Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KELAINAN MALOKLUSI DENTAL 1

Perawatan Prognosis Orthodonti

Nama Fasilitator: drg. Prisilla Priska Sianita Sp.Ort, M.Kes


Disusun Oleh: Kelompok 2 (Kelas B)

1. Diah Livia (201911041)


2. Difa Nur Rifah (201911042)
3. Dina Zahra Thahira (201911043)
4. Dinara Rahma Safina (201911044)
5. Diska Ayu Fahira (201911045)
6. Divya Meidina Puteri (201911046)
7. Drajat Handika Pakci (201911047)
8. Dwiky Ahmad Saidani (201911048)
9. Edia Zulfa Nurul Izzah (201911049)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya sehingga terbentuklah makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Prognosis Perawatan Orthodonti. Kami juga menyadari bahwa dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kelainan Maloklusi Dental topik
Prognosis Perawatan Orthodonti ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta,26 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN................................................................................................5

2.1Type prognosis………………………………………………………………..5

2.1.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Prognosis……………….....7

2.2 Cara Menetapkan Prognosis............................................................................9

BAB III: PENUTUP.......................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum melakukan tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus maloklusi,
diperlukan seperangkat data yang lengkap tentang keadaan penderita dari hasil
pemeriksaan. Terhadap data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan tersebut kemudian
dilakukan analisis dengan berbagai macam metoda. Setelah itu baru dapat ditetapkan
diagnosis, etiologi maloklusi, perencanaan perawatan , macam dan desain alat yang
akan dipergunakan selama perawatan serta memperkirakan prognosis pasien akibat
perawatan yang dilakukan . Untuk dapat melakukan perawatan ortodontik dengan
baik dan benar, ada beberapa langkah pendahuluan yang harus diambil , salah satunya
prognosis.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas blok Kelainan Maloklusi Dental
topik 13 tentang “Prognosis dalam Orthodonti” serta bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.

4
BAB II
ISI

2.1 TYPE PROGNOSIS


Pada dasarnya prognosis merupakan suatu prediksi dari kemungkinan
perjalanan peyakit, lama (durasi), dan hasil akhir dari penyakit berdasarkan
pengetahuan tentan pathogenesis dan keberadaan faktor resiko dari suatu
penyakit. Prognosis ditegakkan setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana
perawatan ditegakkan. 1

Prognosis berdasarkan pada informasi yang spesifik tentang penyakit


dan cara penyakit tersebut dapat dilakukan perawatan, tetapi hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengalaman dokter sebelumnya terhadap hasil perawatan
(sukses atau gagal) yang berhubungan dengan kasus tersebut. 1

Prognosis sendiri dibagi menjadi beberapa kriteria, diantaranya : 1

a. Excellent prognosis

Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang


sangat baik, pasien sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/
lingkungan.

b. Good prognosis

Terdapat satu atau lebih hal-hal berikut: dukungan tulang yang


adequat, kemungkinan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi
yang adequat, pasien kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan,
(jika ada) faktor sistemik tersebut terkontrol.

c. Fair prognosis

Terdapat satu atau lebih hal-hal berikut: dukungan tulang yang


sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I,
kemungkinan pemeliharaan yang adequat, kerja sama pasien diterima,
terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang terbatas.

5
d. Poor prognosis

Terdapat satu atau lebih hal-hal berikut: kehilangan tulang/bone


loss yang sedang-cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation
involvolment grade I dan II, kesulitan dalam pemeliharaan dan atau
kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/
lingkungan.

e. Questionable prognosis

Terdapat satu atau lebih hal-hal berikut: Kehilangan tulang/


bone loss yang cepat, furcation involvolment grade II dan III,
kegoyangan gigi, daerahnya sulit dijangkau, terdapat faktor sistemik/
lingkungan.

f. Hopeless prognosis

Terdapat satu atau lebih hal-hal berikut: kehilangan tulang/


bone loss yang terjadi dengan cepat, daerahnya tidak dapat dilakukan
pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat faktor sistemik/ lingkungan
yang tidak terkontrol.

Meskipun beberapa faktor ini dapat mempengaruhi perkembangan penyakit lebih


dari yang lain, pertimbangan dari setiap faktor penting dalam menentukan prognosis.
Berikut skemanya: 1

● Favorable prognosis: Perawatan dan perawatan periodontal yang


komprehensif akan menstabilkan status gigi. Hilangnya dukungan
periodontal di masa depan tidak mungkin terjadi.
● Questionable prognosis: Faktor lokal dan atau sistemik yang
mempengaruhi status periodontal gigi mungkin dapat atau tidak dapat
dikontrol. Jika dikontrol, status periodontal dapat distabilkan dengan
perawatan periodontal yang komprehensif. Jika tidak, kerusakan
periodontal di masa depan dapat terjadi.
● Unfavorable prognosis: Faktor lokal dan / atau sistemik yang
mempengaruhi status periodontal tidak dapat dikontrol. Perawatan dan
pemeliharaan periodontal yang komprehensif tidak mungkin untuk
mencegah kerusakan periodontal di masa depan.
● Hopeless prognosis: Gigi harus dicabut.

6
Karena stabilitas periodontal dinilai secara teratur menggunakan pengukuran klinis, ini
mungkin lebih berguna dalam membuat keputusan perawatan dan prediksi prognosis daripada
mencoba untuk menentukan kemungkinan kehilangan gigi. 1

2.1.1 Factors in Determination of Prognosis

Dasar pertimbangan yang menentukan prognosis dari rencana perawatan yang


akan diberikan pada seseorang : 2

1. Umur merupakan faktor yang signifikan untuk dijadikan


pertimbangan dalam suatu perawatan dalam kasus terjadinya
kelainan dalam bidang perio. Pada umumnya pasien yang lebih
muda memiliki prognosis yang lebih buruk dibanding dengan
pasien yang lebih berumur. Selain itu kelainan periodontal pada
pasien muda memiliki progressivitas penyakit yang lebih tinggi
sehingga menimbulkan prognosis yang lebih buruk. 2

2. Skill dan pengalaman dari seorang dokter gigi juga memiliki


peranan dalam prognosis pasien nantinya. Dokter gigi yang
memiliki skill bagus dan pengalaman yang cukup banyak dalam
menangani kasus yang sedang dihadapi pasien akan cenderung
memberikan prognosis yang bagus nantinya pada kasus pasien. 2

3. Kondisi medis dari pasien memiliki andil juga dalam prognosis


pasien. Pasien dengan kondisi buruk dan didukung oleh kelainan
sistemik memiliki prognosis dalam suatu rencana perawatan. Misal
pada pasien yang mengidap diabetes meilitus apalagi yang tidak
terkontrol maka akan menimbulkan kerusakan yang lebih
progressif sehingga memberikan prognosa yang buruk nantinya. 2

4. Asupan nutrisi yang buruk dari pasien juga berpengaruh terhadap


prognosis. Dengan buruknya status gizi pasien akan memperlambat
dan memperparah proses regenerasi dan imunitas tubuh dalam
melawan penyakit yang ada. 2

5. Diet yang buruk, disini dikandung maksud seperti konsumsi


alkohol, roko dan obat-obatan yang dilakukan pasien akan
meningkatkan tingkat keburukan prognosis dari pasien. 2

7
6. Faktor genetik, Penyakit periodontal merupakan interaksi yang
kompleks antara tantangan mikroba dan respons inang terhadap
tantangan tersebut, yang keduanya dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti merokok. Selain faktor eksternal ini, bukti juga
menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran
penting dalam menentukan sifat respons inang. Bukti untuk jenis
pengaruh genetik ini ada pada pasien dengan periodontitis kronis
dan agresif. 2

7. Stres, stres fisik dan emosional, serta penyalahgunaan zat, dapat


mengubah kemampuan pasien untuk merespons perawatan
periodontal yang dilakukan. Faktor-faktor ini harus dihadapi secara
realistis saat mencoba menetapkan prognosis. 2

8. Plak dan Kalkulus. Tantangan mikroba yang ditunjukkan oleh plak


dan kalkulus bakteri adalah faktor lokal terpenting dalam penyakit
periodontal. Oleh karena itu, dalam banyak kasus, memiliki
prognosis yang baik bergantung pada kemampuan pasien dan
dokter untuk menghilangkan faktor etiologi ini. 2

9. Restorasi Subgingiva. Margin subgingiva dapat berkontribusi pada


peningkatan akumulasi plak, peningkatan inflamasi, dan
peningkatan pengeroposan tulang bila dibandingkan dengan
margin supragingiva. Selain itu, perbedaan dalam margin ini (mis.,
Overhang) dapat berdampak negatif pada periodonsium. 2

10. Faktor Anatomi. Faktor anatomi yang dapat mempengaruhi


periodonsium terhadap penyakit dan oleh karena itu
mempengaruhi prognosisnya termasuk akar yang pendek dan
meruncing dengan mahkota yang besar; proyeksi email serviks dan
mutiara email; pegunungan percabangan menengah; cekungan
akar; dan alur perkembangan. Klinisi juga harus
mempertimbangkan kedekatan akar dan lokasi serta anatomi
furkasi saat mengembangkan prognosis. 2

11. Mobilitas Gigi. Penyebab utama mobilitas gigi adalah hilangnya


tulang alveolar, perubahan inflamasi pada ligamen periodontal,
dan trauma oklusi. Mobilitas gigi yang disebabkan oleh
peradangan dan trauma oklusi mungkin dapat diperbaiki. Namun,

8
mobilitas gigi akibat kehilangan tulang alveolar tidak mungkin
diperbaiki. Stabilisasi mobilitas gigi melalui penggunaan
bidai/splinting dapat memberikan dampak yang menguntungkan
pada prognosis gigi secara keseluruhan dan individu. 2

2.2 Cara-cara Menetapkan Prognosis

A. Survival analysis

Ketika menafsirkan prognosis, kita ingin tahu kemungkinan (likelihood) bahwa pasien
dengan kondisi tertentu akan mengalami outcome pada setiap titik waktu. Ketika prognosis
dinyatakan sebagai tingkat ringkasan maka informasi ini tidak terkandung. Namun, ada
metode untuk menyajikan informasi tentang rata-rata waktu untuk kejadian dalam perjalanan
penyakit. Cara paling mudah untuk mempelajari survival adalah dengan kohort, yaitu
mengumpulkan pasien dengan kondisi tertentu dalam perjalanan penyakitnya dan
mengobservasi mereka sampai semua mengalami outcome yang diinginkan. Pada kohort
dengan jumlah pasien yang sedikit, grafik akan menjadi bertangga. Hal ini akan hilang bila
jumlah pasien banyak sehingga informasi yang ada dapat digunakan untuk memprediksi
prognosis pada pasien yang mirip. Sayangnya, memperoleh informasi dengan cara ini tidak
praktis.3

Gambar 1. Survival dua kohort kecil dan besar dengan semua anggota diobservasi
dengan periode follow up yang penuh.

Untuk mengefisiensikan penggunaan semua data yang tersedia dari setiap pasien
dalam kelompok kohort, cara memperkirakan survival dalam suatu kohort dari waktu ke
waktu, yang disebut survival analysis, telah dikembangkan dengan metode yang biasa
digunakan adalah Kaplan-Meir analysis. Tujuannya adalah mendeskripsikan pasien hidup

9
atau mati serta outcome yang dapat berulang atau terjadi sekali selama follow-up. Contohnya
adalah waktu untuk kejadian koroner atau rekurensi kanker. Saat hal lain selain survival yang
dideskripsikan, istilah yang digunakan adalah time-to-event analysis.

Gambar 2. Contoh kurva survival dengan detail salah satu bagian kurva.

Data yang digunakan untuk mengestimasi survival adalah pasien dalam risiko, pasien
yang tidak lagi dalam risiko (censored), dan pasien yang mengalami outcome pada setiap titik
waktu. Akan tetapi, untuk menginterpretasi suatu survival kita harus mengingat bahwa
semakin ke kanan kurva maka semakin sedikit jumlah pasien yang diobservasi. Hal ini
menyebabkan impresi yang salah bahwa semakin kecil risiko suatu outcome. Presisi estimasi
survival, yang menurun setiap waktunya akibat menurunnya jumlah pasien yang diobservasi
seiring dengan waktu, dapat diindetifikasi dengan confidence interval serta komparasi dengan
kurva survival pada pasien dengan karakteristik berbeda.3

Kurva survival dapat dibuat berdasarkan kombinasi dari faktor prognostik. Ini dapat
dilakukan dengan menstratifikasi pasien berdasarkan ada atau tidaknya faktor prognostik.
Cox proportional hazards regression model dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kombinasi dari faktor yang memprediksi prognosis atau pengaruh faktor individu yang tidak
berhubungan. Analisis survival merupakan metode statistik dimana variabel yang
diperhatikan adalah waktu survival, yaitu waktu dimulainya kejadian (start point) hingga
terjadinya peristiwa (event). Terdapat tiga faktor yang diperhatikan dalam menentukan waktu
survival T, yakni dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Time origin/starting point (waktu awal)

10
2. Ending event of interest (akhir kejadian)

3. Measurementscale for the passage of time (skala pengukuran sebagai bagian

dari waktu)

Ketika waktu survival tidak diketahui dengan jelas maka data tersebut dinyatakan sebagai
data tersensor.

B. Bias

Kemungkinan terjadinya bias dapat muncul di observasi manapun. Bias pada studi
kohort—baik untuk studi risiko maupun prognosis, dapat membuat perbedaan kesimpulan
yang jelas ketika bias tersebut tidak benar-benar ada atau tidak jelas perbedaan kesimpulan
ketika bias tersebut benar-benar ada. Bias yang terjadi ketika kelompok pasien yang
dikumpulkan untuk penelitian berbeda dalam cara lain selain faktor-faktor yang diteliti
disebut susceptibility bias atau assembly bias. Faktor-faktor luar ini, bukan faktor tertentu
yang sedang dipelajari, dapat menentukan hasilnya. Bias ini dapat terjadi akibat perbedaan
lamanya penyakit, adanya penyakit lain, waktu dalam perjalanan penyakit, dan terapi
sebelumnya.

Bias dapat lebih mudah dikenali ketika peneliti mengetahui dimana bias biasanya
muncul dalam suatu studi. Pertama, penting untuk menentukan apakah ada kemungkinan
terjadinya bias dalam penelitian ini. Kedua, memastikan apakah bias benar-benar hadir dalam
studi tertentu yang sedang berlangsung. Ketiga, menentukan apakah konsekuensi bias cukup
besar untuk mengubah kesimpulan yang secara klinis penting. Jika perubahan pada
kesimpulan studi tidak terlalu besar, maka adanya bias tidak akan menyebabkan hasil yang
menyesatkan.3

11
Gambar 3. Lokasi kemungkinan terjadinya bias pada studi kohort.

Seperti halnya pengamatan pada kohort, penelitian yang membandingkan prognosis


pada kelompok pasien yang berbeda dapat menjadi bias jika perbedaan kesimpulan muncul
karena cara pengumpulan kohort, jika pasien tidak tetap berada di kelompok awal mereka,
dan jika kejadian ‘outcomes’ tidak dinilai sama. Beberapa cara dapat dilakukan untuk
mengurangi bias ini seperti randomisasi, restriksi, matching, stratifikasi, dan adjustment.
Randomisasi dapat menyamakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi prognosis, baik yang
diketahui maupun tidak. Akan tetapi, hal ini tidak memungkinkan untuk mempelajari
prognosis. Situasi khusus yang memungkinkan untuk dilakukan randomisasi adalah untuk
mengetahui efek terapi terhadap prognosis.

Restriksi dapat dilakukan dengan mempersempit karakteristik pasien yang ikut dalam
penelitian sehingga dapat menyamakan faktor luar yang penting. Akan tetapi, ini dapat
menyebabkan kohort tidak representatif untuk semua pasien dengan kondisi tersebut. Pasien
dapat dicocokkan (matching) pada saat memasuki penelitian sehingga untuk setiap pasien
dalam satu kelompok terdapat satu atau lebih pasien di kelompok pembanding dengan
karakteristik yang sama kecuali untuk faktor yang diamati. Pasien biasanya dicocokkan
berdasarkan jenis kelamin, umur, stadium penyakit, dan terapi sebelumnya. Matching dapat
mengontrol bias terbatas pada faktor yang termaasuk dalam pencocokan.

Stratifikasi merupakan cara yang sering digunakan dalam menilai bias. Setelah data
dikumpulkan, data dapat dianalisis dan hasilnya disajikan dalam bentuk strata dari
karakteristik yang mirip. Standarisasi atau adjustment adalah proses penyesuaian untuk
menyamakan bobot pada faktor lain yang dapat memengaruhi hasil. Standarisasi
menunjukkan bagaimana tingkat keseluruhan jika strata tertentu diterapkan pada populasi
yang terdiri dari proporsi yang sama dari orangorang di setiap strata. Standarisasi umumnya
digunakan pada penelitian risiko dan berguna untuk menghilangkan pengaruh dari faktor
luar.3

Pada kasus klinis, beberapa faktor dapat menyebabkan suatu efek di mana asosiasi
variabel ini kompleks. Multivariate analysis adalah cara yang digunakan digunakan untuk
mempertimbangkan efek dari beberapa variabel secara bersamaan. Ini digunakan untuk
menyesuaikan secara bersamaan dampak dari banyak variabel. Untuk menentukan dampak
independent dari satunya. Metode yang digunakan pada time-to-event analysis adalah cox’s

12
proportional hazard analysis. Saat data faktor prognostik yang penting tidak tersedia, dapat
dilakukan estimasi terhadap efek potensial pada penelitian dengan mengasumsikan berbagai
tingkat maldistribusi dari faktor antar kelompok yang dibandingkan dan melihat bagaimana
hal itu akan mempengaruhi hasil. Proses ini dinamakan sensitivity analysis.

Gambar 4. Metode untuk mengontrol selection bias.

Bias dapat terjadi ketika pasien pada satu kelompok meninggalkan kelompok
awalnya, dropping out, atau pindah ke kelompok lain dalam penelitian tersebut. Hal ini
disebut migration bias. Bila hal ini dalam skala besar, validitas dari kesimpulan dapat
dipengaruhi. Measurement bias dapat terjadi bila pasien dalam satu kelompok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk dideteksi outcome-nya dibandingkan dengan kelompok

13
lain. Bias ini dapat diminimalisasi dengan cara memastikan orang yang mengobservasi tidak
mengetahui kelompok tempat setiap pasien berada, membuat peraturan untuk memutuskan
terjadinya outcome dan menerapkan upaya-upaya untuk menemukan peristiwa-peristiwa yang
sama pada semua kelompok dalam penelitian tersebut.3

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Untuk mengetahui prognosis dari suatu penyakit, perlu dilakukan observasi kohort
terhadap pasien atau survival analysis dan time-to-event analysis. Peristiwa yang terjadi dari
waktu ke waktu diperkirakan dengan mengumpulkan kondisi semua pasien pada risiko
selama interval waktu sebelumnya. Penelitian dalam menentukan prognosis suatu penyakit
dapat terjadi bias oleh karena adanya pasien dengan karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah
randomisasi, restriksi, matching, stratifikasi, standarisasi dan analisis multivariabel.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Diterjemahkan dari CARRANZA Chapter 33 (475-483), “Determination of


Prognosis”, Stephen F. Goodman and Karen F. Novak
2. WALTER B. HALL, BA, DDS, MSD. 2003. Critical Decision in Periodontology. BC
Decker Inc. Hamilton. London

3. Flecthcer, R.H . Clnical Epidemiology-The Essentials. 5 th Ed. Boston: Wiliams &


Wilkins; 2014. Hal. 93-105.

16

Anda mungkin juga menyukai