PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Tabel 1.1 Penggunaan Agen Anestesi Lokal3
3
2.2.2 Berdasarkan Potensial dan lama kerja: 5,6
1. Potensial rendah dan lama kerja pendek
Procaine
clorprocain
2. Potensial sedang dan lama kerja sedang
Lidocaine
Mepivacaine
Prilocaine
3. Potensi kuat dan lama kerja Panjang
Bupivacaine
Tetracaine
2.2.3 Berdasarkan penggunaan Anestesi Lokal
Anestesi regional diklasifikasikan sesuai dengan enam tempat berikut yang
sering digunakan untuk pemberian larutan anestesi lokal: (a) anestesi topikal atau
permukaan, (b) infilrasi lokal, (c) blok saraf perifer, (d) anestesi regional IV (blok
Bier), (e) anestesi epidural dan (f) anestesi spinal.
4
1. Topical : disemprot atau dioles
Anestesi lokal digunakan untuk menghasilkan anestesi topikal dengan
pemberian pada membrana mukosa seperti hidung, mulut, cabang trakeobronkial,
esofagus, atau saluran genitourinaria. Kokain (4% smpai 10%), tetrakain (1% sampai
2%), dan lidokain (2% sampai 4%) adalah yang paling sering digunakan. Diperkirakn
bahwa anestesi topikal kokain digunakan dalam >5% prosedur rinolaringologi yang
dilakukan setiap tahunnya di USA. Popularitas kokain untuk anestesi topikal
mencerminkan kemampuan uniknya untuk menghasilkan vasokonstriksi lokal yang
menurunkan kehilangan darah dan meningkatkan visualisasi pembedahan. Lidokain
nebulisasi digunakan untuk menghasilkan anestesi permukaan pada saluran respirasi
atas dan bawah sebelum laringoskopi fiberoptik dan/atau bronkoskopi dan sebagai
sebuah pengobatan untuak pasien yang mengalami batuk7,8
- Indikasi:
o Tindakan endoskopi, rhinoskopi posterior atau laringoskopi
indirek
o Kateterisasi saluran kemih (uretra)
o Analgesia lokal pada luka memar
o Cabut gigi
5
o Tindakan diagnostik pada mata
- Kontra indikasi :
o Pasien tidak kooperatif dan menolak
o Alergi terhadap obat anestetik.
- Sediaan obat :
o Lidokain 2%, bupivakain 0,5% dan lain-lain
o Xylocain sprai
o Pasta atau jeli lidonest 10%
o Tetes mata tetrakain.
- Komplikasi
o Intoksikasi obat analgetik lokal (jarang)
o Reaksi alergi obat
2. Infiltrasi : langsung disekita tempat lesi
Anestesi infiltrasi lokal melibatkan pemberian anestesi lokal ekstravaskular
pada wilayah yang akan dianestesi. Injeksi anestesi lokal subkutan pada daerah yang
akan diiris untuk pemasangan kanula intravaskular adalah sebuah contoh. Lidokain
adalah anestesi lokal yang paling sering dipilih untuk anestesi infiltrasi. Infiltrasi
ropivakain 0,25% atau bupivakain sama efektifnya dalam penanganan nyeri pada
tempat operasi inguinal.4,5
Durasi anestesi infiltrasi bisa dilipatgandakan sekitar dua kalinya dengan
menambahkan epinefrin 1:200.000 kedalam larutan anestesi lokal. Namun demikian
larutan yang berisi epinefrin tidak boleh diinnjeksikan secara intrakutan atau kedalam
jaringan yang dipasok oleh arteri ujung (jari, telinga, dan hidung) karena
vasokonstriksi yang dihasilkan bisa menyebabkan iskemia bahkan gangren
- Indikasi :
o Luka terbuka (ukuran kecil sampai sedang)
o Eksterpasi tumor yang kecil di permukaan kulit.
o Cabut gigi
6
o Rekonstruksi (bedah plastik) kulit
- Kontraindikasi :
o Pasien tidak kooperatif dan menolak
o Alergi terhadap obat anestetik.
- Komplikasi
o Instoksikasi obat
o Reaksi alergi
7
memerlukan sekitar 15 menit, mencerminkan fraksi lidokain lebih besar yang ada
dalam bentuk tak terionisasi larut lemak. Onset dan durasi anestesi sensoris untuk
blok pleksus brakial dihasilkan oleh bupivakain, levobupivakain, atau ropivakain
0,5%. Ropivakain, 33 mL larutan 0,5% yang digunakan untuk melakukan blok
perivaskular subklavia, menghasilkan onset anestesi sensori yang cepat (sekitar 4
menit) dengan pemanjangan sensoris (>13 jam) dan blokade motoris. Untuk blok
saraf ulnar, ropivakain ditemukan efektif maksimal pada konsentrasi antara 0,5% dan
0,75% dan onset serta durasinya menyerupai bupivakain. Tetrakain, dengan onset
anestesi yang lambat dan potensi yang tinggi untuk menyebabkan toksisitas sistemik,
tidak direkomendasikan untuk infiltrasi lokal atau anestesi blok saraf perifer.4,5
Durasi blok saraf perifer tergantung pada dosis anestesi lokal, kelarutannya
dalam lemak, derajat pengikatan protein, dan penggunaan bersamaan dengan
vasokonstriktor seperti epinefrin. Durasi aksi diperpanjang dengan lebih awal dengan
penggunaan epinefrin daripada dengan meningkatkan dosis anestesi lokal, yang juga
meningkatkan kecenderungan toksisitas sistemik. Bupivakain jika dikombinasikan
epinefrin bisa menghasilkan anestesi blok saraf perifer yang berlangsung sampai 14
jam. Sebaliknya, tidak semua laporan mendokumentasikan pemanjangan durasi aksi
jika epinefrin ditambahkan kedalam bupivakain atau ropivakain6,7