Anda di halaman 1dari 31

BIOMATERIAL 1

BAHAN CETAK

Dosen Pembimbing:

Irsan Ibrahim, drg, M. Si

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Kelas B

Bonita Suroso ( 201911031) Christina Johny (201911036)


Bunga Latifah (201911032) Cynthia Triska F
(201911037)
Carenina Claudia H. (201911033) D Jihan Tasya Firna (201911038)
Carissa Devina Putri (201911034) Diah Ayu Sri R (201911039)
Choi Jae Hyeon (201911035) Dianna Brilianty R (201911040)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dan kami berterimakasih kepada teman-teman yang telah bekerjasama
dalam pembuatan makalah, serta dosen yang telah membimbing dan memberi
masukkan dalam pembuatan makalah yang berjudul “Bahan Cetak”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi serta menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang
“Bahan Cetak”.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum


sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami menunggu kritik
dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan para pembaca yang
membaca makalah ini demi keberhasilan pembuatan makalah selajutnya.

Jakarta, 19 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1..................................................................................................................... Lat
ar Belakang.................................................................................................1
1.2..................................................................................................................... Ru
musan Masalah...........................................................................................2
1.3..................................................................................................................... Tuj
uan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1.....................................................................................................................Bah
an Cetak......................................................................................................3
2.1.1 Definisi Bahan Cetak.......................................................................3
2.1.2 Persyaratan atau Kriteria Bahan Cetak............................................3
2.1.3 Klasifikasi Bahan Cetak...................................................................3
2.2.....................................................................................................................Hid
rokoloid.......................................................................................................7
2.2.1 Definisi Hidrokoloid........................................................................7
2.2.2 Klasifikasi Hidrokoloid....................................................................7
2.2.3 Komposisi Hidrokoloid....................................................................8
2.2.4 Cara Pembuatan Hidrokoloid...........................................................10
2.2.5 Manipulasi Hidrokoloid...................................................................11
2.3.....................................................................................................................Elas
tomer...........................................................................................................15
2.3.1 Definisi Elastomer............................................................................15
2.3.2 Klasifikasi Elastomer.......................................................................15
2.3.3 Komposisi Elastomer.......................................................................16

ii
2.3.4 Cara Pembuatan Elastomer..............................................................21
2.3.5 Manipulasi Elastomer......................................................................23

BAB III PENUTUP.........................................................................................26

3.1..................................................................................................................... Ke
simpulan......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Bahan cetak adalah suatu bahan yang digunakan untuk prosedur pencetakan
dalam kedokteran gigi meliputi gigi, jaringan sekitarnya dan lengkung gigi pasien
dengan tepat untuk menghasilkan replika negatif. Replika positif terbentuk dari
gypsum yang diisikan ke dalam replika negatif atau cetakan (Scheller & Sheridan
2010, p. 176).
Banyak alat kedokteran gigi yang dibuat di luar mulut pasien yaitu pada
model tiruan jaringan keras atau jaringan lunak pasien. Akurasi ketepatan dan
efesiensi fungsional alat tergantung dari seberapa baik model dapat meniru
jaringan normal mulut. Akurasi model tergantung pada akurasi cetakan yang
didapatkan.
Tahap percetakan merupakan tahap pertama dari beberapa tahapan dalam
pembuatan gigi tiruan, mahkota, mahkota jembatan, alat ortodonsi, dan lain-lain.
Oleh karenanya, sangat penting untuk meminimalkan ketidakakuratan pada tahap
ini, karena ketidakakurata tersebut dapat terekam dan akan menggangu hasil
akhir.
Bahan atau material cetak pada umumnya di aplikasikan ke dalam mulut
pasien dengan menggunakan sendok cetak. Sendok cetak dibutuhkan karena
material cetak pada awalnya cukup encer sehingga membutuhkan penyangga.
Sekali material cetak akan mengalami setting atau mengeras baik melalui proses
kimiawi maupun proses fisikal. Setelah setting, material cetak di lepaskan dari
mulut pasien dan cetakan yang diperoleh (cast) menggunakan dental plaster
atau dental stone.

1
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan bahan cetak?
2. Apa sajakah persyaratan atau kriteria dari bahan cetak?
3. Bagaimanakah klasifikasi dari bahan cetak?
4. Apa sajakah komposisi dari bahan cetak?
5. Bagaimanakah cara pembuatan bahan cetak?
6. Bagaimanakah cara memanipulasi bahan cetak?

1.3Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahan cetak.
2. Untuk mengetahui persyaratan atau kriteria dari bahan cetak.
3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari bahan cetak.
4. Untuk mengetahui komposisi dari bahan ctak.
5. Untuk mengetahui cara pembuatan bahan cetak.
6. Untuk mengetahui cara memanipulasi bahan cetak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Bahan Cetak
2.1.1 Definisi Bahan Cetak
Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk membuat replica
(model) gigi dan jaringan disekitarnya.1
Bahan cetak adalah suatu bahan yang digunakan untuk prosedur
pencetakan dalam kedokteran gigi meliputi gigi, jaringan sekitarnya dan
lengkung gigi pasien dengan tepat untuk menghasilkan replika negatif. Replika
positif terbentuk dari gypsum yang diisikan ke dalam replika negatif atau cetakan
(Scheller & Sheridan 2010, p. 176).

2.1.2 Persyaratan atau Kriteria Bahan Cetak


Bahan cetak harus memenuhi beberapa kriteria berikut: (1) mudah
dimanipulasi dan harga cukup terjangkau; (2) konsistensi cukup kental; (3)
memiliki setting time yang sesuai, idealnya harus kurang dari 7 menit; (4)
memiliki kekuatan mekanik cukup, sehingga tidak mudah sobek saat dilepaskan
dari rongga mulut; (5) memiliki tingkat keakuratan dimensional yang stabil
dalam waktu cukup lama; (6) rasa dan bau dapat diterima oleh pasien; (7) tidak
toksik dan tidak mengiritasi; (8) tidak ada penurunan sifat yang signifikan akibat
desinfeksi; (9) kompatibel dengan die dan model; (10) dapat disimpan dalam
jangka waktu lama.2

2.1.3 Klasifikasi Bahan Cetak


Banyak kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasi material cetak.
Metode yang paling banyak digunakan dan paling mudah dimengerti adalah

3
klasifikasi berdasarkan tipe kimiawi material cetak. Di samping itu, ada material
cetak silikon, alginate, dan sebagainya.3
Sebelum material cetak mengalami setting, sifat yang sering digunakan
untuk mengkarakterisasi material cetak adalah sifat viskositasnya. Sifat viskositas
tersebut memengaruhi detil halus yang dapat direkam pada pencetakan jaringan
keras dan memengaruhi derajat penekanan jaringa atau ketidaktepatan yang
diperoleh pada pencetakan jaringan lunak. Berdasarkan hal tersebut, material
yang pada awalnya sangat encer sering diklasifikasikan sebagai material cetak
mukostatik karena material hanya sedikit menekan jaringan lunak, sedangkan
material yang lebih kental diklasifikasikan sebagai material cetak mukokompresif.
Harus diingat bahwa viskositas dapat bervariasi berdasarkan aplikasi penekanan
yang diberikan. Beberapa material cetak bersifat cukup kental pada penekanan
rendah kemudian material akan terasa lebih encer pada penekanan yang lebih
tinggi. Jika substansi material cetak bersifat seperti ini maka material cetak
tersebut disebut sebagai pseudoplastis.3
Gambar 1, menggambarkan klasifikasi sederhana dari material cetak
berdasarkan viskositasnya, yaitu material cetak dengan viskositas tertinggi berada
disebelah kiri dan material cetak dengan viskositas terendah berada di sebelah
kanan.3
Klasifikasi yang lebih luas melibatkan pertimbangan mengenai sifat
pengerasan material. Factor ini terutma bertanngung jawab pada saat
pengaplikasian material cetak. Sifat yang paling pening adalah rirgiditas dan
elastisitas material cetak, karena sifat ini menentukan apakah material cetak
terkait dapat dapat digunakan untuk mencetak undercut. Pada gigi yang berdiri
tegak, atau pada pasien yang mempunyai undercut pada jaringan lunak dalam,
material cetak yang sudah mengeras harus dapat cukup fleksibel mlewati
undercut saat penglepasan pencetakan serta cukup elastis untuk kembali ke
bentuk semula serta menghasilkan cetakan yang akurat. Berdasarakan hal ini
material cetak diklasifikasikan sebagai material cetak elastis atau tidak elastis.

4
a) Bahan cetak non elastis
Bahan cetak menjadi keras dan tidak dapat dikeluarkan melalui
undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakannya. Bahan ini
digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya agar. Bahan yang
termasuk dalam bahancetak non elastis adalah plaster of paris, kompound
cetak, dan pasta cetak oksida eugenol.1
b) Bahan cetak elastis
Bahan ini dapat secara akurat mereproduksi baik struktur keras
maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah
interproksimal.1 Mempunyai kemampuan penarikan atau penekanan dan
memberikan derajat elastisitas untuk kembali ke bentuk semula yang cukup
setelah mengalami suatu perenggangan. Material ini mempunyai sifat seperti
karet.3 Bahan yang termasuk dalam kategori ini adalah hidrokoloid reversibel
dan ireversibel, serta elastomer (polisulfida, silikon, dan polieter).1

Berdasarkan cara bahan tersebut mengeras, bahan cetak diklasifikasikan


menjadi 2, yaitu:
a) Ireversibel
Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi, jadi
bahan tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi.
Misalnya alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE), dan plaster of Paris
mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras
dengan polimerisasi.1
b) Reversibel
Reversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan
memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid
reversibel, elastomer, dan kompoun cetak termasuk dalam kategori ini.
Kompoun cetak merupakan campuran resin dan malam, serta diklasifikasikan
sebagai substansi termoplasitik.1

5
Gambar 1. Klasifikasi material cetak berdasarakan viskositas pada kecepatan geser
konstan (constant shear rate) dan suhu konstan (230 C).3

Gambar 2. Klasifikasi material cetak berdasarkan sifat elastik dan tipe kimiawi.3

6
2.2Hidrokoloid
2.2.1 Definisi Hidrokoloid
Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya
berupa koloid yang direaksikan dengan air, sehingga disebut hidrokoloid.4

2.2.2 Klasifikasi Hidrokoloid


Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan menjadi bahan
cetak hidrokoloid reversibel dan ireversibel.4
a) Hidrokoloid Reversibel (Agar)
Hidrokoloid reversibel adalah bahan cetak elastis pertama yang
menggantikan bahan cetak nonelastis. Bahan ini adalah bahan cetak yang
akurat untuk mengambil cetakan pada gigi dan rahang serta jaringan yang
mempunyai undercut dan bisa dilepaskan tanpa melukai mulut pasien. Bahan
ini digunakan di laboratorium untuk menduplikat model.4
b) Hidrokoloid Ireversibel (Alginat)
Bahan cetak alginat adalah bahan yang jika dicampur dengan air
dalam proporsinya yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel, yaitu
suatu gel yang dapat digunakan dalam percetakan gigi geligi.1 Bahan cetak
alginat adalah bahan cetak yang paling banyak digunakan, harganya tidak
mahal, mudah dimanipulasi dan tidak memerlukan alat khusus. Alginat
banyak digunakan untuk mencetak model diagnostik, gigi tiruan sebagian
lepasan dan saat reparasi dari gigi tiruan sebagian lepasan maupun gigi tiruan
penuh. Kekurangan cetakan alginat adalah kurang akurat dalam mencetak
pembuatan inlay, onlay, dan preparasi gigi tiruan cekat.4

2.2.3 Komposisi Hidrokoloid

7
a) Hidrokoloid Reversibel (Agar)
Material cetak tipe hidrokoloid reversible pada umumnya diproduksi
dalam bentuk gel dalam tube atau siring fleksibel menyerupai pasta gigi. Gel
terutama mengandung 15% suspensi koloid agar dalam air. Agar adalah
polisakarida kompleks yang diekstrasi dari rumput laut. Gambar 3.
Menunjukkan indikasi sangat sederhana dari tipe struktur molecular. Berat
molekul tinggi disertai dengan konsentrasi besar dari gugus hidroksil bebas
menyebabkan material membentuk formasi hidrokoloid.3

Gambar 3. Formula structural sederhana dari rantai polisakarida yang mirip yang
digunakan dalam agar.3

Sejumlah kecil boraks dan potassium sulfat pada umumnya terdapat


dalam gel. Boraks ditambahkan untuk memberikan “tubuh” atau bentuk
kepada gel. Sayangnya, boraks menghabat reaksi setting material pengisi
gypsum dan bahan die untuk model dan model yang terbentuk dalam cetakan
agar mempunya permukaan yang buru. Adanya potassium sulfat dalam gel
agar melawan efek boraks karena material ini bersifat mempercepat reaksi
setting produk gypsum. 3
Agar merupakan salah satu jenis koloid  hidrofilik organic yang
diekstrat dari rumput laut jenis tertentu.  Terdapat dalam konsentrasi 8% -
15%, bergantung pada sifat bahan yang dimaksud. Kandungan utamanya

8
adalah air ( >80% ). Untuk memperkuat gel, biasanya ditambah sedikit
boraks. Namun sayangnya boraks merupakan salah satu jenis retarder terbaik
untu pengerasan gypsum. Kandungan air yang berlebih dalam agar juga dapat
memperlambat pengerasan gypsum. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan
pengaruh air dan boraks pada gel, ditambahkan sedikit kalium sulfat. Kalium
sulfat merupakan zat pemercepat pengerasan gypsum. Beberapa bahan
pengisi juga diberikan, seperti tanah diatoma, tanah liat, silica, malam, karet
dan serbuk kakuk serupa. Zat lain seperti timol dan gliserin juga ditambahkan
untuk menjadi bakterisit dan bahan pembuat plastik.5

b) Hidrokoloid Ireversibel (Alginat)


Alginat berasal dari rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae)
yang menghasilkan lendir yang dinamakan algin. Substansi alami ini
kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai
kelompok asam karboksil dan dinamakan asam alginik yang rumus
strukturnya dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4. Rumus bangun struktur asam alginik1

Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid ireversibel adalah


salah satu alginat yang larut dalam air, seperti natrium, kalium, atau alginat
trietanolamin. Bila alginat larut air dicampur dengan air, maka bahan tersebut
membentuk sol. Sol sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah.

9
Alginat yang dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan
air dicampur dengan kuat. Berat molekul dari campuran alginat amat
bervariasi, bergantung pada buatan pabrik. Semakin besar berat molekul,
semakin kental sol yang terjadi. Komposisi dari bahan cetak alginat dapat
dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut1:

Tabel 1. Komposisi Bahan Cetak Alginat1

2.2.4 Cara Pembuatan Hidrokoloid


Cara pembuatan hidrokoloid ireversibel (Alginat)
Untuk mempertahankan mutu alginat yang dihasilkan, rumput laut
coklat penghasil alginat, perlu ditangani secara hati-hati mulai dari saat
pemanenan, pencucian, perndaman, pengeringan, pengemasan sampai
pada penyimpanan. Pemanenan harus dilakukan saat rumput laus sudah
cukup umur sehingga kandungan alginatnya sudah dapat dikategorikan
bermutu baik. Pemanenan rumput laut biasanya dilakukan saat air laut
surut dan cuacanya cukup cerah sehingga memudahkan pemanenan dan
rumput laut langsung bias dikeringkan setelah dibersihkan atau dicuci.6
Rumput laut yang telah dipanen kemudian dicuci untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Pencucian sebaiknya
menggunakan air laut. Setelah itu dijemur diatas para-para dan usahakan
tidak dijemur diatas pasir. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan
berkisar 2-3 hari bergantung pada intensitas cahaya matahari. Idealnya

10
kadar air setelah pengeringan 15-20%. Rumput laut yang sudah kering
dikemas degan tujuan melindungi bahan baku terutama dari penyerapan
air kembali setelah pengeringan. Rumput laut yang telah dikemas
selanjutnya disimpan dalam gudang yang bersih dan kering dengan dasar
lantai diberi palet. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penanganan
dan menjamin adanya sirkulasi udara.6
Rumput laut yang telah mengalami perlakuan alkali lebih baik
daripada rumput laut kering biasa. Setelah dipanen, rumput laut coklat
yang telah bersih diproses dengan cara merendam dalam larutan alkali
untuk meningkatkan viskositasnya. Menggunakan larutan KOH 0,1-0,2%
selama 60 menit. Perendaman tersebut bertujuan untuk menghindari
kerusakan alginat dan meningkatakan sifat fisiko-kimianya. Dalam
penelitian, telah terbukti bahwa dengan perlakuan alkali dapat
meningkatkan kekentalan alginate mencapai 5.400 cPs dengan warna
yang lebih putih dubandingkan dengan yang tanpa diperlakukan dengan
alkali.6

2.2.5 Manipulasi Hidrokoloid


a) Hidrokoloid Reversibel (Agar)
Hidrokoloid reversible pada umumnya sebelum pemakaian dikondisikan
dengan menggunakan tempat yang didisain secara khusus. Tempat ini
mengandung 3 bagian yang masing-masing berisi air (Gambar 5).3

11
Gambar 5. Tempat air khusus yang digunakan untuk mengondisikan
material cetak agar.3

Tabung atau siring dari gel pertama kali diletakkan dalam tempat
bersuhu 1000 C. keadaan ini akan dengan cepat mengubah gel menjadi sol
dan isi dari tube menjadi sangat cair. Tabung kemudian dipindah ke tempat
bersuhu 65o C dan dibiarkan tetap berada di tempat tersebut hingga material
akan digunakan. Suhu ini cukup tinggi untuk menjaga agar material tetap
dalam bentuk sol. Pada tahap ini, material dicampur dengan cara meremas
(squeezing) tabung untuk memastikan komponen terdistribusi merata. Hanya
beberapa menit sebelum material digunakan untuk mencetak, isi tabung
didinginkan pada suhu 450 C. Jika material dijaga tetap pada suhu tersebut
untuk waktu yang lama, material akan perlahan-lahan berubah kembali ke
bentuk gel. Saat material akan digunakan untuk mencetak, sol dikeluarakan
dari tabung dan dimasukkan ke dalam sendok cetak lalu diposisikan di dalam
mulut pasien. Hidrokoloid reversible tersedia dalam berbagai viskositas untuk
membantu kita mendapatkan akurasi yang tinggi untuk pengerjaan mahkota
atau jembatan gigi. Sol dengan viskositas tinggi dipindahkan dari bak ke
dalam sendok cetak buatan pabrik sedangkan material dengan viskositas
rendah dapat dikeluarkan langsung dari siring ke geligi yang telah
dipreparasi. Sendok cetak kemudian dimasukkan ke dalam mulut di atas
geligi yang dimaksud.3
Ada efek histeresis suhu pada perubahan gel menjadi sol dan
perubahan sol menjadi gel sedangkan proses transisi yang terakhir yaitu sol
menjadi gel terjadi pada suhu yang lebih rendah daripada perubahan gel
menjadi sol. Perubahan dari sol menjadi gel terjadi secara perlahan-lahan
pada suhu mulut dan mungkin membutuhkan beberapa menit sebelum
material membentuk elastisitas yang cukup hingga saat pengelepasan cetakan
dari mulut. Kecepatan perubahan sol menjadi gel dapat dipercepat dengan

12
menyemprotkan air dingin pada sendok cetak saat masih berada di dalam
mulut, atau dengan menggunakan sendok cetak yang didinginkan dengan air.
Sendok cetak yang dimaksud terbuat dari logam dengan tabung logam sempit
yang melekat pada permukaan luarnya. Tabung dihubungkan dengan sumber
air dingin dan air yang mengalir akan menurunkan suhu sendok cetak. Bagian
yang paling dingin dari sol akan berubah menjadi gel lebih cepat, sehinggan
material yang berkontak dengan sendok cetak akan mengeras lebih cepat
daripada material yang berkontak dengan jaringan lunak.3
Pengelepasan dari mulut diperoleh dengan aksi penarikan cepat.
Hidrokoloid reversible sangat peka terhadap penyerapan dan kehilangan air
(sineresisi dan imbibisi). Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan harus
segera dicuci untuk membersihkan debris kemudian cetakan disimpan
dengan dilapisi kain basah. Cetakan harus diisi dalam waktu 30 menit setelah
pencetakan. Cetakan hidrokoloid tidak dapat digunakan untk pembuatan die
epoksi resin atau lapisan logam.3

b) Hidrokoloid Ireversibel (Alginat)

Untuk memperoleh hasil cetakan yang baik, perlu diperhatikan hal-hal


berikut:

a. Mempersiapkan pengadukan
Bubuk yang telah ditakar dicampur ke dalam air yang juga telah
ditakar dan ditempatkan pada mangkuk karet bersih dan diaduk dengan
menggunakan spatula dan pastikan udara tidak terjebak dalam campuran.
Gerakan angka delapan dengan cepat adalah yang terbaik, dengan
adukan dihentakkan dan ditekan pada dinding mangkuk karet dengan
putaran intermitten (1800) dari spatula untuk mengeluarkan gelembung
udara dan meningkatkan kesempurnaan adukan. Semua bubuk harus
tercampur dengan sempurna, bila terdapat sisa bubuk maka sifat bahan

13
menjadi kurang sempurna. Waktu pengadukan 45 detik sampai 1 menit
tergantung pada merek dan jenis alginat. Hasilnya harus berupa
campuran seperti krim yang halus serta tidak menetes dari spatula ketika
diangkat dari mangkuk.1
b. Membuat cetakan
Cetakan ditempatkan pada sendok cetak yang sesuai, yang
dimasukkan ke dalam mulut. Bahan cetak harus menempel pada sendok
cetak sehingga hasil cetakan dapat ditarik dari sekitar gigi. Oleh karena
itu umumnya digunakan sendok cetak berlubang-lubang. Bisa dipilih
sendok cetak plastik atau sendok cetak logam. Ketebalan cetakan alginat
antara sendok cetak dan jaringan harus sekurang-kurangnya 3 mm.
Alginat dibiarkan dalam rongga mulut selama 2-3 menit sebelum
dilepaskan.1
c. Hasil cetakan
Setelah dikeluarkan dari mulut, cetakan hendaknya disiram dengan
air dingin untuk menghilangkan saliva, kemudian ditutup dengan kain
kasa lembab untuk mencegah sineresis dan diisi sesegera mungkin,
sebaiknya tidak lebih dari 15 menit setelah pengambilan cetakan.1

2.3Elastomer
2.3.1 Definisi Elastomer
Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai
karet, yang tersedia dalam berbagai viskositas seperti light body (low), regular
body (medium body), heavy body (hight), and putty (very hight).6
Elastomer adalah bahan cetak elastis yang sangat akurat, memiliki
kualitas yang sama dengan karet, oleh karena itu sering disebut bahan karet.
Bahan elastomer yang sering digunakan adalah polisulfida, polieter, silikon
kondensasi dan silikon adisi. Elastomer secara umum mempunyai reaksi

14
polimerisasi yang meliputi pembentukan rantai polimer yang panjang dan rantai
silang.4

2.3.2 Klasifikasi Elastomer


Empat tipe elastomer yang sering di gunakan adalah:
1. Polisulfida
2. Silicon rubber (tipe kuring kodensasi)
3. Silicon rubber (tipe kuring adisi)
4. Polieter.3
Klasifikasi dan sejumlah sifat dari material elastomer ini tercantum dalam
standar ISO untuk material cetak. Disamping berdasarkan sifat kimiawi material,
metode utama pengklasifikasian adalah berdasarkan pada konsistensinya. Hal ini
diukur dengan menekan 0,5 ml campuran material di antara dua pelat datar
menggunakan beban sebesar 1,5 N. konsistensinya, yang ditunjukkan oleh
diameter rerata disk material yang terbentuk, berhubungan dengan viskositas
material pada saat beban diaplikasikan. Material dikategorokan sebagai tipe 0-3,
seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Material yang menghasilkan disk
dengan dimeter 31-34 mm dapat diklasifikasikan sebagai tipe 0,1 atau 2. Tipe 0
dan 1 pada umumnya digunakan dalam kombinasi dengan material tipe 3
sedangkan material tipe 2 secara umum digunakan sendiri serta kadang-kadang
disebut sebagai material elastomer monofasa.3

Tabel 2. Klasifikasi material cetak elastomer menurut konsistensinya.3

15
2.3.3 Komposisi Elastomer
a) Polisulfida
Komposisi material cetak ini pada umunya tersedia dalam dua
pasta yang dikemas dalam tabung. Satu pasta dilabel sebagai pasta
basis sedangkan pasta yang lain dilabeli sebagai pasta katalis. Cairan
prepolimer polisulfida dalam pasta basis dapat dituliskan dalam
formula sebagai berikut3:
HS(C2H4-OCH2-OC2H4-SS)23-C2H4-OCH2-OC2H4-SH
Meskipun struktur sebenernya diketahui sedikit lebih
komplekdaripada struktur ini mengandung gugus tiol pendan (-SH)
disamping gugus terminakl seperti yang terlihat pada rumus
strukturalnya. Untuk keperluan mekanistik, struktur prepolimer
ditunjukkan secara sederhana. Kositas pasta ditentukan oleh kuantitas
filler yang ditambahkan oleh pabrik pembuat. Tiga tingkatan pasta
pada umumnya tersedia untuk praktik dokter yaitu warna terang (light-
bodied), regular (regular boddied), berat (heavy boddied), yang
menyatakan peningkatan kandungan material pengisi serta nilai
viskositasnya.3
Pasta berbasis pada umunya berwarna putih, akibat pengaruh
filler serta mempunyai bau tidak sedap yang disebabkan tingginya
konsentrasi gugus tiol. Warna pasta katalis ditentukan oleh agen
oksidasi yang digunakan: material yang mengandung tembaga
dioksida umunya berwarna coklat tua. Kontras warna antara kedua
pasta menyebabkan bantuan untuk efisiensi pencampuran sampai
diperoleh warna homogen, tidak ada garis yang tampak material
adhesive diperlukan untuk mempermudah perlekatan antara material
cetak dan sendok cetak.3

16
Tabel 3. Komposisi material cetak polisulfida3

b) Silikon rubber (curing kodensasi)


Komposisi material tersedia dalam bentuk dua pasta atau
sebagai pasta dan cairan. Meted apapun yang digunakan untuk
pencampuran kedua material, pada prinsipnya reaksi setting yang
terjadi sama dan tergantung dari ikatan silang pada rantai-rantai
hydrocxyl-terminated polydimetlrylsiloxane, disebabkan oleh agen
ikatan silang alkyl-silicate dan campuran timah sebgaia katalis.
Unsur-unsur penting yang dipelukan utnuk terjadinya reaksi ini
digambarkan dalam komposisi khusus pada material pasta/cairan.
Material ini sangat mirip dengan silicon yang mengalami polimerisasi
pada suhu ruang yang digunakan untuk denture sofi liner. Viskositas
pasta dikontrol dari jumlah inert filler seperti yang terjadi pada
polisulfida. Tersedia bahan-bahan light-bodied, regular-bodied,
heavy bodieddan “putty”. Material terakhir adalah pasta dengan
viskositas sangat tinggi dan keberadaanya menunujukkan perbedaan
yang penting antara silicon dan pousulfida.
Takaran material pasta/cairan adalah dengan mencampurkan
sejumlah volume material pasta yang telah ditentukan dicampur

17
dengan sejumlah tetesan cairan yang telah ditakar. Untuk material
pasta/pasta sejumlah panjang yang sama dari kedua pasta
memungkinkan operator menentukan kapan pencampuran yang tepat
telah diperoleh.
Reaksi setting pada pencampuran dua komponen, baik dua
pasta atau pasta dan cairan, reaksi egera terjadi dengan gugus
hidroksil terminal dari rantai-rantai prepolimer bereaksi dengan agen-
agen ikatan silang dibawah pengaruh katalis. Setiap molekul agen
ikatan silang mempunyai potensi untuk bereaksi dengan hingga empat
rantai prepolimer, sehingga menyebabkan ikatan silang yang
berlebihan. Setiap tahap reaksi juga menghasilkan satu molekul etil
alhokol sebagai produk sampingan. Ikatan silang menyebabkan
kenaikan viskositas dan peningkatan yang cepat dari sifat elastis
material.

Tabel 4. Komposisi material cetak pasta-cairan silikon rubber (curing kodensasi)

c) Silikon rubbers (curing tambahan)


Komposisi material macam ini tersedia dalam dua pasta.
Masing-masing pasta mengandung prepolimer silicon cair dan filler.
Serta salah satu pasta tersebut mengandung katalis. Satu pasta
mengandung prepolimer polidimetilsiloksan dengan beberapa gugus
metil digantikan dengan hydrogen. Pasta yang lain mengandung

18
prepolimer dengan beberapa gugus metil digantikan dengan gugus
vinil. Salah satu pasta mengandung suatu katalis yang berisi senyawa
mengandung platinum. Misalnya: asam kloroplatinat (chloroplatinic
acid). Empat viskositas tersedia di pasaran. Tergantung dari jumlah
filler yang ditambahkan oleh pabrik pembuat.
Penakaran untuk kesesuaian dilakukan dengan mengeluarkan
pasta dengan panjang yang sama dari masing-masing tube pada
tempat pencampuran. Kontras warna yang baik diantara kedua pasta
memungkinkan pencampuran sempurna dapat diperoleh.
Peningkatan yang terjadi saat ini adalah tersedianya silicon
kuring tambahan pada format auto mixed cartridge kedua pasta
ditempatkan pada bagian yang terpisah dalam catridge dan
dikeluarkan kedalam sendok cetak atau untuk material light-bodied,
kedalam siring cetak atau secara langsung kedalam mulut pasien.
Beberapa pabrik pembuat juga telah menyediakan paket material
light-bodied dan bahkan soft putty dengan cara ini. Paling tidak satu
pabrik pembuat telah membuat produk automixing selangkah lebih
maju dengan memproduksi alat pencampur elektris yang mengandung
sejumlah cukup material yang cukup untuk 20 cetakan. Jika saat atau
diperlukan, material yang telah tercampur dikeluarkan dengan cukup
menkan satu tombol.
Alat pencampur dengan prisip versi yang lebih besar dan lebih
otomatis dari catridge yang dimanipulasi menggunakan tangan.
Kedua system mempunyai kelemahan. Yaitu bahwa tabung
pencampuran bersifat dissposible dan memerlukan pengganti yang
baru setiap pencampuran dan tabung yang dibuang masih
mengandung sejumlah material sisa yang cukup bermakna.

d) Polieter

19
Komposisi semua material ini pada umumnya tersedia dalam
dua pasta. Pasta “base” mengandung prepolimer dan inert filler yang
tersedia dalam tube besar. Pasta “katalis” mengandung inisiator reksi
bersama dengna minyak pembentuk pasta dan filler, yang tersedia
dalam tube yang lebih kecil. Formula struktural sederhana untuk
imine-terminated. Gugus X yang tampak pada formula struktural dari
prepolimer polieter.3
R R
| |
-CO2-[CH-(CH20)n-O]m-CH(CH2)n-CO2-

Dengan R mewakili atom hydrogen atau gugus alkil. Nilai m dan n


berdasarkan berat molekul dari molekul imino difungsional adalah sekitar
4000. Unit polester secara khusus dihasilkan oleh kompolimerisasi oksida
etilen dan tetrahidrofuran. Material pada umumnya tersedia dalam hanya
satu viskositas, sama dengan material regular-bodied elastomer. Pabrik
pembuat menyediakan minyak pengecer yang dapat digunakan untuk
mrnghasilkan pasta dengan vikositas sama dengan material light-bidied.
Kedua pasta diukur berdasarkan volume proporsional. Panjang yang
sama dari pasta dikeluarkan pada tempat pencampur yang memberikan
rasio volume pasta katalis /basis sekitar 8:1, Kontras warna yang bagus
diantara kedua pasta membantu dalam pencampuran.3

20
Tabel 3. Komposisi material cetak polieter3

2.3.4 Cara Pembuatan Elastomer


Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, labu leher-tiga, pipet
Mohr, gelas arloji, sudip, neraca analitik, hot plate, stirer, gelas piala,
termometer, kertas saring, corong, labu takar, vacuum, pipet tetes, labu
soklet, gelas ukur, kondensor, oven vakum dan rotavapor. Bahan-bahan
yang digunakan yaitu sodium dodesil sulfat, monomer stirena, metil
metakrilat, potassium persulfat, ammonium perokso disulfat, silikon oil,
petrolium eter, metil etil keton (MEK), siklo heksan, aseton dan lateks
karet alam.7

Cara Kerja
Kopolimerisasi cangkok (grafting copolymerization) dilakukan
dengan memvariasikan konsentrasi monomer yang digunakan dengan
karet alam. Perbandingan berat antara karet alam dengan monomer
(stiren:metil metakrilat) sebesar 50 : 50 dan 60 : 40 menggunakan
inisiator potassium persulfat dan ammonium perokso disulfat.
Kopolimerisasi cangkok dilakukan dalam reaktor labu bulat 1cm3 yang
dilengkapi dengan kondensor, termometer, dan pengaduk. Lateks karet
alam, larutan berair emulsifier (SDS), dan monomer (stiren dan metil

21
metakrilat), dimasukan ke dalam reaktor dan oksigen terlarut dihilangkan
dengan cara mengalirkan gas nitrogen selama 30 menit. Suhu
polimerisasi dijaga konstan dengan water bath pada 650 C selama. Setelah
suhu reaksi tercapai, inisiator (potassium persulfate atau ammonium
peroxydisulfate) ditambahkan pada campuran di reaktor dan reaksi
dilangsungkan hingga 6 jam. Dari polimer kasar yang didapatkan
dipisahkan dan dikeringkan hingga berat konstan didalam oven vakum.
Dalam tahap ini pun dilakukan tahap penjernihan polistiren yang
tidak tercangkok pada karet dengan cara dilakukan estraksi dengan
sokletasi. Hasil kopolimerisasi cangkok dikeringkan kemudian di
tambahkan metil etil keton sebanyak 200 mL dan dilakukan ekstaksi
hingga 15 kali siklus setelah pencucian pertama dengan MEK dilakukan
pencucian kedua dengan pelarut aseton untuk menghilangkan
polimetilmetakrilat yang tidak tercangkok. Pencucian terakhir dilakukan
dengan petroleum eter sebanyak 15 kali siklus untuk menghilangkan karet
alam yang tidak tercangkok. Kemudian hasil sokletasi dikeringkan dalam
oven vakum selama 1 hari. Sampel hasil proses dihitung efisiensi
graftingnya (%GE) dengan persamaan (1).

2.3.5 Manipulasi Elastomer


a) Polisulfida
Pada proses manipulasi, bahan ini dicampur pada mixing pad
dengan spatula. Panjang pasta base sama dengan pasta catalyst
(rasio1:1), lalu dicampur merata. Mixing time 45-60 detik. Working

22
time sekitar 5-7 menit. Working time dan setting time memendek pada
kelembapan dan temperatur tinggi. Bahan ini mengalami shrinkage
0,45% setelah 24 jam, sehingga harus diisi 1 jam setelah pencetakan.8

Gambar 6. Bahan cetak polisulfida9

b) Silikon rubber (curing kodensasi)


Manipulasi silikon kondensasi sama seperti polisulfida, kecuali
jika bahan silikon dalam bentuk sediaan pasta base dan liquid
catalyst. Pada bentuk ini, digunakan dengan perbandingan 1 tetes
liquid catalyst tiap inci pasta base. Setting time (6-8 menit) lebih
pendek daripada polisulfida. Cetakan harus diisi sesegera mungkin
karena polymerization shrinkage yang tinggi. Kelembapan dan
temperatur tinggi dapat memperpendek setting time.8

Gambar 7. Bahan cetak silikon rubber (curing kodensasi)9

23
c) Silikon rubbers (curing tambahan)
Pada prinsipnya sebenarnya tidak ada perbedaan karkteristik
manipulasi anatara material curing adisi dan material kodensasi.
Material curing adisi lebih banyak digunakan karena dasar stabilitas
dimensinya yang lebih baik.3 Silikon adisi mudah dimanipulasi.
Karena kemungkinan terjadi pelepasan hidrogen saat setting,
palladium ditambahkan untuk menyerap hidrogen dan mencegah
terjadinya bubles di permukaan die stone.8

Gambar 8. Bahan cetak silikon rubbers (curing tambahan)9

d) Polieter
Manipulasi polieter mirip dengan polisulfida dan silikon. Pasta
base dan catalyst yang sama panjang dicampur dengan cepat (30-45
detik), karena working time yang pendek. Bahan ini mudah dicampur.
Hati-hati sewaktu mencampur bahan, harus dihindari kontak dengan
kulit dan mukosa karena bahan bereaksi dengan jaringan. Pencampur
jenis handheld gun dapat mencampur dengan cepat dan tanpa terjadi
bubles.8

24
Gambar 9. Bahan cetak polieter9

BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk membuat replica (model)
gigi dan jaringan disekitarnya. Bahan cetak dapat diklasifikasikan menurut tipe
kimiawi, viskositas, undercut, dan berdasarkan cara bahan tersebut mengeras.
Berdasarkan viskositas bahan cetak dibagi menjadi, viskositas tinggi; komponen

25
cetak dan elastomer dempul, viskositas sedang; elastomer biasa, viskositas
rendah; plaster cetak, pasta cetak, hidrokoloid, dan elastomer light
body.berdasarkan undercut bahan cetak dibagi menjadi 2 yaitu elastis; elastomer
sintetik dan hidrokoloid, non-elastis; cetak plaster, cetak kompoun, pasta oksida
seng euganol, dan cetak malam, sedangkan berdasarkan cara bahan tersebut
mengeras bahan cetak dibagi menjadi 2 yaitu reversible dan ireversibel.
Bahan cetak memiliki persyaratan atau kriteria tertentu, dilihat dari segi
akurasinya, stabilitas dimensional, manipulatif, kemudahan penggunaan, sifat
setting, harga, rasa, warna, dan sebagainya.
Bahan cetak yang paling banyak digunakan adalah hidrokoloid ireversibel
(alginate) dikarenakan harganya tidak mahal, mudah dimanipulasi dan tidak
memerlukan alat khusus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasanah, Fitrotul. Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Hidrokoloid


Ireversbel Setelah Didesinfekasi Dengan Teknik Spray Menggunakan Ekstrak
Kulit Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) [skripsi]. Fakultas Kedokteran Gigi.
Universitas Jember. Jember. 2018: 5-9
2. Anonim. file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Packages/microsoft.windowscom

26
municationsapps_8wekyb3d8bbwe/LocalState/Files/S0/77/Attachments/99ade640
4c980911f89811bb2b88e99b[339].pdf. Diakses pada tanggal 19 Maret 2020. Hal:
8
3. Walls, Angus W.G. McCabe, John F. Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 9. Siti
Sunarintyas dan Dewi Nurul Mustaqimah (Terj). Dewi Nurul Mustaqimah (ed).
Jakarta: EGC. 2014: 194, 219-220, 229-243
4. Anonim. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63779/Chapter%
20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y. diakses pada tanggal 19 Maret 2020.
5. Taqwim, Aksani, dkk. Penamaan Unsur. https://www.academia.edu/24947156
/BLOK_CARIES_DISEASE. 2016. Diakses pada tanggal 20 Maret 2020.
6. Basmal, Jamal, dkk. Membuat Alginat dari Rumput Laut Sargassum. Jakarta:
Penebar Swadaya. 2013: 14-15
7. Dewo Sondari1, dkk. Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator
Potassium Persulfate Dan Ammoniium Peroxydisulfate. Jurnal Sains Materi
Indonesia.Vol. 12 No. 1, 2010: 42- 43
8. Fauza, Lailan. Perbedaan Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Pada Bahan Cetak
Elastomer Polyvinyl Siloxane Tipe Light Body Dan Heavy Body [skripsi].
Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatra Utara. Jember. 2012.
9. O’Brien WJ. Dental Material and Their Selections. 3rd Ed. Michigan :
Quintessence. 2002 : 7.
10. Tanjung, Rizki, dkk. Bahan Cetak Elastomer. https://www.academia.edu
/18032023/MAKALAH_ELASTOMER_IKGD. 2015. Diakses pada tanggal 20
Maret 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai