Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan

2.1.1 Pemeriksaan subyektif


a. Penilaian pasien secara umum, untuk mendapat gambaran sekilas
tentang karakter dan tipe pasien, serta kemungkinan adanya penyakit
atau kondisi sistemik.
b. Riwayat medis, meli[uti penilaian terhadap kesehatan pasien
berdasarkan jawaban atas pertanyaan yangg diajukan oleh dokter gigi.
c. Riwayat dental, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatakan
informasi mengenai keluhan utama pasien dan riwayat dental masa lalu
(Newman, Takei and Carranza, 2002)
2.1.2 Pemeriksaan obyektif
a. Pemeriksaan intraoral yaitu mencakup oral hygiene, bau mulut,
pemeriksaan rongga mulut, dan pemeriksaan nodus limfe.
b. Pemeriksaan gigi geligi, meliputi pemeriksaan satu persatu gigi
untuk melihat kelainan yang ada pada setiap gigi meliputi pemeriksaan
keausan gigi, stein, hipersensitivitas, hubungan kontak proksimal,
mobiliti gigi, migrasi patologis, sensitivitas terhadap perkusi, gigi
individual, dan gigi tiruan serta piranti ortodontik.
c. Pemeriksaan periodonsium, pemeriksaann terhadap semua tanda-
tanda periodontal yang meliputi keberadaan plak dan kalkulus,
inflamasi pada gingiva, keberadaaan saku periodontal, distribusi,
kedalaman saku, level perlekatan dan tipe saku, pendarahan pada
probing, keberadaan lesi furkasi, keberadaan abses gingiva atau abses
periodontal.
d. Analisis fungsi yaitu hubungan oklusi gigi geligi (Newman, Takei
and Carranza, 2002)
2.1.3 Pemeriksaan radiograf
Radiograf merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosa penyakit periodontal, tetapi radiograf
semata tidak dapat menentukan diagnosa. Radiografi tidak dapat
memperlihatkan aktivitas penyakit, tetapi dapatmenunjukkan efek
penyakit. Hal-hal yang tidak dapat ditunjukan rontgen adalah:
a. Ada atau tidaknya poket
b. Morfologi kelainan bentuk tulang yang pasti, khususnya cacat
uang berliku-liku, dehisensi, dan fenestrasi
c. Kegoyangan gigi
d. Posisi dan kondisi prosesus alveolar di permukaan fasial dan
lingual
e. Keterlibatan furkasi tahap awal
f. Tingkat perlekatan jaringan ikat dan epitel jungsional (Carranza,
1990).

2.2 Diagnosa
2.2.1 Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) atau gingivitis ulseratif
akut yang ternekrotisasi merupakan keadaan ynag ditandai dengan
timbulnya ulserasi yang cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan
papila interdental. Penderita biasanya memiliki bau mulut yang tidak
sedap (halitosis) (Lewis and Lamey , 1998).
2.2.2 Etiologi dan patogenesis
Penyebab ANUG belum diketahui tetapi organisme anaerob terutama
spirochaeta dan spesise Fusobacterium umumnya terlibat.
Pericoronitis, margin restorasi berlebih, merokok, malnutrisi, kelelahan
dan stress dianggap sebagai faktor predisposisi (Lynch et al., 1994;
Lewis & Lamey , 1998).

2.2.3 Gambaran klinis


Lesi ANUG sering didominasi oleh lesi ulseratif yang sangat sakit,
nekrotik dan lesi membranous, sampai ke infeksi kronis dengan sedikit
gejala-gejala. Lesi yang khas berupa ulserasi yang dangkal dan
nekrotik, paling sering timbul pada papila interdental dan gingival
marginal (Lynch et al., 1994). Ulserasi jug dapat timbul di pipi, bibir,
lidah, palatum dan daerah faringeal. Lesi ulseratif dapat berkembang
meluas dan melibatkan prosesus alveolaris disertai kuestrasi dari gigi-
geligi dan tulang (Lynch et al., 1994).

Gambaran klinis ANUG pada daerah palatum keras (Leao et al., 2007)
2.3 Prognosa
Prognosis adalah suatu prediksi dari lama, perjalanan, penghentian dari
penyakit dan responnya terhadap perawatan. Prognosis diegakkan
setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan ditegakkan.
Untuk penentuan prognosis penyakit periodontal secara keseluruhan,
faktor-faktor yang perlu dipakai sebagai bahan pertimbangan antara
lain: usia serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya
maloklusi, status periodontal yang dihubungkan dengan pembuatan
protesa, merokok, dan kooperasi dari pasien. Faktor-faktor ini
merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan
prognosis (Prayitno, 2003).
Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor penentu prognosis, praktisi
dapat menentukan kategori prognosis secara klinis sebagai berikut
(Prayitno, 2003):
a. Excellent prognosis ( prognosis sempurna )
Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang
sangat baik, pasien sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/
lingkungan.
b. Good prognosis ( prognosis bagus )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan
tulang yang adequat, kemungkinan kontrol faktor etiologi dan
pemeliharaan gigi yang adequat, pasien kooperatif, tidak ada faktor
sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut terkontrol
c. Fair prognosis ( prognosis sedang )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan
tulang yang sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation
involvolment grade I, kemungkinan pemeliharaan yang adequat, kerja
sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang
terbatas.
d. Poor prognosis ( prognosis jelek )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan
tulang yang moderat-cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation
involvolment grade I dan II, kesulitan dalam pemeliharaan dan atau
kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan
tulang yang cepat, furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan
gigi, daerahnya sulit dijangkau, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan
tulang yang cepat, daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan,
indikai pencabutan, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang tidak
terkontrol.

2.3.1 Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Menentukan Prognosis


• Faktor klinis
1. Umur pasien
2. Keparahan penyakit
3. Kerjasama pasien
• Faktor sistemik dan lingkungan
1. Merokok
2. Keadaan penyakit sistemik
3. Faktor genetik
4. Stress
• Faktor lokal
1. Plak / Kalkulus
2. restorasi sub gingiva
3. Faktor anatomi
4. Kegoyanagan gigi
5. Faktor restorasi prosteti
6. Karies gigi non vital dan resorbsi akar
2.3.2 Hubungan Antara Diagnosa dan Prognosis
• Prognosis pasien dengan penyakit gingiva
– Gingivitis yang hanya disebabkan plak
– Penyakit gingiva yang oleh karena plak dimodifikasi penyakit
sistemik
– Penyakit gingiva oleh karena plak dimodifikasi dengan obat
– Penyakit gingiva oleh karena plak dimodifikasi malnutrisi
• Prognosis pasien dengan periodontitis
– Periodontitis kronis
– Periodontitis agresif
– Periodontitis sebagain manifestasi penyakit sistemik
– Necrotizing periodontal diseases
2.3.3 Evaluasi Prognosis
Berkurangnya kedalaman poket dan keradangan merupakan respon
baik terhadap fase terapi 1 dan dapat memberi prognosis lebih baik dari
asumsi sebelumnya.
2.4 Fase Perawatan
Penentuan untuk mempertahankan gigi atau tidak merupakan salah satu
pertimbangan penting dari rencana perawatan. Kondisi periodontal gigi
yang dipertahankan lebih penting dari jumlah gigi yang dipertahankan.
Gigi dipertahankan jika mempunyai prognosis good – excellent.
1. Fase Prelimenari
• Perawatan emergensi :
• Gigi atau periapikal
• Periodontal
• Ekstraksi gigi yang hopeless
• Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan
pemasangan gigi tiruan sementara (bila diperlukan karena alasan
tertentu).

2.4.1 Perawatan Periodontitis


Perawatan Periodontitis dapat dibagi menjadi 4 fase:

Fase 1
Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara
menghilangkanbeberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau meloakukan perwatan
restoratif dan prostetik.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I:
• Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan
• root planning
• Perawatan karies dan lesi endodontic
• Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
• Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment )
• Splinting temporer
• Perawatan ortodontik
• Evaluasi respon terapi fase I, korelasi terhadap deformitas
anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni
oklusi
Fase 2
Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal
seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang
berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi
faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini :
 Bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara
kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal
 Rekonturing tulang (bedah tulang)
 Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft ).
 Penempatan Implant serta perawatan endodontik
Fase 3
Fase restoratif dengan melakukan
 Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi
yang hilang.
 evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan
periodontal
Fase 4
Fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan pada penyakit periodontal sehingga perlu dilakukan
kontrol periodik.
Beberapa prosedur dalam fase ini:
• riwayat medis dan riwayat gigi pasien
• re-evalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat
skor plak
• ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
• melakukan radiografi
untuk mengetahui perkembangan periodontal dantulang alveolar tiap 3
atau 4 tahun sekali
• Skaling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari efektifitas
kontrol plak kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan
kalkulus,
• aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies.
• keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri
selamafase perawatan merupakan langkah yang paling penting.

2.5 Pencegahan
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang
dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung.
Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah
serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan
periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan
mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan
mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah
karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat
ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah
mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang
saling berhubungan satu sama lain yaitu :

1. Kontrol Plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit

1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah
pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan
penyakit periodontal , tanpa control plak kesehatan mulut tidak dapat
dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi
sebaiknya diberi program kontrol plak. Bagi pasien dengan jaringan
periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti
pemeliharaan kesehatan. Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol
plak berarti penyembuhan.
Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti
mencegah
kambuhnya penyakit ini.

Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia
1. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya,
meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal
seperti dental
floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
2. Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur
seperti
chlorhexidine (Betadine, Isodine).

2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari
penyingkiran
materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi.
Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis
mulut harus
lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :
- memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi
plak. Gincu kue
warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak.
- Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh
permukaan.
- Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta
pemolis/pasta gigi
- Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
- Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang
menggantung .
- Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara
perlahan- lahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi
asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan
kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.

4. Pencegahan dengan tindakan sistemik


Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan
sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga
mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti
plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.

5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik


Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit
periodontal. Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk
pemeliharaan tempat gigi tetap pengganti, letak gigi dan panjang
lengkung rahang.

6. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat


Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan
pencegahan harus diperluas dari klinik gigi kepada masyarakat. Hal
yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit
periodontal dapat dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif
dari metode pencegahan karies gigi Pendidikan kesehatan gigi
masyarakat adalah tanggung jawab dokter gigi, organisasi kedokteran
gigi dan Departemen Kesehatan. Pengajaran yang efektif dapat
diberikan di klinik. Sedangkan untuk masyarakat dapat diberikan
melalui kontak pribadi, aktivitas dalam kelompok masyarakat, media
cetak maupun elektronik, perkumpulan remaja, sekolah dan wadah
lainnya. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada
masyarakat, seperti :
- Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit
periodontal pada orang
dewasa dimulai pada masa anak-anak.
- Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat
dielakkan dan
disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat bahwa
kehilangan gigi
selalu terjadi bila mereka sudah tua.
- Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal
biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak
menyadarinya.
Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk
mengetahui adanya karies gigi dan penyakit periodontal secepatnya
kemudian segera merawatnya bilditemukan a adanya penyakit
- Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif
adalah bila segera
dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan.
Disamping itu
waktu yang digunakan lebih sedikit dan merupakan cara yang paling
ekonomi daripada menanggulangi penyakit.
- Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik
dan perawatan gigi
yang teratur .
- Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut
harus merupakan inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.

7. Pencegahan kambuhnya penyakit


Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang
positif untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini
merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi dan pasien
(untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus
mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan
berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai
pelayanan pencegahan yang bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai