Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN ANESTESI LOKAL

OLEH :

Muchamad Ziyad Afif (181610101119)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020
PERCOBAAN ANASTESI LOKAL

A. TUJUAN
Untuk membandingkan efek farmakologis dari infiltrasi anestesi lokal dengan dan
tanpa adrenalin di kaki belakang tikus.

B. DASAR TEORI
I. PENDAHULUAN
Obat anestetik lokal digunakan secara lokal dan menghambat implus
konduksi saraf sensorik dari perifer ke SSP. Anestetik lokal menghilangkan
sensasi (dan pada konsentrasi tinggi, aktivitas motor) pada daerah tubuh
terbatas tanpa menghasilkan ketidaksadaran. Obat ini menghambat saluran
natrium membran saraf. Serabut saraf tak bermielin yang kecil, yang memacu
implus untuk sakit, temperatur, dan aktivitas autonomik, sangat sensitif
terhadap kerja obat anestetik lokal.
Semua obat anestetik lokal terdiri dari grup rantai amino hidrofilik
melalui suatu grup penghubung yang panjangnya bervariasi ke suatu residu
lipofilik aromatik. Baik potensi maupun stoksisitas anestetik lokal meningkat
sesuai dengan panjangnya grup penghubung.
Efek samping adalah akibat dari absorpsi sistemik sejumlah toksik
anestetik lokal yang dipakai. Efek sistemik yang paling jelas adalah bangkitan
kejang. Penambahan vasokonstriktor epinefrin pada anestetik lokal, tingkat
absorpsi menurun. Hal ini dapat mengurangi toksisitas sistemik dan
meningkatkan masa kerjanya.

II. Definisi
Anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya
rasa nyeri (persepsi sensoris) dengan cara menghambat konduksi impuls pada
saraf secara reversibel pada daerah terbatas, tanpa menghilangkan kesadaran.
Pada dosis besar selain hambatan sensoris, anestesi lokal juga dapat
menghambat saraf motorik dan otonom.
Salah satu beda anestesi lokal dan anestesi umum, ialah bahwa
anestesi umum hilangnya rasa pada daerah tidak terbatas dan disertai
hilangnya kesadaran.
III. Mekanisme kerja Anestesi Lokal
Anestesi lokal menurunkan permeabilitas membran sel saraf terhadap
ionNa, sehingga depolarisasi dihambat, dengan akibat tidak terjadi konduksi
implus. Terdapat beberapa teori tentang mekanisme anestesi lokal untuk
menurunkan permeabilitas membran sel saraf terhadap ion Na ini, antara lain:
 Teori Expansi Membran
 Teori Hipotesa Reseptor Spesifik

IV. Syarat-syaratAnestesi Lokal yang Ideal:


 Toksisitas rendah
 Tidak menimbulkan reaksi alergi
 Efektif pada pemakaian secara suntikan maupun topikal
 Dapat dikombinasikan dengan vasokonstriktor
 Dapat larut dalam air dan stabil dalam penyimpanan dan sterilisasi

V. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Anestesi Lokal


 Anatomi Serat saraf
 Sifat Anestesi Lokal, misalnya :
- Daya larut dalam lemak
- Efek Vasodilatasi
- Sifat ikatan protein
 Pengaruh pH – pKa

VI. Bentuk Aktif Anestesi Lokal


Bentuk basa non-ionik dari anestesi lokal mempunyai sifat larut dalam
lemak (lipofilik) sehingga dapat menembus sel membran saraf.
Kemudian di dalam saraf bentuk basa bebas non-ionik ini mengalami
disosiasi lagi menjadi bentuk ion (kation), dan bentuk ion inilah yang aktif
yang mencegah terjadinya depolarirasi, karena bentuk ion inilah akan
berikatan dengan reseptor pada kanal Na (teori reseptor spesifik). Mekanisme
ini tidak berlaku bagi Benzokain karena benzokain adalah suatu anestesi lokal
berbentuk molekul yang tidak bermuatan.
VII. Anestesi Lokal pada Daerah Beradang
Khasiat anestesi lokal pada daerah beradang akan menurun. Hal ini
kemungkinan karena:
 pH asam daripada metabolit keradangan mencegah/mengurangi
terbentuknya basa bebas non-ionik.
 Adanya peningkatan vaskularisasi pada daerah beradang.
 Adanya penurunan nilai ambang reseptor sensoris pada daerah keradangan
menyebabkan terjadinya hiperalgesia.

VIII. Penambahan vasokonstriktor pada Anestesi Lokal


Vasokonstriktor adalah obat-obatan yang dapat menyempitkan
pembuluh darah. Vasokonstriktor yang ditambahkan pada anestesi lokal
digunakan macam-macam obat simpatomimetik (adrenergik):
 Epinefrin
 Noe- epinefrin
 Fenilefrin
 Levonordefrin
Tujuan pemberian vasokonstriktor pada anestesi lokal adalah:
 Memperpanjang masa kerja anestesi lokal
 Mencegah/mengurangi terjadinya toksisitas sistemik oleh anestesi local
 Mengurangi perdarahan
Kontra Indikasi pemberian Vasokonstriktor:
Pada pemberian anestesi lokal di daerah extremitas, misalnya: jari,
hidung, penis untuk menghindari ‘ischaemia’ setempat dan nekrosa

IX. Penggolongan Anestesi Lokal Menurut Struktur Kimia


 Golongan Ester:
- Ester asam benzoat : kokain, nuperkain
- Ester asam para amino benzoat: prokain, tetrakain, dll
 Golongan Amida:
- Silidin : lidokain, mepivakain, bupivakain,etidokain
- Toluidin : prilokain
 Golongan Keton : Diklonin
 Lain-lain

X. Efek Farmakologi Anestesi Lokal


Anestesi lokal selain menunjukkan efek pada saraf perifer, setelah
diabsorpsi ke sirkulasi darah akan memberi efek pada organ-organ tertentu:
 Efek pada saraf perifer
 Efek pada SSP
 Efek pada kardiovaskular
 Efek pada sambungan saraf-otot
 Efek pada darah
 Efek pada mata

XI. Reaksi-Reaksi Yang Merugikan


 Gejala Toksisitas
 Reaksi Alergi

XII. Macam-macam Obat Anastesi Lokal


 Kokain
 Prokain
 Tetrakain
 Propoksikain
 Lidokain
 Mepivakain
 Prilokain
 Benzokain
 Diklonin
 Bupivakain

XIII. Macam-macam Cara Pemberian Anestesi Lokal


 Anestesi permukaan
 Anestesi Infiltrasi
 Anestesi Blok saraf ( saraf tunggal dan lebih dari satu saraf)
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan
1. Alat dasar
2. Syringe
3. Kapas
4. Stopwatch

Bahan yang digunakan


1. Tikus wistar
2. Lidocaine dan Pehacain
3. Caragenan
4. NaCl 0.9%

D. PROSEDUR PERCOBAAN
METODE:

1. Tempatkan model hewan di kandang terbatas.


2. Tusukan sonde, dengan interval 3-5 detik, ke kaki belakang kanan dan kiri.
3. Catat responsnya. Respons normal yang diamati ketika menerapkan stimulus
yang ditunjukkan, adalah kontraksi kulit di sekitar area yang disuntikkan.
4. Suntikkan 0,1 ml 0,9 % NaCl secara intradermal ke kaki belakang kanan
(control).
5. Suntikkan 0,1 ml lidokain (tikus A) atau lidokain + epinefrin (tikus B) secara
intradermal ke kaki belakang kiri untuk menginduksi anestesi lokal.
6. Tusukan sonde, dengan interval 3-5 detik. ke kaki belakang kiri (bandingkan
dengan kaki belakang kanan) setiap menit hingga 5 menit, lalu setiap 5 menit
hingga 30 menit, lalu setiap 10 menit hingga 60 menit.
7. Catat respons serta onset dan durasi kerja obat.
PERCOBAAN: EFEK ANESTHETIK LOKAL TERHADAP DAERAH YANG
MENGALAMI RADANG

Tikus C:
1. Tempatkan model hewan di kandang terbatas.
2. Tusukan sonde, pada interval 3-5 detik, ke kanan dan kiri kaki belakang. Catat
responsnya.
3. Suntikkan 0,1 ml 0,9 % NaCl secara intradermal ke kaki belakang kanan
(control).
4. Suntikkan 0,1 ml suspensi 5 % ragi (caragenan) secara intradermal ke kaki
belakang kiri. Tunggu 30 menit.
5. Tusukan sonde, pada interval 3-5 detik, ke kaki belakang kiri (bandingkan
dengan kaki belakang kanan).
6. Catat responsnya.
7. Suntikkan 0,1 ml lidokain + epinefrin secara intradermal ke daerah yang
meradang.
8. Tusukan sonde, pada interval 3-5 detik, ke pusat kaki belakang kiri (bandingkan
dengan kaki belakang kanan) setiap menit hingga 5 menit, lalu setiap 5 menit
hingga 30 menit, lalu setiap 10 menit hingga 60 menit.
9. Catat responsnya.
E. HASIL

Catatan :
- : tidak sakit
+ : sedikit sakit
++ : sakit
+++ : sangat sakit

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini digunakan 3 ekor tikus dengan perlakuan yang berbeda.
Tikus pertama pada kaki kanan diberi NaCl sebagai control, dan kaki sebelah kiri
diberi perlakuan lidokain. Untuk tikus kedua, pada kaki kanan diberi NaCl sebagai
control, dan kaki sebelah kiri diberi perlakuan pehacain (lidokain dengan campuran
adrenalin). Untuk tikus ketiga, kaki kiri tikus disuntikkan caragenan untuk
menimbulkan reaksi inflamasi (bengkak) kemudian diberi pehacain.
1. Tikus Dengan Perlakuan Lidokain
Pada tikus dengan perlakuan lidokain, dapat didapatkan data pada kelompok I,
respon nyeri (sakit) pada kaki sebelah kanan setelah diberi NaCl pada menit ke
5 sampai menit ke 30 adalah sangat sakit. Namun, setelah diberi perlakuan
lidokain ke kaki kiri tikus, terlihat bahwa rasa nyeri (sakit) mulai berkurang
pada menit ke 5 dan menit ke 10. Dan rasa sakit tersebut mulai menghilang
pada menit ke 15 hingga menit ke 25. Namum rasa sakit tersebut muncul
kembali pada menit ke 30, tetapi hanya berupa rasa sedikit sakit. Data pada
perlakuan kelompok I ini, kurang lebih sama dengan hasil data yang diperoleh
pada kelompok ke II,III,IV. Pada data ke V, diperoleh hasil pada kaki kanan
tikus yang diberi NaCl mengalami rasa sakit yang luar biasa (sangat sakit).
Namun, pada kaki kiri yang diberi perlakuan lidokain, terlihat rasa sakit
tersebut terlihat menurun dibandingkan saat pemberian Nacl. Lidokain
mempunyai mula kerja yang cepat dan masa kerjanya lama, lebih stabil dalam
larutan dan lebih sedikit menimbulkan reaksi hipersensitivitas.

2. Tikus Dengan Perlakuan Pehacain


Pada tikus dengan perlakuan lidokain, dapat didapatkan data pada kelompok I,
respon nyeri (sakit) pada kaki sebelah kanan setelah diberi NaCl pada menit ke
5 sampai menit ke 30 adalah sangat sakit. Namun setelah diberikan perlakuan
lidokain & epinefrin di kaki sebelah kiri tikus, didapatkan hasil bahwa pada
menit ke 5 dan menit ke 10, rasa sakit mulai berkurang. Pada menit ke 15
sampai menit ke 30 tidak ada rasa sakit yang timbul. Hasil perlakuan pada
kelompok I dengan kelompok II,III,IV, dan V kurang lebih menunjukan hasil
yang sama. Yaitu setelah diberi perlakuan pehacain, rasa sakit lama kelamaan
mulai menghilang. Menurut (Ratih, 2012), dijelaskan bahwa Penambahan
epinefrin memiliki efek menguntungkan yaitu vasokonstriksi pembuluh darah
yang dapat memperpanjang durasi anestesi, megurangi toksisitas, dan
mengurangi perdarahan intraoperatif karena vasokonstriksi. Untuk
meminimalisasi nyeri terkait dengan pH yang rendah (perlakuan NaCl), dapat
diberikan perlakuan larutan lidokain-epinefrin. Campuran larutan tersebut
memiliki pH yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan nyeri akan berkurang.
3. Efek Pehacain Terhadap Daerah Yang Mengalami Radang
Pada tikus dengan perlakuan caragenan, dapat didapatkan data pada kelompok
I, respon nyeri (sakit) pada kaki sebelah kiri setelah diberi caragenan pada
menit ke 5 sampai menit ke 30 adalah timbul inflamasi / peradangan pada kaki
tikus & Nampak bengkak, serta menimbulkan rasa sangat sakit. Setelah diberi
perlakuan pehacain (lidokain + epinefrin), Nampak hanya memberi respon
sedikit sekali dalam menghilangkan rasa nyeri. Tikus masih merasa kesakitan
walaupun setelah pemberian anastesi local pehacain. Hal ini sesuai teori
bahwa anastesi local tidak bereaksi pada daerah yang mengalami inflamasi /
peradangan. Pada teori yang menunjukkan hubungan inflamasi dengan
penurunan efektivitas anestesi local, disebutkan bahwa nflamasi dapat
menyebabkan asidosis jaringan yang terkena, sehingga dapat mengurangi
potensi anestetik lokal yang diberikan. Kondisi asidosis menyebabkan
peningkatan suasana asam pada jaringan sehingga menyebabkan terjadinya ion
trapping. Rendahnya pH jaringan karena asidosis menyebabkan anestetik lokal
terperangkap dalam bentuk asam sehingga tidak dapat menembus membran
sel untuk mencapai ikatan sitoplasmik ataupun menembus kanal ion natrium.

Nyeri ditransmisikan dari kulit menuju gangglion dorsalis melalui 2 macam


serabut saraf. Serabut saraf δA merupakan serabut saraf termielinasi dan mengirimkan
sinyal yang berhubungan dengan nyeri akut secara cepat, terutama berhubungan
dengan dingin dan tekanan. Serabut saraf tipe C tidak termielinisasi dan mengirimkan
rangsangan nyeri kronis dan gatal. Anestesi lokal menunjukkan efek klinisnya pada
saraf perifer dengan penghambatan sementara masuknya ion natrium yang diperlukan
untuk membangkitkan dan propagasi potensial aksi melalui membran sel saraf,
sehingga mencegah konduksi impuls saraf.Efek anestesi berasal dari interaksi
kompleks pada lokasi yang spesifik pada voltage-gated saluran ion natrium yang
menghasilkan inhibisi impuls listrik. (Ratih, 2012).
Anestesi lokal merupakan basa lemah, dimana, agar bersifat larut dalam air
dan dapat disuntikkan membutuhkan penambahan garam hidroklorida. Dalam larutan,
garam akan menyeimbangkan bentuk terionisasi dan tak terionisasi. Bentu terionisasi
larut dalam air, memungkinkan injeksi jaringan. Sedangkan bentuk tak terionisasi,
larut dalam lemak, berdifusi melalui jaringan menuju membran sel saraf, dimana
kation terionisasi bertanggung jawab terhadap penghambatan konduksi saraf. Nilai
konstanta disosiasi (pKa) dari tiap anestesi menunjukkan proporsi basa sebuah
anestesi dan kationnya pada pH tertentu. Kebanyakan anestesi lokal memiliki pH 7,4,
dimana 80% atau lebih kation terionisasi terbentuk. Alkalisasi larutan anestesi dapat
mempercepat onset aksi. (Ratih, 2012)
Dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dihasilkan tikus
yang diinfiltrasi anastesi lokal dengan adrenalin (epinefrin) memiliki jangka durasi
aksi dari anastesi lokal yang lebih lama daripada yang tidak diinduksi adrenalin. Hal
ini dikarenakan Penambahan epinefrin memiliki efek menguntungkan yaitu
vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat memperpanjang durasi anestesi,
megurangi toksisitas, dan mengurangi perdarahan intraoperatif karena vasokonstriksi.
Untuk meminimalisasi nyeri terkait dengan pH yang rendah (perlakuan NaCl), dapat
diberikan perlakuan larutan lidokain-epinefrin. Campuran larutan tersebut memiliki
pH yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan nyeri akan berkurang.

G. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah ada perbedaan onset dan durasi aksi antara anestesi lokal dengan dan
tanpa epinefrin? Jelaskan perbedaannya.
Terdapat perbedaan onset dan durasi aksi antara anastesi lokal dengan atau tanpa
epinefrin, hal ini bisa kita lihat pada kaki kiri pada tikus A dan tikus B. Dari data yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dihasilkan tikus yang diinfiltrasi anastesi lokal
dengan adrenalin (epinefrin) memiliki jangka durasi aksi dari anastesi lokal yang lebih
lama daripada yang tidak diinduksi adrenalin. Hal ini dikarenakan Penambahan epinefrin
memiliki efek menguntungkan yaitu vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat
memperpanjang durasi anestesi, megurangi toksisitas, dan mengurangi perdarahan
intraoperatif karena vasokonstriksi. Untuk meminimalisasi nyeri terkait dengan pH yang
rendah (perlakuan NaCl), dapat diberikan perlakuan larutan lidokain-epinefrin.
Campuran larutan tersebut memiliki pH yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan nyeri
akan berkurang.

2. Jelaskan mekanisme anestesi lokal. Buat skema!


Obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi) dengan
menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf (Butterworth dan Strichartz, 1990). Gerbang natrium sendiri adalah
reseptor spesifik molekul obat anestesi local. Penyumbaatn gerbang ion yang terbuka
dengan molekul obat anestesi local berkontribusi sedikit sampai hampir keseluruhan
dalam inhibisi permeabilitas natrium. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium
untuk meningkatkan perlambatan kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial
tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak disebarkan. Obat anestesi local tidak
mengubah potensial istirahat transmembran atau ambang batas potensial.
Lokal anestesi juga memblok kanal kalsium dan potasium dan reseptor Nmethyl-D-
aspartat (NMDA) dengan derajat yang berbeda-beda. Beberapa golongan obat lain,
seperti antidepresan trisiklik (amytriptiline), meperidine, anestesi inhalasi, dan ketamin
juga memiliki efek memblok kanal sodium. (Ratno, dkk. 2012)
Tidak semua serat saraf dipengaruhi sama oleh obat anestesi lokal. Sensitivitas
terhadap blokade ditentukan dari diameter aksonal, derajat mielinisasi, dan berbagai
faktor anatomi dan fisiologi lain. Diameter yang kecil dan banyaknya mielin
meningkatkan sensitivitas terhadap anestesi lokal. Dengan demikian, sensitivitas saraf
spinalis terhadap anestesi lokal: autonom > sensorik > motoric. (Ratno, dkk. 2012)
Adapun, secara umum mekanisme anestesi local dapat disimpulakan dalam algoritma
berikut :

Sumber : Local Anesthetic Systemic Toxicity, 2016.


3. Jelaskan keuntungan dan kerugian pemberian epinefrin pada anestesi lokal!
Keuntungan :
diinfiltrasi anastesi lokal dengan adrenalin (epinefrin) memiliki jangka durasi aksi dari
anastesi lokal yang lebih lama daripada yang tidak diinduksi adrenalin. Hal ini
dikarenakan Penambahan epinefrin memiliki efek menguntungkan yaitu vasokonstriksi
pembuluh darah yang dapat memperpanjang durasi anestesi, megurangi toksisitas, dan
mengurangi perdarahan intraoperatif karena vasokonstriksi. (Ratih, 2012)
kerugian :
- efek samping parah pada SSP dan CVS secara langsung berhubungan dengan kadar
lidocaine
- efek samping lebih mungkin terjadi setelah pemberian sistemik daripada infiltrasi.
Pusing, otot berkedut, anestesi lokal dari mulut / tenggorokan sehingga proses
menelan terganggu dan meningkatkan risiko aspirasi (makan atau minum selama 3-4
jam setelah anestesi
- efek transien pada sistem pendengaran neonates, eritema
- Pigmentasi, rasa sakit, sakit kepala, palpitasi, local necrosis, edema paru,
hiperglikemia, bradycardia, mengurangi curah jantung, kegelisahan
- epidural dapat menyebabkan hipotensi, bradykardia, mual dan muntah
- intraoral dapat menyebabkan reaksi stres seperti diaphoresis, palpitasi, hiperventilasi,
pucat dan pingsan

4. Apa efek yang Anda amati setelah pemberian lidocaine + epinefrin di area yang
meradang? Jelaskan mengapa itu terjadi!
Dalam data tersebut, disimpulkan bahwa Pada tikus dengan perlakuan caragenan,
dapat didapatkan data pada kelompok I, respon nyeri (sakit) pada kaki sebelah kiri
setelah diberi caragenan pada menit ke 5 sampai menit ke 30 adalah timbul inflamasi /
peradangan pada kaki tikus & Nampak bengkak, serta menimbulkan rasa sangat sakit.
Setelah diberi perlakuan pehacain (lidokain + epinefrin), Nampak hanya memberi respon
sedikit sekali dalam menghilangkan rasa nyeri. Tikus masih merasa kesakitan walaupun
setelah pemberian anastesi local pehacain. Hal ini sesuai teori bahwa anastesi local tidak
bereaksi pada daerah yang mengalami inflamasi / peradangan. Pada teori yang
menunjukkan hubungan inflamasi dengan penurunan efektivitas anestesi local,
disebutkan bahwa nflamasi dapat menyebabkan asidosis jaringan yang terkena, sehingga
dapat mengurangi potensi anestetik lokal yang diberikan. Kondisi asidosis menyebabkan
peningkatan suasana asam pada jaringan sehingga menyebabkan terjadinya ion trapping.
Rendahnya pH jaringan karena asidosis menyebabkan anestetik lokal terperangkap
dalam bentuk asam sehingga tidak dapat menembus membran sel untuk mencapai ikatan
sitoplasmik ataupun menembus kanal ion natrium.

H. KESIMPULAN
Obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi)
dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif
pada membrane saraf.
Penambahan epinefrin / adrenalin pada lidokain memberikan efek onset of
action yang lebih lama dibandingkan dengan tanpa pemberian adrenalin. Hal ini
dikarenakan Penambahan epinefrin memiliki efek menguntungkan yaitu
vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat memperpanjang durasi anestesi,
megurangi toksisitas, dan mengurangi perdarahan intraoperatif karena vasokonstriksi.
Untuk meminimalisasi nyeri terkait dengan pH yang rendah (perlakuan NaCl), dapat
diberikan perlakuan larutan lidokain-epinefrin. Campuran larutan tersebut memiliki
pH yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan nyeri akan berkurang.
Pemberian anestesi local pada daerah yang mengalami inflamasi, hanya sedikit
bahkan tidak memberi respon. Hal ini sesuai teori bahwa anastesi local tidak bereaksi
pada daerah yang mengalami inflamasi / peradangan. Pada teori yang menunjukkan
hubungan inflamasi dengan penurunan efektivitas anestesi local, disebutkan bahwa
nflamasi dapat menyebabkan asidosis jaringan yang terkena, sehingga dapat
mengurangi potensi anestetik lokal yang diberikan. Kondisi asidosis menyebabkan
peningkatan suasana asam pada jaringan sehingga menyebabkan terjadinya ion
trapping. Rendahnya pH jaringan karena asidosis menyebabkan anestetik lokal
terperangkap dalam bentuk asam sehingga tidak dapat menembus membran sel untuk
mencapai ikatan sitoplasmik ataupun menembus kanal ion natrium.
Daftar Pustaka

Samodro, Ratno, dkk. 2011. Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal. Jurnal Anestesiologi
Indonesia. 3(1): 48-59.
Pramuningtyas, Ratih. 2012. Perbandingan Pemberian Buffered Pehakain Dengan Freshly
Mixed Lidokainepinefrin Pada Persepsi Nyeri Karena Infiltrasi Anestesi Lokal. Jurnal
Biomedika. 4(2): 31- 35
Artsanto, dkk. 2009. Perbedaan Lama Analgesi Antara Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik,
Kombinasi Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik + Klonidin 75µg Serta Kombinasi
Lidokain 5% 100 mg Hiperbarik + Klonidin 150µg Pada Blok Subarakhnoid. Jurnal
Anestesiologi Indonesia. 1(1): 1-12.
Sujati Woro Indijah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi; “Farmakologi”. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Pusdik SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta Selatan.
Katzung BG, dkk. 2012. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12. Diterbitkan oleh The
McGrawHill Companies, Inc. ISBN: 978-0-07-176402.

Anda mungkin juga menyukai