Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENENTUAN PROGNOSIS PERIODONTAL

1. I. Definisi
Prognosis merupakan prediksi dari kemungkinan perjalanan penyakit, lama (durasi), dan
hasil akhir dari penyakit berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis dan keberadaan
faktor risiko dari suatu penyakit. Prognosis diegakkan setelah dianosis dibuat dan
sebelum rencana perawatan ditegakkan. Prognosis berdasarkan pada informasi yang
spesifik tentang penyakit dan cara penyakit tersebut dapat dilakukan perawatan, tetapi
hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman dokter sebelumnya terhadap hasil perawatan
(sukses atau gagal) yang berhubungan dengan kasus tersebut.
Prognosis seringkali dibingungkan dengan istilah risiko. Risiko secara umum merupakan
kemungkinan individu yang akan memeproleh suatu penyakit dalam periode yang
spesifik. Faktor risiko merupakan karakteristik individu yang meningkatkan risiko untuk
memperoleh suatu penyakit. Sebaliknya, prognosis merupakan prediksi perjalanan atau
hasil akhir dari penakit. Faktor-faktor prognosis merupakan karakteristik yang
memprediksikan hasil akhir suatu penyakit pada saat terdapat penyakit. Dalam
beberapa kasus, faktor risiko dan faktor prognosis adalah sama. Misalnya, pasien
dengan penyakit diabetes atau pasien perokok merupakan pasien yang berisiko terjadi
penyakit periodontal, dan di saat mereka memiliki kondisi tersebut, maka secara umum
pasien ini memiliki prognosis yang jelek.
1. II. Penentuan Prognosis
Prognosis dapat ditetapkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
 Apakah perawatan harus dilakukan ?

 Apakah mungkin akan berhasil ?


 Apakah gigi-gigi yang masih ada dapat mendukung beban tambahan dari
gigi tiruan ?
Untuk penentuan prognosis secara keseluruhan, faktor-faktor berikut perlu dipakai
sebagai bahan pertimbangan. Tipe dari periodontitis, misalnya padaslowly progressive
periodontitisatau adult periodontitis, prognosisnya masih menjanjikan dibandingkan
dengan juvenile priodontitis. Pada prepubertal periodontitis umumnya prognosis sangat
jelek. Usia serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya maloklusi, status
periodontal yang dihubungkan dengan pembuatan protesa, merokok, dan kooperasi dari
pasien, juga merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan
prognosis.
Prognosis untuk gigi per gigi secara individual ditentukan setelah prognosis secara
menyeluruh. Misalnya pada pasien dengan prognosis secara menyeluruh jelek, praktisi
mungkin tidak perlu mempertahankan gigi yang prognosisnya meragukan karena
kondisi lokal. Apabila akan menentukan prognosis pada suatu gigi, praktisi harus
mempertimbangkan mengenai kegoyangan gigi, poket periodontal, masalah muko
gingival dan furkasi, morfologi gigi, gigi-gigi tetangga dan regio yang tidak bergigi, lokasi
dari tulang yang masih tertinggal pada permukaan akar, hubungan antar gigi, adanya
gigi karies, gigi non vital, dan resorpsi gigi.

1. III. Penerapan Klinis Prognosis


Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan prognosis dari gigi geligi secara
keseluruhan dan individual telah dijelaskan di atas. Dari hasil analisis mengenai faktor-
faktor tersebut diatas, praktisi dapat menentukan kategori prognosis secara klinis
sebagai berikut :

a. Excellent prognosis ( prognosis sempurna )


Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang sangat baik, pasien
sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan.
b. Good prognosis ( prognosis bagus )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang adequat,
kemungkinan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi yang adequat, pasien
kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut
terkontrol.
c. Fair prognosis ( prognosis sedang )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang sedikit
adequat, beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I, kemungkinan
pemeliharaan yang adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/
lingkungan yang terbatas.
d. Poor prognosis ( prognosis jelek )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang moderat-
cepat, terdapat kegoyangan gigi, furcation involvolment grade I dan II, kesulitan dalam
pemeliharaan dan atau kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/
lingkungan.

e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan )


Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan tulang yang
cepat, furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan gigi, daerahnya sulit
dijangkau, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang cepat,
daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat faktor
sistemik/ lingkungan yang tidak terkontrol.
Berkaitan dengan penentuan prognosis, dalam beberapa kasus disarankan untuk
menentukan prognosis sementara sambil menunggu terapi fase I selesai dan dievaluasi.
Terapi fase I dimaksud adalah kontrol plak, kontrol diet, skeling dan penghalusan akar,
koreksi restorasi, perawatan karies, perawatan antimikroba, terapi oklusal, gerakan
ortodonti ringan dan splinting sementara.
Lesi yang lanjut, apabila aktif dapat cepat berkembang menjadi kelompok prognosis
yang tidak ada harapan, sedang pada lesi yang sama yang dalam keadaan tenang
sering masih dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama sehingga diperlukan terapi
fase I lebih dahulu. Terapi fase I paling tidak, sementara dapat mengubah lesi aktif
menjadi pasif, dan ini merupakan alasan mengapa disarankan untuk menentukan
prognosis sementara terlebih dahulu.

BAB II
RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

1. I. Pendahuluan
Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan
prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah merencanakan perawatan yang
akan dilakukan terhadap kasus tersebut. Rencana perawatan suatu kasus adalah
merupakan cetak biru (blue print) bagipenanganan kasusnya. Dalam rencana perawatan
tersebut tercakuplah semua prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan
memelihara kesehatan periodonsium, antara lain: keputusan mengenai gigi mana yang
dipertahankan dan gigi mana yang harus dicabut, tehnik yang dipilih untuk terapi
periodontal, perlu atau tidaknya prosedur bedah mukogingival atau rekonstruktif dan
koreksi oklusal, tipe retorasi yang akan dibuatkan, dan gigi yang akan digunakan
sebagai gigi sandaran (abutment).
Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat final.
Perkembangan yang terjadi selama perawatan berjalan yang belum terdeteksi
sebelumnya, bisa menyebabkan harus dimodifikasinya rencana perawatan yang telah
disusun. Namun demikian, sudah menjadi ketentuan bahwa perawatan periodontal tidak
dibenarkan untuk dimulai sebelum disusunnya rencana perawatan, kecuali perawatan
emergensi. Perawatan periodontal membutuhkan suatu perencanaan jangka panjang.
Manfaat perawatan periodontal bagi pasien adalah diukur dari seberapa lama gigi
geliginya masih dapat berfungsi optimal, dan bukan dari seberapa banyak gigi yang
diputuskan untuk dipertahankan. Perawatan periodontal adalah lebih diarahkan untuk
menciptakan dan memelihara kesehatan periodonsium di rongga mulut pasien, dan
bukan untuk secara khusus mengketatkan kembali gigi yang telah mobiliti. Sehubungan
dengan prinsip tersebut diatas, keselamatan gigi geligi tidak boleh terancam hanya
karena keinginan untuk mempertahankan gigi yang prognosisnya adalah tanda tanya
(questionable). Kondisi periodontal dari gigi yang dapat dipertahankan adalah lebih
penting artinya dari jumlah gigi yang dipertahankan tersebut. Dalam merencanakan
perawatan periodontal, titik tolaknya adalah gigi mana yang dapat dipertahankan
dengan tingkat keraguan yang minimal dan rentang keamanan yang maksimal. Gigi
yang berdasarkan penilaian prognosisnya lebih menjurus ke prognosis tidak ada
harapan sebenarnya tidak bermanfaat untuk dipertahankan, meskipun gigi tersebut
bebas dari karies. Gigi dengan kondisi yang demikian akan menjadi sumber gangguan
bagi pasien dan mengancam kesehatan periodonsium.

1. II. Rencana Induk Untuk Perawatan Yang Komprehensif


Rencana perawatan periodontal diarahkan untuk suatu perawatan yang komprehensif,
yang mengkoordinasikan semua prosedur perawatan guna menciptakan gigi geligi yang
berfungsi baik dalam lingkungan periodonsium yang sehat. Rencana induk bagi
perawatan periodontal terdiri dari perawatan dengan tujuan yang berbeda bagi setiap
pasien sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Penyusunan rencana induk
tersebut adalah didasarkan antara lain pada diagnosis kasusnya, aktivitas penyakit,
serta indikasi tehnik perawatan yang dipilih.
Tujuan utama dari perawatan yang komprehensif adalah penyingkiran inflamasi gingiva
dan koreksi kondisi yang menyebabkan atau memperparah inflamasi tersebut. Untuk
mencapai tujuan ini, tergantung pada kasusnya, prosedur yang dilakukan adalah:
1. Penyingkiran iritan pada permukaan akar gigi (ini mutlak harus dilakukan),
2. Penyingkiran saku periodontal
3. Penciptaan kontur gingiva dan hubungan mukogingival yang kondusif
(menguntungkan) dalam mempertahankan kesehatan periodonsium,
4. Restorasi karies,
5. Koreksi restorasi yang cacat.

Apabila ada masalah hubungan oklusal, mungkin pula perlu dilakukan:


1. Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment)
2. Prosedur restoratif, prostetik dan ortodonti
3. Pensplinan (splinting)
4. Koreksi kebiasaan bruksim (bruxism), klemping (clamping) dan klensing (clenching).

Kondisi sistemik pasien pun perlu dievaluasi, karena kondisi tersebut dapat:
1. Menyebabkan perlunya perhatian khusus pada waktu melakukan prosedur
perawatan
2. Mempengaruhi respon periodonsium terhadap perawatan,
3. Menyulitkan bagi usaha mempertahankan hasil perawatan.

Bagi pasien yang demikian perlu dilakukan konsultasi dengan dokter umum atau dokter
spesialis yang terkait. Setelah selesainya terapi periodontal aktif perlu pula dilakukan
terapi periodontal suportif (supportive periodontal therapy) agar hasil perawatan dapat
terpertahankan. Prosedur yang tercakup kedalamnya adalah instruksi control plak,
kunjungan berkala secara teratur dengan interval kunjungan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien, dan kondisi restorasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi
periodonsium.

1. III. Sekuens Prosedur Perawatan


Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar
perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah mencakup prosedur-
prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan pasien. Semua prosedur
perawatan, baik prosedur yang termasuk bidang Periodonsia maupun prosedur yang
bukan bidang Periodonsia disusun dalam sekuens (urutan) sebagai mana yang
dikemukakan di bawah ini (yang dicetak miring adalah prosedur yang bukan bidang
Periodonsia).

Fase preliminari/pendahuluan
 Perawatan kasus darurat (emerjensi)

 Dental atau periapikal


 Periodontal
 Lain-lain
o Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan
sementara (bila diperlukan karena alasan tertentu)

Terapi fase I (fase etiotropik)


 Kontrol plak

 Kontrol diet (bagi pasien dengan karies rampan)


 Penskeleran dan penyerutan akar
 Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi
 Ekskavasi karies dan restorasi (sementara atau permanen, tergantung
 apakah prognosis ginginya sudah final, dan lokasi karies)
 Terapi antimikrobial (lokal atau sistemik)
 Terapi oklusal (penyelarasan oklusal)
 Penggerakan gigi secara ortodontik
 Pensplinan provisional
Evaluasi respons terhadap fase I
 Pengecekan kembali

 Kedalaman saku dan inflamasi gingiva


 Plak, kalkulus dan karies

Terapi fase II (fase bedah)


 Bedah periodontal

 Perawatan saluran akar

Terapi fase III (fase restoratif)


 Restorasi final
 Gigi tiruan cekat dan lepasan

Evalusi respons terhadap prosedur retoratif


 Pemeriksaan peridontal

Terapi fase IV (fase pemeliharaan / terapi periodontal suportif)


 Kunjungan berkala

 Plak dan kalkulus


 Kondisi gingiva (saku, inflamasi)
 Oklusi, mobiliti gigi
 Perubahan patologis lainnya

1. IV. Menjelaskan Rencana Perawatan Pada Pasien


Rencana perawatan yang disusun haruslah dijelaskan pada pasien. Dalammemberikan
penjelasan mengenai rencana perawatan ini, disarankan untuk memperhatikan hal-hal
sebagai berikut ini.
1. 1. Utarakan penjelasan secara spesifik.
Dalam memberikan penjelasan kepada pasien harus secara gamblang dikatakan “Anda
menderita gingivitis” atau “Anda menderita periodontitis”, sesuai dengan diagnosis
kasusnya. Kemudian pada pasien dijelaskan mengenai kondisi penyakitnya yang
sebenarnya, bagaimana cara perawatannya, dan bagaimana perkiraan hasil perawatan
yang akan dicapai. Harus dihindari penjelasan yang mengambang seperti: “Ada
masalah pada gusi anda”, atau ” Ada sesuatu yang harus dilakukan terhadap gusi
anda”. Pasien tidak akan mengerti penjelasan yang demikian, sehingga pasien akan
mengabaikannya.
1. 2. Mulailah penjelasan dengan hal-hal yang positif.
Penjelasan hendaknya dimulai dengan hal-hal yang positif, misalnya mengenai gigi
yang masih mungkin untuk dipertahankan dan dapat dipergunakan semaksimal
mungkin. Jangan memulai penjelasan dengan hal-hal yang kurang menguntungkan
seperti: “Gigi yang ini harus dicabut”. Hal yang demikian akan menimbulkan kesan
negatif pada pasien yang akan mengurangi motivasinya untuk menjalani perawatan.
Kepada pasien dijelaskan bahwa pada prinsipnya akan diusahakan untuk
mempertahankan sebanyak mungkin gigi. Dalam memberikan penjelasan, pembicaraan
jangan terlalu dititikberatkan kepada masalah giginya yang goyang. Pada pasien perlu
ditekankan bahwa tujuan perawatan adalah untuk mencegah agar gigi geliginya tidak
mengalami kerusakan periodonsium yang parah seperti halnya gigi yang telah goyang.

1. 3. Kemukakan keseluruhan perawatan yang direncanakan sebagai satu


paket.
Dalam memberikan penjelasan harus dihindari timbulnya kesan pada pasien bahwa
perawatan terdiri dari prosedur-prosedur yang terpisah, yang dapat dipilih-pilih oleh
pasien. Apabila diindikasikan restorasi dan pembuatan gigi tiruan, harus dijelaskan
bahwa prosedur tersebut adalah sama pentingnya dengan penyingkiran inflamasi dan
saku periodontal bagi kesehatan gusinya. Dalam menjelaskan rencana perawatan harus
dihindari penjelasan seperti: “Setelah perawatan gusi saudara selesai, nanti akan
dibuatkan restorasi dan/atau gigi tiruan”, karena hal tersebut memberikan kesan seolah-
olah prosedur-prosedur tersebut tidak saling berkaitan. Sejak awal pasien harus
memahami paket perawatan yang harus dijalaninya agar perawatan kasusnya tuntas.

Sering sekali pasien meminta pendapat dokter gigi yang merawat mengenai keadaan
kasusnya. Mereka sering melontarkan pertanyaan seperti: “Apakah gigi geligi saya
masih perlu dipertahankan?”, “Seandainya hal ini terjadi pada anda, apakah anda
bersedia untuk dirawat?”, “Bagaimana sekiranya dibiarkan saja, dan ditunggu sampai
tiba saatnya giginya dicabut?”. Apabila keadaannya masih memungkinkan untuk
dirawat, perlu dijelaskan pada pasien bahwa hasil yang maksimal akan dicapai hanya
bila dilakukan perawatan yang tepat dan tuntas. Sebaliknya apabila kondisinya tidak
mungkin dirawat, giginya harus dicabut. Pasien harus diberitahu, bahwa membiarkan
saja gigi yang sudah tidak mungkin dirawat sampai terlepas sendiri atau dicabut bila
sudah goyang sekali adalah merupakan sikap yang salah, dengan alasan:
1. Gigi yang goyang akan menghalangi pengunyahan. Keadaan ini akan pada
kebiasaan menelan makanan sebelum dikunyah halus, dengan akibat menimbulkan
gangguan gastrointestinal. Karena tidak dapat mengunyah dengan baik, pasien
biasanya akan memilih-milih makanan yang lunak terutama karbohidrat.
2. Eksudat inflamasi dari saku periodontal akan merusak rasa makanan. Apabila
eksudat tersebut tercampur makanan lalu tertelan, mukosa lambung akan teriritasi
dengan akibat terjadinya gastritis.
3. Daerah saku periodontal berpotensi sebagai sumber bakteremia karena daerah
tersebut dihuni oleh banyak bakteri.
1. Apabila diindikasikan pembuatan restorasi atau jembatan pada gigi dengan penyakit
periodontal yang tidak dirawat, manfaat restorasi atau jembatan menjadi berkurang
karena kondisi struktur periodontal pendukung yang ada tidak dapat memberikan
dukungan yang baik.
2. Tidak disingkirkannya penyakit periodontal tidak hanya berakibat hilangnya gigi yang
terlibat, tetapi akan memperpendek umur gigi gelig lainnya. Apabila dirawat dengan
baik, gigi geligi yang belum terlibat tersebut akan merupakan pondasi bagi gigi geligi
yang sehat dan berfungsi baik.

Adalah menjadi tanggungjawab dokter gigi untuk menasehati pasien mengenai


pentingnya perawatan periodontal. Namun demikian, perawatan baru bisa berhasil
apabila pasien cukup berminat untuk mempertahankan gigi aslinya. Pasien yang tidak
punya keinginan mempertahankan gigi aslinya dan tidak merasa sayang apabila gigi
aslinya dicabut, bukanlah kandidat pasien periodontal yang baik.

Anda mungkin juga menyukai