Anda di halaman 1dari 58

KONTROL NYERI & CEMAS

PADA PASIEN ANAK


SECARA FARMAKOLOGIS
PINKA TAHER DRG.,M.BIOMED
Prinsip Dasar
Anatomi & Fisiologi Anak

 Sangat berbeda dibandingkan orang dewasa


 Mempengaruhi rute & kecepatan pemberian obat,
dosis, onset, durasi kerja & resiko toksisitas obat
Anatomi & Fisiologi Anak
• Resiko obstruksi jalan napas
Saluran pernapasan atas • Hati2 anestesi umum dengan intubasi endotrakeal

• Butuh tekanan ventilasi lebih rendah


Tulang dada & diafragma • Hindari posisi terlentangkepala terangkat 20-300

Luas permukaan alveolar • Respons lebih cepat thd anestesi inhalasi


> ukuran paru2 • Kadar anestesi harus lebih rendah

• Detak jantung lebih cepat


Sistem Kardiovaskuler • Tekanan darah lebih rendah

• Sistem enzim belum matang → detoksikasi lebih


Hati lambat

• Neuron sedang berkembang → toksisitas sedatif


Sistem Saraf Pusat & anestetik meningkat
Kontrol • Analgetika
Rasa
• Anestetik
Sakit
/Nyeri Lokal

Kontrol • Sedatif
Reaksi Sakit • Anestetik
/Cemas Umum
Analgetika
 Meredakan nyeri tanpa mempengaruhi kesadaran secara signifikan

Opioid Non Opioid

• Bekerja terutama di SSP • Bekerja di perifer (terutama) & SSP

• Mek.kerja : berikatan dgn reseptor opioid • Mek.kerja : menghambat enzim

(µ,κ,δ) di SSP siklooksigenase


• Efek analgesia & anti inflamasi
• Efek analgesia
• Indikasi : Nyeri ringan – sedang
• Indikasi : Nyeri berat
• Terapi lini pertama → sakit gigi pada anak2
• Efek samping : sedasi, depresi napas &
• Efek samping : iritasi saluran cerna,
adiksi (jangka panjang)
perdarahan
• Anak : kodein, hidrokodon & oksikodon
2
• Anak2 : asetaminofen & AINS (ibuprofen,
Per oral dikombinasi dgn asetaminofen
naproksen, tolmetin)
Analgetika yang biasa digunakan pada anak 2
Anestetik Lokal
 Adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan

secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup tanpa
menghilangkan kesadaran
 Secara klinis, aksi ini akan mengakibatkan hilangnya rasa nyeri

setempat dengan menghambat penerusan impuls saraf ke


susunan saraf pusat
Klasifikasi Anestetik Lokal

Golongan Ester Golongan Amida

• Sangat mudah dihidrolisis → • Tidak mudah dihidrolisis →


durasi anestesia > singkat & durasi anestesia > lama
kurang stabil • lidokain, prilokain, mepivakain,
• prokain, benzokain, tetrakain, bupivakain, etidokain, artikain
propoksikain • Reaksi alergi : jarang
• Reaksi alergi : sering
Mekanisme Kerja Anestetik Lokal

 Mencegah pembentukan & konduksi impuls saraf

 Tempat kerja tu. di membran sel saraf, efeknya pd

aksoplasma hanya sedikit saja


 Cara kerja utama : bentuk kation bergabung dgn reseptor

spesifik pada kanal Na+ → blokade kanal Na+ →


hambatan gerakan ion Na+ melalui membran
Mekanisme Kerja Anestetik Lokal
Penambahan Vasokonstriktor ke dalam
Larutan Anestetik Lokal

• Hampir semua larutan anestetik lokal menyebabkan


Alasan vasodilatasi pembuluh darah

• Memperpanjang durasi anestesia



Tujuan •
Meningkatkan frekuensi keberhasilan anestesi
Mengurangi resiko toksisitas
• Kontrol perdarahan paska operasi

• Ansietas, TD , frek. denyut jantung , aritmia.

Toksisitas • Kontraindikasi : pasien dgn penyakit jantung, hipertensi &


hipertiroid tidak terkontrol → diberikan lar. anestetik lokal
tanpa vasokonstriktor (lar 3 % mepivakain).
Anak : indikasi penambahan vasokonstriktor
dalam larutan anestetik lokal
Fisiologi Anak
Absorpsi sistemik lebih cepat

Anestetik Lokal
Durasi lebih singkat Toksisitas ↑

Penambahan Vasokonstriktor
Memperpanjang durasi Meningkatkan frekuensi Mengurangi resiko Kontrol perdarahan
anestesia keberhasilan anestesi toksisitas paska operasi
Anestetik Lokal di Kedokteran Gigi untuk Anak2
Menghitung Dosis Maksimal
Anestetik Lokal Anak
Manajemen Perilaku Anak
Secara Farmakologis
 Penggunaan obat untuk menangani perilaku pasien anak yang menjalani prosedur
perawatan gigi

 Pilihan bila semua tehnik pendekatan secara non farmakologis tidak berhasil dilakukan

 Di kedokteran gigi : sedasi sadar & anestesi umum

 Manajemen farmakologis tidak dilakukan secara umum & universal oleh dokter gigi

 Pelatihan sedasi minimal & moderat untuk pasien gigi anak → program spesialis
kedokteran gigi anak

 Pelatihan sedasi dalam & anestesia umum untuk pasien gigi anak → pelatihan lanjutan
terakreditasi di luar program spesialis
Tujuan Sedasi Anak

Menjaga keselamatan & kesejahteraan pasien

Meminimalkan ketidaknyamanan & sakit fisik

Mengontrol kecemasan, meminimalkan trauma psikologis & memaksimalkan potensi


amnesia

Mengontrol perilaku & /gerakan sehingga prosedur dapat diselesaikan dgn aman

Mengembalikan pasien ke kondisi yang aman terlepas dari pengawasan medis


Keuntungan Sedasi Anak
 Menghasilkan pasien yang tenang sehingga tercapai kualitas pelayanan terbaik

 Membantu / melatih anak untuk dapat menerima perawatan dental regular di


masa mendatang

 Mengurangi waktu kunjungan

 Mengurangi kecemasan & nyeri pada anak yang mengalami injuri atau nyeri akut

 Membuat pasien anak dengan cacat fisik atau disabilitas kognitif menjadi lebih
nyaman & dapat menerima perawatan
Kondisi Pasien Sedasi

 Pasien sadar & responsif

 Pasien kooperatif

 Semua refleks protektif tetap berfungsi normal & aktif

 Semua tanda2 vital tetap stabil & normal

 Ambang batas nyeri pasien meningkat


Tahapan Sedasi

Sedasi Minimal/Ringan Sedasi Moderat/Sedang Sedasi Dalam Anestesia Umum

• Depresi kesadaran minimal • Depresi kesadaran dimana • Depresi kesadaran dimana • Hilangnya kesadaran
dimana respons perintah respons perintah verbal tidak mudah dibangunkan / dimana tidak dapat
verbal secara normal dengan sengaja dengan/ dirangsang tapi respons dgn dirangsang bahkan o/
• Mempertahankan jalan tanpa stimulasi sentuhan sengaja thd stimulus stimulus yg menyakitkan
napas secara mandiri ringan berulang /menyakitkan • Fungsi ventilasi mandiri
• Fungsi kognitif & koordinasi • Tidak ada intervensi utk • Fungsi ventilasi mandiri dapat seringkali terganggu →
dapat sedikit terganggu pertahankan jalan napas & terganggu → bantuan bantuan pertahankan jalan
• Fungsi ventilasi & ventilasi spontan memadai pertahankan jalan napas napas & tekanan positif
kardiovaskular tidak • Fungsi KDV biasanya • Fungsi KDV biasanya ventilasi
terpengaruh dipertahankan dipertahankan • Fungsi KDV dapat
terganggu
Rute Pemberian Agen Sedatif

Inhalasi

Oral / Enteral

Parenteral
Inhalasi

Keuntungan Kerugian
• Sangat efektif ← gas non • Tidak nyaman (tudung hidung /
iritatif & obat2 mudah masker inhalasi) bagi pasien
menguap langsung
diabsorpsi mel. epitel paru & • Terkadang mengganggu wilayah
membran mukosa sal. napas kerja drg/operator (mis: gigi
ke dlm sirkulasi anterior atas)

• Resiko paparan pada operator


• Mudah kontrol dosis (titrasi)
akibat pembuangan gas tidak
memadai (pasien
menghembuskan gas dari mulut)

• Peralatan khusus
Sedasi Oral (cara umum utk sedasi minimal & moderat
utk pasien gigi anak)

Keuntungan Kerugian

• Mudah & nyaman • Efek bervariasi (banyak


• Ekonomis faktor→absorpsi dari
• Toksisitas rendah sal.GI)
• Tidak dapat titrasi dosis
(dosis standar
berdasarkan berat badan)
• Onset paling lama (perlu
waktu yang cukup
sebelum memulai
perawatan)
Intranasal (obat disemprotkan atau diteteskan ke
lubang hidung)

Keuntungan Kerugian
• Sedikit atau tidak • Tidak nyaman
butuh kerjasama (sensasi terbakar)
pasien • Efek obat tidak
• Kepastian dosis
dapat dititrasi
• Mudah diberikan
• Biaya (perlu izin utk
• Tidak diabsorpsi mel.
sedasi parenteral)
Sal.GI & metabolisme
hati
• Onset lebih cepat dari
oral (menembus
sawar darah otak)
Intramuskular (obat disuntikkan ke dalam
massa otot rangka)
Keuntungan Kerugian (1) Kerugian (2)
• Absorpsi jauh • Onset bervariasi • Efek obat tidak dapat
• Dingin, sangat diititrasi
lebih cepat & lebih cemas→vasokonstrik • Trauma (hematoma)
dapat diandalkan si perifer→ absorpsi • Potensi efek samping
dibanding oral berkurang;
• Tempat obat & toksisitas lebih
• Paling mudah tinggi dibanding oral
didepositkan : jauh ke
(sedikit/tidak perlu dlm massa • Biaya (perlu izin utk
kerjasama pasien) otot→vaskularisasi sedasi parenteral)
• Kepastian dosis tinggi→absorpsi
cepat
Submukosa & Subkutan

Keuntungan Kerugian
(≈intramuskular) (≈intramuskular)

• Lebih mudah utk dokter • Kurang menyenangkan


gigi bagi pasien
• Efek relatif cepat • Absorpsi subkutan lebih
(vaskularisasi submukosa lambat drp parenteral
intraoral yg baik) lainnya
Intravena (rute optimal & ideal)
Keuntungan Kerugian

• Onset cepat (obat sedatif • Cara paling sulit (akses IV


langsung didistribusikan ke & pertahankan kateter IV
otak→onset 20-40 detik) pd anak)
• Efek obat dapat dititrasi & • Resiko terjadi syok
dpt dipertahankan utk anafilaksis
waktu lama • Sulit mempertahankan
• Waktu pemulihan cepat sustained moderat sedation
• Tes dosis (cegah rx.alergi pd anak
ekstrem) • Mudah mencapai anestesia
• Paling berguna pd keadaan umum saat berikan sedasi
darurat medis moderat pd anak
• Biaya (alat & pemantauan)
Obat2 an untuk Sedasi dalam Kedokteran
Gigi Anak
 Terdiri dari 4 kelompok :
1. Nitrous Oxide
2. Hipnotik Sedatif
3. Anti Ansietas
4. Analgetika Opioid / Narkotik
 Setiap kelompok bekerja di area otak yang berbeda → efek primer yang khas
Nitrous Oxide
 Disebut juga dinitrogen oksida / nitrogen monoksida / N20 / gas gelak / gas tawa

 Inhalasi N20 → 85% drg anak untuk tehnik sedasi anak

 Gas N20 = sedikit berbau manis, tidak berwarna, inert / tidak reaktif, tidak mudah

terbakar

 Indikasi = sedasi sedang / moderat

 Absorpsi alveolar & distribusi ke otak (melalui sikulasi arteri) = cepat → 3-5 menit
tercapai keseimbangan di gas alveolar, darah & otak → Onset cepat

 Biotransformasi di hati & tempat lain = tidak signifikan → waktu pemulihan cepat

 Ekskresi hampir seluruhnya melalui paru-paru


Nitrous Oxide
 Mekanisme kerja belum diketahui dgn pasti

Diduga N20 mengadakan interaksi dgn sistem opioid endogen → merangsang


pelepasan enkefalin

 Efek analgesia 30% N20 ≈ 10-15 mg morfin

 Agen inhalasi paling lemah : MAC 105 → tidak boleh digunakan sebagai agen
tunggal utk anestesi umum

MAC (konsentrasi alveolar minimum) = konsentrasi yang dibutuhkan untuk


menghasilkan imobilitas pada 50% pasien setelah pembedahan sayatan kullit.

MAC agen inhalasi anestesi umum = 1-6%


Nitrous Oxide
 30-50% N20 → pasien rileks, mengantuk, euforia (terkadang) & amnesia
(beberapa)

> 50% N20 → mual, muntah, disorientasi

> 60% N20 → ataksia, pusing, disforia & rasa kantuk yg meningkat

 Dapat dititrasi → tingkat sedasi dapat disesuaikan dgn tanda sedasi optimal

 Efek pada sistem pernapasan → Vol napas/menit ↑ sedikit, laju napas ↓


sedikit, tidak menyebabkan iritasi sal.napas, tidak menyebabkan
bronkospasme pasien asma
Nitrous Oxide
 Sangat aman dengan sedikit efek samping (mual & muntah pd 1-10%
pasien). Tidak perlu puasa sebelum pemberian obat

 Kontra indikasi : otitis media akut (N20 terperangkap di telinga tengah),


masalah perilaku yg parah & peny. emosional, tidak kooperatif,
klaustrofobia, deformitas maksilofasial, obstruksi hidung, peny.paru
kronis, kehamilan

 Aman utk pasien, namun dapat menyebabkan toksisitas pada tenaga


kesehatan gigi → neurotoksisitas, disfungsi seksual & reproduksi,
hepatotoksisitas & disfungsi ginjal pada paparan kronis
Hipnotik Sedatif
 Obat yang efek utamanya adalah sedasi atau mengantuk & bila dosis obat

ditingkatkan maka dapat menyebabkan tertidur (hipnosis)


 Bila dosis ditingkatkan lebih lanjut → anestesia umum, koma & kematian

 Efek utama : bukan utk mengurangi kecemasan atau meningkatkan ambang

rangsang nyeri (analgesia)


 Bekerja pada sistem aktivasi retikuler (area otak yg mempertahankan kesadaran)

Jika dosis ditingkatkan dapat mempengaruhi korteks


Barbiturat
 Efek utama : depresi SSP → sedasi, hipnosis, anestesia, koma & kematian

 Tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran, dosis kecil
dapat meningkatkan reaksi thd rangsang nyeri

 Penggunaan sebagai hipnotik sedatif telah sangat menurun ← efek thd SSP
kurang spesifik, indeks terapi < benzodiazepine, sering menyebabkan toleransi

 Contoh : pentobarbital, secobarbital & metoheksital

 Pentobarbital : barbiturat oral yang paling umum untuk sedasi anak

→ radiologis medis anak


Kloral Hidrat
 Obat penenang yang banyak digunakan di kedokteran gigi anak → thn 2012 tidak lagi
digunakan
 Senyawa aldehid yang dimetabolisme o/ alkohol dehydrogenase di hati → metabolit aktif
 Bekerja pada reseptor GABA ≈ barbiturat & benzodiazepin
 Efek ≈ barbiturat : hipnosis dalam dengan sedikit / tanpa efek analgesia

 Anak2 : sering mengalami periode disinhibisi → terjadi perangsangan (excitement &


iritabilitas/mudah marah) sebelum sedasi
 Ciri khas ≈ barbiturat : jendela terapeutik terbatas → batas keamanan sempit
resiko depresi napas yg signifikan
 Sediaan : oral → rasa pahit
 Onset : 30-60 menit (lambat) ; Durasi : 4-8 jam ; t ½ eliminasi : 8-11 jam

 Efek samping : resiko depresi napas ↑, resiko hilangnya kesadaran ↑, iritasi kulit & membran
mukosa serta iritasi lambung → mual & muntah
Anti Ansietas
 Efek utama : menghilangkan kecemasan / ansietas

 Tempat kerja utama : sistem limbik → pusat emosi di otak

 Secara teoritis : pemberian dosis terapi → menurunkan kecemasan tanpa

menghasilkan sedasi yang berarti

Jika dosis ditingkatkan → akan mempengaruhi sistem aktivasi retikuler,

lalu korteks → sedasi & tidur

 Kurva dosis-respons lebih datar dibanding hipnotik sedatif (barbiturat) → indeks terapi
lebih aman → perbedaan antara dosis sedasi minimal dan dosis anestesia umum
adalah lebih besar

 Tidak menghasilkan efek analgesia


Benzodiazepin

5 efek klinis utama : ansiolisis, hipnosis, amnesia, relaksasi otot &


 antikonvulsan
Sedasi kedokteran gigi : paling sering digunakan
Indeks terapeutik luas batas keamanan luas
Kurva dosis respons dangkal
Sebagai agen tunggal : tidak memberikan efek pada fungsi KDV & pernapasan
Memiliki efek analgesia lemah → mencegah hiperalgesia akibat trauma bedah
Mekanisme Kerja Benzodiazepin
Benzodiazepin berinteraksi dengan reseptor GABAA (reseptor kanal Cl-
kompleks) → memacu afinitas reseptor GABA berikatan dengan GABA →
kanal Cl- lebih sering terbuka → Cl- masuk ke dlm sel → hiperpolarisasi → sel
sukar tereksitasi
Diazepam (Valium)
 Prototip gol.benzodiazepin utk sedasi klinis → standar pembanding benzodiazepin lain

 Absorpsi dari saluran gastro-intestinal : cepat

 t max plasma : 15-30 menit pada anak2 (cepat)

 Distribusi ke jaringan lain : cepat (kelarutan dlm lemak tinggi)

 Metabolit aktif (sedikit < poten) → resedasi (kantuk sekunder)

 Sirkulasi enterohepatik → t 1/2 eliminasi panjang (21-37 jam)

 Obstruksi jalan napas paska pemberian obat : anak2 obesitas & pemberian bersama opioid

 Efek samping : ataksia & sedasi yang berkepanjangan

 Dosis : Oral 0.2-0.5 mg/kgBB sampai DM 1 kali minum 10 mg & IV 0.25 mg/kgBB

 Sediaan : Tablet 2, 5, 10 mg & Suspensi 5 mg/ml


Midazolam (Versed)
 Tahun 1985 digunakan di kedokteran gigi AS → benzo pertama yg larut dalam air

 Stabil dalam lar.air → tidak menimbukan iritasi jaringan pada injeksi IV atau IM

 Oral : absorpsi cepat tapi mengalami metabolisme lintas pertama → BA 35-50%

 Onset sedasi : 20-30 menit → waktu perawatan gigi ± 30 menit

 t1/2 eliminasi : 1-4 jam

 Afinitas mengikat reseptor benzodiazepine di otak : besar → jauh lebih poten dibandingkan diazepam ( 2-
5 kali lebih poten)

 Sedasi sedang → amnesia anterograde (beda dgn diazepam → ansiolisis dgn sedikit amnesia)

 Dosis : Oral 0.25-1 mg/kgBB sampai DM 1x minum 20 mg & IM 0.1-0.15 mg/kgBB sampai DM 10 mg

 Sediaan : Sirup & Larutan injeksi parenteral


Midazolam

 Paling sering untuk sedasi oral anak di kedokteran gigi

 Keunggulan : onset cepat & resiko kecil utk hilangnya kesadaran

 Kekurangan : durasi singkat & potensi peningkatan iritabilitas pasien


terutama setelah pemberian anestetik lokal
Flumazenil (Romaxicon)
 Merupakan antagonis benzodiazepin → mengobati overdosis benzodiazepin

 Bekerja sebagai antagonis kompetitif di reseptor benzodiazepine di SSP

 Rute pemberian : injeksi intra vena (IV)

 Dosis anak2 : dosis awal IV 0.01 mg/kgBB (DM 0.2 mg) selama 15 detik,

diulang setelah 45 detik & setiap menit sampai DM kumulatif 0.05 mg/kgBB

atau 1 mg

 Tidak boleh digunakan rutin di akhir sedasi utk mempercepat pemulihan

 Overdosis benzodiazepine → Langkah 1 : penatalaksanaan jalan napas (hipoventilasi atau


apnea) bukan pemberian flumazenil
Anti Histamin

 Merupakan inhibitor ikatan histamin dengan reseptor H

Histamin : suatu neurotransmitter kimia yang diproduksi sel ß pada

sistem imun manusia, yang berperan penting dalam setiap reaksi alergi

Efek utama : menghilangkan gejala alergi

 Efek lain AH1 : menekan SSP → Sedasi (terutama AH1 generasi 1)

Contoh : hidroksizin, prometazin, difenhidramin


Hidroksizin (Atarax, Vistaril)
 Obat antihistamin dengan efek sedatif lemah & juga efek antiemetik

 Mekanisme kerja : menghambat reseptor histamin H-1 hipotalamus (mengatur


siklus tidur-bangun manusia)

 Efek menyebabkan kantuk (drowsiness) → ansiolisis secara tidak langsung

 Tidak menyebabkan depresi napas & KDV

 Onset : 15-30 menit (relatif cepat) ; t max : 2 jam ; t ½ : ± 3 jam

 Sediaan : tablet & eliksir

 Dosis : 0.5-1 mg/kgBB

 Efek samping : kantuk berkepanjangan, ataksia & xerostomia, reaksi paradoks


pada anak2 pada dosis sedasi
Prometazin (Phenergan)
 Digunakan sejak thn 1946 di AS : obat sedatif & antiemetic

 Digunakan sampai saat ini sebagai obat penenang / sedatif di kedokteran gigi anak

 Onset : 20 menit ; t max : 2-3 jam ; t ½ : 7-14 jam

Waktu paruh yang lama → manfaat utk efek antiemetik tapi menyebabkan

kantuk berkepanjangan

 Efek samping : sindrom kematian bayi mendadak & memburuknya sleep apnea,
penglihatan kabur, ataksia, kantuk berkepanjangan

 Sediaan : tablet & supositora rektal

 Dosis : 0.5-1 mg/kgBB sampai DM 1x minum 50 mg


Difenhidramin (Benadryl)
 Anti histamin yang paling banyak digunakan untuk sedasi & terapi emetik
pada anak2 (selain hidroksizin)

 Dibanding AH lain : efek sedasi kuat

 Dijual sebagai obat bebas (OTC) : obat utk memudahkan tidur & mengatasi
mabuk perjalanan

 Absorpsi dari sal.GI baik ; BA 40-60% (metabolisme lintas pertama di hati)

 Puncak efek klinis dalam 1 jam ; t ½ ; 2-8 jam ; ekskresi total dlm 24 jam

 Sediaan : tablet, eliksir, kapsul & injeksi

 Dosis : 1-1.5 mg/kgBB DM 1 x minum 50 mg


Opioid
 Efek utama : analgesia, juga dapat digunakan sebagai obat penenang

 Mekanisme kerja : berikatan dgn reseptor opioid di SSP → mengubah interpretasi stimulus nyeri
di SSP → ambang nyeri ↑

 Dosis ditingkatkan → sedasi & depresi napas dan apnea → hipoksia & kematian

 Prinsip penggunaan untuk sedasi : sebagai penunjang obat2 sedatif lainnya

 Efek samping :

1. Depresi napas ← aksi langsung pada pusat kontrol ventilasi di medulla

2. Mual & muntah ← aksi langsung pada zona pemicu kemoreseptor di sumsum belakang

3. Toleransi, adiksi & potensi “drug abuse” ← dosis berulang pada penggunaan bersama
benzodiazepin
Perbedaan Opioid & Benzodiazepin

Opioid Benzodiazepin
• Tidak mempengaruhi persepsi nyeri
• Efek analgesia
• Tidak mempengaruhi kesadaran & • Amnesia parah
memori

• Depresi napas • Tidak menekan ventilasi

• Mual & muntah • Tidak menyebabkan mual &


muntah
Opioid
 Opioid yg paling umum untuk sedasi dental anak : Meperidin → penggunaan
sangat terbatas

 Kurva dosis-respons curam → batas keamanan sempit

 Harus digunakan sangat hati2 utk sedasi minimal & moderat ← resiko tinggi
menyebabkan depresi napas & kehilangan kesadaran jika diberikan bersama
nitrous oxide

 Agonis opiod : fentanil, meperidin

 Antagonis opioid : nalokson → mengatasi efek samping opioid (depresi napas)


Fentanil (Sublimaze)

 Merupakan agonis opiat sintetik yang poten


 Dosis 0.1 mg ≈ 10 mg morfin ≈ 75 mg meperidine
 injeksi IM → onset 7-15 menit ; durasi 1-2 jam
 Efek anti emetik jauh lebih lemah dibanding morfin & meperidin
 Rute pemberian : injeksi IM, IV, submukosa
 Sediaan : ampul 2 ml & 5 ml @ 0.05 mg/ml
 Dosis : 0.002-0.004 mg/kgBB
Meperidin (Demerol)
 Merupakan agonis opiat sintetik
 Rute pemberian : enteral & parenteral → efektivitas oral ½ injeksi IM
 Absorpsi dari sal. GI : cepat & baik → efek puncak dlm 60 menit
 90% dosis oral dimetab lintas pertama di hati → Normeperidin : metabolit aktif
 Normeperidin : 50% aktivitas analgesik meperidine → t ½ : 15-40 jam
 Normeperidin juga stimulasi SSP & dapat menjadi pro konvulsan (akumulasi berkepanjangan)
 Kontra indikasi : pasien dgn kelainan / penyakit hati atau ginjal, gangguan kejang
 Sediaan : Tablet 50 & 100 mg; Sirup 50 mg / 5 ml
Larutan injeksi : 25, 50, 75 & 100 mg / ml
 Dosis : Oral, subkutan & IM 1-2.2 mg/kgBB,
DM 100 mg sebagai obat tunggal ; DM 50 mg kombinasi dgn depresan SSP lain
Nalokson (Narca)
 Merupakan antagonis murni opioid → mengatasi efek overdosis opioid
 Injeksi subkutan & IM → onset 2-5 menit
Injeksi IV → onset 30 detik – 2 menit
 Durasi : 45 menit
 Efek obat yang berlebihan atau terlalu cepat → mual, muntah, berkeringat, hipotensi,
hipertensi, takikardia & fibrilasi serta edema paru
 Paling baik : Titrasi pada rute IV
 Overdosis opioid : Utama → manajemen jalan napas & resusitasi
 Dosis : IV, IM, subkutan → dosis awal 0.01 mg/kgBB,
dosis selanjutnya 0.1 mg/kgBB (max 2 mg) setiap 2-3 menit
 Sediaan : larutan injeksi 0.02; 0.4; 1 mg/kgBB
Ketamin
 Merupakan agen disosiatif → terutama bekerja di talamus & korteks → pasien
tidak tertidur tapi dipisahkan dari lingkungan

 Efek : analgesia yang nyata & amnesia yg bervariasi tergantung dosis

 Efek depresi napas : tidak terjadi pada dosis yg tepat

 Efek stimulasi KDV → takikardia & pe↑an tekanan darah

 Diklasifikasikan sebagai anestetik umum → pasien tidak mampu memberikan


respons yang sesuai terhadap perintah verbal atau stimulasi

 Hanya boleh diberikan oleh praktisi yang berwenang memberikan anestesi umum

 Efek samping : depresi atau henti napas, delirium & halusinasi


Anestesi Umum

 Kadang diperlukan dalam merawat gigi anak → perawatan


gigi yang aman, efisien & efektif
 Pilihan terakhir setelah manajemen perilaku konvensional
atau sedasi tidak efektif
Indikasi Anestesi Umum
 Pasien dengan kondisi fisik, mental atau medis yang membahayakan → tidak
dapat dilakukan sedasi

 Pasien dengan kondisi pemberian anestesi lokal tidak efektif ← kondisi infeksi
akut, variasi anatomi & alergi

 Pasien yang tidak kooperatif, takut & cemas yang sangat ekstrim atau yang tidak
dapat berkomunikasi

 Pasien dengan trauma dental / orofasial yang ekstensif & / membutuhkan prosedur
pembedahan yang kompleks

 Pasien yang membutuhkan perawatan gigi & mulut yang lengkap dan segera
Kontra Indikasi Anestesi Umum

 Pasien dengan kondisi medis yang tidak dapat dilakukan


anestesia umum
 Pasien yang sehat & kooperatif dengan kebutuhan
perawatan dental minimal
Ringkasan

 Manajemen perilaku anak yang tidak kooperatif di


kedokteran gigi sangat kompleks → pelatihan
tambahan bagi dokter gigi
 Undersedation anak → masalah manajemen
 Oversedation anak → dapat dengan cepat menjadi
keadaan darurat yang mengancam jiwa anak
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai