Anda di halaman 1dari 34

LOKAL ANASTESI

OLEH
Danan, S.Si.T., M.Kes
Pengertian Anestesi
• Anestesi berasal dari kata : An berarti tidak,
Astesia berarti rasa. Jadi anestesia berarti
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri atau
sakit. Ada dua macam anestesi yaitu General
anestesi dan Lokal anestesi. Yang sering
digunakan pada kedokteran gigi adalah anestesi
lokal2.
Anestesi Lokal
• Obat bius lokal/anestesi lokal atau yang sering
disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat
hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada
jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius
lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
• Obat bius lokal bekerja merintangi secara bolak-
balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan
Saraf Pusat (SSP) dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-
gatal, rasa panas atau rasa dingi
• Obat bius lokal mencegah pembentukan dan
konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di selaput lendir. Disamping itu,
anestesia lokal mengganggu fungsi semua
organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari
beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal
mempunyai efek yang penting terhadap SSP,
ganglia otonom, cabang-cabang
neuromuskular dan semua jaringan otot.
Persyaratan obat yang boleh digunakan
sebagai anestesi lokal:
• Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen
• Batas keamanan harus lebar
• Efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa
• Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin
• dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
• Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil,
• juga stabil terhadap pemanasan.
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :

• Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab
pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut
akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang
stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan
golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain
dengan prokain sebagai prototip.
• Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain
dan prilokain.
Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.
Lokal anestesi golongan ester
• Merupakan lokal anestesi bagian dari cocain,
dihidrolisa dalam aliran darah dan hati, half live
pendek, sering menyebabkan reaksi toksik,
durasi pendek, tidak stabil dalam bentuk
larutan, diffusi jelek dalam jaringan, dan dapat
menyebabkan reaksi alergi.
Macam-macam obat lokal anestesi golongan
ester :
Ester Toxycity

Cocain Sangat tinggi

Benzokain Rendah

Procain Rendah

Chlorprocain Rendah

Tertaprocain Tinggi
1) Cocaine
• Merupakan ester dari benzoic acid. Cocaine
menimbulkan euphoria dan meningkatkan
kapasitas kerja otot. Pada nervous system: –
stimulasi sentral : excitement, rest lessness,
euphoria, peningkatan mental, kehilangan rasa
lelah, serta stimulasi respirasi, vasomotor dan
pusat muntah. Mempunyai efek euphoria,
sangat toksik dapat mengakibatkan midriasis
2) Benzocain

• Merupakan derivat ester, tidak larut dalam air,


digunakan sebagai lokal anestesi pada
permukaan mucosa, dan menghasilkan
analgesi permukaan pada mulut, pharing,
telinga dan kulit
3 ) Procaine
• Merupakan lokal anestesi syntetic yang
pertama. Digunakan anestesia infiltrasi dan
nerve block anetesia. Onset of action rendah,
duration of action juga rendah.
4) Chlorprokain
• Merupakan derivate dari procaine. Onset of
action dan duration of action rendah.
Lokal anestesi golongan amide
• Merupakan lokal anestesi yang stabil dalam
bentuk larutan, lebih cepat berdiffusi lewat
jaringan, dan dimetabolisme dalam hati.
Macam-macam lokal anestesi golongan
amide :
AMIDE TOXICITY

Lidicin/Mepivacain/Prilocin/ Cinc Sedang/sedang/Rendah/Tinggi/sedang

hocin/Editocain

Bupivacin Sedang/tinggi

Levobupivacain Rendah

Ropivacain Rendah
1) Bupivacaine
• Merupakan lokal anestesi yang mempunyai
kekuatan 4 kali lebih potent dari pada lidokain.
Onset lambat, durasi lama. Cepat diabsorbsi dari
tempat injeksi, tetapi absorbsi tergantung dari dari
vascularisasi tempat injeksi. Bupivacaine
dimetabolisme dalam liver dan hanya 4-10 %
dikeluarkan dalam urine dalam bentuk tak
berubah. Digunakan untuk nerve blok dan
epidural anestesi. Konsentrasi yang tersedia : 0,75
%, 0,5 %, 0,25 %, ada yang ditambah epinephrin.
Sekali pemberian jangan lebih dari 150 mg atau
dalam waktu 4 jam (30 cc setara dengan 0,5 %). 
2) Lidocaine
• Termasuk golongan amide. Merupakan lokal
anestesi yang effective dengan onset cepat. Dapat
menyebabkan vasodilatasi. Sebagian besar
dipecah dalam hepar. Dapat digunakan sebagai
anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural, caudal blok
dan sebagai topikal. Lidocaine dapat digunakan
sebagai anti arrythmia. Bila ditambah dengan
ephineprin akan menghambat absorbtion dan
memperpanjang efek. Infiltrasi anestesi digunakan
0,5 %.
• Dosis maksimum yang digunakan 100 ml (500
mg) dengan adrenalin dan 40 ml (200 mg)
tanpa adrenalin. Pada nerve blok digunakan
larutan 1 %. Sedangkan epidural dan caudal
blok 2 %. Pada spinal blok digunakan larutan
hiperbarik 5 %, surface analgesia digunakan 2
%, intravenous lokal analgesia digunakan 0,5
%. Pada terapi arrythmia dosis permulaan 50-
100 mg diberikan bolus pelan, dosis ulangan
diberikan dengan interval 15-20 menit.
3) Prilocaine
• Sebagai lokal analgesik mirip lidocaine.
Duration of action lama, dan kurang toksik.
Untuk pemberian topical sangat active pada
permukaan mucosa. Dipecah di dalam hati.
Digunakan untuk infiltrasi, nerve, epidural dan
spinal block, topical application dan
intravenous. Pada umumnya digunakan larutan
0,5 – 2 %.
4) Ropivacaine 1
•  Termasuk golongan amide. Sebagian besar
dimetabolisme di hati hanya 1 % di ekskresi lewat
urine dalam bentuk tak berubah. Merupakan
long acting lokal anestetik. Duration lebih pendek
daripada bupivacaine. Untuk epidural anestesi
digunakan larutan 1 %. Efek toksik pada
myocardium lebih kecil dibanding bupivacaine.
Bupivacaine lebih sering menimbulkan arrythmia
daripada ropivacaine.
Lokal Komplikasi anestesi lokal
1. Patah Jarum
• Penyebab: gerakan tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil,
jarum yang dibengkokan .
• Pencegahan: kenalilah anatomi daerah yang akan
dianestesi, gunakan jarum gauge besar, jangan gunakan
jarum sapai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan
mengubah arah jarum, beritahu pasien sebelum
penyuntikan.
• Penaganan: tenang, jangan panic, pasien jangan
bergerak, mulut harus tetap terbuka jika pragmennya
kelihtan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat
diinsisi, beritahu pasien, kirim ke ahli bedah mulut.
Rasa Terbakar Pada Injeksi
• Sebab: pH larutan melampaui batas, injeksi larutan
cepat, kontaminasi larutan catridge dengan larutan
sterilisasi, larutan anestesi yang hangat.
• Masalah: bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan
menjadi rusak.
• Pencegahan: gunakan anestetik lokal yang pH kira-
kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan
(iml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar,
lokal anestetik tetap steril.
Rasa Sakit pada Injeksi
• Sebab: teknik injeksi salah, jarum
tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai
periosteum.
• Pencegahan: penyuntikan yang benar, pakai jarum
yang tajam, pakai larutan anestesi yang steril,
injeksikan jarum perlahan-lahan, hindari
penyuntikan yang berulang-ulang.
• Penanganan: tidak perlu penanganan khusus.
Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi):
tidak terasa.
• Sebab: trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat
injeksi jarum/ larutan anestetik sendiri.)
• Masalah: dapat terjadi selamanya, luka jaringan.
• Pencegahan: injeksi yang tepat, penggunaan
cartridge yang baik.
• Penanganan: tenangkan pasien, pemeriksaan
pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang
sampai gejala hilang, konsul keahli bedah, mulut
atau neurologi.
Trismus (gangguan membuka mulut).
• Sebab: trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan,
pendarahan, infeksi rendah pada otot.
• Masalah: rasa sakit, hemobility (kemampuan mandibula untuk
bergerak menurun).
• Pencegahan: pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan
suntikan, hindari injeksi berulang-ulang, volume anestesi minimal.
• Penanganan: terapi panas (kompres daerah trismus 15-20 menit)
setiap jam. Analgetik obat relaksasi otot, fisioterapi (buka mulut
5- 10 menit tiap 3 jam), megunyah permen karet, bila ada infeksi
beri antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat
trismus.
•  
Hematoma (efusi darah kedalam ruang
vaskuler).
• Sesbab: robeknya pembuluh darah vena/ arteri
akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena, dan
efusi darah.
• Pencegahan: anatomi dan cara injeksi harus
diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah
penetrasi jarum seminimal mungkin.
• Penanganan: penekanan pada pembuluh darah
yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi pada
pada
Infeksi.
• Sebab: jarum dan daerah operasi tidak steril,
infeksi mukosa masuk kedalam jaringa, teknik
pemakaian alat yang salah
• Pencegahan: jarum steril, aseptic, hindari indikasi
berulang-ulang.
• Penanganan: terapi panas, analgesic, antibiotic.
  Odema (Pembengkakan Jaringan)
• Sebab: trauma selama injekasi, infeksi, alergi,
pendarahan, irirtasi larutan analgesic.
• Pencegahan: pemakaian alat anestesi lokal yang
betul, injeksi atraumatik, teliti pasien sebelum
pemberian larutan analgesic.
• Penanganan: mengurangi pembengkakan secepat
mungkin, bila udema berhubungan dengan
pernafasan maka dirawat dengan epinefrin 0,3 mg
IV/Im, antihistramin IV/im. Kortikosteroid IV/ IM,
supinasi, berikan basic life support, tracheastomi, bila
sumbat nafas, evaluasi pasien. 
Bibir Tergigit.
• Sebab: Pemakaian long acting anestesi lokal.
• Masalah: bengkak dan sakit.
• Pencegahan: pilih anastetik durasi pendek,
jangan makan/minum yang panas, jangan
mengigit bibir.
• Penanganan: analgesi, antibiotic, kumur air
hangat beri vaselinàlipstik. 
Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)

• Sebab: masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/


substransi grandula parotid.
• Masalah: kehilangan fungsi motoris otot ekspersi
wajah. Mata tidak bisa mengedip.
• Pencegahan: blok yang benar untuk n. Alveaolaris
inferior, jarum jangan menyimpang lebih
kepost  Waktu blok n. alveolaris inferior.
• Penanganan: beritahu pasien, bahan ini bersifat
sementara, anjurkan secara periodic membuka dan
menutup mata.
Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.
• Penyebab: stomatitis apthosa rekuren, herpes
simpleks.
• Masalah:
• pasein mengeluh sensitivitas akut pada daerah
uslerasi.
• Penanganan: simptomatik, kumur-kumur
dengan larutan dipenhidramin dan susu
magnesium.
Sloughing pada Jairngan.
• Penyebab: epitel desquamasi, abses steril.
• Masalah: sakit hebat.
• Pencegahan: pakai topical anestesi, bila
memakai vasokonstriktor jangan berlebihan.
• Penanganan: secara simptomatik, rasa sakit
diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara
topical)
Syncope (fainting)
• Merupakan bentuk shock neurogenik.
• Penyebab: isohemia cereoral sekunder, penurunan volume
darah ke otak, trauma psikologi.
• Masalah: kehilangan kesadara.
• Pencegahan: fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih rendah
dari tubuh, hentikan bila terjadi perubahan wajah pasien.
• Penanganan: posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki
sedikit diangkat, bila sadar anjurkan tarik nafas dalam-
dalam, rangsang pernaasan dengan wangi-wangian.
• yaps layaknya seorang manusia yang tidak luput dari dosa…
hmm jadi mohon tambahan jika ada yang kurang.

Anda mungkin juga menyukai