Anda di halaman 1dari 48

Anestetik Lokal

Anestetik lokal adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara
memblok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversibel. Sebagian besar anestetik lokal
adalah basa lemah. yang pada pH tubuh dapat membntuk proton. Awalnya obat-obatan jenis ini
melewati saraf tanpa terionoisasi (karena bersifat lipofilik) namun setelah berada dalam akson,
beberapa melokelu mengalami ionisasi, sehingga dapat memblok kanal Natrium serta mencegah
potensial aksi.

Semua serabut saraf pada tubuh manusia, sensitif pada anestetik lokal. Namun pada umumnya,
serabut yang berdiameter kecil lebih sensitif dibanding yang berdiameter besar. Oleh karena itu
anestetik lokal hanya melakukan blok diferensial (memblok sensasi rasa tertentu) untuk nyeri
ringan dan otonom, sedangkan untuk sensasi sentuhan kasar dan gerak tidak diblok (hal ini
berbeda dengan anestetik umum). Anestetik lokal mempunyai variasi yang luas dalam hal
potensi, durasi kerja, toksisitas, dan kemampuan penetrasi mukosa.

Anestetik lokal dapat menekan jaringan lain yang dapat dieksistasi (seperti miokardium) bila
konsentrasinya dalam darah cukup tinggi, namun efek sistemiknya mencakup sistem saraf pusat.
Lidokain adalah obat yang laing banyak digunakan untuk anestetesi lokal.

Lidokain bekerja lebih cepat dan lebih stabil daripada anestesi lokal lain. Bila diberikan
bersama epinefrin, lama kerjanya bisa mencapai 90 menit (1 jam setengah).

Prilokain mirip dengan lidokain tetapi dimetabolisme lebih luas dan kurang toksik pada
dosis yang ekuipoten. Bupivakain memiliki awitan kerja yang lambat (sampai 30 menit) tetapi
durasi kerjanya sangat panjang hingga mencapai 8 jam bila digunakan sebagai blok saraf.
Bupivakain sering digunakan untuk memblokade epidural yang kontinu selama persalinan.
Karena efek kerjanya, bupivakain menjadi pilihan utama blok spinal di Inggris. Benzokain
adalah anestesi permukaan yang tidak larut dalam air dan bersifat netral. Kegunaannya hanya
sebagai anestesi permukaan untuk jaringan yang tidak meradang seperti faring dan mulut. Obat-
obat yang lebih toksis, seperti kokain dan tetrakain mempunyai kegunaan yang terbatas.
Kokain terutama digunakan sebagai anestesi hidung karena efek vasokonstri intrinsiknya.
Tetrakain digunakan untuk anestesi oftalmologi terutama pada anestesi kornea. Namun obat-
obatan yang tidak terlalu toksis seperti oksibuprokain dan proksimetakain masih lebih baik
dibanding tetrakain.

Reaksi alergi sering terjadi pada penggunaan anestesi lokal terutama untuk golongan prokain dan
asam p-aminobenzoat.

Kanal Natrium

Jaringan yang dapat dieksitasi anestesi lokal harus memiliki kanal Natrium voltage-gated khusus
yang terdiri dari satu subunit-alfa glikoprotein besar dan kadang memiliki subunit beta yang
lebih kecil. Subunit alfa memilik empat domain identik yang masing-masing domain terdiri
enam membran yang membentuk heliks alfa (S1-S6). Pada potensial istirahat , sebagian besar
gerbang h terbuka dan gerbang m tertutup (ini sama artinya dengan kanal tertutup) tetapi
depolarisasi yang kuat dari potensial aksi kemudian menyebabkan gerbang h tertutup kanalnya.
Potensial Aksi

Jika cukup banyak kanal natrium terbuka, maka kecepatan masuknya Natrium ke dalam akson
melebihi kecepatan keluarnya Kalium keluar dari akson dan pada titik ini, yang disebut potensial
ambang, semua natrium yang masuk akan mendepolarisasi membran. Depolarisasi membran
membuka lebih banyak kanal natrium, kemudian hal ini akan memicu lebih banyak natrium yang
masuk dan depolarisasi membran (ini jadi seperti lingkaran setan). Aliran cepat natrium
mendepolarisasi membran mengakibatkan natrium menuju potensial keseimbangan (sekitar +67
mV). Jika sudah sampai pada titik ini, lingkaran setan tadi berakhir, selanjutnya terjadi inaktivasi
kanal Natrium dan efluks Kalium yang terus menerus sehingga terjadi repolarisasi. Akhirnya,
kanal natrium mencapai keadaan untuk dapat dieksitasi normal dan pompa Natrium
mengembalikan semua kehilangan Kalium dan mengeluarkan ion Natrium yang sudah terkumpul
sejak tadi.

Mekanisme Anestesi Lokal

Anestesi lokal bekerja dengan cara menghambat terjadinya potensial aksi yang sudah dijelaskan
di atas. Entah itu melalui peyumbatan reseptor Natrium ataupun mencegah terbukanya gerbang
h. Dengan terbloknya gerbang h maka terjadi inaktivasi konduksi saraf.

You might also like:

Rabies

Nyeri Nosiseptif

Refarat Ablasio Retina

Refarat Retinopati Diabetik

LinkWithin

jam 4/02/2010 11:36:00 AM Tag Info, Medical, Opini, refarat Diposting oleh Skydrugz
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Tautan

Artikel ini dikutip dari: SKYDRUGZ: Anestetik Lokal


http://skydrugz.blogspot.com/2010/04/anestetik-lokal.html#ixzz1n5mFTT1S
Skydrugz
Kamis, 11 Agustus 2011

Farmakologi : Anestesi Lokal

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang
baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak terburu-
buru, tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter bedah.
Sebagai tambahan pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter
gigi. Operasi dentoalveolar dan prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan
pada pasien rawat jalan sangat tergantung pada anestesi lokal yang baik.

Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada
bagian tubuh tertentu tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local
merupakan aplikasi atau injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan
dari anestesi umum yang meliputi seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok
secara reversible pada system konduksi saraf pada daerah tertentu sehingga terjadi
kehilangan sensasi dan aktivitas motorik.

Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan pada permukaan


tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta
memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah
dan fungsi tubuh lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi
akan menghambat semua sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol
otot. Dosis atau konsentrasi akan menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal
pada kekuatan otot.

Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer dan
system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada
permukaan kulit atau tubuh.

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup obat ini bekerja pada tiap bagian
susunan saraf. Sebagai contoh, bila anestesi lokal dikenakan pada korteks motoris,
impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikkan ke dalam kulit,
maka transmisi impuls sensorik dihambat.

Anestetik Lokal
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan
saraf. Sebagai contoh, bila anestetik lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang
dialirkan dari daerah tersebut terhenti, dan bila disuntikkan ke dalam kulit maka
transmisi impuls sensorik dihambat. Pemberian anestetik lokal pada batang saraf
menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Banyak
macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran saraf, tetapi umumnya tidak dapat
dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen pada sel saraf. Paralisis saraf oleh
anestetik lokal bersifat reversible, tanpa merusak serabut atau sel saraf.

Anestetik lokal yang pertama ditemukan ialah kokain, suatu alkaloid yang terdapat
dalam daun Erythroxylon coca, semacam tumbuhan belukar.

Anestetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen. Kebanyakan anetetik lokal memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus
lebar, sebab anestetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus
sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu
untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang
masa pemulihan. Zat anestetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan,
dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.

Kimia dan Hubungan Struktur Aktivitas


Struktur dan sifat fisiokimia sangat berpengaruh terhadap aktivitas anestesi lokal. Sifat
hidrofobik anestesi lokal akan meningkatkan potensi dan lama kerjanya karena suasana
hidrofobik akan meningkatkan jumlah partikel di tempat kerjanya dan menurunkan
kecepatan metabolisme yang diperantarai oleh esterase plasma dan enzim hati.

Secara umum anestesi lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian: gugus
amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik lipofilik melalui suatu
gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus
antara dan gugus aromatik dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka
secara kimia, anestesi lokal digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid.
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestetik lokal sebab pada gugus
degradasi dan inaktivasi di dalam bagian, gugus tersebut akan di hidrolisis. Karena itu
golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme
dibandingkan dengan golongan amid. Anestetik lokal yang tergolong dalam senyawa
ester ialah tetrakain, benzokain, dan prokain dengan prokain sebagai prototip.
Sedangkan yang tergolong dalam senyawa amid ialah dibukain, lidokain, bupivakain,
mapivakain, dan prilokain.
Mekanisme Kerja
Anestetik lokal mencegah pembentukan dari konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.

Sebagaimana diketahui, potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat
permeabilitas membrane terhadap ion Na + akibat depolarisasi ringan pada membrane.
Proses fundamental inilah yang dihambat oleh anestetik lokal; hal ini terjadi akibat
adanya interaksi langsung antara zat anestetik lokal dengan kanal Na + yang peka
terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya
efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat
secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls
melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor- faktor ini akan
mengakibatkan penuruan menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian
mengakibatkan kegagalan saraf.

Anestetik lokal juga menghambat permeabilitas membran bagi K + dan Na+dalan


keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada
potensial istirahat. Hasil penelitian membuktikan bahwa anestesi lokal menghambat
hantaran saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan
hiperpolarisasi ringan. Pengurangan permeabilitas membran dan anesetik lokal juga
timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.

Potensial berbagai zat anestetik lokal sejajar dengan kemampuannya untuk


meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolecular. Mungkin sekali
anestetik lokal meninggikan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan
membran sel saraf, dengan demikian menutup pori dalam membran sehingga
menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini menyebabkan penuruan permeabilitas
membran dalam keadaan istirahat sehingga akan membatasi peningkatan
permeabilitas Na+. Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestetik lokal ialah
bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga
mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan
hambatan gerakan ion melalui membran.

Lidokain sebagai Bagian dari Anestesi Lokal Sintetik


Farmakodinamik
Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topical dan suntikan. Anesthesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama
dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan prokain pada konsentrasi yang
sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototip dari anestetik
lokal golongan amida. Larutan lidokain 0,5 % digunakan untuk anesthesia infiltrasi,
sedangkan lauran 1,0-2% untuk anesthesia blok dan topikal. Anestetik ini efektif bila
digunakan tanpa vasokonstriksor, tetapi kecepatan absorpsi dan toksisitasnya
bertambah dan masa kerjanya lebih pendek. Lidokain merupakan obat terpilih bagi
mereka yang hipersensitif terhadap anestetik lokal golongan ester. Lidokain dapat
menimbulkan kantuk.

Farmakokinetik
Lidokain cepat diserap dari tempat suntikan, saluran cerna dan saluran pernapasan
serta dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai
60% kadar dalam darah ibu. Dalam hati, lidokain mengalami dealkilasi oleh enzim
oksidase, fungsi ganda membentuk monoetilglisin dan xilidid maupun glisin xilidid, yang
kemudian dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi monoetilglisin dan xilidid. Kedua
metabolit monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek
anestetik lokal. Pada manusia, 75% dari xilidid akan diekskresi bersama urin dalam
bentuk metabolit akhir, 4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin.

Efek samping
Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan.
Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut
berperan dalam timbulnya efek samping ini.

Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau
oleh henti jantung.
Indikasi
Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi, blokade saraf,
anesthesia spinal, anesthesia epidural ataupun anesthesia kaudal, dan secara
setempat untuk anesthesia selaput lendir. Pada anesthesia infiltrasi biasanya
digunakan larutan 0,25-0,50% dengan atau tanpa epinefrin. Tanpa epinefrin dosis total
tidak boleh melebihi 200 mg dalam waktu 24 jam, dan dengan epinefrin tidak boleh
melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama. Dalam bidang kedokteran gigi,
biasanya digunakan larutan 1-2% dengan epinefrin; untuk anesthesia infiltrasi dengan
mula kerja 5 menit dan masa kerja kira- kira 1 jam dibutuhkan dosis 0,5-1,0 mL. Untuk
blockade saraf digunakan 1-2 mL.
Lidokain dapat pula digunakan unutuk anesthesia permukaan. Untuk anesthesia rongga
mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digunakan larutan 1-4% dengan
dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah
anogenital atau rasa sakit yang menyertai wasir dapat dihilangkan dengan supositoria
atau bentuk salep dan krim 5%. Untuk anesthesia sebelum dilakukan tindakan
sistoskopi atau kateterisasi uretra digunakan lidokain gel 2% dan sebelum dilakukan
bronkoskopi atau pemasangan pipa endotrakeal biasanya digunakan  semprotan
dengan kadar 2-4%

Aritmia Jantung
Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan sebagai
aritmia.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga nosiceptorr, secara anatomis reseptor nyeri (nosiceptor)
ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan
letaknya, nosieptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada
kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.Nosiceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.

Pada percobaan yang telah dilakukan, licocain yang diinjeksikan mulai berkurang
keaktifannya pada menit ke 20 dan sensasi pertama yang dirasakan adalah sentuhan.

KESIMPULAN
Pada dasarnya, anestesi terbagi dua menjadi anestesi lokal dan anestesi umum. Akan
tetapi, anestesi lokal lebih sering digunakan karena memiliki tingkat keselamatan yang
lebih tinggi daripada anestesi umum. Anestetik lokal ialah obat yang menghambat
hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.
Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf.

Salah satu contoh obat anestesi lokal yang sering digunakan adalah lidokain. Lidokain
diberikan secara suntikan dan cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan maupun
saluran cerna. Dan sebagaimana obat yang memiliki kandungan zat kimia, lidokain pun
tak lepas dari efek samping, yang di antaranya adalah mengantuk, pusing, parestesia,
kedutan otot, gangguan mental, koma, dan bangkitan.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Ebong. Makalah Anestesi Lokal Maksila. 6 Mei
2009.http://www.myspace.com/restiebongschizoprenz/blog/487522508. (24 Maret
2011).
2.      Sunaryo. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam : ed. Ganiswarna SG.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru, 1995: 234-47.

Diposkan oleh Adi Pratama di 21:48

ANESTETIK LOKAL LIDOKAIN


23
Dec 2010

sumarheni

Anestetik lokal atau zat-zat penghalang rasa adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi
secara reversibel penerusan impus-impuls saraf ke sistem saraf pusat dan demikian
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin. Anestetik lokal pertama adalah
kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan
Andes (Peru), yang pertama kali digunakan sebagai penghilang rasa nyeri pada pengobatan mata,
kemudian pada kedokteran gigi. Sejak tahun 1892 dikembangkan anestetik lokal secara sintesis
dan ditemukan prokain dan benzokain pada tahun 1905, yang disusul oleh banyak derivat lain
seperti tetrakain, butkain, dan chincokain. Kemudian muncul anestetik lokal seperti lidokain
(1947), mepivakain (1957), prilokain (1963), dan bupivakain (1967).

Lidokain adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk anestesi
permukaan maupun infiltrasi. Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas
dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan
lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain.

Lidokain ialah obat anestesi lokal yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran oleh karena
mempunyai awitan kerja yang lebih cepat dan bekerja lebih stabil dibandingkan dengan obat –
obat anestesi lokal lainnya. Obat ini mempunyai kemampuan untuk menghambat konduksi di
sepanjang serabut saraf secara reversibel, baik serabut saraf sensorik, motorik, maupun
otonom.Kerja obat tersebut dapat dipakai secara klinis untuk menyekat rasa sakit dari – atau
impuls vasokonstriktor menuju daerah tubuh tertentu.

Lidokain mampu melewati sawar darah otak dan diserap secara cepat dari tempat injeksi. Dalam
hepar, lidokain diubah menjadi metabolit yang lebih larut dalam air dan disekresikan ke dalam
urin. Absorbsi dari lidokain dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat injeksi, dosis
obat, adanya vasokonstriktor, ikatan obat – jaringan, dan karakter fisikokimianya.

Apoteker sebagai drug informer dalam hal ini dapat membantu dalam penggunaan lidokain
sebagai anestetik lokal, memberikan informasi dan konseling serta membantu dalam pencatatan
untuk pelaporan.

Anestetik Lokal

Absorpsi anestetik lokal yang diinjeksikan dari tempat pemberian dimodifikasi oleh beberapa
faktor, meliputi dosis, daerah injeksi, ikatan obat jaringan, adanya senyawa yang menyebabkan
vasokonstriksi dan karateristik fisiko kimia obat yang bersangkutan. Penggunaan anestetik lokal
pada daerah-daerah yang sangat kaya pembuluh darah misalnya mukosa trakea menyebabkan
absorpsi yang lebih cepat dan menghasilkan kadar obat dalam darah yang tinggi dari jika
anestetik lokal tersebut diinjeksikan ke daerah yang miskin pembuluh darah misalnya tendon.
Untuk anestesi regional yang meliputi penyekatan saraf besar, kadar anestetik lokal maksimum
di dalam darah akan menurun sesuai dengan tempat pemberian sesuai dengan tingkatan sebagai
berikut : interkostal (tertinggi) > kaudal > epidural > pleksus brakhialis > nervus skiatikus
(terendah).

Anestetik lokal golongan amida seperti lidokain didistribusikan secara luas di dalam tubuh
setelah pemberian bolus intravena. Adanya kenyataan bahwa sekuestrasi terjadi pada tempat
penimbunan, kemungkinan jaringan lemak. Setelah fase distribusi permulaan yang sangat cepat,
yang menunjukkan adanya ambilan menuju organ-organ yang kaya pembuluh darah misalnya
otak, hati, ginjal dan jantung maka fase distribusi yang lebih lambat terjadi dengan adanya
ambilan menuju jaringan-jaringan yang mendapatkan perfusi aliran darah sedang, seperti otot
dan usus.

Anestesi lokal diubah di dalam hati atau plasma menjadi metabolit-metabolit  yang larut air,
kemudian diekskresikan dalam urin. Oleh karena anestetika lokal dalam bentuk yang tidak
bermuatan berdifusi dengan cepat melalui lipid, maka sedikit sekali atau tidak sama sekali dari
bentuk netral yang akan diekskresi dalam urin. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi dari
basa tersier menjadi bentuk bermuatan yang lebih larut air, yang lebih mudah diekskresi karena
tidak mudah mengalami reabsorpsi oleh tubulus ginjal.

Mekanisme Kerja Anestetik Lokal


Anestesi lokal mengganggu fungsi saluran ion di dalam membran sel neuron mencegah transmisi
potensial aksi saraf. Hal ini diduga terjadi melalui pengikatan spesifik dari molekul anestesi lokal
(dalam bentuk terionisasi mereka) untuk saluran natrium, menahan mereka dalam keadaan tidak
aktif sehingga depolarisasi lebih lanjut dapat terjadi. Efek ini dimediasi dari dalam sel, sehingga
anestesi lokal harus melintasi membran sel sebelum dapat mengerahkan efeknya. Mekanisme
kedua juga berpikir untuk beroperasi, melibatkan gangguan fungsi saluran ion oleh
penggabungan molekul anestesi lokal ke dalam membran sel (teori ekspansi membran). Ini
adalah pemikiran yang akan dimediasi terutama oleh bentuk serikat bertindak dari luar neuron.
Serat saraf berbeda dalam kepekaan mereka untuk anestesi lokal. Serabut saraf kecil lebih
sensitif dari serabut saraf besar sementara serat myelinated diblokir sebelum serat non-
myelinated dari diameter yang sama. Dengan demikian hilangnya fungsi saraf sebagai hasil
hilangnya rasa sakit, temperatur, sentuhan, proprioception, dan kemudian otot rangka. Inilah
sebabnya mengapa orang masih dapat merasakan sentuhan tetapi tidak sakit saat menggunakan
anestesi lokal.

LIDOCAINE

Lidocaine (XYLOCAINE, dan lain-lain), yang diperkenalkan pada tahun 1948, sekarang
merupakan anestesik lokal yang paling banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan
kedokteran gigi. Merupakan anestetika lokal yang berguna untuk infiltrasi dan memblokir syaraf
(nerve block).

Aksi Farmakologi

Lidokain cepat menghasilkan, lebih intens, lebih tahan lama dan merupakan anastesi lebih luas
daripada prokain dengan konsentrasi yang sama. Tidak seperti prokain, senyawa ini merupakan
suatu senyawa aminoetilamida dan merupakan anggota prototipikal golongan anestetik lokal
amida. Lidokain adalah pilihan alternatif untuk individual yang sensitif terhadap anestesi lokal
tipe ester. Lidokain digunakan pada perawatan ventricular cardiac arrhytmias dan tahanan
jantung dengan fibrilasi ventrikular, khususnya dengan iskemia akut, tetapi tidak digunakan pada
perawatan atrial arrhytmia.

Farmakodinamik

Lidokain di absorbsi secara cepat setelah pemberian parenteral serta dari saluran gastrointestinal
dan pernafasan. Walaupun senyawa ini efektif jika  digunakan tanpa vasokonstriktor, dengan
adanya epinephrine menurunkan laju absorbsinya, sehingga toksisitasnya menurun dan lama
kerjanya diperpanjang. Disamping sediaan untuk injeksi, tersedia sistem pengantaran obat bebas
jarum (needle-free drug-delivery system) untuk larutan dari lidocaine dan epinephrine
(IONTOCAINE). Sistem ini secara umum digunakan untuk prosedur dermal dan menghasilkan
anestesi sampai kedalaman 10 mm.

Lidocaine bagian transdermal (LIDODERM) digunakan untuk nyeri yang berhubungan dengan
postherpetic neuralgia. Kombinasi dari lidocaine (2.59%) and prilocaine (2.5%) digunakan
sebagai anestesi sebelum venipuncture, skin graft harvesting, dan infiltrasi dari anestesi ke dalam
genitalia.
Lidocaine didealkylasi pada hati oleh CYPs menjadi monoethylglycine xylidide dan glycine
xylidide, yang dapat dimetabolisme lebih lanjut menjadi monoethylglycine dan xylidide.
Keduanya, monoethylglycine xylidide dan glycine xylidide menahan aktivitas anastesi lokal.
Pada manusia, sekitar 75% dari xylidide diekskresikan lewat urin sebagai metabolit lebih lanjut
4-hydroxy-2, 6-dimethylaniline.

Toksisitas

Efek samping dari lidokain diperlihatkan dengan adanya peningkatan dosis diantaranya
mengantuk, tinnitus, dysgeusia, pusing, dan kejang (berkedut). Jika dosis meningkat, akan terjadi
serangan jantung, koma, serta depresi dan henti pernafasan. Depresi kardiovaskular yang
signifikan  secara klinik biasanya terjadi pada level serum lidocaine yang menghasilkan efek SSP
yang nyata. Metabolit dari monoethylglycine xylidide dan glycine xylidide dapat berperan pada
beberapa efek samping tersebut.

Penggunaan Klinik

Lidokain memiliki indeks terapi yang luas dari penggunaan klinik sebagai anestesi lokal ; ini
digunakan pada sebahagian besar aplikasi ketika diperlukan anestesi lokal dari durasi tingkat
menengah. Lidocain sering digunakan sebagai agen antiarrhytmia.

Inkompabilitas

Lidokain dilaporkan inkompatibel dengan larutan amfoterisin B, na Sulfadiazin, na metohexital,


na fenitoin dan na cefazolin.

Efek samping

1. Pada SSP

Adanya reaksi psikotik dilaporkan terjadi pada 6 pasien dengan pemberian lidokain IV untuk
pengobatan penyakit jantung. Pada kasus lain pasien mengalami gejala ataxia serebral setelah
penggunaan lidokain topikal untuk endoskopi.

2. Pada kulit

Eritema dan pigmentasi pada bibir atas terjadi pada anak-anak setelah infiltrasi dental lokal dari
lidokain. Eritema juga terjadi setelah pemberian topikal pada beberapa formula lidokain seperti
transdermal patch.

3. Kehamilan

Efek samping serius dari anestesi epidural jarang terjadi tetapi lidokain mungkin memberikan
efek transient pada sistem auditory neonatal.

PERHATIAN
Sebagai anestesi lokal

Umumnya lidokain tidak diberikan pada pasien yang hipovolaemia, dan seharusnya menjadi
perhatian pada jika digunakan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, bradikardi atau
depresi pernapasan. Lidokain dimetabolisme dihati dan harus diperhatikan pemberian pada
pasien yang mengalami kerusakan hati. T1/2 lidokain mungkin diperpanjang pada kondisi
kurangnya aliran darah hati seperti gagal jantung atau gagal sirkulasi. Metabolit lidokain
mungkin berakumulasi dengan pasien yang mengalami kerusakan ginjal. Injeksi IM lidokain
mungkin meningkatkan konsentrasi kreatinin fosfokinase yang dapat mengganggu diagnosa dari
Infark myocard akut.

Ibu menyusui

Tidak ditemukan efek samping pada bayi yang ibunya menggunakan lidokain.

Kerusakan serebrovaskular

Lidokain 5 mg/kg infus IV sekitar 30 menit menyebabkan berkurangnya aliran darah otak
sebanyak 12% dan akan kembali normal dalam 60 menit. Aliran darah otak pada pasien dengan
diabetes lebih rendah dari pada orang yang sehat tetapi kurang berefek dengan infus lidokain,
terjadi penurunan reaktivitas serebrovaskular.

Gangguan ginjal

Farmakokinetik lidokain dan metabolitnya monoetilglisinlidid tidak berefek pada pasien dengan
gangguan ginjal tetapi akumilasinya terjadi selama infus 12 jam atau lebih.

Merokok

Efek merokok terhadap lidokain belum jelas. Penelitian pada beberapa pasien menunjukkan
penurunan bioavailabilitas sistemik.

INTERAKSI

Klirens lidokain dapat berkurang oleh propranolol dan simetidin. Efek depresi jantung lidokain
bersifat aditif dengan beberapa beta bloker dan antiaritmia. Efek aditif kardiak dapat terjadi
ketika lidokain diberikan dengan fenitoin IV. Bagaimanapun penggunaan jangka panjang
fenitoin dan penginduksi enzim lainnya dapat meningkatkan pemberian dosis lidokain.
Hipokalemia terjadi pada penggunaan lidokain dengan asetazolamid, diuretik loop, dan antagonis
tiazid.

Antiaritmia

Toksisitas lidokain muncul pada penggunaan sediaan oral mengandung lidokain pada pasien
yang mendapatkan mexiletin.
Antiepilepsi

Studi pada subjek sehat dan pasien epilepsi menunjukkan bahwa penggunaan lama dari obat
fenitoin atau barbiturat dapat meningkatkan pemberian dosis lidokain karena induksi enzim
mikrosomal. Fenitoin juga dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari α1-acid glycoprotein dan
hal tersebut mengurangi konsentrasi obat bebas lidokain dalam plasma. Efek depresi kardiak
lidokain sangat berbahaya dengan adanya fenitoin IV.

Beta blockers

Peningkatan signifikan konsentrasi lidokain dalam plasma terjadi dengan propranolol,karena


mengurangi klirens lidokain dari plasma. Interaksi sama terjadi pada nadolol dan metoprolol
meskipun pada beberapa studi metoprolol tidak mempengaruhi farmakokinetik lidokain.

Antagonis H2

Simetidine mengurangi metabolisme hepatik lidokain. Juga dapat mengurangi klirens lidokain
karena penurunan aliran darah hepatik. Peningkatan signifikan dari konsentrasi lidokain dalam
plasma telah dilaporkan.

Anestesi Lokal

Bupivacin dapat mengurangi jumlah lidokain yang berikatan pada α1-acid glycoprotein.

PENGGUNAAN

Lidokain digunakan pada pemberian injeksi, seperti pada sediaan yang mengandung 
kortikosteroid, untuk menghilangkan rasa sakit, rasa gatal, dan iritasi lokal lainnya. Lidokain
sodium juga digunakan pada injeksi intramuskular dari beberapa antibakterial untuk mengurangi
rasa sakit pada saat injeksi.

Lidokain juga merupakan obat antiaritmik golongan Ib yang digunakan pada pengobatan aritmia
ventrikular, terutama setelah infark miokard. Lidokain juga tersedia dalam infus intravena untuk
pengobatan epilepsi yang sulit dikendalikan.

Penggunaan dosis dari lidokain hidroklorida pada anestetik lokal bergantung pada tempat injeksi
dan prosedur penggunaan. Dosis penggunaan lidokain secara spesifik untuk individual tidak
selalu tersedia pada UK, meskipun produk dari US sering menyediakan informasi tentang
penggunaannya. Ketika diberikan dengan adrenalin, dosis maksimum lidokain yang disarankan
adalah 500 mg; tanpa adrenalin yang direkomendasikan oleh UK adalah 200 mg dan USA 300
mg, kecuali pada anestesi pada spinal.  Larutan Lidocaine HCl mengandung adrenalin 1 dalam
200.000 digunakan untuk infiltrasi anestetik dan memblok nervus termasuk blok epidural.
Konsentrasi tinggi dari adrenalin jarang dibutuhkan, kecuali pada dokter gigi. Sedangkan larutan
lidokain HCL dengan adrenalin 1 dalam 80.000 banyak digunakan. Dosis seharusnya dikurangi
pada anak-anak, orang tua dan pasien yang lemah. Dosis percobaan,biasanya dengan adrenalin,
seharusnya diberikan sebelum memulai blok epidural untuk mendeteksi dosis intravaskular yang
kurang hati-hati atau dosis subaraknoid.

Berikut ini dosis yang direkomendasikan untuk penatalaksanaan anestesi lokal secara individu di
USA :

 Untuk anestesi infiltrasi perkutan, 5 sampai 300 mg ( 1 dalam 60 mL dari 0,5% larutan,
atau 0,5 sampai 30 mL dari 1% larutan).
 Dosis untuk memblok saraf perifer tergantung oleh rute penggunaan. Untuk memblok
plexus brankial 225 sampai 300 mg (15 sampai 20 mL) dalam larutan 1,5%.
 Untuk memblok saraf simpatis larutan 1% direkomendasikan. Dosis 50 mg(5 mL) untuk
blok servical dan 50 sampai 100mg (5 sampai 10 mL) untuk blok lumbal.
 Untuk anestesi epidural 2 sampai 3 mL larutan dibutuhkan. Untuk anestesi epidural
lanjutan,dosis maksimum sebaiknya tidak diulangi terus-menerus lebih dari 90 menit.
 Larutan hiperbarik 1,5% atau 5% lidokain HCL dalam glukosa 7,5% tersedia untuk
anestesi spinal ; adrenalin tidak bisa digunakan. Dosis sampai 75 mg (1,5 mL) dalam
larutan 5% digunakan dalam operasi caesar. Dan 75 sampai 100 mg (1,5 sampai 2 mL)
untuk prosedur operasi lainnya.
 Untuk anestesi regional IV larutan 0,5% tanpa adrenalin dapat digunakan dalam dosis 50
sampai 300 mg (10 sampai 60 mL) ; dosis maksimum 4 mg/kg direkomendasikan untuk
dewasa.
 Lidokain juga dapat digunakan dalam berbagai jenia formulasi anestesi permukaan.
 Lidokain salep digunakan untuk anestesi pada kulit dan membran mukosa dengan dosis
yang direkomendasikan sebesar 20 g dalam 5% salep (setara 1 g lidokain basa) dalam 24
jam.
 Gels digunaan untuk anestesi pada saluran kemih dan dosisnya bermacam-macam tiap
negara. Di UK diberikan dosis 2% gel.
 Larutan topikal digunakan untuk anestesi permukaan dari membran mukosa mulut,
tenggorokan, dan saluran kemih atas. Untuk mulut dan tenggorokan digunakan larutan
2%, dapat ditingkatkan 300 mg (15mL). Untuk sakit faringeal obat kumur dibutuhkan,
tidak lebih dari 3 jam sekali. Dosis yang direkomendasikan di USA untuk larutan oral
topikal adalah 2,4 g.  Lidokain dalam konsentrasi 10% digunakan sebagai spray untuk
mencegah sakit pada membran mukosa.
 Lidokain digunakan secara rektal sebagai supositoria, spray, salep, dan krim untuk
mengobati hemoroid dan kondisi perianal lainnya.
 Tetes mata mengandung lidokain HCL 4% dengan fluoresin.

Penggunaan pada Aritmia

Untuk pengobatan aritmia ventrikular lidokain diberikan secara IV sebagai lidokain HCl. Untuk
dewasa, dosis biasanya sekitar 1 sampai 1,5 mg/kg dapat diberikan dan diulangi sampai 3 mg/kg.

Lidokain juga digunakan untuk aritmia ventrikular lainnya pada pasien dengan kondisi yang
kurang stabil. Infus IV lanjutan biasa direkomendasikan setelah dosis awal sekitar 1 sampai 4
mg/menit. Jarang dibutuhkan infus lanjutan lebih lama dari 24 jam. Pada situasi gawat,lidokain
HCl diberikan sebagai injeksi IM 300mgdiulangi bila perlu setelah 60 sampai 90menit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Catterall w & Mackie K. Anestetik lokal. Di dalam : Goodman & Gilman, editor. Dasar
Farmakologi Terapi. Ed.10, vol.1.
2. Katzung BG & Miller RD. Anestetik Lokal. Di dalam : Katzung BG, editor. Farmakologi
Dasar dan Klinik. Ed. 8, vol.2. Salemba Medika. Jakarta. 2002. Hal.162-163
3. Martindale. The Complete Drug Reference. 35th ed. Pharmaceutical Press, London. 2007.
Available as compiled HTML file, e-book
4. Ganiswarna. S. A. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Hal.332
5. Tan HT dan Rahardja K. Obat-obat penting. Ed. 5. Kelompok Gramedia. Jakarta. 2002.
hal. 308,311

Tim penyusun : Sandra Aulia M., Welmi Zulfiani Djafar, Widyasari Djafar, Rosni  Ahmad

MAKALAH FARMAKOLOGI

Senin, 05 Juli 2010


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

1. obat anestasi umum


Usaha menekan rasa nyeri pada tindakan operasi dengan menggunakan obat Telah dilakukan
sejak zaman dahulu termasuk pemberian alcohol dan opodium secara oral. Tahun 1846, wiiliam
morton, di bostom, pertama kali menggunakan obat anestesi dietil eter untuk menghilangkan
nyeri operasi. Pada tahun yang sama, james simpsom, diskotlandia, menggunakan kloroform
yang 20 tahun kemudian diikuti dengan penggunaan nitrogen oksida, yang diperkenalkan oleh
Davy pada era tahun 1790 an. Anestetik modern mulai dikenal pada era tahun 1930 an. Dengan
pemberian barbiturate thiopental secara intra vena. Beberapa puluh tahun yang lalu, kurare
pun pernah diperkenalkan sebagai anestesi umum untuk merelaksasi otot skelet selama operasi
berlangsung. Tahun 1956, hidrokarbon halogen yang dikenal dengan nama halotan mulai
dikenal sebagai obat anestetik secara inhalasi dan menjadikannya sebagai standar pembanding
untuk obat-obat anestesi lainnya yang berkembang sesudah itu.
Stadium anestesi umum meliputi “analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran”, terhambatnya
sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat
anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan, dan
keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu,
batas keamanan pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping yang sangat minimal.
Tidak satu pun obat anestetik dapat memberikan efek yang diinginkan tampa disertai efek
samping, bila diberikan secara tunggal. Oleh karena itu, pada anestetik modern selalu
digunakan anestetik dalam bentuk kombinasi untuk mengurangi efek samping yang tidak
diharapkan.

2. Anestesi lokal
Anestesi lokal menghambat impuls konduksi secara revesibel sepanjang akson saraf dan
membran eksitabel lainnya yang menggunakan saluran natrium sebagai alat utama
pembangkit potensi aksi. Secara klinik, kerja ini dimamfaatkan untuk menghambat sensasi sakit
dari-atau impuls vasokontstriktor simpatis ke-bagian tubuh tertentu. Kokain, obat anestesi
pertama, yang diisolasi oleh niemann pada tahun 1860.
Kokain dikenal dana pengunaan klinik oleh koller, pada tahun 1884, sebagai suatu anestesi
oftalmik. Obat ini kemudian segera diketahui mempunyai kerja adiksi SSP yang kuat, tetapi
seblumnya hanya digunakan sebagai anestesi lokal secara luas selama 30 tahun. Dalam usaha
memperbaiki sifat kokain, pada tahun 1905 einorn telah mensintesis prokain, yang kemudian
menjadi anestesi lokal dominan selama 50 tahun kemudian.
Sejak 1905, sudah banyak bat anestesi lokal disentesis. Tujuan usaha ini adalah untuk
mengurangi iritasi lokal dan kerusakan jaringan, mempekecil tosisitas sistemik, mula kerja yang
cepat, dan kerja yang lama. Likokain akhirnya merupakan obat yang paling populer, disentesis
pada tahun 1943 oleh lofgren dan dinyatakan sebagai prototipe obat anestesi lokal.
Belum tersedia saat ini obat anestesi lokal yang ideal, dan pengembangan obat baru masih
terus diteliti. Namun, walaupun relatif mudah untuk mensintesis suatu zat kimia yang
mempunyai efek anestesi lokal, tetapi sangat sulit meguragi efek toksik yang lebih kecil dari
obat yang ada saat ini. Alasan utama kesulitan tersebut adalah kenyataan bahwa toksisitas
yang sangat serius dari obat anestesi lokal merupakan perluasan efek terapinya pada otak dan
sistem sirkulasi.

B. Tujuan
Supaya mahasiswa memahami tentang anestesi umum dan anestesi local
Supaya mahasiswa dapat membedakan penggunaan anestesi umum dan anestesi lokal
Agar kita semua memahami perbedaan anestesi umum dan anestesi local
Agar semua mahasiswa dapat mengetahui jenis obat-obat anestesi umum dan lokal

BAB II
ANESTESI UMUM

A. Jenis obat anestesi umum.


Umumnya obat anestesi umum diberikan secara inhalasi atau suntikan intravena.
1. Anestetik inhalasi
Nitrogen aksida yan stabil pada tekanan dan suhu kamar merupakan salah satu anestetik gas
yang banyak dipakai karena dapat digunakan dalam bentuk kombinasi dengan anestetik
lainnya. Halotan, enfluran, isofluran, desfluran dan metoksifluran merupakan zat cair yang
mudah menguap. Sevofluran merupakan anestesi in halasi terbaru tetapih belum diizinkan
beredar di USA. Anestesi inhalasi konvensional seperti eter, siklopropan, dan kloroform
pemakaiannya sudah dibatasi karena eter dan siklopropan mudah terbakar sedangkan
kloroform toksik terhadap hati.

2. Anestetik intravena
Beberapa obat anestetik diberikan secara intravena baik tersendiri maupun dalam bentuk
kombinasi dengan anestetik lainnya untuk mempercepat tercapainya stadium anestesi atau pun
sebagai obat penenang pada penderita gawat darurat yang mendapat pernafasan untuk waktu
yang lama, Yang termasuk :

Barbiturat (tiopental, metoheksital)


 Benzodiazepine (midazolam, diazepam)
 Opioid analgesik dan neuroleptik
 Obat-obat lain (profopol, etomidat)
 Ketamin, arilsikloheksilamin yang sering disebut disosiatif anestetik.

B. Tanda dan stadium anestesi


Sejak obat anestesi umum di perkenalkan, telah diusahakan mengkorelasikan efek dan
tandanya untuk mengetahui dalamnya anestesi. Gambaran tradisional tanda dan stadium
anestesi (tanda guedel) berasal terutama dari penilitian efek diatil eter, yang mempunyai mula
kerja sentral yang lambat karena kelarutannya yang tinggi didalam darah. Stadium dan tanda
ini mungkin tidak mudah terlihat pada pemakaian anestetik modern dan anestetik intravena
yang bekerja cepat. Karenanya, pemakaian anestetik dipergunakan dalam bentuk kombinasi
antara anestetik inhalasi dengan anestetik intravena. Namun tanda-tanda anesthesia dietil eter
masih memberikan dasar untuk menilai efek anestetik untuk semua anestetik umum. Banyak
tanda-tanda anestetik ini menunjukkan pada efek obat anestetik pernafasan, aktivitas refleks,
dan tonus otot.

Secara tradisional, efek anestetik dapat dibagi 4 stadium peningkatan dalamnya depresi
susunan saraf pusat, yaitu :

I. Stadium analgesi
Pada stadium awal ini, penderita mengalami analgesi tampa disertai kehilangan kesadaran.
Pada akhir stadium 1, baru didapatkan amnesia dan analgesi

II. Stadium terangsang


Pada stadium ini, penderita tampak delirium dan gelisah, tetapih kehilangan kesadaran.
Volume dan kecepatan pernafasan tidak teratur, dapat terjadi mual. Inkontinensia urin dan
defekasi sering terjadi. Karena itu, harus diusahakan untuk membatasi lama dan berat stadium
ini, yang ditandai dengan kembalinya pernafasan secara teratur.

III. Stadium operasi


Stadium ini ditandai dengan pernafasan yang teratur. Dan berlanjut sampai berhentinya
pernafasan secara total. Ada empat tujuan pada stadium III digambarkan dengan perubahan
pergerakkan mata, dan ukuran pupil, yang dalam keadaan tertentu dapat merupakan tanda
peningktan dalamnya anestesi.

IV. Stadium depresi medula oblongata


Bila pernafasan spontan berhenti, maka akan masuk kedalam stadium IV. Pada stadium ini
akan terjadi depresi berat pusat pernafasan dimedula oblongata dan pusat vasomotor. Tampa
bantuan respirator dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal.
Pada praktek anestesi modern, perbedaan tanda pada masing-masing stadium sering tidak
jelas. Hal ini karena mula kerja obat anestetik modern relatife lebih cepat dibandingkan dengan
dietil eter disamping peratan penunjang yang dapat mengontrol ventilasi paru secara mekanis
cukup tersedia. Selain itu, adanya obat yang diberikan sebelum dan selama operasi dapat juga
berpengaruh pada tanda-tanda anestesi. Atropin, digunakan untuk mengurangi skresi,
sekaligus mendilatasi pupil; obat-obatnya seperti tubokurarin suksinilkolin yang dapat
mempengaruhi tonus otot; serta obat analgetik narkotik yang dapat menyebabkan efek
depresan pada pernafasan.tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium
operasi adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang dalam dan
teratur.

C. Anastetik inhalasi

1. Farmakokinetik
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestetik didalam susunan saraf pusat.
Kecepatan pada konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi) bergantung pada
banyaknya farmakokinetika yang mempengaruhi ambilan dan penyebaran anestetik. Factor
tersebut menentukan perbedaan kecepatan transfer anestetik inhalasi dari paru kedalam darah
serta dari darah ke otak dan jaringan lainnya. Faktor-faktor tersebut juga turut mempengaruhi
masa pemulihan anestesi setelah anestetik dihentikan.

Ambilan & distribusi


Konsentrasi masing-masing dalam suatu campuran gas anestetik sebanding dengan tekanan
atau tegangan persialnya. Istilah tersebut sering dipergunakan secara bergantian dalam
membicarakan berbnagai proses transfer anestetik gas dalam tubuh. Tercapainya konsentrasi
obat anestetik yang adekuat dalam otak untuk menimbulkan anestesi memerlukan transfer
obat anestetik dari udara alveolar kedalam darah dan otak. Kecepatan pencapaian konsentrasi
ini bergantung pada sifat kelarutan anestetik, konsentrasinya dalam udara yang dihisap, laju
ventilasi paru, aliran darah paru, dan perbedaan gradian konsentrasi (tekanan parsial) obat
anestesi antara darah arteri dan campuran darah vena.

a) Kelarutannya
Salah satu penting factor penting yang mempengaruhi transfer anestetik dari paru kedarah
arteri adalah kelarytannya. Koefisien pembagian darah; gas merupakan indeks kelarutan yang
bermakna dan merupakan tanda-tanda afinitas relative suatu obat anestetik terhadap darah
dibandingkan dengan udara.
b) Konsentrasi anastetik didalam udara inspirasi
Konsentrasi anestetik inhalasi didalam campuran gas inspirasi mempunyai efek langsung
terhadap tegangan maksimun yang dapat tercapai didalam alveolus maupun kecepatan
peningkatan tegangan ini didalam darah arterinya.

c) Ventilasi paru
Kecepatan peningkatan tegangan gas anestesi didalam darah arteri bergantung pada
kecepatan dan dalamnya ventilasi per menit. Besarnya efek ini bervariasi sesuai dengan
pembagian koefisien darah; gas.

d) Aliran darah paru


Perubahan kecepatan aliran darah dari dan menuju paru akan mempengaruhi transfer obat
anestetik. Peningkatan aliran darah paru akan memperlambat kecepatan peningkatan tekanan
darah arteri, terutama oleh obat anestetik dengan kelarutan drah yang sedang sampai tinggi.

e) Gradient konsentrasi arteri-vena


Gradien konsentrasi obat anestetik antara darah arteri dan vena campuran terutama
bergantung pada kecepatan dan luas ambilan obat anestesi pada jaringan itu, yang bergantung
pada kecepatan dan luas ambilan jaringan.

Pembuangan
Waktu pemulihan anestesi inhalasi bergantung pada kecepatan pembuangan obat anestetik
dari otak setelah konsentrasi obat anestesi yang diisap menurun. Banyaknya proses transfer
obat anestetik selama waktu pemulihan sama dengan yang terjadi selama induksi. Factor-
factor yang mengontrol kecepatan pemulihan anestesi meliputi; aliran darah paru, besarnya
ventilasi, serta kelarutan obat anestesi dalam jaringan dan darah serta dalamnya fase gas
didalam paru.

2. Farmakodinamik

Mekanisme kerja
Kerja neurofisiologik yang penting pada obat anestesi umum adalah dengan meningkatkan
ambang rangsang sel, Aloia, 1991. Dengan meningkatnya ambang rangsang, akan terjadi
penurunan aktivitas neuronal. Obat anestetik inhalasi seperti juga intravena barbiturate dan
benzodiazepine menekan aktivitas neuron otak sehingga akson dan transmisisinaptik tidak
bekerja. Kerja tersebut digunakan pada transmisi aksonal dan sinaptik, tetapi proses sinaptik
lebih sensitive dibandingkan efeknya. Mekanisme ionik yang diperkirakan terlibat adalah
bervariasi. Anestetik inhalasi gas telah dilaporkan menyebabkan hiperpolarisasi saraf dengan
aktivitas aliran K+, sehingga terjadi penurunan aksi potensial awal, yaitu peningkatan ambang
rangsang. Penilitian elektrofisiologi sel dengan menggunakan analisa patch clamp,
menunjukkan bahwa pemakaian isofluran menurunkan aktivitas reseptor nikotinik untuk
mengaktifkan saluran kation yang semuanya ini dapat menurunkan kerja transmisi sinaptik
pada sinaps, kolinergik. Efek benzodiazepine dan barbiturate terhadap saluran klorida yang
diperantai reseptor GABAA akan menyebabkan pembukaan dan menyebabkan hiperpolarasi,
tehadap penurunan sensitivitas. Kerja yang serupa untuk memudahkan efek penghambatan
GABA juga telah dilaporkan pemakaian propofol dan anestetik inhalasi lain.
Mekanisme molecular dengan anestetik gas merubah aliran ion pada membran neuronal
belumlah jelas. Efek ini dapat menghasilkan hubungan interaksi langsung antara molekul
anestetik dan tempat hidrofobik pada saluran membrane protein yang spesifik. Mekanisme ini
telah diperkenalkan pada penilitian interaksi gas dengan saluran kolineroseptor nikotinik
interkais yang tampaknya untuk menstabilkan saluran pada keadaan tertutup. Interpretasi
alternatif, yang dicoba untuk diambil dalam catatan perbedaan struktur yang nyata diantara
anestetik, memberikan interaksi yang kurang spesifik pada obat ini dengan dengan membran
matriks lipid, dengan prubahan sekunder pada fungsi saluran.

Karakteristik dosis-Respons:
Konsentrasi alveolar minuman obat anestesi (KAM)

Obat anestetik inhalasi masuk ke dalam paru dalam bentuk campuran gas dengan konsentrasi
dan kecepatan pengaliran yang mudah diukur dan dikontrol. Akan tetapi, pencapaian keadaan
anestesi secara klinik sukar diukur. Pertama: hasil stadium anestesi bergantung pada
konsentrasi obat anestetik didalam otak dimana konsentrasi ini sukar diukur pada kondisi klinik
penderita. Kedua: tidak semua kurva dosis respons minimal dan maksimal menentukan,
walaupun pada dosis yang sangat rendah rasa nyeri masih terasa. Pemberian dosis tinggi
mempunyai resiko yang besar karna adanya depresi pernafasan dan kardiovaskular. Akhirnya,
penggunaan optimal dosis anestetik dapat tercapai dengan menggunakan prinsip respons dosis
quantal.
Selama anestesi umum, tekanan parsial aanestetik inhalasi pada otak sama dengan tekanan
didalam paru saat dosis anestetik telah tercapai. Pada pemberian kadar anestesi, pengukuran
konsentrasi alveolar keadaan tetap anestesi yang berbeda memberikan perbandingan potensi
relatifnya.
Dosis gas anestetik yang diberikan dapat dinyatakan dalam perkalian KAM. Sementara dosis 1
KAM suatu anestetik mencegah gerakan sebagai respons terhadap in sisi bedah pada 50%
penderita. Masing-masing penderita mungkin memerlukan antara 0,5-1,5 KAM. (KAM tidak
memberikan informasi mengenai kemiringan kurva dosis respons). Pada umumnya, kurva
hubungan dosis respons untuk anestetik inhalasi curam, jadi lebih dari 95% penderita mungkin
gagal berespons terhadap rangsangan yang merugikan pada 1,1 KAM. Pengukuran nilai KAM
pada kondisi terkontrol memungkinkan efek kuantitatif berbagai variable yang diperlukan
dalam anestesi. Sebagai contoh, nilai KAM akan menurun pada penderita labsia tetapih tidak
banyak dipengaruhi oleh jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Yang sangat penting
adalah adanya obat tambahan, yang dapat mengubah banyaknya kebutuhan obat anestetik.
Sebagai contohnya, adanya obat analgesic narkotik atau sedative hipnotik maka KAM-nya akan
menurun yang berarti konsentrasi obat anestetik yang diisap juga harus diturunkan dalam
jumlah yang sebanding.

Efek anestetik inhalasi terhadap system organ

a) Efek terhadap kardiovaskuler


Halotan, desfluran, enfluran dan isofluran menurunkan tekanan arteri rata-rata yang
berbanding langsung dengan konsentrasi alveolarnya. Dengan halotan dan enfluran, penurunan
tekanan arteri nampaknya disebabkan karena penurunan curah jantung, karena sedikitnya
perubahan dalam tahanan vascular sistemik (misalnya, peningkatan aliran darah serebral).
Sebaliknya, isofluran dan desfluran mempunyai efek depresi terhadap tekanan arteri sebagai
akibat penurunan tahanan vascular sistemik; mereka mempunyai efek yang kecil terhadap
curah jantung.

b) Efek terhadap system pernafasan


Dengan pengecualian terhadap nitrogen oksida, semua anestetik inhalasi akan menurunkan
volume tidal dan meningkatkan frekuensi pernafasan. Akan tetapi, peningkatan frekuensi
pernafasan tidak cukup untuk mengkompensasi penurunan volume, yang menghasilkan
penurunan pernafasan per menit. Semua obat anestesi inhalasi akan menekan pernafasan,
seperti yang dapat diukur dengan berbagai variasi kadar CO2.

c) Efek terhadap obat


Obat anestetik inhalasi menurunkan laju metabolic otak. Namun, kebanyakan meningkatkan
aliran darah serebrum karena penurunan tahanan vascular serebri. Peningkatan aliran darah
serebrum sering tidak diharapkan dalam klinik. Sebagai contoh, pada penderita dengan
tekanan intracranial yang meninggi karena tumor otak atau trauma kapitis, pemberian obat
anestetik inhalasi akan meningkatkan aliran darah ke otak, yang kemudian akan meningkatkan
volume darah otak dan lebih jauh akan menambah tekanan intracranial.
Halotan,enfluran, dan isofluran mempunyai efek yang sama pada pemeriksaan EEG. Sampai
dosis 1-15 MAC.

d) Efek terhadap ginjal


Dalam berbagai derajat, semua obat anestesi inhalasi akan menurunkan filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal serta meningkatkan fraksi filtrasi. Semua obat anestetik cenderung
meningkatkan tahanan vascular ginjal. Penurunan aliran darah ginjal selama anestesi umum
akan mengganggu autoregulasi aliran darah ginjal.

e) Efek terhadap hati


Semua obat anestetik inhalasi akan menurunkan aliran darah ke hati dan umumnya berkisar
antara 15 sampai 45% dari aliran darah sebelum anestesi dilakukan.

f) Efek terhadap otot polos uterus


Nitrogen oksida mempunyai efek yang kecil terhadap otot polos uterus. Akan tetapi, isofluran,
halotan dan enfluran merupakan relaksan otot uterus yang kuat. Efek farmakologi ini akan
menguntungkan bila diperlukan relaksasi otot uterus yang kuat untuk memanipulasi janin
intrauterine selama masa persalinan. sebaliknya, selama dilatasi dan kuretase pada obortus
terapeutik, obat anestetik tersebut mungkin dapat meningkatkan perdarahan.

Toksisitas

a) Hepatotoksisitas (halotan)
Biasanya hepatitis pascabedah selalu dikaitkan dengan factor lain seperti transfuse darah, syok
hipovolemik, atau stress bedah lainnya dibandingkan dengan toksisitas obat anestetik. Akan
tetapi, obat halocarbon dapat menyebabkan kerusakan hati sedangkan kloroform telah dikenal
sebagai anestetik hepatotoksik pada dasawarsa abad ini. Halotan telah diperkenalkan mulai
tahun 1956 dan sampai tahun 1963 telah banyak dilaporkan berbagai kasus ikterus pascabedah
dan nekrosis hati yang berhubungan dengan pemakaian halotan. Walaupun begitu, berbagai
penilitian retrospektif mengenai halotan yang dibandingkan dengan anestetik lainnya tidak
menunjukkan peningkatan insidens kerusakan hati pascabedah dengan halotan.

b) Netrotoksisitas
Tahun 1966, pertama kali dilaporkan adanya penderita poliuri inufisiensi ginjal yang resisten
terhadap vasopressin pada 13 dari 41 penderita yang mendapat anestetik metoksifluran untuk
operasi abdomen. Akhirnya, diketahui penyebabnya adalah fluoride inorganic yang merupakan
produk akhir biotranspormasi metoksifluran.
c) Hipertermia berat
Walaupun jarang ditemukan, kemungkinan pada penderita yang rentan secara genetic yang
terpapar anestetik inhalasi yang dapat terjadi sindrom yang bersifat letal secara potensial, yang
meliputi takikardia dan hipertensi dengan asidosis yang progresif, hiperkalemia, kejang otot,
dan hipertermia. Mula kerja ini terlihat jika subsinilkolin dipakai untuk merelaksasi otot.
Pengobat dengan dentrolen intra vena dengan ukuran yang tepat untuk menurunkan suhu
tubuh serta mengembalikan keseimbangan elektrolit dan asam basa.

d) Toksisitas kronik
Mutagenisitas
Kasinogenitas
Efek pada reproduksi
Hematotoksisitas

Penggunaan klinik inhalasi


Dari semua obat anestetik inhalasi yang tersedia hitororegen oksida, desfluran, dan isofluran
paling banyak dipergunakan di AS. Walaupun jarang digunakan pada orang dewasa. Halotan
banyak digunakan pada anestesi anak. Nitrogen oksida tidak mempunyai kekuatan cukup untuk
menimbulkan efek anestesi bila diberikan tersendiri. Umumnya diberikan dalam bentuk
kombinasi dengan anestetik inhalasi yang lainnya, atau kombinasi dengan anestetik intra vena
untuk menimbulkan anestesi local.

D. Obat anestesi intravena

1. Barbitura kerja ultra singkat


Walaupun terdapat beberapa babiturat dengan masa kerja ultra singkat, tiopenta merupakan
obat terlazim yang digunakan untuk induksi anestesi dan banyak dipergunakan dalam bentuk
kombinasi anestetik inhalasi lainnya. Setelah pemberian secara intra vena, tiopenta akan
melewati sawa darah otak secara tepat dan, jika diberikan pada dosis yang mencukupi, akan
menyebabkan akan mengakibatkan hypnosis dalam waktu sirkulasi. Efek sama akan terlihat
pada pemberian barbiturate dengan masa kerja ultra singkat lainnya seperti diamilan dan
metoheksitan

2. Benzodiazepine
Anngota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis seperti diazepam, lorazepam, dan
midazolam, yang dipergunakan pada prosedur anestesi. (dasar-dasar farmakologi
benzodiazepin) diazepam dan lorazepan tidak larut dalam air dan penggunaan intravenanya
memerlukan vehikulum yang tidak encer, sehingga pemberian intravena dapat menyebabkan
iritasi luka. Formulasi mudah larut dalam air dan kurang iritasi tetapih mudah larut dalam
lemak pada pH fisiologis serta mudah melewati sawa darah otak.

3. Anestesi analgesic opioid


Dosis besar analgesic opioid telah digunakan untuk anestetik umum, terutana pada penderita
operasi jantung atau operasi besar lainnya ketika sirkulasi dalam keadaan minimal. Pemberian
morfin, secara intravena dengan dosis 1 sampai 3 per kg digunakan dalam keadaan sirkulasi
yang berat.

4. Propofol
Merupakan salah satu anestetik intravena yang sangat penting. Propofol dapat menghasilkan
anestesi kecepatan yang sama denga npemberian barbiturate secara inutravena, dan waktu
pemulihan yang lebih cepat.

5. Etomidat
Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk induksi anestesi dan teknik
anestesi secara seimbang yang tidak boleh diberikan untuk jangka lama. Kelebihan utama dari
anestestik ini yaitu depresi kardiovaskular dan repilasi yang minimal.

6. Ketamin
Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan kataton, amenesia, dan
analgesia. Mekannisme kerjanya adalah dengan cara menghambat efek membrane eksitator
neurotrasmiter asam glutamate pada subtype reseptor NMDA.

OBAT YANG DIGUNAKAN

1. Desfluran (suprane)
Cairan: 240 mL untuk inhalasi
2. Diazepam (generic,valium,dll)
Oral; tablet 2,5, 10 mg ; cairan 5 mg/ 5 mL
Oral lepas lambat; kapsul 15 mg
Parenteral; 5 mg/ mL untuk suntikan
3. Enfluran (ethrane)
Cairan : 125,250 mL untuk inhalasi
4. Etomizad (amidate)
Parenteral ;2 mg/ mL untuk suntikan
5. Halutan (generic, fluothane)
Cairan 125, 250 mL untuk inhalasi
6. Isofluran (floren )
Cairan 100mL untuk inhalasi
7. Ketamin (ketalan)
Parenteral; 10,15,100 mg/mL untuk suntikan
8. Lorazepam (generek, aktivam, alzavam)
Ora, tablet 0,5;1,2mg
Parenteral;2,4mg/ mL untuk sutikan
9. Meto hek sital (brevital sodium)
Parenteral: 0,5; 2,5;5 g, serbuk untuk suntikan
10. Mektoksifluran (penthrane)
Cairan ; 15,125 mL untuk inhalasi
11. Mizazolam (versed)
Parenteral;1,5mg/ mL untuk suntikkan dala vial, 1,2, 5 , 10 mL
12. Nitrogen oksida (gas, dalam tabung warna biru)
13. Kropopol (dirifan)
Parenteral: 10 mg/Ml dalam 20 mL vial untuk suntika
14. Tiamilar (surital)
Parenteral : cairan untuk injeksi dalam vial 1,5, 10 g
15. Thiopental (penthoal)
Parenteral: 250, 400, 500 mg diisi dalam suntikan ; 500mg dan 1 g cairan dengannya ; 1, 2, 5,
5g kits
Parental : 400 mg cairan diisi dalam suntikan .

BAB III
ANESTESI LOKAL

A. Farmakologi dasar anestesis local

Kimiawi
Umumnya obat anestesis lokal terdiri dari sebuah gugus lipolifit (biasanya sebuah cincin
aromatik) yang diberikatan dengan sebuah rantai perantara (umumnya termasuk suatu ester
atau sebuah amida) yang terikat pada satu gugus terionisasi. Aktivitas optimal memerlukan
keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan kekuatan hidrofilik. Penambahan sifat fisik
molekul, maka konfirgurasi stereokimia specifik menjadi penting, misalnya perbedaan potensi
stereoisomer telah diketahui untuk beberapa senyawa. Karena ikatan ester (seperti prokain)
lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida, maka lama kerja ester biasanya lebih singkat.

1. Farmakokinetik
Anestesi lokal biasanya diberikan secara suntikan ke dalam daerah serabut saraf yang akan
menghamba. Oleh karena itu, penyerapan dan distribusi tidak terlalu penting dalam memantau
mula kerja efek dalam menentukan mula kerja anestesi dan halnya mula kerja anestesis umum
terhadap SPP dan toksisitasnya pada jantung. Aplikasi topikal anestesi lokal bagaimanapun
juga memerlukan difusi obat guna mula keja dan lama kerja efek anestesinya.
Absorbsi
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat jaringan, adanya bahan vasokonstriktor,
dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anestesi lokal pada daerah yang kaya vaskularisasinya
seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat
dalam darah yang lebih tinggi dibandigkan tempat yang perfusinya jelek, seperti tendo. Untuk
anestesi regio yang menghambat saraf yang besar, kadar darah maksimum anestesi lokal
menurun sesuai dengantempat pemberian yaitu: interkostal (tertinggi) > kaudal > epidural >
pleksus brankialis > saraf insciadikus (terendah).
Bahan vasokonstriktor seperti epinefrin mengurangi penyerapan sistematik anestesi lokal dari
tempat tumpukan obat dengan menguragi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi
nyata terhadap obat yang massa kerjanya singkat atau menengah seperti prokain, lidokain, dan
mepivakain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat
lokal yang tinggi ,dan efek dari toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang
masuk dalam darah hanya 1/3-nya saja
Distribusi
Anestesi lokal amida disebar meluas dalam tubuh setelah pemberian bolus intravena. Bukti
menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadi dalam jaringan lemak.setelah fase
distribusi awal yang cepat, yang mungkin menandakan ambilan ke dalam organ yang
perfusinya tinggi seperti otak, ginjal, dan jantung, dikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi
karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang, seperti otot dan usus. Karena waktu
paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe estesr (lihat bawah), maka distribusinya tidak
diketahui.
Metabolisme dan ekskresi
Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air
dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena anestesi lokal yang bentuknya tak
bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak ada sama sekali bentuk
netralnya yang diekskresikan kerana bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh butirilkolinesterase
(pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obatini khas sekali mempunyai waktu paruh yang
sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokain dan kloroprokain.
Penurunan pembersihan anestesi lokal leh hati ini harus diantisipasi dengan menurunkan aliran
darah kehati. Sebagai contoh, pembersihan lidokain oleh hati pada binatang yang dianestesi
dengan halotan lebih lambat dari pengukuran binatang yang diberi nitrogen oksida dan kurare.
Penurunan pembersihan ini berhubungan penurunan aliran darah ke dalam hati dan penekanan
mikrosom hati karena halotan. Propranolol dapat memperpanjang waktu paruh anestesi lokal
amida.

2. Farmakodinamik

Mekanisme kerja

Membran yang mudah terangsang dari akson saraf, mirip dengan membran otot jantung dan
badan sel saraf, mempertahankan pontesial transmembran sekitar-90 sampai-60 mV. Saluran
natrium terbuka, dan arus natrium yang masuk cepat kedalam sel dengan cepat mendeplorisasi
membran ke arah keseimbangan potensial natrium (+40). Sebagai akibat ari deplorisasi ini,
maka saluran natrium menutup (inaktif) dan saluran kalium terbuka. Alran kalium keluar
sel ,mendeplorisasi membran ke arah keseimbangan potensial kalium (sekitar-95 mV); terjadi
lagi repolarisasi saluran natrium menjadi keadaan istirahat. Sifat ini mirip dengan yang terjadi
pada jantung, dan anestesi lokalpun mempunyai efek yang sama pada kedua jaringan tersebut.
Fungsi saluran natrium dapat diganggu dengan beberapa cara. Racun biologi seperti
batrakotoksin, aksonitin, veratidin, dan beberapa bisa skorpion meningkat reseptor di dalam
saluran dan mencegah inaktivasinya. Akibatnya influks natrium ke dalam sel lebih lama melalui
saluran dibandingkan dari hambatan konduksi, sehingga beberapa peneliti menyatakan bahwa
zat diatas sebagai agonis pada saluran natrium. Racun larut tetrodoktosin dan saksitoksin
menghambat saluran ini dengan berikatan pada reseptor saluran dekat permukaan ekstrasel.
Efek kliniknya sepintas mirip dengan efek anestesi lokal walaupun bagian reseptornya agak
beda. Anestesi lokal meningkatkan reseptor ujung intrasel saluran adanya bahan
vasokonstriksiktor, dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anestesi lokal pada daerah yang kaya
askularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan
kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang diperfusinya jelek, seperti
tendo.
Bila peningkatan konsentrasi secara progresif anestesi lokal digunakan pada satu serabut saraf,
nilai ambang eksitasinya meningkat, konduksi impuls melambat, kecepatan munculnya
potensial aksi mengecil,dan akhirnya kemapuan melepas satu potensial aksila hilang. Efek yang
bertambah tadi merupakan ikatan anestesi lokal terhadap banyak dan makin banyak saluaran
natrium. Jika arus ini dihambat mebilih titik krirts saraf, maka propagasi yang melintas daerah
yang dihambat ini tidak mungkin terjadi lagi. Pada dosis terkecil yang dibutuhkan untuk
menghambat ropagasi, potensial istirahat.
Di antara depolarisasi akson, sebagian saluran natrium pulih dari penghambat obat yang ini 10-
100 kali lebih lambat dari pada kepulihan saluran dari inaktivasi normal, seperti yang nampak
pada membran jantung. Akibatnya, masa refrakter diperpanjang dan saraf hanya dapat
menyalurkan sedikit impuls saja.
Walaupun anestesi lokal dapat dibukitan menghambat sejumlah saluran lainnya, termasuk
saluran sinaptik perantara kimiawi, belum ada bukti yang menyakinkan bahwa kerja demikian
berperan penting pula dalam efek klinik dari obat anestesi lokal. Namun, penelitian percobaan
pada seabut saraf dan sel otot jantung menunjukkan bahwa obat yang memperpanjang
potensial aksi dapat meningkatkan dengan jelas kepekaan saluran natrium terhadap
penghambatan anestesi lokal (Drachman, 1991). Hal ini dapat diterangakan dengan
pengamatan uraian di atas, yaitu afinitas saluran yang disktifkan dan diinaktifkan terhadap
anestesi lokal lebih besar dari pada afinitas saluran dalam keadaan isirahat.

Karakteristik struktur-aktivitas anestesi lokal


Makin kecil dan makin banyak molekul lipofilik, makin cepat pula kecepatan interaksi dengan
reseptor saluran natrium. Potensi mempunyai hunbungan positif pula dengan larutan lipid
selama obat menahan kelarutan air yang cukup untuk berdifusi ke tempat kerja. Lidokain,
prokain, dan mepivakin lebih larut dalam air dibandingkan tetrakain, etidokain, dan bupivakain.
Obat yang terakhir lebih kuat dengan masa kerja yang panjang.obat terikat lebih ekstensif pada
protein dan akan menggeser atau digeser dari tempat ikatannya oleh obat-obat lain.
Aksi terhadap saraf
Karena anestesi lokal mampu menghambat semua saraf, maka kerjanya tidak saja terbatas
pada hilangnya sensasi sakit dan nyeri yang diinginkan. Walaupun kelumpuhan motor pada
suatu saat diperlukan juga, namun keadaan demikian membatasi kemapuan pasien untuk kerja
sama, misalnya selama persalinan. Selama anestesi sinal, kelumpuhan motor justru merusak
aktivitas pernapasan dan penghambatan saraf otonom dapat menimbulkan hipotensi, namun
demikian,perbedaan tipe serabut saraf akan membedakan dengan nyata kepekaannya
terhadap penghambatan anestesi lokal atas dasar pengukuran dan mielinasi.

Efek diameter serabut


Anestesi lokal lebih mudah menghambat serabut ukuran kecil karena jarak dimana propragasi
suatu impuls listrik merambat secara pasif pada serabut tadi (berhubungan dengan kostan
ruang) jadi lebih singkat. Selama mula kerja anestesi lokal, bila bagian pendek serambut
dihambat, maka serabut berdiameter kecil yang pertama kali gagal menyalurkan impuls.
Terhadap serabut bermielin, setidaknya tiga nodus berturut-turut dihambat oleh anestesi lokal
untuk menghentikan propagasi impuls. Makin tebal serabut saraf, makin terpisah jauh nodus
tadi-yang menerangkan, sebagian tahanan yang lebh besar tadi. Saraf bermielin cenderung
dihambat sebelum saraf yang tidak bermielin pada ukuran yang sama. Dengan alasan ini,
serabut preganglionik B dapat dihambat sebelum serabut C kecil yang tidak bermielin.
Efek frekuensi letupan
Alasan penting lain terhadap mudahnya penghambatan serabut sensoris mengikuti langsung
dari mekanisme kerja yang bergantungpada keadaan anestesi lokal. Hambatan oleh obat
anestesi lokal dan makin lamanya depolarisasi. Serabut sensoris, terutama serabut nyeri,
ternyata berkecepatan letupan tinggi dan lama potensi aksi yang relatif lama (medekaiti 5
milidetik). Serabut motor meletup pada kecepatan yang lebih lambat dengan potensial aksi
yang singkat (0,5 milidetik). Serabut delta dan C adalah serabut berdiameter kecil yang terlibat
pada transmisi nyeri berfrekuensi tinggi. Oleh karena itu, serabut ini dihambat lebih dahulu
dengan anestesi lokal kadar rendah dari pada serabut A alfa.
Efek posisi saraf dalam bundel saraf
Susunan anatomi serabut menciptakan pula aturan tertentu seperti di atas dengan perkeculian
terhambatan berbagai serabut yang terletak di bagian tepi bundel. Pada sekumpulan saraf
yang besar, saraf motor biasanya terletak melingkari bundel. Dan oleh karena itu saraf ini akan
terpapar lebih dahulu bila anestesi lokal diberikan secara suntikan kedalam jaringan sekitar
saraf. Akibatnya, bukan tidak mungkin saraf motor akan terhambat sebelum [enghambatan
motor dalam bundel besar. Pada ektrimitas, serabut sensoris proksimal terletak menyelimuti
badan saraf, di mana persarafan sensoria distal terletak di tengah. Jadi, selama infiltrasi
hambatan saraf besar, anestesi menyebar ke distal sesuai dengan penetrasi obat ke dalam
bagian tengah bundel saraf.

Efek terhadap membran yang mudah terangsang lainnya


Anestesi lokal mepunyai efek menghambat tot saraf yang lemah dan tidak begitu penting
dalam klinik. Namun, efeknya terhadap membran sel otot jantung mempunyai makna klinik
yang penting. Beberapa berguna sebagai obat antiaritmia pada kadar rendah dibandingkan
kadarnya untuk menghambat saraf, dan semua anestesi lokal dapat menimbulkan aritmia pada
kadar yang cukup penting.

B. Farmakologi klinik anestesi lokal


Anestesi lokal menyebabkan analgesia sementara tetapi lenkap dari bagian tubuh yang
berbatas tegas. Cara pemberian biasanya dengan aplikasi topikal, suntikan pada daerah
akhiran saraf perifer dan bundel batang saraf dan instilasi ke dalam jaringan epidural dan
ruang subarakhnoid yang mengelilingi medula spinalis. Selain itu, hambatan serabut simpatis
otonom dapat digunakan untuk mengevaluasi peran tonus simpatis pada pasien dengan
vasopasme perifer.
Pilihan anestesi lokal untuk prosedur tertentu biasanya atas lama kerja obat yang dibutuhkan.
Prokain dan kloroprokain bekerja singkat: lidokain, mepivakain, dan prilokain masa kerjanya
mengah sedangkan tetrakain, bupivakain, dan etiokain bekerja lama.
Mulai kerja anestesi lokal kadang dapat dipercepat dengan menggunakan larutan jenuh
dengan CO2 (karbonasi) kadar CO2 jaringan yang tinggi menyebarkan asidosis intraselular (CO2
mudah melintas membran), yang kemudian menimbulkan tumpulkan bentuk kation anestesi
lokal.

1. Toksisitas
Seharusnya obat anestesi lokal diserap dari tempat pemberian obat. Jika kadar obat dalam
darah meningkat terlalu tinggi, maka akan timbul efek pada berbagai sistem organ.
Sistem saraf pusat
Sejak zaman prasejarah, penduduk asli peru telah mengunyah daun tumbuhan erythoxylon
coca, sumber kokain, untuk, untuk memperolehperasaan nyaman dan menguragi keletihan.
Efek SSP yang kuat dapat diperoleh dengan menyedot bubuk kokain. Kokain kini telah menjadi
satu penyalahgunaan obat yang paling banyak digunakan. Anestesi lokal lainnya tidak memiliki
efek euforia kokain. Namun, beberapa penelitian menunjukkan b ahwa beberapa pemakai
ketagihan kokain tidak dapat membedakan antara pemberian kokain intranasal dengan
lidokain intranasal.
Efek SSP lainnya termasuk ngantuk, kepala terasa ringan, gangguan visual dan pendengaran,
dan kecemasan. Pada kadar yang lebih tinggi, akan timbul pula nistagmus dan mengigil.
Akhirnya kejang toni klonik yang terus menerus diikuti oleh depresi SSP dan kematian yang
terjadi untuk semua anestesi lokal termasuk kokain. Anestesi lokal nampaknya depresi jalur
penghambatan kortikal, sehingga aktivitas komponen eksitasi sisi sepihak akan muncul. Tingkat
transisi eksitasi tak seimbang ini akan diikuti oleh depresi SPP umumnya bila kadar anestesi
lokal dalam darah lebih tinggi lagi.

Reaksi toksik yang paling serius dari obat anestesi lokal yang timbulnya kejang karena kadar
obat dalam darah yang berlebihan. Keadaan ini dapat dicegah dengan hanya memberikan
anestesi lokal dalam dosis kecil sesuai dengan kebutuhan untuk anestesi yang adekuat saja. Bila
harus diberikan dalam dosis besar, maka perlu ditambahkan premedikasi dengan
benzodiazepin; seperti diazepam, 0,1-0,2 mg/kg parenteral untuk mencegah bangitan kejang.
Bila kejang sudah terjadi, maka perlu untuk mencegah hipoksemia dan asidosis. Walaupun
pemberian oksigen tida dapat mencegah hiperroksemia setelah munculnya kejang. Sebaliknya,
hiperkapnia dan asidosis turut memperberat kejang. Hiperventilasi dapat meningkatkan pH
darah, yang kemudian akan menurunkan kadar kalium ekstrasel. Hal ini akan
menghiperpolarisasi potensial transmembran akson, yang cocok untuk keadaan istirahat atau
afinitas rendah saluran natrium, sehingga toksisitas anestesi lokal berkurang.
Kejang akibat anestesi lokal dapat diobati pula dengan barbiturat kerja singkat dosis kecil,
seperti tiopental, 1-2 mg/kg secara intravena, atau azepam, 0,1 mg/kg intravena. Manifestasi
otot dapat ditekan dengan obat penyakat otot saraf kerja singkat, seperti suksinilkolin tidak
memperbaiki menifestasi kortikal pada EEG pada kasus pemberian suksinilkolin dan ventilasi
mekanik dapat mencegah aspirasi paru dari cairan lambung dan mempermudah terapi
hiperventilasi.

Sistem saraf perifer (neurotoksisitas)


bila diberikan dalam dosis yang sangat berlebihan, semua anestesi lokal akanmenjadi toksik
terhadap jaringan saraf. Beberapa laporan menunjukkan kasus defesit sensoris dan motor yang
belanjut setelah kecelakan anestesi spinal dengan klopoprokain volume besar. Apakah
klopoprokain memang lebih neurotoksik dibandingkan denga anestesinya belum bisa
dipastikan.
Sistem kardiovaskuler
Efek kardiovaskular anestesi lokal akibat sebagian dari efek langsung terhadap jantung dan
menbran otot polos serta dari efek secara tidak langsung melaluai saraf otonom. Seperi uraian
dalam anestesi lokal menhambat saluran natrium jantung sehingga menekan aktivitas pacu
jantung, eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi normal. Dengan perkecualian kokain, obat
anestesi lokal menekan pula kekuatan kontaksi jantung sehingga terjadi dilatasi arteriol, di
mana kedual efek ini akan menimbulkan hipotensi. Walaupun kolaps kardiovakular dan
kematian biasanya timbul setelah pemberian dosis yang sangat tinggi, kadang-kadang dapat
pula terjadi dalam dosis kecil yang diberikan secara anestesi inflitrasi.

Seperti catatan di atas, kokain berbeda dengan anestesi lain dalam hal efek kardiovaskularnya.
Hambatan ambilan kembali norepineprin dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
Kokain dapat pula menyebkan aritmia jantung. Efek vasokostriksi kokain akan menimbulkan
iskemia pada mukosa hidung, dan pada pemakai jangka panjang, bahkan dapat terjadi tukak
lapisan mukosa dan kerusakan eptum hidung. Sifat vasokonstriksi kokain ini dimanfaatkan
secara klinik untuk mengurangi perdarahan akibat kerusakan mukosa nasofaring.
Bupivakain lebih kardiotoksik daripada anestesi lokal lainnya. Beberapa kasus menunjukkan
bahwa kelalaian suntikan bupivakain intravena intravena tidak saja menyebabkan kejang tetapi
juga kolaps kardiovaskular, di mana tindakan resusitasi sangat sulit dilakukan dan tidak akan
berhasil. Beberapa penilitian pada binatang sepakat tentang ide bahwa bupivakain memang
lebih toksik bila diberikan secara intervena dibandingkan anestesi lokal lainnya. Hal ini
menggambarkan bahwa saluran natrium bupivakain sangat diperkuat oleh masa kerja yang
kuat dan sangat lama pada seln jantung (dibandingka serabut saraf lain), dan tidak seperti
lidokain, bupivakain menumpuk jelas pada denyut jantung normal. Penelitian berikutnya
menunjukkan bahwa gambaran EKG yang sangat umum pada pasien yang diberi bupivakain
ternyata irama idioventrikular melambat dengan kompekls QRS yang melebar dan disosiasi
elektromekanik. Resusitasi pernah berhasil dengan bantuan kardiopulmoner standar- termasuk
koreksi asidosis yang jitu dengan hiperventilasi dan pemberian bikarnoat-dan pemberian
epineprin, atropin, dan bretilium yang agresif. Ropivakain adalah anestesi lokal amida yang
baru dan masih diteliti dengan efek anestesi lokalnya sama dengan bupivakain. Bukti awal
menunjukkan bahwa toksisitas kardiovaskularnya lebih kecil daripada bupivakain.
darah
Pemberian prilokain dosis besar (>`10mg/kg) selama anestesi regional akan menimbulkan
penumpukan metabolit toluidin, suatu zat pengoksidasi yang. Bila kadar methemoglobin ini
cukup besar (3-5 mg/dL), maka pasien akan nampak sianotik dan warna menjadi coklat. Kadar
methemoglobin demikian menimbulkan dekompensasi pada pasien dengan penyakit jantung
atau paru sehingga perlu pengobatan segera. Tindakan untuk menguragi kadar methemoglobin
dengan metilin biru, asam askobat, kurang memuaskan, dapat diberikan secara intravena agar
methemoglobin segera dikonversi menjadi hemoglobin.
Reaksi alergi
Anestesi lokal tipe ester dimetabolisir menjadi turunan asam p aminobenzoat. Metabolit ini
dapat menimbulkan reaksi alergi pada sekelompok kecil populasi. Amida tidak dimetabolisir
menjadi asam p- aminobenzoat, sehingga reaksi alergi tipe amida ini sangat jarang sekali
terjadi

OBAT YANG TERSEDIA

1. Benzokain (generik,lain-lain) Topikal: krim 5,6%; 6,20%; salep 5%; lotion 0,5%; semprot20%
2. Bupivakain (generik, marcaine, sensorcaine) Parentetal: 0,25, 0,5, 0,75% untuk disuntik; 0,25,
0,5, 0,75% dengan 1:200000
3. Butamben pikrat (butesin picrate) Topikal: salep 1%
4. Kloroprokain (nesacaine) Parentetal: 1,2,3,% untuk suntikan
5. Kokain (generik) Topikal: larutan 40, 100 mg/ml: bubuk 5,25g; tablet mudah larut 135 mg
6. Dibukain (generik, nupercainal) Topikal : krim 0,5%; salep 1%
7. Diklonin (dyclone) Topikal: larutan 0,5, 1%
8. Etidokain (duranest) Parental :1% untuk suntikan; 1, 1,5% dengan epinefrin 1:200000 untuk
suntikan
9. Lidokain (generik,xylocaine, lainya) Parental: 0,5, 1, 1,5, 2, 4, 10, 20% untuk suntikan; 0,5, 1,
1,5, 2% dengan apinefrin 1:200000; 1,2% dengan epinefrin 1:100000;2% dengan epinefrin
1:50000 Topikal: salep 2,5, 5%; krim 5%; jelly dan larutan 2%; larutan 2, 4, 10%
10. Mepivakain (generik,carbocaine, lainya) Parental: 1, 1,5, 2, 3% untuk suntikan ;25 dengan
levonordefrin 1:20000
11. Pramoksin (tronothane,prax) Topikal: krim 0,5, 1%;lotion dan gel 1%
12. Prilokain (citanest) Parental; 4% untuk suntikan,4% dengan epinefrin 1:200000
13. Prokain (generik,novocain) Parental; 1,2,10% untuk suntikan
14. Propoksikain dan prokain (revocaine dan novocain) Parental: 7,2 mg propoksikain dengan
36 mg prokain dan norepifrin atau kobefrin per 1,8 mL unit suntikan gigi
15. Tetrakain (pontocaine) Parental;1% untuk suntikan; 0,2, 03% dengan 6% dekstrosa untuk
anestesi spinal
16. Topikal; salep 0,5%;larutan (oftalmik)0,5%; krim 1%; larutan untuk kumur2%.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Anestesi umum
 Stadium anestesi umum meliputi “analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran”, terhambatnya
sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat
anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan, dan
keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan.

Jenis obat anestesi umum.

Umumnya obat anestesi umum diberikan secara inhalasi atau suntikan intravena.
• Anestetik inhalasi
• Anestetik intravena

 Tanda dan stadium anestesi


Gambaran tradisional tanda dan stadium anestesi (tanda guedel) berasal terutama dari
penilitian efek diatil eter, yang mempunyai mula kerja sentral yang lambat karena kelarutannya
yang tinggi didalam darah. Stadium dan tanda ini mungkin tidak mudah terlihat pada
pemakaian anestetik modern dan anestetik intravena yang bekerja cepat.

Secara tradisional, efek anestetik dapat dibagi 4 stadium peningkatan dalamnya depresi
susunan saraf pusat, yaitu :
• Stadium analgesi
• Stadium terangsang
• Stadium operasi
• Stadium depresi medula oblongata

2. Anestesi local

 Anestesi lokal menghambat impuls konduksi secara revesibel sepanjang akson saraf dan
membran eksitabel lainnya yang menggunakan saluran natrium sebagai alat utama
pembangkit potensi aksi. Secara klinik, kerja ini dimamfaatkan untuk menghambat sensasi sakit
dari-atau impuls vasokontstriktor simpatis ke-bagian tubuh tertentu. Kokain, obat anestesi
pertama, yang diisolasi oleh niemann pada tahun 1860.

Kimiawi
Umumnya obat anestesis lokal terdiri dari sebuah gugus lipolifit (biasanya sebuah cincin
aromatik) yang diberikatan dengan sebuah rantai perantara (umumnya termasuk suatu ester
atau sebuah amida) yang terikat pada satu gugus terionisasi. Aktivitas optimal memerlukan
keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan kekuatan hidrofilik.

Farmakokinetik
Anestesi lokal biasanya diberikan secara suntikan ke dalam daerah serabut saraf yang akan
menghamba. Oleh karena itu, penyerapan dan distribusi tidak terlalu penting dalam memantau
mula kerja efek dalam menentukan mula kerja anestesi dan halnya mula kerja anestesis umum
terhadap SPP dan toksisitasnya pada jantung.

Farmakodinamik
Mekanisme kerja
Membran yang mudah terangsang dari akson saraf, mirip dengan membran otot jantung dan
badan sel saraf, mempertahankan pontesial transmembran sekitar-90 sampai-60 mV. Saluran
natrium terbuka, dan arus natrium yang masuk cepat kedalam sel dengan cepat mendeplorisasi
membran ke arah keseimbangan potensial natrium (+40). Sebagai akibat ari deplorisasi ini,
maka saluran natrium menutup (inaktif) dan saluran kalium terbuka.

Diposkan oleh Deksan di 19:50 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Beranda

Langgan: Entri (Atom)

Arsip Blog

 ▼  2010 (1)
o ▼  Juli (1)
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1. obat anes...

system saraf pusat

sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang mengintegrasikan
informasi yang diterima dari, dan mengkoordinasikan kegiatan dari, seluruh bagian tubuh
bilaterian hewan-yaitu, semua hewan multiseluler kecuali spons dan hewan simetris radial seperti
ubur-ubur . It contains the majority of the nervous system and consists of the brain and the spinal
cord . Ini berisi sebagian dari sistem saraf dan terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang .
Some classifications also include the retina and the cranial nerves in the CNS. Beberapa
klasifikasi juga termasuk retina dan saraf kranial dalam SSP. Together with the peripheral
nervous system , it has a fundamental role in the control of behavior . Bersama dengan sistem
saraf perifer , memiliki peranan penting dalam pengendalian perilaku . The CNS is contained
within the dorsal cavity , with the brain in the cranial cavity and the spinal cord in the spinal
cavity . SSP terkandung dalam rongga punggung , dengan otak di rongga tengkorak dan sumsum
tulang belakang dalam rongga tulang belakang . In vertebrates , the brain is protected by the
skull, while the spinal cord is protected by the vertebrae, and both are enclosed in the meninges .
[1]
Pada vertebrata , otak dilindungi oleh tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang
dilindungi oleh tulang belakang, dan keduanya ditutupi dalam meninges . [1]

Farmakokinetik, sistem saraf pusat (SSP) efek dan potensi interaksi dengan alkohol
dievaluasi, dengan menggunakan paradigma alkohol infus dan analisis gerakan mata, pelacakan
adaptif, skala analog visual, goyangan tubuh, prolaktin serum dan tes belajar verbal visual.
Adverse effects of GSK598809 included headache, dizziness and somnolence. Efek samping dari
GSK598809 termasuk sakit kepala, pusing dan mengantuk. Plasma concentration of GSK598809
was maximal 2–3 hours postdose and decreased with a half-life of roughly 20 hours.
Konsentrasi plasma GSK598809 adalah maksimal 2-3 jam postdose dan menurun dengan waktu
paruh sekitar 20 jam. CNS effects were limited to prolactin elevation and decreased adaptive
tracking. SSP efek terbatas pada elevasi prolaktin dan penurunan pelacakan adaptif. Co-
administration of GSK598809 and alcohol did not affect alcohol pharmacokinetics, but caused a
9% decrease of C max and a 15% increase of AUC of GSK598809. Co-administrasi GSK598809 dan
alkohol tidak mempengaruhi farmakokinetik alkohol, tetapi menyebabkan penurunan 9% dari C
max dan peningkatan 15% dari AUC GSK598809. CNS effects of co-administration were mainly

additive, except a small supra-additive increase in saccadic reaction time and decrease in
delayed word recall. SSP efek pembantuan terutama aditif, kecuali peningkatan yang supra-
aditif kecil di waktu reaksi saccadic dan penurunan ingat kata tertunda. In conclusion,
GSK598809 causes elevation of serum prolactin and a small decrease in adaptive tracking
performance. Kesimpulannya, penyebab GSK598809 ketinggian prolaktin serum dan penurunan
kecil dalam pelacakan kinerja adaptif. After co-administration with alcohol, effects of
GSK598809 are mainly additive and the combination is well tolerated in healthy volunteers.
Setelah pembantuan dengan alkohol, efek GSK598809 terutama aditif dan kombinasi ini
ditoleransi dengan baik pada sukarelawan sehat.

Stimulan Susunan Saraf Pusat

STIMULAN SUSUNAN SARAF PUSAT

I. PENDAHULUAN
Stimulan Sistem saraf pusat (SSP) adalah obat stimulan yang mempercepat proses fisik dan
mental.
Deskripsi
Mayoritas stimulan SSP secara kimiawi serupa dengan neurohormone norepinefrin, dan simulasi
tradisional "melawan atau lari" sindrom yang terkait dengan rangsangan sistem saraf simpatik.
Kafein adalah lebih erat terkait dengan xanthines, seperti teofilin. Sejumlah kecil anggota
tambahan stimulan SSP kelas tidak jatuh ke dalam kelompok-kelompok kimia tertentu.
Sistem saraf pusat (SSP) adalah obat perangsang yang meningkatkan aktivitas di daerah-daerah
tertentu dari otak. Obat ini digunakan untuk meningkatkan terjaga pada pasien yang memiliki
narkolepsi. Perangsang SSP juga digunakan untuk mengobati pasien yang attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD). Ada empat jenis stimulan sistem saraf pusat tersedia di Amerika
Serikat: campuran garam amphetamine (nama merek adderall); dextroamphetamine (Dexedrine
dan Dextrostat); methylphenidate (Ritalin, Metadate, Methylin, dan Concerta), dan pemoline
(Cylert).
Stimulan sistem saraf pusat digunakan untuk menjaga pasien yang menderita narkolepsi dari
jatuh tertidur. Narkolepsi adalah gangguan yang menyebabkan orang untuk jatuh tertidur pada
siang hari.
Obat ini juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala perilaku yang berhubungan dengan
attention deficit hyperactivity disorder. Walaupun tampaknya bertentangan dengan memberikan
pasien dengan obat-obatan yang ADHD stimulan, obat-obat ini sering efektif dalam mengobati
gejala impulsif, kurangnya perhatian, dan hiperaktif, yang merupakan ciri-ciri gangguan ini.Cara
yang tepat stimulan SSP bekerja dalam mengobati narkolepsi dan ADHD yang tidak dipahami.
Obat-obatan 'mekanisme aksi muncul untuk melibatkan kegiatan peningkatan dua
neurotransmitter di otak, norepinefrin dan dopamin. Neurotransmitor bahan kimia alami yang
mengatur transmisi impuls saraf dari satu sel yang lain. Keseimbangan yang tepat antara
berbagai neurotransmitter di otak yang sehat diperlukan untuk kesejahteraan mental.
(http://www.answers.com/topic/central-nervous-system-stimulants)
II. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengamati efek dari striknin sebagai stimulan susunan saraf pusat
Untuk mengamati efek dari diazepam sebagai depresan susunan saraf pusat

III. PRINSIP PERCOBAAN


Pemberian obat-obat yang mendepresi sistem saraf pusat seperti diazepam dapat mengurangi
konvulsi yang disebabkan oleh peberian striknin. Dimana striknin merupakan konvulsan kuat
dengan sifat kejang yang khas dengan mengadakan blokade selektif terhadap sistem
penghambatan pascasinaps, bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap
transmitor penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Stimulan sistem saraf pusat kegiatannya meningkatkan norepinefrin dan dopamin dalam dua cara
yang berbeda. Pertama, stimulan SSP meningkatkan pelepasan norepinefrin dan dopamin dari
sel-sel otak. Kedua, stimulan SSP mungkin juga menghambat mekanisme yang biasanya
mengakhiri tindakan neurotransmiter ini. Sebagai hasil dari kegiatan ganda sistem saraf pusat
stimulan, norepinefrin dan dopamin telah meningkatkan efek di berbagai daerah di otak.
Beberapa area otak yang terlibat dengan mengendalikan terjaga dan orang lain yang terlibat
dengan kegiatan motorik mengendalikan. Hal ini diyakini bahwa stimulan SSP mengembalikan
keseimbangan yang tepat neurotransmiter, yang mengurangi gejala dan fitur yang terkait dengan
narkolepsi dan ADHD.
Meskipun tindakan yang dimaksudkan sistem saraf pusat stimulan berada di otak, tindakan
mereka juga dapat mempengaruhi norepinephrine di bagian lain dari tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan seperti peningkatan tekanan darah dan aritmia
jantung karena reaksi norepinefrin pada sistem kardiovaskular.
Dosis yang dianjurkan
Dosis yang biasa adalah garam amfetamin 5-60 mg per hari diambil dua atau tiga kali sehari,
dengan setidaknya 4-6 jam antara dosis. Rilis perluasan bentuk garam amphetamine diambil
sebagai 10-30 mg sekali sehari. Seperti amphetamine garam, dosis langsung-release tablet
methylphenidate juga 5-60 mg per hari diambil dua atau tiga kali sehari. Selain itu,
methylphenidate berkelanjutan tersedia dalam bentuk sediaan-rilis-rilis dan diperpanjang bentuk
sediaan, yang biasanya diambil hanya sekali sehari.
Dosis yang biasa dextroamphetamine adalah 5-60 mg per hari diberikan dua atau tiga kali sehari,
dengan setidaknya 4-6 jam antara dosis. Berkelanjutan-release Sebuah bentuk
dextroamphetamine juga tersedia, yang dapat diberikan sekali sehari. Dosis yang dianjurkan
pemoline adalah 37,5-112,5 mg per hari diambil hanya sekali sehari. Namun, karena asosiasi
pemoline dengan hati yang mengancam nyawa disfungsi, pemoline jarang digunakan saat ini.
Efek terapeutik dari stimulan sistem saraf pusat biasanya terlihat dalam 24 jam pertama dari
mengkonsumsi obat. Jika efek tidak jelas, yang dosis stimulan SSP dapat perlahan-lahan
meningkat pada interval mingguan. Perangsang SSP harus selalu digunakan pada dosis terendah
yang efektif untuk meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.
(http://www.answers.com/topic/central-nervous-system-stimulants)
Reseptor Barbiturat
Barbiturat merupakan depresan yang lebih hebat daripada BDZ (benzodiazepin) karena pada
dosis yang lebih tinggi barbiturat meningkatkan konduktansi Cl- secara langsung dan
menurunkan sensivitas membran pascasinaps neuron terhadap transmitor eksitasi.
Dahulu barbiturat banyak digunakan, tetapi saat ini penggunaannya terbatas untuk efek hipnotik
dan ansiolitiknya karena barbiturat mudah menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisik,
menginduksi enzim mikrosomal, dan overdosis yang relatif bisa terjadi tanpa efek jangka
panjang yang serius. Barbiturat (misalnya tiopental) tetap penting dalam anastesia dan tetap
digunakan sebagai antikonvulsan (misalnya fenobarbital). (M. J. Neal , 2006)
Di dalam sistem saraf ,dapat dibedakan 2 penggolongan fungsional utama. Bagian otonom yang
sebagian besar bebas sehingga akibatnya tidak dipengaruhi secara langsung oleh kendali
kesadaran terutama berhubungan dengan fungsi viseral curah jantung,aliran darah ke berbagai
organ.pencernaan,pembuangan dan lain-lain yang penting untuk kehidupan.Bagian sistem saraf
utamalainnya adalah bagian somatik,yang sebagian besar tidak otonom dan berhubungan dengan
fungsi yang sadar seperti gerak tubuh maupun pernapasan dan sikap tubuh.
Di antara sel-sel saraf serta diantara sel saraf dengan sel efektornya biasanya isyarat lebih
dihantarkan oleh zat kimia daripada impuls listrik.Hantaran kimiawi ini terjadi melaui pelepasan
sejumlah kecil senyawa transmiter dari ujung saraf ke daerah sinaps .
Secara anatomi susunan saraf otonom dibagi menjadi 2 bagian besar,sistem sim patis
(torakolumbal) dan sistem parasimpatis (kraniosakral).Pembagian ini dimulai dari inti-inti di
dalam susunan saraf pusat dan memberikan serabut praganglion yang keluar dari batang otak
atau medula spinalis.Sistem simpatis mengandung ganglia motorik terpisah yang terutama
terletak pada kedua sisi medula spinalis,sistem parasimpatis se bagian besar terdiri dari
kumpulan ganglia motorik yang tersebar difus di dalam dinding dinding organ yang
dipersarafinya.Ke 2 sistem ini dibedakan lebih lanjut oleh kenyataan bahwa serabut eferen
praganglionnya berasal dari berbagai bagian susunan saraf pusat . Serabut saraf praganglion
parasimpatis meninggalkan susunan saraf pusat melalui saraf otak serta radiks spinal sakralis
ketiga dan keempat.
Berbagai penggolongan sel-sel saraf otonom dapat didasarkan atas molekul transmiter yang
dilepaskan dari terminal boutons dan varikositasnya.Sebagian besar serabut susunan saraf
otonom perifer mensintesis dan melepaskan asetilkolin;mereka disebut kolonergik.Ia mencakup
semua serabut otonom eferen praganglion dan serabut motorik somatik (non otonom) yang
menuju ke otot rangka.Hampir semua serabut eferen yang menunggalkan susunan saraf pusat
bersifat kolinergik.Selain itu,semua serabut parasimpatis pascaganglion dan sejumlah kecil
serabuit simpatis pascaganglion bersifat kolinergik.Sebaliknya,kebanyakan serabut simpatis
pascaganglion melepaskan nor epinefrin (noradrenalin);mereka bersifat noradrenergik.Beberapa
serabut sinaptis melepas kan asetilkolin.
(B. G. Katzung , 1997)
Sistem saraf pusat (SSP) adalah obat perangsang yang physicaland mempercepat proses mental.
Mereka digunakan untuk mengobati hyperactivitydisorder defisit perhatian (ADHD), narkolepsi,
dan gangguan lain dari sistem saraf pusat. Yang paling sering digunakan dan terkenal stimulan
sistem saraf pusat iscaffeine (juga dikenal sebagai obat analeptic). Perangsang termasuk
amfetamin lain, seperti dextroamphetamine sulfat (Dexedrine, DextroStat) dan
methamphetamine hydrochloride (Desoxyn), dan obat-obatan seperti nonamphetamine, pemoline
(Cylert), dan methylphenidate (Ritalin). Sementara dampak yang disebabkan oleh stimulan SSP
adalah dramatis, kegunaan terapeutik obat ini adalah mereka limiteddue efek samping.
Stimulan SSP meningkatkan perhatian, mengurangi kegelisahan, dan meningkatkan koordinasi
fisik pada orang yang menderita ADHD, suatu kondisi di mana orang-orang telah sangat tinggi
tingkat aktivitas dan rentang perhatian yang pendek. Obat-obatan juga curbimpulsive dan
perilaku agresif yang terkait dengan ADHD. Ahli menunjukkan bahwa hampir 30 persen kaum
muda dengan ADHD tidak terdiagnosis sampai sekolah menengah atau lambat. Sementara anak-
anak yang masih sangat muda lalai dan impulsif, hiperaktif ini sering menenangkan pada remaja
ke sebuah kegelisahan. Diagnosis ADHD dibuat semata-mata pada pedoman yang ditetapkan
oleh American Psychiatric Association, karena tidak ada tes biologis untuk menunjukkan
kondisi. Penyebab pasti ADHDis tidak diketahui, tetapi penelitian telah menemukan bahwa itu
mempengaruhi beberapa dalam sebuah keluarga.
Meskipun sistem saraf pusat stimulan yang efektif dalam menangani ADHD, penggunaan
mereka kontroversial, terutama pada anak-anak. Para ahli menyarankan bahwa obat bukanlah
obat untuk ADHD, dan tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya strategi pengobatan untuk
kondisi. Tidak pasti bagaimana persisnya stimulan SSP bekerja dalam memperlakukan ADHD.
Kemungkinan efek samping pada anak-anak termasuk berat badan, kehilangan nafsu makan, atau
masalah jatuh tertidur. Bila digunakan dalam waktu lama, perangsang SSP dapat mengganggu
pertumbuhan dan menyebabkan efek perilaku yang tidak diinginkan, seperti tic asdevelopment
dari gangguan, dan masalah dengan pemikiran atau interaksi sosial. Orangtua yang anaknya
perlu mengambil obat-obatan ini harus benar-benar discussthe risiko dan manfaat dengan dokter
anak. Dokter dapat merekomendasikan periodik "obat liburan," selama waktu dimana anak
berhenti mengambil medicine.Those yang membutuhkan stimulan hanya untuk memperhatikan
mungkin tidak membutuhkannya whenschool tidak ada dalam sesi, atau mungkin hanya
memerlukan dosis pagi jika mata pelajaran yang sulit mengajar di pagi hari.
Berikut ini adalah beberapa obat-obatan stimulan disetujui oleh The Food and Drug
Administration untuk mengobati ADHD: methylphenidate (Ritalin dan generik),
dextroamphetamine (Dexedrine dan generik), metamfetamin (Desoxyn), dan amphetamine-
dextroamphetamine kombinasi (adderall). Baru-baru ini, membatasi FDA disetujui stimulan
pemoline (Cylert), untuk sekunder digunakan, karena yang link ke kegagalan hati.
Narkolepsi, di mana orang memiliki keinginan tak terkendali untuk tidur atau mungkin tiba-tiba
jatuh ke dalam tidur lelap, mungkin juga akan dibantu oleh stimulan SSP. Obat itu ditetapkan
dalam upaya untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan serangan narkolepsi. Kafein
dapat digunakan sebagai otak ringan stimulan SSP menyebabkan pasien untuk tetap terjaga. Obat
SSP lain digunakan untuk narkolepsi meliputi, amphetamine sulfat, methamphetamine
hydrochloride, dan methlyphenidatehydrochloride (Ritalin).
Stimulan sistem saraf pusat tidak boleh digunakan untuk meningkatkan alertnessor sebagai
pengganti tidur. Meskipun mereka dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan
berat badan, mereka tidak boleh digunakan sebagai "pil diet." Medis penggunaan obat
metamfetamin (Speed) sebagai penekan nafsu makan secara ketat untuk mengobati obesitas, atau
untuk mengobati overdosis obat bius. Amphetamine obat harus dihindari oleh orang-orang
dengan hipertensi dan penyakit jantung, dan oleh orang-orang yang sangat gelisah, cemas,
gelisah, dan bersemangat.
Selalu mengambil perangsang SSP persis seperti yang diarahkan. Pernah mengambil lebih besar
atau lebih sering dosis, dan tidak mengambil obat selama lebih dari diarahkan. Medicinemay ini
menjadi kebiasaan jika dikonsumsi dengan dosis besar atau jangka panjang. Jika isnecessary
untuk berhenti minum obat, tanyakan kepada dokter yang diresepkan untuk instruksi bagaimana
untuk berhenti. Tubuh mungkin memakan waktu beberapa minggu untuk menyesuaikan setelah
perawatan dari stimulan SSP telah berhenti.
Sebagian orang merasa mengantuk, pusing, pusing, atau kurang waspada saat menggunakan obat
ini. Obat-obatan juga memberikan beberapa orang rasa palsu kesejahteraan. Karena efek yang
mungkin ini, siapa saja yang mengambil obat tersebut tidak boleh mengemudi, menggunakan
mesin, atau melakukan hal lain yang mungkin berbahaya sampai mereka sudah tahu bagaimana
narkoba mempengaruhi mereka.
Yang paling umum efek samping stimulan SSP adalah iritabilitas, kegugupan, kegelisahan,
kehilangan nafsu makan, masalah tidur, dan rasa palsu kesejahteraan. Setelah efek ini berkurang,
efek lain yang mungkin terjadi, seperti gemetar, pusing, lelah atau lemah yang tidak biasa, atau
depresi. Efek samping ini dan setelah efek biasanya hilang saat tubuh menyesuaikan terhadap
obat dan tidak memerlukan pengobatan kecuali mereka melanjutkan, atau mereka mengganggu
aktivitas normal.
Efek samping yang lebih serius dapat terjadi dari stimulan SSP. Jika nyeri dada, denyut jantung
tidak teratur, masalah pernapasan, pusing, pingsan, amat letih, lemah, demam tinggi, gatal-gatal,
muntah, kejang-kejang, gerakan spontan, atau timbul dalam terjadi tekanan darah, tanyakan
kepada dokter yang meresepkan obat-obatan sesegera mungkin .
Perangsang SSP dapat menyebabkan ketergantungan fisik atau mental ketika diambil dalam
waktu lama. Siapa pun yang menunjukkan tanda-tanda ketergantungan harus memeriksa dengan
dokter nya langsung. Ketergantungan dapat ditandai dengan keinginan yang sangat kuat tokeep
meminum obat. Termasuk tanda-tanda lain perlu dosis lebih besar dan lebih besar dari obat
untuk mendapatkan efek yang sama, dan gejala penarikan diri, seperti depresi, mual atau muntah,
kram atau sakit perut, gemetar, atau tidak biasa lelah atau lemah ketika obat dihentikan.
Penelitian telah shownthat ketergantungan dari sebuah stimulan sistem saraf pusat adalah
berbanding lurus dengan efek stimulasi. Sistem saraf pusat obat stimulan yang paling mungkin
menyebabkan ketergantungan adalah sebagai berikut (dalam urutan dari yang paling mungkin
untuk paling tidak mungkin): amphetamine; methamphetamine; dextroamphetamine;
phenmetrazine; phentermine; phendimetrazine; mazindol, diethylpropion dan fenfluramine.
Salah satu yang paling sering disalahgunakan stimulan SSP adalah kokain (juga dikenal sebagai
stimulan psikomotorik). Stimulan SSP ampuh ini adalah menggunakan terapi sebagai obat bius
lokal. Kokain menghasilkan efek stimulan seperti euforia dan perasaan peningkatan energi, mirip
dengan efek amfetamin, di samping perkembangan negara psikotik serupa dengan paranoia
circumstancesof kuat. Dikenal sebagai obat rekreasi sosial, kokain menampilkan karakteristik
kuat baik fisik dan psikologis ketergantungan. Symptomswhen awal menggunakan obat
termasuk kegelisahan, hipertensi, dan pelaku pelecehan hallucinations.Chronic mungkin
mengalami psikosis kokain beracun (mirip dengan paranoidschizophrenia) diidentifikasi oleh
halusinasi dan paranoid delusi, selain diakibatkan diri sendiri yang disebabkan oleh letusan kulit
gatal-gatal dan menggaruk kompulsif. Dosis besar kokain secara langsung terkait dengan
cardiotoxicity (apoisonous menyebabkan efek pada jantung), sementara kematian akibat
overdosis mungkin disebabkan oleh kegagalan pernapasan.
Karena potensi tinggi untuk penyalahgunaan, penjualan amfetamin dan stimulan SSP
methylphenidates secara ketat dikontrol oleh US Drug Enforcement Administration (DEA).
Resep tidak dapat diisi ulang, dan pasien harus mendapatkan resep baru dari dokter setiap kali
mereka memerlukan pasokan obat-obatan baru.
Sebelum menggunakan stimulan sistem saraf pusat, orang-orang dengan kondisi medis ini harus
memberitahukan dokter mereka: kehamilan, karena peningkatan risiko cacat lahir, kelahiran
prematur, atau melahirkan bayi berat lahir rendah dari penggunaan stimulan SSP; alergi terhadap
obat, makanan, pewarna, pengawet, atau bahan lain; saat ini atau masa lalu alkohol atau
penyalahgunaan narkoba; psychosisor lain penyakit mental yang berat; parah kecemasan,
ketegangan, agitasi, atau depresi; penyitaan gangguan, seperti epilepsi; jantung atau penyakit
pembuluh darah; tekanan darah tinggi ; terlalu aktif tiroid; glaukoma, dan sindrom Tourette atau
tics.
(http://www.faqs.org/health/topics/38/Central-nervous-system-stimulants.html)
Diazepam : Valium, Stesolid, Mentalium
Di samping khasiat anksiolitis, relaksasi otot dan hipnotiknya, senyawa benzodiazepin ini (1961)
juga berdaya antikonvulsi. Berdasarkan khasiat ini, diazepam digunakan pada epilepsi dan dalam
bentuk injeksi i.v. terhadap status epilepticus. Pada penggunaan oral dan dalam klisma (retiole),
resorpsinya baik dan cepat tetapi dalam bentuk suppositoria lambat dan tidak sempurna. K.l. 97-
99% diikat pada protein plasma.
Di dalam hati diazepam dibiotransformasi menjadi antara lain N-desmetilidiazepam yang juga
aktif dengan plasma-t1/2 panjang, antara 40-120 jam. Plasma-t1/2 diazepam sendiri berkisar
antara 20-54 jam. Toleransi dapat terjadi terhadap efek antikonvulsinya, sama seperti efek
hipnotiknya.
Efek sampingnya adalah lazim untuk kelompok benzodiazepim, yakni mengantuk, termenung-
menung, pusing dan kelemahan otot.
Dosis : 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 mg dengan perlan-lahan (1-2 menir), bila perlu diulang
estela 30 menit; pada anak-anak 2-5 mg. Pada status epilepticus dewasa dan anak di atas usia 5
tahun 10 mg (retiole); pada anak-anak di bawah 5 tahun 5 mg sekali. Pada konvulsi demam;
anak-anak 0,25 – 0,5 mg/kg berat badan (rectiole), bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun 5 mg,
setelah 5 tahun 10 mg, juga secara prevent pada demam (tinggi). (Tan Hoan Tjay dan Kirana
Rahardja, 2007)
Depresan Susunan Saraf Pusat
CNS depressants lambat fungsi otak yang normal. Dosis yang lebih tinggi, beberapa CNS
depressants dapat menjadi anestesi umum. Obat penenang dan obat penenang adalah contoh
CNS depressants. CNS depressants dapat dibagi menjadi dua kelompok, berdasarkan kimia dan
farmakologi:
Barbiturates, seperti mephobarbital (Mebaral) dan pentobarbitalsodium (Nembutal), yang
digunakan untuk mengobati kecemasan, ketegangan, dan gangguan tidur. Benzodiazepines,
seperti diazepam (Valium), chlordiazepoxide HCl (Librium), dan alprazolam (Xanax), yang
dapat diresepkan untuk mengobati kecemasan, reaksi stres akut, dan serangan panik.
Benzodiazepines yang memiliki efek yang lebih menenangkan, seperti estazolam (ProSom),
dapat diresepkan untuk pengobatan jangka pendek dari gangguan tidur.
Mereka mempengaruhi neurotransmitter aminobutyric gamma-asam (GABA). Neurotransmitor
kimia otak yang memfasilitasi komunikasi antara sel-sel otak. GABA bekerja dengan
menurunkan aktivitas otak. Walaupun kelas berbeda CNS depressants bekerja dengan cara yang
unik, pada akhirnya itu adalah kemampuan mereka untuk meningkatkan aktivitas GABA yang
menghasilkan mengantuk atau efek menenangkan. Walaupun efek yang menguntungkan ini
untuk orang yang menderita dari kecemasan atau gangguan tidur, barbiturat dan benzodiazepin
dapat kecanduan dan harus digunakan hanya sebagai diresepkan.
CNS depressants tidak boleh digabungkan dengan obat atau zat yang menyebabkan kantuk,
termasuk rasa sakit resep obat-obatan, beberapa over-the-counter dingin dan alergi obat, atau
alkohol. Jika digabungkan, mereka dapat memperlambat pernapasan, atau lambat baik hati dan
pernapasan, yang dapat berakibat fatal.
Berkepanjangan menghentikan penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan depresi SSP untuk
penarikan. Karena mereka bekerja dengan memperlambat braina? Aktivitas, potensi konsekuensi
dari penyalahgunaan adalah bahwa ketika seseorang berhenti mengambil depresan SSP.
Aktivitas dapat rebound ke titik yang kejang dapat terjadi. Seseorang berpikir tentang mereka
mengakhiri penggunaan depresan SSP, atau yang telah berhenti dan penderitaan penarikan, harus
berbicara dengan seorang dokter dan mencari perawatan medis.
(http://www.spineuniverse.com/treatments/medication/central-nervous-system-cns-depressants-
stimulants)
Striknin
Striknin tidak bermanfaat untuk terapi, tetapi untuk menjelaskan fisiologi dan farmakologi
susunan saraf, obat ini menduduki tempat utama di antara obat yang bekerja secara sentral.
Striknin merupakan alkaloid yang utama dalam nux vomica, tanaman yang banyak tumbuh di
India. Striknin merupakan penyebab keracunan tidak sengaja (accidental poisoning) pada anak.
Dalam nux vomica juga terdapat alkaloid brusin yang mirip striknin baik kimia maupun
farmakologinya. Brusin lebih lemah dibanding striknin, sehingga efek ekstrak nux vomica boleh
dianggap hanya disebabkan oleh striknin.
Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter
penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps. Toksin tetanus juga
memblokade penghambatan pascasinaps, tetapi dengan cara mencegah penglepasan glisin dari
interneuron penghambat. Glisin juga bertindak sebagai transmiter penghambat pascasinaps yang
terletak pada pusat lebih tinggi di SSP.
Striknin menyebabkan perangsangan pada bagian SSP. Obat ini merupakan konvulsan kuat
dengan sifat kejang yang khas. Pada hewan coba konvulsi ini berupa ekstensif tonik dari badan
dan semua anggota gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh
obat yang merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah
kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran,
penglihatan, dan perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan yang hanya mempunyai
medula spinalis secara langsung. Atas dasar ini efek striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada
medula spinalis dan konvulsinya disebut konvulsi spinal.
(Melva Louisa dan Hedi R. D. , 2007)
Diazepam
Indikasi :
Ketegangan dan kecemasan; psikoneurotik sedang atau berat.
Sindroma ’withdrawl’ alkohol akut.
Medikasi pra-bedah.
Spasme otot skeletal (sebagai terapi penunjang)
Tetanus (sebagi terapi penunjang)
Kejang-kejang (sebagi terapi penunjang)
Status epileptikus; serangan kejang-kejang rekuren yang hebat.
Tindakan endoskopi (sebagi terapi penunjang)
Kelainan jantung (sebagi terapi penunjang)
Dosis :
Oral , Dewasa : 2-10 mg 2-4 x sehari, tergantung indikasinya
Bayi (>6 bulan) : 1-2,5 mg 3 x sehari atau 4 x sehari sebaga permulaan; dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan. (S. L.Purwanto Hardjosaputra , 2008)
V. METODE PERCOBAAN
5.1 Alat dan Bahan
5.1.1. Alat
Timbangan elektrik
Spuit 1 ml
Stopwatch
Alat suntik 1ml
Beaker gelas 25 ml
Erlenmeyer 10 ml
5.1.2. Bahan-bahan
Mencit 3 ekor
Aquadest
Strinin 0,025%
Diazepam 0,1%

5.2. Prosedur Pecobaan


1. Hewan ditimbang, dicatat dan ditandai pada ekornya.
2. Dihitung dosis dengan pemberian :
- Mencit 1 : kontrol akuades dosis 1% / BB (i.p.)
- Mencit 2 : Diazepam 0,1% dosis 20 mg/kg BB (i.p.)
- Mencit 3 : Diazepam 0,1% dosis 25 mg/kg BB (i.p.)
3. Diamati gejala yang terjadi pada mencit.
4. Setelah 45 menit masing-masing mencit disuntikkan striknin konsentrasi 0,025% dosis 1,5
mg/kg BB (i.p.)
5. Diamati gejala yang terjadi dan diamati kejang sert waktu kejang selama 45 menit selang
waktu 5 menit.
6. Dibuat grafik respon vs waktu.

VI. PERHITUNGAN, DATA, GRAFIK DAN PEMBAHASAN


6.1. Perhitungan Dosis
Mencit I
berat badan = 33,4 g
Dosis akuades (kontrol) = 1% BB

Dosis Striknin = 1,5 mg/kgBB (i.p.)


konsentrasi = 0,025%

Mencit II
berat badan = 32,4 g
Dosis Diazepam = 20 mg/kgBB (i.p.)
konsentrasi = 0,1%

Dosis Striknin = 1,5 mg/kgBB (i.p.)


konsentrasi = 0,025%
Mencit III
berat badan = 22,7 g
Dosis Diazepam = 25 mg/kgBB (i.p.)
konsentrasi = 0,1%

Dosis Striknin = 1,5 mg/kgBB (i.p.)


konsentrasi = 0,025%

6.2. Data Percobaan

6.3. Grafik Percobaan

6.4. Pembahasan
Dalam percobaan “Stimulan Susunan Saraf Pusat” ini digunaka dua jenis obat yaitu diazepam
(sebagai depresan) dan striknin (sebagai stimulan). Pertama-tama ketiga mencit disuntikkan
akuades (kontrol) dan diazepam dengan dosis berbeda. Mencit diamati gejalanya selama 45
menit. Pada pengamatan tersebut, dapat dilihat efek sebenarnya kerena diazepam. Mencit mula-
mula bergerak reaktif, kemudian bergerak lambat dan akhirnya tidur. Dimana mencit dengan
dosis diazepam yang lebih tinggi lebih cepat menunjukkan gejalanya.
Dan setelah 45 menit, ketiga mencit disuntikkan striknin dengan dosis dan konsentrasi yang
sama. Awalnya mencit mengalami depresi nafas dan kemudian diikuti kejang-kejang. Mencit
kontrol lebih cepat mengalami efek kejang tersebut bila dibandingkan mencit yang disuntikkan
diazepam (mencit 2 dan 3). Dan semakin besar dosis diazepamnya, semakin lama juga mencit
tersebut mengalami kejang.
Efek striknin pada mencit 3 (dosis diazepam 25 mg/kg BB) untuk menimbulkan kejang ditutupi
oleh efek diazepamnya. Sehingga efeknya lebih lama dibandingkan pada mencit 2 (dosis
diazepam 20 mg/kg BB) karena dosis diazepam ada mencit 2 rendah untuk merintangi efek
kejang yang akan ditimbulkan striknin dibandingkan dosis diazepam pada mencit 3.
Menurut Melva Louisa (2007), obat yang penting untuk mengatasi gejala keracunan striknin
ialah diazepam 10mg IV, sebab diazepam dapat melawan kejang tanpa menimbulkan potensiasi
terhadap depresi post ictal, seperti yang umum terjadi pada penggunaan barbiturat atau obat
penekan SSP non-selektif lain. Kadang-kadang diperlukan tindakan anastesi atau pemberian obat
penghambat neuromuskular pada keracunan yang hebat.

OBAT SISTEM SARAF PUSAT

DEFINISI SISTEM SARAF PUSAT 

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf
yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Terdiri dari
otakdan sumsum tulang belakang. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan
dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Pada sistem syaraf
pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor,
kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh
perangsangan rasa sakit diotak besar.

Obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat disebut obat psikoaktif, dan seringkali obat atau zat
semacam ini menimbulkan adiksi atau kecanduan. Obat-obat stimulan sistem saraf pusat (SSP)
adalah obat yang dapat merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang, yang dapat
bereaksi secara langsung ataupun secara tidak langsung pada SSP.Yang termasuk obat stimulan
SSP contohnya adalah: amphetamine, methylphenidate, pemoline dan cocaine. Stimulan yang
paling ideal dan paling sering digunakan adalah dextroamphetamine (Dexedrine) .
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya
dibagi atas dua golongan besar yaitu :
• merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang
aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
• menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses
proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas (merangsang
atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat memperlihatkan
selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu
pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan
Pada percobaan pemberian striknin menyebabkan terjadinya konvulsi, dimana striknin
merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang khas dengan mengadakan blokade selektif
terhadap sistem penghambatan pascasinaps, bekerja dengan cara mengadakan antagonisme
kompetitif terhadap transmitor penghambata yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps.
Dengan pemberian diazepam maka konvulsi yang ditimbulkan oleh striknin dapat dihambat.
Dengan cara diazepam berikatan pada reseptor GABA sehingga membantu pelebaran terbukanya
canal ion Cl-, semakin banyak ion Cl- yang masuk menyababkan sel kulit untuk tereksitasi,
sehinggan dapat mengurangi terjadinya konvulsi.

7.2. Saran
Sebaiknya dilakukan pemberian obat secara intraperitonial yang benar karena hal ini dapat
mempengaruhi absorbsi obat sehingga juga mempengaruhi respon obat yang ditimbulkan.
Sebaiknya dilakukan pengamatan yang lebih teliti lagi terhadap gejala-gejala yang ditimbulkan
oleh hewan coba, sehingga diperoleh data yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2005). Central Nervous System Depressants and Stimulants


http://www.spineuniverse.com/treatments/medication/central-nervous-system-cns-depressants-
stimulants
Anonimb. (2009). Central Nervous System Stimulants
http://www.faqs.org/health/topics/38/Central-nervous-system-stimulants.html
Hardjosaputra, S.L. Purwanto. (2008). Data Obat di Indonesia (DOI). Edisi XI. Jakarta : PT.
Muliapurna Jayaterbit. Hal. 352-353.
Katzumg, B.G. (1989). Farmakologi Dasar dan. Edisi kedua. Jakarta : Hipokrates. Hal. 62.
Kelly Karpa. (2006). Central Nervous System Stimulants
http://www.answers.com/topic/central-nervous-system-stimulants
Louisa, Melva dan Hedi R. D . (2007). Perangsang Susuna Saraf Pusat. Farmakologi dan Terapi.
Editor: Gunawan, S.G. Edisi ke-5. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal. 247-248.
Neal, Michael J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit
Erlangga. Hal. 55.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Hal.424.

Farmakodinamik
Obat ini merupakan obat konvulsan kuat dengan sifatkejang yang khas ialah berupa ekstensif
tonik daribadan dan semua anggota gerak; kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh
rangsangansensorik yaitu pendengaran, penglihatan danperabaan.

Striknin ternyata juga merangsang medula spinalissecara langsung. Atas dasar ini efek striknin
dianggapberdasarkan kerjanya pada medula spinalis dankonvulsinya disebut konvulsi spinal.

Striknin digunakan sebagai perangsang nafsu makansecara irasional berdasarkan rasanya yang
pahit

Anda mungkin juga menyukai