidak bisa dipilih arahnya.

INDUSTRIAL

PREMIUM

12
KUALITAS / QUALITY CONTROL
Dalam penanganan kualitas digunakan panduan table standar internasional .
Tabel yang digunakan adalah MIL STD 105 ABC.
Pada table tersebut digunakan AQL ( Acceptance Quality Leveling ) :
“ Tingkat kualitas yang diterima / ditolak dilihat dari prosentase jumlah cacat
baik cacat mayor ataupun cacat minor.”
Cacat mayor : Cacat yang sering terjadi biasanya akibat proses mesin : Tebal,
tipis, lebar, siku, trapesium, panjang, pendek, lengkung
Cacat minor : Cacat yang jarang terjadi karena faktor alami : kasar, retak, keriput,
getah, lubang kutu, lapuk,latek, kadar air .

Rumus – Rumus Bagian Gutter


 Rumus Menghitung Waktu Proses Perbalok di Mesin Gutter

Panjang

Speed Gutter x Panjang Raw Slate

Contoh :
Panjang Balok = 1640 mm

Panjang Raw Slate = 187,5 mm

Speed Gutter 2,8 blok/menit

Maka Proses / balok = 1640 / {2,8 x 187,5 ) = 3,12 balok / menit

 Target Gutter
Target = Speed Mesin x Panjang Raw Slate x Jam Kerja/shift x Waktu (menit)

Contoh : Balok ukuran 6 inch (1640 x 169 x 80 ) mm, jam kerja 5,5 jam yg
dipakai.

Target = 2,8 x 187,5 x 5,5 x 60 = 173250 mm/shift/mesin (allowance 1,5 jam )

Konversi kebatang ( panjang balok ) = 173250 / 1640 = 105 batang / mesin

13
Konversi ke volume ( m3 ) = 105 x 1640 x 169 x 80 / 10 9 = 2,33 m 3 / mesin

 Rumus Menentukan Tebal Longslate

Tebal longslate = Spacer – ( Tebal Mata gergaji – Tebal Body gergaji )

Contoh :
Tebal mata gergaji = 1,3 mm

Tebal Body gergaji = 0,9 mm

Spacer = 5,5 mm

Tebal Long Slate = 5,5 – (1,3 – 0,9) = 5,1 ( + 0,3 ) mm

 Rumus Menentukan Jumlah Longslate

( Lebar Block Frame - Tebal Mata Gergaji )

( Tebal Slate + Tebal Mata Gergaji )

( Lebar balok)

( Tebal Slate + Tebal Mata Gergaji )

Jumlah LS = ( 168,5 – 1,3 ) / ( 5,1 + 1,3 ) = 167,2 / 6,4 = 26 long slate


Ukuran Spacer = ( 5,5 mm, 6,8 mm, 7,6 mm dan 9,7 mm )

Contoh : Balok 6 ‘ = Lebar 169 mm

Jumlah LS = 169 / (5,1+1,3) = 26 lembar

Balok 3 ‘ = Lebar 80 mm

Jumlah LS = 80 / (5,1 + 1,3 ) = 12 lembar

14
 Rumus Mencari Lebar Balok yang Diproses

Lebar Balok = ( Tebal Slate x Jumlah Spacer ) + ( Tebal Mata Gergaji x Jumlah Gergaji )

Contoh :

Lebar Balok 6‘=(5,1 x 26) + (1,3 x 27) =132,6 mm + 35 mm = 167,6 mm

Lebar Balok 3’ = (5,1 x 12) + (1,3 x 13) =61,2 mm + 16,9 mm = 78,1 mm

 CROSSCUT POTONG PILIH


Bagian ini bertugas melakukan pemotongan slat ke arah lebar secara masal
dengan dipilih terlebih dahulu, sehingga didapatkan raw slat yang sesuai dengan
ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari proses ini ingin
meningkatkan rendemen grade A1 dan menekan grade A2 / FJ
Rendemen = (Volume Output A1/Volume Input) x 100 %
Dalam pemotongan ada ketentuan yang harus dijalankan, sbb :
1. Siapkan mal kayu untuk memotong ukuran normal 187.5 mm
2. Siapkan mal kayu untuk memotong ukuran FJ 55, 70, 100 mm
3. Siapkan mal kayu untuk memotong ukuran orsusl 131, 251, 259 mm
4. Dalam melakukan pemotongan ikuti intruksi jika ada orsus dan lakukan
menurut skala prioritas yang sudah ditentukan.
5. Sistem potong pilih harus dilakukan dengan benar agar bisa mendapatkan
jumlah A1 yang banyak
 DIMENSI RAW SLAT
Dalam proses pemotongan ditentukan standar ukuran sebagai berikut :

1. Panjang standar normal : 187,5 mm + 0,5 mm (Min 187 mm - Maks 188


mm )
Panjang Orsus : 131, 251, 259 mm

2. Tebal standar normal : 5,0 mm + 0,3 mm ( Min 4,7 mm – Maks 5,3 mm )


Tebal Orsus : 6,3 mm, 7,0 mm

15
3. Lebar standar & Lower Size dengan toleransi + 0,5 mm

 Penyimpangan kualitas hasil CCS


Jenis dan penyebab adanya penyimpangan kualitas di bag Crosscut :
1. Ukuran tidak sesuai :
- Panjang > standar, penyebabnya setingan tidak benar
- Pendek, penyebabnya setingan tidak benar, ada serbuk mengganjal,
operator saat memotong longslat tidak menyentuh mal.
- Trapesium, penyebabnya setingan mal miring, operator kurang
teliti.
- Ujung yang dipotong tercabik/rebek, penyebabnya gergaji yg
tumpul.
2. Ada Cacat yg terbawa pada hasil potong akibat operator kurang teliti,
Antara lain : mata, lubang kutu, latek, kulit kayu, shortgrain.

Dalam melakukan pengecekan kualitas alat ukur sigmat yang digunakan


untuk menentukan penyimpangan layak /tidak dan dibantu dengan metoda
dari QC dengan pengecekan secara sampling menggunakan table mil STD 105
ABC, dengan AQL 0,40 atau max jumlah cacat 0,7 % pada sample 1000 pcs.

Data laporan hasil Crosscut selama 1 minggu (15 –20 ) mei 2006

Jenis Cacat Jumlah Cacat % Ke Defect % Ke Sample

Mata Kayu 325 18.55 0.69

Retak 221 12.61 0.47

Pendek 414 23.63 0.88

Latek 328 18.72 0.70

Kulit.Kayu 94 5.37 0.20

Panjang 102 5.82 0.22

16
Short Grain 207 11.82 0.44

Tidak Siku 61 3.48 0.13

Total 1752 100.00 3.73

Dari data / grafik diatas terlihat bahwa terjadi penyimpangan kualitas, melampaui
batas yang diijinkan sebesar 3,73 %, dengan jenis penyimpangan terbesar yaitu
ukuran pendek sebesar 0,88 %. Tentunya dari hasil ini terlihat harus diadakan
perbaikan agar penyimpangannya bisa turun.

17
III. MEDICAL PREPAREDNESS

A. SISTEM MANAJEMEN

1. Kebijakan dan Tujuan

MERP merupakan bagian integral dari Emergency Response


secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi dampak
penyakit mendadak dan cedera di tempat kerja. Sementara itu
penyakit atau cedera yang terjadi di instalasi yang terkendali
(kantor, depot, kilang, pabrik kimia, offshore) dapat dikendalikan
dengan pelayanan sebagai berikut:

 Pertolongan Pertama di tempat kerja;


 Stabilisasi pasien secara profesional sebelum evakuasi;
 MedicalEvacuation (Medevac);
 Tindakan profesional di rumah sakit terdekat;
 Rujukan ke rumah sakit spesialistik dalam negeri atau luar
negeri;
Kelima pelayanan tersebut harus disediakan sesuai standar
minimal pelayanan di negara bersangkutan. Jika instalasi berada di
tempat yang sangat terpencil, maka perusahaan harus menyediakan
pelayanan tersebut dengan membangun kerjasama bersama
pemerintah setempat.

2. Organisasi dan Penanggungjawab

MERP tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas medis,


agar dapat berjalan lancar dibutuhkan koordinasi antara pimpinan
perusahaan dengan petugas medis. Semua manajer perusahaan
harus dapat mengakses dokter perusahaan baik dokter full time,
part time maupun dokter luar.
Dokter yang bertugas di klinik perusahaan tersebut
dianjurkan mampu melakukan tindakan tanggap darurat medik.
Oleh karena itu dokter perusahaan sebaiknya merupakan tim medis

18
yang memang berada di perusahaan tersebut. Penanggung jawab
dari proses MERP adalah pihak manajemen.
3. Kompetensi / Tingkatan MERP

3.3.1 Tingkat 0 : Semua Staff

Pada tingkat ini merupakan langkah penting untuk proses


keselamatan yang efektif. Kegagalan pada langkah pertama dalam
menangani suatu insiden, bisa berakibat fatal dalam proses
penanganan tanggap darurat. Pertolongan pertama yang efektif dan
defibrilasi harus dilakukan secepat mungkin sejak terjadinya
insiden. Langkah penting untuk mencapai suatu respon yang
efektif adalah dengan memastikan semua orang tahu bagaimana
harus berurusan dengan keadaan darurat. Kompetensi yang harus
dimiliki pada tingkat 0, antara lain:
a. Mengetahui cara menyalakan alarm, peta jalur keselamatan,
lokasi yang dapat mencakup ketersediaan koordinat GPS
b. Proses terjadinya insiden / kedaruratan
c. Melakukan penilaian kecelakaan (melakukan TRIAGE,
mengetahui hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
menjamin / meyakinkan kenyamanan korban, perawatan
korban, dll)
d. Mengetahui potensi bahaya spesifik (Api, Kimia, dll)
e. Mengetahui rute jalan (misalnya menentukan gerbang untuk
digunakan jika terdapat beberapa pintu masuk dan
memberitahukan keamanan)
f. Mengetahui jumlah korban dan tindakan yang diambil
g. Menyadari stres yang terjadi dalam delegasi
h. Memastikan jenis layanan darurat sudah ada atau masih ada
yang diperlukan

3.3.2 Tingkat 1 : Designated First Aiders (DFA)

19
Penolong pertama yang ditunjuk (DFA) adalah anggota tim
MERyang pertama memberikan dukungan dalam suatu insiden.
Kompetensi DFA harus mencakup sebagai berikut:
a. Penilaian lokasi dan keamanan tempat terjadinya kejadian
b. Melakukan bantuan hidup dengan menggunakan CPR dan
AED
c. Manajemen Airway (memiringkan kepala, chin lift)
d. Manajemen tanggap darurat dasar (luka bakar dan luka ringan)
e. Perawatan awal darurat medis umum
f. Penggunaan O2 menggunakan peralatan O2yang sesuai

Agar ilmu dan keterampilan yang didapatpara DFA tidak


hilang, maka diperlukan update pelatihan yang biasanya
diimplementasikan pada siklus 3-bulanan oleh sesi pelatihan
praktis informal di tempat kerja, dan difasilitasi oleh MER tingkat
2. Para DFA tersebut memiliki sertifikasi yang diakui oleh
kementrian atau lembaga penyelenggara pelatihan hiperkes
terpercaya.

3.3.3 Tingkat 2 : MER Professional

Yang merupakan MER tingkat 2 adalah perawat terdaftar,


teknisi medis darurat, paramedis, perawat, asisten dokter atau
dokter. Mereka bertanggung jawab untuk memberikan penilaian
dan stabilisasi orang sakit atau terluka.
1. Tingkat 2 merupakan profesional
Pada tingkat ini diharapkan dapat mengenali, menilai dan
menstabilkan pasien dengan tanda-tanda serangan jantung,
stroke, tenggelam, luka bakar dan trauma, dan mahir dalam hal
berikut:
a. Kompetensi pemakaian CPR dan AED

20
b. Manajemen lanjutan jalan nafas - penyisipan oro napas /
nasofaring dan ventilasi
c. Pemasangan akses IV / IO
d. Pemakaian cairan IV / IO
e. Penggunaan adrenalin IV / IO
f. Penilaian neurologis menggunakan GCS skor
g. Tatalaksana hipovolemia, hipoksia, hipotermia, tension
pneumothorax dan paru-paru dan trombosis koroner
2. Semua profesi yang berada di tingkat ini harus memiliki
kualifikasi dan sertifikasi yang berlaku, seperti Basic Life
Support (BLS) dan Advanced Hidup / Cardiac Support (ALS /
ACLS), Advance Trauma Life Support (ATLS) atau setaranya.
3. Harus ada protokol medis yang jelas pada MER tingkat 2 ini
(sebagai protokol minimum meliputi tenggelam, serangan
jantung, pernapasan, luka bakar dan skenario cedera serius
lainnya seperti yang diidentifikasi dalam penilaian pelatihan
risiko), protokol ini harus diawasi dan diaudit oleh lembaga
profesi. Semua tim MER pada tingkat 2 diharapkan memiliki
akses ke pengawas medis profesional untuk saran kasus dan
diskusi setiap saat ketika pelatihan / penilaian berlangsung.
4. Keterampilan Pemeliharaan MER tingkat 2
Selain pembaharuan sertifikasi (umumnya berlaku selama 3
tahun), 6 -12 minggu pelatihan langsung / penyegaran dalam
ambulans / ruang gawat darurat, unit trauma. Komponen
Pelatihan dan Keterampilan mencakup:

a. Keterampilan Bantuan Hidup Dasar


b. Pengenalan, penilaian, stabilisasi dan manajemen dari
pasien menggunakan pendekatan ABCDE (Airway,
Breathing, Circulation, Disability, Exposure)terstruktur
c. Keterampilan manajemen jalan nafas lanjutan (penggunaan
oro / naso faring saluran udara untuk ventilasi / oksigen)

21
d. Manajemen henti jantung dan henti nafas (termasuk IV /
akses IO, obat-obatan, EKG)

3.3.4 Tingkat 3

Pada tingkat 3 ini dilakukan oleh pihak luar perusahaan,


kecuali tersedia klinik dan RS diperusahaan tersebut. Pada tingkat
ini biasanya ditangani oleh dokter di IGD atau dokter spesialis
yang terkait.

4. Response Time

Suatu Rencana Tanggap Darurat Medis (MERP) dibuat untuk


menetapkan harapan tindakan yang akan berlangsung dalam
menanggapi keadaan darurat yang akan didasarkan pada penilaian
risiko. Pada setiap jenjang / tingkatan MERP memiliki waktu – waktu
berbeda dalam respon bahaya, yaitu:

a. Tingkat 0: Intervesi awal dengan meminta bantuan. Pada


tingkat ini, respon harus diberikan secepat mungkin
b. Tingkat 1: Memberikan pengobatan pertolongan pertama,
Bantuan Hidup Dasar (BLS), defibrilasi dan oksigen oleh DFA
dalam waktu 4 menit.
c. Tingkat 2: Memberikan penilaian dan stabilisasi oleh MER
profesional yang terdaftar dalam waktu 1 jam (dalam waktu 20
menit jika aktivitas berisiko tinggi)
d. Tingkat 3: Memberikan perawatan di Rumah Sakit terdekat
dalam waktu 4 jam (dalam waktu 1 jam jika aktivitas berisiko
tinggi). Waktu sudah termasuk dengan transportasi
menggunakan sarana transportasi (amblans) yang memadai
dengan staf yang kompeten (Tingkat 2) dan peralatan lengkap.

22
B. PERALATAN MEDIS, PERSEDIAAN DAN FASILITAS

Tugas dan kompetensi MER pada tiap tingkatan berbeda-beda, oleh karena
itu peralatan dan fasilitas medis di tiap-tiap tingkat juga berbeda-beda, yaitu:

1. Fasilitas MER tingkat 1


Pemeliharaan peralatan pertolongan pertama dilakukan oleh
seorang atau perusahaan yang berwenang dan kompeten untuk melakukan
pemeliharaan. Peralatan pertolongan pertama dikelola dan digunakan
DFA. Peralatan tersebut harus mencakup sebagai berikut :
a. Automated external defibrillator (AED)
b. Alat perlindungan diri (masker, sarung tangan karet, kacamata
pelindung, apron plastik, tas limbah biohazard)
c. Peralatan cek tanda vital (alat pengukuran tekanan darah otomatis,
termometer digital)
d. Perban (segitiga, elastis, roller).
e. Pembalut (kain kassa, pembalut luka bakar, pembalut multi-trauma,
bantalan mata, sabun antiseptik, perban perekat)
f. Selimut (ukuran dewasa)
g. Bidai
h. Kompres dingin
i. Alat-alat lainnya: pita perekat, korek kuping, peniti, pena, kertas,
gunting
j. Panduan: Bantuan hidup dasar (BLS) kartu algoritma, buku saku
pertolongan pertama
k. Inventarisasi isi kotak
l. Oksigen
2. Fasilitas MER tingkat 2
Fasilitas ini diperlukan dan digunakan oleh petugas MER tingkat 2, dalam
hal ini adalah petugas medis yang terlatih. Fasilitas tersebut diantaranya:
a. Tas P3K
b. Masker laring atau serupa

23
c. Alat bantu nafas Oro dan nasofaring
d. Kanula IV
e. Kanula IO
f. Infus set dan cairan infus
g. Obat untuk menghilangkan rasa sakit, resusitasi
h. Perangkat Suction
i. 12 lead EKG
j. monitor tekanan darah non-invasif
k. Alat monitoring saturasi oksigen
l. Alat ukur gula darah
m. Pen light untuk cek pupil mata.
n. Protokol medis terbaru

C. MEDICAL EVACUATION (MEDEVAC)

Dalam proses MERP terdapat proses transport pasien dengan tujuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan tambahan, diagnostik atau terapiutik yang
lebih canggih. Proses transport pasien ini dilakukan dari MER tingkat 2 ke
tingkat 3 yang berada di RS dimana segala fasilitas dan tenaga medis yang
lebih berkompetensi dalam menangani pasien kritis terdapat disana. Guideline
atau pedoman sudah tersedia dan prinsip-prinsip utama dalam melakukan
transport pasien kritis meliputi 5P:

1. Planning (perencanaan)
2. Personnel (jumlah yang cukup disertai dengan kemampuan yang sudah
terstandarisir dalam evakuasi pasien kritis).
3. Properties (alat yang dipakai dalam transportasi)
4. Procedures (alat yang dipakai mengukur kestabilan keadaan pasien
sebelum dan saat diberangkatkan)
5. Passage (pilihan rute dan tehnik transport).

24
1.1 Pembagian Transport pada Pasien

Transport pasien dalam keadaan kritis dibagi menjadi dua yaitu:

a. Transport Intramural (didalam lingkungan rumah sakit).


b. Transport Ekstramural (diluar lingkungan rumah sakit)dibagi menjadi
dua yaitu;
 Ekstramural primer (prehospital) transport pasien dari tempat
kecelakaan menuju ke rumah sakit tujuan;
 Ekstramural sekunder (interhospital) transport pasien antar rumah
sakit atau international transport
1.2 Pengadaan Transport Medik

1.2.1 Perencanaan

Komunikasi dan koordinasi yang baik diantara team evakuasi,


ambulans dan staf yang berada di rumah sakit sangat penting.
Komunikasi yang kurang, penyebaran detail informasi yang terbatas
menyebabkan kesulitan dalam mengendalikan keadaan kritis dari pasien
secara adekuat. Saluran telepon dan faksimil yang baik akan
mempermudah personel team evakuasi memperoleh saran dalam
melakukan resusitasi serta evakuasi pasien di tempat kejadian.

1.2.2 Personel

Setiap anggota MER tingkat 2 harus dapat melakukan diagnostik


dan resusitasi. Direkomendasikan setiap anggota team harus
bersertifikasi ATLS dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan setiap anggota untuk melakukan prosedur tindakan,
komunikasi yang tepat dan benar akan berefek pada outcome pasien.

1.2.3 Pemilihan Pasien

Salah satu hal yang penting mendapat perhatian dalam


keberhasilan transportasi pasien kritis adalah pemilihan pasien yang
tepat dengan fasilitas pelayanan ambulans atau evakuasi yang
disediakan. Kriteria pasien yang memerlukan evakuasi medis:

25
• Pasien dengan diagnosis yang potensial kearah perburukan

• Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan intervensi medis


segera.

• Pasien yang memerlukan

Rumah sakit rujukan dan ambulans servis harus waspada apabila terjadi
kasus perburukan pada pasien saat transport diluar perkiraan team yang
merujuk pasien tersebut. Mekanisme penilaian kelayakan pasien yang
akan dirujuk berdasarkan keadaan kritis yang dialami pasien dengan
standar peralatan yang ada di ambulans transport harus sangat sensitif
dan spesifik.

D. KOMUNIKASI

Pendekatan yang sistematik harus dilakukan untuk memastikan


kecepatan dan ketepatan respon dari team apabila terdapat kasus pasien
kritis yang harus segera dirujuk. Nomer telepon bebas pulsa dengan
kemampuan melakukan panggilan paling ideal untuk disediakan.
Faksimil dan kemampuan teleradiologi juga penting untuk disediakan.

Pengiriman team transport ketempat yang memerlukan


pertolongan, merujuk pasien ketempat pelayanan medis yang lebih
tinggi sebelumnya sudah harus melalui mekanisme pertimbangan medis
klinis dari staf medis setempat. Singkatnya, pertimbangan klinis
sederhana yang meliputi kemampuan rumah sakit perujuk dalam
menangani pasien kritis, teamtransport medis dan rumah sakit tujuan
rujukan merupakan hal yang paling penting. Walau bagaimanapun
cepatnya respon team transport medis, jika tanpa adanya kemampuan
dalam menanggulangi masalah utama jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi maka mustahil pasien akan selamat.

Pertimbangan terus menerus meliputi stabilisasi dan persiapan


pasien untuk dilakukannya transport medis sangat diperlukan sebelum
tibanya team transport medis. Cek list perawatan pasien yang sudah

26
dilakukan dan persiapan rujukan merupakan syarat yang sudah harus
dilaksanakan sebelum pengiriman pasien ke rumah sakit rujukan.

Team transport medis harus sudah berkomunikasi sebelumnya


dengan rumah sakit tujuan rujukan, khususnya apabila ada suatu
perubahan kondisi pasien saat perjalanan, prakiraan waktu tiba,
manajemen pasca transport, pertimbangan jarak tempat rujukan atau
pengalihan rujukan pasien ke pusat rujukan lain yang disesuaikan
dengan keadaan kritis pasien.

Telepon selular merupakan salah satu pilihan yang paling baik


untuk komunikasi akan tetapi hal ini disesuaikan dengan sinyal dan
jaringan penyedia layanan. Radio komunikasi merupakan pilihan lain
yang lebih relevan dalam mengatasi masalah ini terutama apabila
menyangkut transportasi atau evakuasi medis dari darat - udara.

27
IV. MEDICAL KIT
I. Peralatan Pertolongan Pertama (First Aid)
Semua pekerja harus dapat mengakses kotak first aid. Hal ini akan
membutuhkan setidaknya satu kotak first aid yang disediakan di tempat kerja
mereka. Kotak first aid harus menyediakan peralatan dasar untuk mengelola
pertolongan pertama untuk cedera termasuk:
- luka, goresan, tusukan, grazes dan serpihan
- keseleo otot dan strain
- luka bakar ringan
- amputasi dan / atau lesi perdarahan besar
- patah
- cedera mata
- syok.
Isi dari kotak first aid harus didasarkan pada penilaian risiko. Misalnya,
kemungkin ada
risiko cedera mata yang lebih tinggi dan kebutuhan akan tambahan eye pad saat
bekerja di mana:
- bahan kimia atau bubuk ditangani dalam wadah terbuka
- penyemprotan, penyemprotan atau operasi peledakan abrasif dilakukan
- ada kemungkinan partikel terbang menyebabkan cedera mata
- ada risiko percikan atau penyemprotan bahan-bahan infeksi
- Pengelasan, pemotongan atau operasi pemesinan dilakukan.
Peralatan tambahan mungkin diperlukan untuk luka bakar serius dan pada
tempat kerja terpencil.

Desain Kit
Kotak first aid dapat dalam ukuran, bentuk, atau jenis apa pun yang sesuai
dengan tempat kerja, tetapi setiap kit harus:
- cukup besar untuk memuat semua barang yang dibutuhkan
- dapat segera diidentifikasi dengan tanda silang berwarna putih pada latar
belakang hijau yang mencolok pada tampilan luar

28
- berisi daftar isi dari kit tersebut
- terbuat dari bahan yang dapat melindungi isi kit dari debu, kelembapan,
dan kontaminasi
Lokasi
Jika terjadi cedera serius, akses cepat menuju kit sangatlah penting. Kotak
first aid seharusnya disimpan di lokasi yang jelas dan dapat diakses serta dapat
diambil kembali dengan segera. Akses menuju kit juga harus dipastikan di tempat
kerja yang dikontrol oleh keamanan. Kotak first aid harus ditempatkan dekat
dengan area di mana ada risiko cedera atau penyakit yang lebih tinggi. Jika
tempat kerja menggunakan beberapa lantai gedung bertingkat, setidaknya satu
perangkat kit harus berada di setiap lantai kedua. Kotak first aid portabel harus
disediakan di kendaraan pekerja lapangan (misalnya kurir, supir taksi, supir bus
dan pengawas lapangan).

Pengembalian dan Penjagaan Kit


Seseorang di tempat kerja harus ditunjuk untuk memelihara kotak
pertolongan pertama (biasanya aider pertama) dan harus:
- Memantau akses ke kotak pertolongan pertama dan pastikan setiap barang
yang digunakan diganti sesegera mungkin setelah digunakan
- Menerima pemeriksaan rutin (setelah setiap penggunaan atau, jika kit tidak
digunakan, setidaknya sekali setiap 12 bulan) untuk memastikan alat berisi
satu set lengkap dari barang yang dibutuhkan (daftar inventaris dalam kit
harus ditandatangani dan diberi tanggal setelah setiap cek)
- Memastikan bahwa barang-barang dalam keadaan baik, tidak memburuk
dan berada dalam tanggal kadaluwarsa dan bahwa produk steril disegel
dan belum dirusak.

29
II. Persiapan Alat dan Obat pada Evakuasi
A. Peralatan Untuk Resusitasi
Makin kritis keadaan korban maka semakin banyak alat yang diperlukan
selama evakuasi. Sebagai peralatan standar, yang harus ada selama dalam
transportasi adalah:
1. Bag resusitasi dan masker yang sesuai.
2. Laryngoskop.
3. Pipa endotrakheal (dengan beberapa ukuran: bayi/anak/dewasa).
4. Pipa oropharyng atau nasopharyng.
5. Pengukuran tekanan darah (tensimeter).
6. Perlengkapan pemasangan IV line.
7. Plester, gunting, kapas alkohol.
8. Spuit, dengan jumlah dan ukuran disesuaikan.
9. Stetoskop.
10. Selang oksigen dengan masker atau kateter nasal.
Peralatan khusus yang disiapkan antara lain:
1. Elektrokardiogram (EKG).
2. Pulse oksimeter.
3. Syringe pump.
4. Ventilator transport.
5. Alat suction manual.
6. Pipa suction.
7. Inkubator transport.
8. Vital Sign/Haemodinamic Monitor.

B. Peralatan Untuk Stabilisasi Transportasi


Peralatan yang diperlukan untuk stabilisasi transportasi dalam evakuasi
adalah:
1. Cervical collar/penyangga leher
Adalah alat yang dipergunakan untuk melakukan
fiksasi/imobilisasi tulang leher yang didesain untuk mencegah gerakan

30
leher yang berlebihan seperti fleksi, ekstensi, dan lateral, akan tetapi
gerakan itu masih bias terjadi, terutama pada penderita yang
kesadarannya menurun atau gelisah. Untuk itu setelah alat tersebut
dipasang, hendaknya selalu dibantu secara manual mempertahankan
posisi kepala dan leher pada posisi netral/normal.

2. Short Spine Board/Penyangga Tulang Belakang Pendek


Didesain untuk menolong korban yang masih berada pada
kendaraan dalam posisi duduk. Dibuat dari bahan yang keras dan
lurus, seperti papan dengan panjang kira-kira dari kepala sampai ujung
tulang ekor, dengan diberi tali pada beberapa tempat untuk memfiksasi
pada bagian tubuh tertentu, seperti kepala, dada, dan perut. Sekarang
alat ini dimodifikasi sedemikian rupa karena bentuk tempat sandaran
duduk mobil sekarang berbeda dengan dulu, lebih lengkung, sehingga
dibuat alat yang fleksibel, yang bisa dimasukkan disela punggung
korban dan sandaran belakang tempat duduk, alat ini disebut Ferno
KED (Kendrick Extrication Device).

31
3. Long spine board/penyangga tulang belakang panjang
Sama seperti short spine board, tapi ukurannya lebih panjang, dari
kepala sampai ujung kaki. Dipergunakan untuk membawa penderita
dengan posisi netral sehingga dapat menghindari kerusakan tulang
belakang lebih lanjut.

4. Wheeled Stretcher
Tandu yang ada rodanya biasanya selalu terdapat pada ambulans,
dipergunakan untuk membawa korban dari lokasi kejadian ke rumah
sakit dengan aman.

32
Bagian kepala dari tandu ini biasanya dapat dianaikkan, sehingga
pada korban jantung atau asma, keadaan ini dapat membantu
meringankan keadaan penderita.

5. Scoope Stretcher

Dipergunakan pada kasus-kasus dengan cedera tulang, selain


tulang belakang. Alat ini seperti tandu yang dapat dibelah/dipisah jadi
dua kiri dan kanan dan panjangnya bisa disesuaikan dengan tubuh
korban. Belahan kiri dimasukkan dibawah kiri tubuh korban, demikian
juga yang kanan, kemudian dikunci.

6. Persiapan Obat-Obatan

Yang merupakan obat standar adalah:


A. Adrenalin
B. Lidokain

33
C. Sulfas atropin
D. Ephedrin
E. Natrium bikarbonas
F. Dexamethasone
G. Cairan normal saline, plasma ekspander
H. Aminophilin
I. Tiopental, midazolam, propofol
J. Pelumpuh otot
Obat khusus sesuai dengan kebutuhan korban antara lain: dopamin,
nitrogliserin, dobutamin, dilantin, dan narkotik.

Jumlah masing-masing alat atau obat disesuaikan dengan kebutuhan atau


perkiraan penyulit yang akan terjadi.

34
V. HUMAN RESOURCES
Merupakan orang-orang yang bekerja untuk senuah organisasi, sektor
bisnis atau ekonomi. Dalam perkembangan industri yang sangat pesat, sebuah
sektor industri harus memiliki berbagai sumber daya yang harus dikelola untuk
melakukan suatu kegiatan. Sumber daya itu meliputi jumlah mesin, jumlah tenaga
kerja, dan jumlah modal. Sebelum menjalankan kegiatan, perusahaan harus
mampu menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Jumlah tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan output standar
dari setiap kegiatan diperusahaan, maka dari itu hal yangperlu dilakukan dari
sebuah perusahaan adalah menghitung ouput standar dengan cara :
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝑂𝑢𝑡 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎)

Setelah menghitung Output Standar barulah kita bisa menghitung Jumlah


tenaga kerja yang dibutuhkan
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑎𝑙 =
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑖𝑡)

Selanjutnya langkah akhir adalah membandungkan jumlah tenaga kerja


berdasarkan output standar, sehingga dapat diketahui dengan pasti jumlah tenaga
kerja yang berlebih atau berkurang.
Pekerja yang dipilih untuk diukur waktu kerjanya, bukanlah pekerja yang
begitu saja ditetapkan oleh perusahaan. Pekerja harus memenuhi syarat yaitu
dapat berkemampuan normal dan dapat di ajak bekerja sama. Normal disini
berarti dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu penyelesaian yang
sesuai tanpa membuat pekerja terburu atau tergesa. Selain itu seorang pekerja
yang akan dipilih adalah meeka yang mau bekerja secara wajar. Mereka tidak
bekerja terlalu cepat karna mendapat pujian dan juga tidak bekerja lambat karna
kecurigaan tertentu.

35
Struktur Organisasi Perusahaan Slate Pencil
Struktur organisasi Perusahaan Slate Pencil perumusannya dilakukan untuk
mendukung kegiatan kebijakan operasi yang tetap mengacu pada visi, misi, dan
tujuan organisasi. Struktur organisasi suatu Perusahaan Slate Pencil disusun
berdasarkan prinsip departementalisasi fungsi, yaitu secara struktural membagi
proses organisasi dengan mengkombinasikan pekerjaan dalam departemen
berdasarkan fungsi organisasi. Sistem tanggungjawab menganut sistem garis
(line) yaitu pemimpin perusahaan membawahi beberapa bagian dengan wewenang
dan tanggung jawab vertikal. Hubungan horizontal terjadi diantara bagian yang
satu dengan bagian yang lain, kegiatan-kegiatan yang sejenis ke dalam unit
organisasi yangterpisah.

Fungsi-fungsi perusahaan terdiri dari:


(1). Bagian Produksi yang terdiri dari dari bagian raw materials painting,
finishing, packaging, dan administration scheduler. Bagian produksi
mempunyai tugas pokok dalam mengawasi proses produksi sesuai dengan
anggaran yang ditetapkan dan bertanggung jawab atas kelancaran
prosesproduksi.
(2). Bagian Logistik yang terdiri dari warehouse, raw material and
purchase,sparepart and general purchase, packaginganddevelopment, serta
ekspor danimpor. Bagian logistic bertanggung jawab atas pengadaan
bahan baku untuk saranaproduksi dan pendistribusian produk. Kepala unit
ini jugabertanggung jawab atas pencatatan jumlah bahan baku atas barang
yangkeluar-masuk, mengawasi hal-hal berkaitan dengan fungsi gudang
sebagaitempatpenyimpanan bahan baku, mencatat barang kebutuhan yang
ada di kantor,melakukan pengepakan setelah dari bagian produksiserta
bertanggung jawab atas proses ekspor dan impor.
(3). Bagian Engineering, yang terdiri atas maintenance and utility, workshop,
house keeping, dan in house security. Bagian engineering mempunyai tugas
pokok menjaga kelancaran proses produksi yang berkaitan langsung dengan
teknologi dan penggunaan mesin dan mengawasi keamanan atas

36
penggunaanmesin.
(4). Bagian keuangan merencanakan, mengorganisasikan dan mengevaluasi
kegiatan pengelolaan keuangan, pembayaran hutang dan pajak, penerimaan
piutang, investasi, persediaan dan penggajian. Tugas lainnya adalah
mempersiapkan dan menganalisis laporan keuangan, penyusunan anggaran,
dan pembayaran pajak secara akurat dan tepat waktu
(5). Bagian Planning and Customer Service. Bagian ini mempunyai tugas pokok
melakukan perencanaan jumlah barang yang akan diproduksi yang
selanjutnya akan diteruskan ke bagian produksi dan bagian-bagian lainnya
berdasarkan pesanan yang masuk ke bagian planning baik atas
permintaan ekspor maupun dalamnegeri. Bagian ini juga bertanggung jawab
atas pembelian bahan baku yang disesuaikan dengan jumlah persediaan di
gudang dan proses ekspor danimpor.
(6). Bagian Quality Control (QC) yang terdiri atas QC material, QC produksi,
dan laboratorium. Bagian ini mernpunyai tugas pokok melaksanakan
pengawasan kualitasbahan baku yang akan diproduksi dan kualitas
produksi, serta melakukan penelitian dan pengembangan produk agar
lebih dapat berkualitas tinggi dan melakukan inovasi produk
ternsmenerus,
(7). General Administrsi terdiri atas personel, GA dan security, bagian ini
bertugas mengatur semua kebutuhan karyawan termasuk waktu cuti,
istirahat, libur dan upah, menangani karyawan baru, training, mutasi dan
promosi serta segala bidang yang berkaitan dengan
peraturanketenagakerjaan.

37
Struktur Organisasi Perusahaan Slate Pencil

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballow, Ronald H. 2004. Business Logistic/ Supply Chain Management,


Fifth Edition, Pearson. United States of America.
2. Chopra, Sunil., and Meindi, Peter. 2013. Supply Chain Management
Strategy, Planning, and Operation, Fifth Edition, Perason, England.
3. B.C. Guidelines for Industry Emergency Response Plans. (2002).
Available in: http://www2.gov.bc.ca/gov/content/environment/air-land-
water/spills-environmental-emergencies/planning-prevention-
response/industry-emergency-response-plans
4. IPIECA. (2011). Managing health for field operations in oil and gas
activities. Availablein: http://www.ogp.org.uk/pubs/343.pdf
5. Eljah. (2016). Pedoman Tanggap Gawat Darurat Medik di Perusahaan.
Available in: http://dokumen.tips/documents/pedoman-tanggap-gawat-
darurat-medik-di-perusahaan-5693668f704bf.html
6. OPITO. (2016). OPITO Medical Emergency Response Requirements
7. Saanin, Syaiful. Manajemen - Penanganan Korban BencanaTindakan Pada
Pasien Gawat-Darurat. Available in :
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/First.html
8. Iqfadhilah. (2014).Triase Gawat Darurat Lengkap PPGD. Available in:
http://www.idmedis.com/2014/03/triase-gawat-darurat-lengkap-ppgd.html
9. Senapathi, TGA, Made Gde Widnyana, Putu Pramana Suardjaya,et all.
(2015). Medical Evacuation (Medivac). Available in:
https://fk.unud.ac.id/wp-content/uploads/2015/10/Medical-Evacuation-
2015.pdf Safe Work Australia. 2012. First Aid in the Workplace. Dapat
diakses di http://creativecommons.org/licenses/by-nc/3.0/au/.

KMK RI No. 882 tahun 2009


10. Adam, Everett E, Jr. Ebert, Ronald J. 1992. Production and Operation
Management : Concept, models, and Behavior, fifth edition, Prentice Hall
Englewood Cliffs.

39
11. International Labour Office. 1976.Penelitian kerja dan Pengukuran kerja;
Sen Mangement No.15c, erlangga.
12. Tarigan, Miska. 2015. Pengukuran Standar waktu kerja untuk menentukan
jumlah Tenaga Kerja Optimal. Management informatika, STMIK Kristen
Neumann Indonesia, Medan.
13. Hidayat, T. 2013. Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap
Keputusan Membeli Pensil Tulis Dan Pensil Warna Faber Castell Pada
Masyarakat Medan. Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

40

Anda mungkin juga menyukai