2.2 Diagnosa
2.2.1 Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) atau gingivitis ulseratif
akut yang ternekrotisasi merupakan keadaan ynag ditandai dengan
timbulnya ulserasi yang cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan
papila interdental. Penderita biasanya memiliki bau mulut yang tidak
sedap (halitosis) (Lewis and Lamey , 1998).
2.2.2 Etiologi dan patogenesis
Penyebab ANUG belum diketahui tetapi organisme anaerob terutama
spirochaeta dan spesise Fusobacterium umumnya terlibat.
Pericoronitis, margin restorasi berlebih, merokok, malnutrisi, kelelahan
dan stress dianggap sebagai faktor predisposisi (Lynch et al., 1994;
Lewis & Lamey , 1998).
Gambaran klinis ANUG pada daerah palatum keras (Leao et al., 2007)
2.3 Prognosa
Prognosis adalah suatu prediksi dari lama, perjalanan, penghentian dari
penyakit dan responnya terhadap perawatan. Prognosis diegakkan
setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan ditegakkan.
Untuk penentuan prognosis penyakit periodontal secara keseluruhan,
faktor-faktor yang perlu dipakai sebagai bahan pertimbangan antara
lain: usia serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya
maloklusi, status periodontal yang dihubungkan dengan pembuatan
protesa, merokok, dan kooperasi dari pasien. Faktor-faktor ini
merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan
prognosis (Prayitno, 2003).
Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor penentu prognosis, praktisi
dapat menentukan kategori prognosis secara klinis sebagai berikut
(Prayitno, 2003):
a. Excellent prognosis ( prognosis sempurna )
Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang
sangat baik, pasien sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/
lingkungan.
b. Good prognosis ( prognosis bagus )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan
tulang yang adequat, kemungkinan kontrol faktor etiologi dan
pemeliharaan gigi yang adequat, pasien kooperatif, tidak ada faktor
sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut terkontrol
c. Fair prognosis ( prognosis sedang )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan
tulang yang sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation
involvolment grade I, kemungkinan pemeliharaan yang adequat, kerja
sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang
terbatas.
d. Poor prognosis ( prognosis jelek )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan
tulang yang moderat-cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation
involvolment grade I dan II, kesulitan dalam pemeliharaan dan atau
kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan
tulang yang cepat, furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan
gigi, daerahnya sulit dijangkau, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan
tulang yang cepat, daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan,
indikai pencabutan, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang tidak
terkontrol.
Fase 1
Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara
menghilangkanbeberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau meloakukan perwatan
restoratif dan prostetik.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I:
• Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan
• root planning
• Perawatan karies dan lesi endodontic
• Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
• Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment )
• Splinting temporer
• Perawatan ortodontik
• Evaluasi respon terapi fase I, korelasi terhadap deformitas
anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni
oklusi
Fase 2
Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal
seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang
berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi
faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini :
Bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara
kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal
Rekonturing tulang (bedah tulang)
Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft ).
Penempatan Implant serta perawatan endodontik
Fase 3
Fase restoratif dengan melakukan
Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi
yang hilang.
evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan
periodontal
Fase 4
Fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan pada penyakit periodontal sehingga perlu dilakukan
kontrol periodik.
Beberapa prosedur dalam fase ini:
• riwayat medis dan riwayat gigi pasien
• re-evalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat
skor plak
• ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
• melakukan radiografi
untuk mengetahui perkembangan periodontal dantulang alveolar tiap 3
atau 4 tahun sekali
• Skaling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari efektifitas
kontrol plak kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan
kalkulus,
• aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies.
• keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri
selamafase perawatan merupakan langkah yang paling penting.
2.5 Pencegahan
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang
dilakukan oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung.
Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan mencegah
serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan
periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan
mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan
mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah
karena penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat
ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah
mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang
saling berhubungan satu sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit
1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah
pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan
penyakit periodontal , tanpa control plak kesehatan mulut tidak dapat
dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi
sebaiknya diberi program kontrol plak. Bagi pasien dengan jaringan
periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti
pemeliharaan kesehatan. Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol
plak berarti penyembuhan.
Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti
mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia
1. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya,
meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal
seperti dental
floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
2. Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur
seperti
chlorhexidine (Betadine, Isodine).
2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari
penyingkiran
materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi.
Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis
mulut harus
lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :
- memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi
plak. Gincu kue
warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak.
- Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh
permukaan.
- Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta
pemolis/pasta gigi
- Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
- Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang
menggantung .
- Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara
perlahan- lahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi
asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan
kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.