REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
JANUARI 2016
UNIVERSITAS PATTIMURA
Disusun oleh:
Ria Lelemuku Tutkey
NIM. 2009-83-017
Konsulen :
dr. Ony W. Angkejaya, Sp. An
BAB I
PENDAHULUAN
Penekanan saraf perifer dalam waktu yang panjang melebihi waktu yang
semestinya akan menyebabkan analgesia yang lebih dalam pada bagian distal dari
tempat penekanan saraf. Hal tersebit merupakan dasar dari metode anestesi masa
lampau ysng diperkenalkan pada abad ke-16 oleh seorang ahli bedah militer Perancis,
Ambroise Pare (1510-1590). Dominique Jean Larrey (1766-1842), ketua ahli bedah
tentara Napoleon, menjelaskan pengamatannya terhadap cedera dingin pada saraf dan
memberikan efek analgesik pada tentara selama amputasi. Sifat anestesi kokain dikenal
dan diterbitkan pada abad ke-19. Pada tahun 1898, Bier (1861-1949) dan residennya,
Hildebrand (1868-1954) melakukan anestesi spinal pertama dan mempublikasikan
pengalaman pribadi mereka setelah mereka berusaha melakukan anestesi spinal pada
diri mereka sendiri. Saat itu Hildebrand berhasil mendapatkan analgesia yang baik dari
anestesi spinal, namun ia menderita sakit kepala yang parah dan Bier berkecil hati
tentang penggunaan anestesi spinal dan butuh beberapa tahun lagi sebelum anestesi
spinal dijadikan teknik anestesia regional. Pada tahun 1908, Bier menggambarkan
injeksi intravena untuk anestesi lokal, yang disebut Bier block. Banyak teknik awal
yang masih digunakan sampai sekarang dan sering hanya dilengkapi dengan teknik
yang lebih baru atau obat-obatanya.
Anestesi umum tergantung pada kerja obat sistem saraf pusat yang mengakibatkan
kesadaran hilang.Teknik anestesi regional menggunakan obat yang berefek lokal dengan
memblok implus saraf sebelum mencapai saraf pusat.Obat akan memblok transmisi
impuls saraf.Serat saraf yang membawa impuls sakit, suhu dan eferen simpatis akan
terhambat kemudian impuls proprioseptif dan motorik yang mengatur tonus otot
volunter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Teknik anestesi regional menggunakan obat yang berefek lokal dengan
memblok implus saraf sebelum mencapai saraf pusat.1
Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi sementara pada suatu area tubuh yang
relatif kecil atau terbatas yang tercapai dengan aplikasi topikal atau injeksi obatobat yang menekan eksitasi ujung saraf atau menghambat konduksi impuls
bagian: gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatic lipofil
melalui suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder.
Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan dengan ikatan amin atau ester. Maka
secara kimia, anestetik lokal digolongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. Adanya
ikatan ester sangat menentukan sifat anestetik lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi
didalam badan, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya
kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan dengan golongan
amid.Anestetik lokal yang tergolong dalam senyawa ester ialah tetrakain, benzokain,
kokain, dan prokain dengan prokain sebagai prototip. Sedangkan yang tergolong
senyawa amid ialah dibukain, lidokain,bupivakain, mepivakain dan prilokain.
B. MEKANISME KERJA
Anestetik lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf.Tempat
erjanya di membrane sel efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja.Sebagaimana
diketahui, potensial aksi saraf terjadi karena ada peningkatan sesaat (sekilas)
permeabilitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran.
Proses fundamental inilah yang dihambat oleh anestetik lokal, hal ini terjadi akibat
adanya interaksi langsung antara zat anestetik lokal dengan kanal Na + yang peka
terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik (voltage sensitive Na+ channel).
Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang
rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial
aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengamanan (safety factor)
konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan pengurangan
menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan konduksi
saraf.
anestesia
akibat
penekanan
serabut
saraf
pertama-tama
ditandai
oleh
menghilannya rasa raba, dan modalitas nyeri hilang paling akhir.Diduga bahwa
impuls rasa raba dihantarkan oleh serabut yang lebih besar sedangkan nyeri oleh
serabut kecil.
2. Pengaruh pH
Dalam bentuk basa bebas anestesi lokal hanya sedikit larut dan tidak stabil dalam
bentuk larutan.Oleh karena itu, anestetik lokal diperdagangkan dalam bentuk
garam yang mudah larut di dalam air, biasanya garam hidroklorid.Anestetik lokal
merupakan basah lemah tetapi larutan asamnya bersifat agak asam hal ini
menguntungkan karena menambah stabilitas anestetik lokal tersebut.Banyak bukti
yang menunjukan bahwa dalam jaringan, garam asam ini harus dinetralkan lebih
dahulu dan dilepaskan suatu basa bebas sebelum obat tersebut menembus jaringan
dan menghasilkan efek anestetik. Anesteti lokal yang digunakan umumnya
mengandung atom N tersier atau sekunder oleh karena itu tergantung dari pKa dan
pH larutan akan terbentuk amin tersier atau sekunder yang tidak bermuatan listrik
atau terbentuk kation ammonium.
Anestetik lokal yang biasanya digunakan mempunyai pKa antara 8-9, sehingga
pada pH jaringan tubuh hanya didapati 5-20% dalam bentuk basa bebas.Bagian ini
walaupun kecil sangat penting, karena untuk mencapai tempat kerjanya obat harus
berdifusi melalui jaringan penyambung jaringan dan membran sel lain, dan hal ini
hanya mungkin terjadi dengan bentuk amin yang tidak bermuatan listrik.
3. Perpanjangan efek oleh vasokonstriktor
Masa kerja anastetik lokal berbanding langsung dengan waktu kontak aktifnya
dengan saraf. Akibatnya tindakan yang dapat melokalisasi obat pada saraf akan
memperpanjang
waktu
anesthesia.
Kokain
sendiri
dapat
menyebabkan
Sebagian vasokonstriktor mungkin akan diserap dan bila jumlahnya cukup banyak
akan menimbulkan efek samping misalnya gelisah, takikardi, palpitasi dan nyeri
di dada. Untuk mengurangi perangsangan adrenergik yang berlebihan dan yang
tidak diinginkan tersebut, perlu dipertimbangkan penggunaan obat penghambat
alfa atau beta adrenergic.Mungkin pula terjadi perlambatan penyembuhan luka,
edema atau nekrosis.Efek yang terakhir ini dapat terjadi karena amin
simpatomimetik menyebabkan peninggian pemakaian oksigen jaringan dan
dengan adanya vasokonstriksi terjadi hipoksia atau kerusakan jaringan setempat.
Keadaan ini akan membahayakan bila zat anestetik lokal digunakan pada tindaan
pembedahan jari tangan atau kaki atau sirkumsisi. Vasokonstriksi pembuluh nadi
utama yang hanya mempunyai sedikit sirkulasi kolateral akan menimbulkan
kerusakan jaringan yang ireversibel atau ganggren. Selain itu, zat anestetik lokal
sendiri mungkin dapat mengganggu proses penyembuhan luka.
C. FARMAKOKINETIK
1. Lipid solubility
Hubungan
antara
kelarutan
lemak
dengan
potensi
obat
berbanding
pKa suatu zat kimia diartikan sebagai pH. Onset anelgesia tergantung bentuk basa
(yang tidak bermuatan) dalam suatu larutan.Jumlah bentuk basa yg terbentuk
berbanding terbalik pKa suatu obat anestesi lokal.Semakin tinggi pKa semakin
lambat onset anelgesinya. Obat anestesi lokal yang mempunyai pKa yang
mendekati pH tubuh (7,35-7,45) onset anelgesia lebih cepat.
D. FARMAKODINAMIK
1. Sistem saraf pusat
Semua anestetik lokal merangsang SSP, menyebabkan kegelisahan dan tremor
yang mungkin berubah menjadi kejang klonik.Secara umum, semakin kuat suatu
anestetik makin mudah menimbulkan kejang. Perangsangan ini akan diikuti
depresi dan kematian biasanya terjadi karena kelumpuhan napas. Penggunaan
perangsangan napas tidak efektif sebab anestetik lokal sendiri merangsang
pernapasan, depress napas timbul karena perangsangan SSP berlebihan.
Perangsangan yang kemudian disusul oleh depresi pada pemakaian anastetik lokal
itu hanya disebabkan oleh depresi pada aktivitas neuron.Perangsangan terjadi
karena adanya depresi selektif pada neuron penghambat.
Pada keracunan lanjut disamping memperbaiki pernapasan penting juga
mengggunakan hipnotik untuk mencegah dan mengobati kejang.Dosis sedatif
barbiturat kurang bermanfaat untuk kejang akibat keracunan anestetik
lokal.Dalam hal ini pemberian diazepam IV merupakan obat terpilih, untuk
mencegah maupun untuk menghentikan kejang.Kokain sangat kuat untuk
merangsang
korteks,
dan
menimbulkan
adiksi
pada
penggunaan
kurare bersifat adiktif.Berbeda dengan kurare, prokain memiliki efek nyata pada
akhir serabut praganglion dan pada sel ganglion.
3. Sistem Kardiovaskular
Pengaruh utama anestetik lokal pada miokard ialah menyebabkan penurunan
eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi.Anestetik lokal sintetik
juga menyebabkan vasodilatasi arteriol. Efek anestetik lokal terhadap sistem
kardiovaskular biasanya baru terlihat sesudah dicapai kadar obat sistemik yang
tinggi dan sesudah menimbulkan efek pada SSP. Walaupun jarang, pada
pemakaian anestetik lokal dosis kecil untuk anestesia infiltrasi dapat terjadi kolaps
kardiovaskular dan kematian.
4. Alergi
Dermatitis alergi, serangan asma atau reaksi anafilaktik yang fatal dapat timbul
akibat anestetik lokal.Reaksi alergi ini terutama terjadi pada penggunaan obat
anestetik lokal golongan ester yang pada hidrolisis dihasilkan asam para
aminobenzoat (PABA) dan diduga menimbulkan reasi alergi.Sedangkan golongan
amida boleh dikatakan tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas namun bahan
pengawet yang terdapat di dalam larutan dapat juga menimbulkan reaksi alergi.
Tabel 2. Perbedaan antara intoksikasi dan alergi
Intoksikasi
Alergi
Berlaku umum
Tergantung dosis
Gejala berbeda
Pengobatan berbeda
Individual
Tidak tergantung dosis
Gejala sama
Pengobatan sama
5. Biotranformasi
sebaliknya
prilokain
mula-mula
mengalami
hidrolisis
yang
Anestetik lokal yang dirusak di dalam hati secara lambat sebagian akan dikeluarkan
bersama urin.
Dosis
maxsimum
(mg/kgBB)
4
6
7
1,5
2
Dosis maximum
untuk orang
dewasa dengan
BB 60 Kg (ml)
24
36
42
36
48
10
simpatis
terstimulasi
menyebabkan
sensitisasi
terhadap
Lidokain sering digunakan pada anstesi infiltrasi, blok saraf, anestesia spinal,
anstesia epidural mauapun kaudal dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir,
Tabel 6. Berbagai sediaan lidokain
NAMA
PT
ISI
INDIKASI
EMLA
Astrazen
ca
Lidokain 25
mg +
prilokain 25
mg
Anestesi topical
pada kulit yang
berhubungan
dengan jarum
suntik dan
prosedur
pembedahan
superfisial
Anesttikum lokal
Extracai
n
Ethica
Lidokain HCl
2% +
adrenalin
1:100000
Pehacai
n
Pharpos
Lidokain HCl
2% dalam
(1:80.000)
tiap 2 ml inj.
Anestetikum
lokal
Xylocai
n
Astrazen
ca
Lidokain
20mg/ml inj.
Atau jeli atau
spray 10%
Anestesi
infiltrasi, perifer
dan blok saraf
pusat, anestesi
regional iv, blok
terapeutik dan
diagnosis
SEDIAAN
Krim 5 gr Rp.
44.000
Polyampul 20
ml 2%
Rp.260.000
10 syringe 10
gr jeli 2% Rp.
531.000
Botol 10%
spray
Rp.265.000
3. Prokain
Prokain merupakan golongan ester.Mula kerja lambat dan masa kerja
pendek.Dihidrolisis menjadi PABA (para amino benzoid acid) yang dapat
menghambat kerja sulfonamid dan bersifat alergen.
4. Bupivakain
12
Struktur mirip lidokain bedanya gugus yang mengandung amin adalah butil
piperidin.Masa kerja panjang, efek blokade sensorik lebih besar daripada
motorik.Dosis besar dapat menyebabkan aritmia ventrikular dan depresi miokard.
Larutan bupivakain hidroklorida 0,25% utk infiltrasi dan 0,5% utk paravertebral.
5. Dibukain
Dibukain merupakan derivat kuinolon.Paling kuat, paling toksic dan masa
kerja panjang.Sudah tidak digunakan sebagai preparat suntik, kecuali anestesi spinal.
6. Mepivakain HCL
Toksik untuk neonatus sehingga tidak untuk anestesia obstetrik.Tidak efektif
untuk topical anestesi.Sediaan untuk suntikan berupa 1%, 1,5% dan 2%
7. Tetrakain
Jarang digunakan setelah adanya bupivakain.Diperlukan dosis besar dan mula
kerja lambat namun masa kerja lebih lama pada anestesi spinal.Pemberian IV ,10x
lebih aktif dan toksik dari prokain. Biasanya digunakan pada mata berupa larutan
tetrakakin 0,5%, untuk hidung dan tenggorok berupa 2%. Untuk anestesi spinal dosis
total 10-20 mg.
8. Prilokain
Mula kerja dan masa kerja lebih lama.Efek vasodilatasi lebih kecil sehingga
tidak perlu vasokonstriktor.Toksisitas terhadap susunan saraf pusat lebih rendah
sehingga aman untuk blockade intravena.Sediaan suntikan: 1,0% , 2,0% dan 3,0%.
Anestesia permukaan
Krioanestesi
Anestesi semprot yang pertama kali digunakan yaitu etil klorida, dengan efek
samping mudah meledak jika bercampur dengan udara, dapat menyebabkan
hepatotoksisitas, dan jika uapnya terhirup dalam jumlah besar dapat menyebabkan
anestesi sistemik.
13
Anestesi Topikal
EMLA (eutectic mixture of local anesthetics) lidokain 2,5% + prilokain 2,5%
dalam vehikulum khusus. Pada bayi, EMLA dapat menjadi pilihan untuk
sirkumsisi.
Anestesi infiltrasi
Tujuan untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui kontak langsung
dengan obat. Pada umumnya, injeksi infiltrasi tidak dilakukan secara langsung pada
lesi tetapi justru pada sekitar lesi, dengan beberapa tusukan membentuk suatu cincin
untuk mencakup seluruh area operasi
Daerah Wajah
Daerah dahi disarafi oleh saraf supraorbitalisdan supratroklearis. Saraf
14
15
jari, jari telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis, serta dasar kuku jari-jari
tersebut. Saraf medianus berada di antara tendo-tendo fleksor karpi radialis dan
palmaris longus, di bawah fleksor retinakulum.Kedua tendo tersebut dapat dikenali
dengan meminta pasien mempertemukan ibu jari dan jari kelingking.Jarum
disuntikkan dengan sudut 45 ke antara tendo-tendo pada lipatan pergelangan tangan
proksimal. Injeksi 2-5 ml obat anestesi lokal akan memblok nervus medianus. Jika
16
timbul parestesia, jarum harus ditarik sedikit (sekitar 2 mm) untuk menghindari
kerusakan serabut saraf atau injeksi intraneural.
Cabang superfisialis saraf radialis mensarafi dorsum tangan dan bagian
proksimal sendi interfalangeal distal tiga jari pertama. Sebelum mencapai
pergelangan tangan saraf ini memiliki banyak cabang, sehingga area yang perlu
dianestesi untuk mencapai blok total cukup luas. Pertama-tama, 3 ml lidokain 1%
diinjeksikan tepat di lateral arteri radialis pada lipatan pergelangan tangan
proksimal.Jarum kemudian digeser dan ditusukkansecara subkutan melintasi tepi
proksimal snuffbox menuju pertengahan sisi dorsal pergelangan tangan.Injeksi 5-7 ml
obat anestesi dilakukan secara melingkar sambil menarik jarum.
Saraf ulnaris bercabang ke palmar dan dorsal pada lipatan fleksor proksimal
pergelangan tangan, mensarafi bagian ulnaris permukaan palmar dan dorsal telapak
tangan dan jari kelingking, serta separuh bagian ulnaris jari kelingking. Injeksi 5-7
ml obat anestesi sedalam 1-2 cm ke daerah antara tendo fleksor karpi ulnaris dan
arteri ulnaris akan memblok cabang palmar dari saraf ulnaris. Cabang ulnaris dorsal
dapat diblok dengan infiltrasi 3-4 ml cairan pada daerah distal prosesus stiloideus
ulnaris.Kedua cabang saraf tersebut juga dapat diblok sekaligus pada siku. Caranya,
siku difleksikan 90, jarum ditusukkan 0,5 cm ke dalam kulit antara olekranon dan
epikondilus medialis, kemudian suntikkan 3-5 ml cairan. Risiko kerusakan saraf pada
prosedurini lebih tinggi karena saraf dapat terjebak di antara anestesi lokal dan
tulang, menyebabkan iskemia saraf.
17
18
penetrasi; blok saraf regional seringkali lebih disukai. Blok pergelangan kaki
posterior digunakan untuk menganestesi telapak kaki melaluiblok saraf suralis dan
tibialis posterior. Saraf suralis berjalan di belakang fibula dan maleolus lateral, dan
mensarafi tumit dan sisi lateral kaki. Untuk melakukan blok saraf suralis, pasien
diposisikan telungkup dengan kaki sedikit dorsofleksi. Jarum ditusukkan di lateral
tendo Achilles dan 1-2 cm di atas ujung lateral maleolus.Obat anestesi disuntikkan
dengan pola sepertikipas dari satu sisi ke sisi lain untukmencakup seluruh persarafan.
Saraf tibialis terletak di antara malleolus medialis dan tendo Achilles,
mensarafibagian medial telapak kaki dansisi medial kaki.Saraf ini berjalan
diposterior
arteri
tibialis
posterior.Untukmemblok
saraf
tibialis,
pasien
melibatkan anestesi saraf safena, serta saraf peroneus superfisial dan profunda.
19
Saraf peroneus profunda mensarafi ruang antara jari kaki pertama dan kedua;
terletak antara tendo tibialis anteriordan tendo ekstensor halusis longus.Pasien
diposisikan terlentang dan pergelangan kaki sedikit plantarfleksi,kemudian jarum
ditusukkan di bagian atas maleolus antara tendo-tendo tibialis anterior dan ekstensor
halusislongus. Tendo-tendo ini akan menonjol jika pergelangan kaki dalam posisi
dorsofleksi dan ibu jari kaki melawan tahanan. Jika arteri tibialis anterior teraba,
jarum ditusukkan tepat di lateral arteri, didorong ke dalam tendo di atas periosteum,
dan setelah aspirasi disuntikkan 5 ml lidokain 1%.
Saraf peroneus superfisial dapat diblok dengan menusukkan jarum tepat di
superoanterior maleolus medialis.Sekitar 5 ml obat anestesi disuntikkan subkutan di
antara tepi anterior tibia dan tepi superior maleolus lateralis.
Saraf safena yang berjalan di medial vena safena magna dapat diblok dengan
menusukkan jarum tepat di superoanterior maleolus medialis dan menyuntikkan 3-4
ml obat anestesi pada jaringan subkutan di sekitar vena safena magna.
yang diisolasi dari sirkulasi dengan tornikuet. Dengan teknik ini didapatkan analgesia
yang baik, tapi karena komplikasi dari tornikuet, sebaiknya digunakan terbatas untuk
tindakan yang kurang dari 1 jam. Pasien tiba-tiba pingsan, ini terjadi jika obat
anestesi lokal mengalir di bawah tornikuet selama penyuntikan atau ketika tornikuet
dilepaskan pada akhir tindakan. Sehingga alat resusitasi lengkap harus ada.
20
Bedah obstetik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan
Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hypovolemia ringan
Nyeri punggung kronik
Persiapan analgesia
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada
anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan
menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelaina anaomis tulang punggung atau
pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu
perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
thromboplastine time).
Teknik anestesi spinal
22
23
Pada dasarnya persiapan pasien untuk analgesia spinal seperti persiapan pada
anesthesia umum.Hal ini bertujuan sebagai antisipasi perubahan mendadak tekanan
darah, laju nadi, atau masalah oksigenasi.Harus ada akses intavena yang adekuat dan
perlengkapan monitor pasien misalnya EKG, monitor tekanan darah non invasive,
atau kateter arterial, dan pulse oxymeter.Monitoring suhu badan sebaiknya disiapkan
karena pasien dapat terserang hipotermia selama spinal atau epidural, terutama pada
operasi yang lama. Mesin anestesi, sungkup muka, sumber O 2, dan suction harus
tersedia dan siap pakai. Obat-obatan sedasi, induksi, emergensi dan pelumpuh otot
harus tetap tersedia meskipun tidak langsung di dalam spuit.Alat-alat manajemen
napas seperti pipa endotrakea, laringoskop, dan pipa orofaringeal harus juga
tersedia.3,4,5
Teknik anestesi regional antara lain :3,4
1. Setelah diberi monitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus
lateral. Beri bantal kepala, selain nyaman bagi pasien juga agar tulang
belakang stabil. Buat pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus
mudah teraba. Posisi lain ialah duduk.
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan
tulang ialah L4 atau L4-5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4
atau L4-5. Tusukan pada L1-2 atau di atasnya berisiko trauma terhadap
medulla spinalis.
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alcohol.
24
4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 23 ml.
5. Cara tusukan median atau para median. Untuk jarum spinal besar 22 G, 23 G
atau 25 G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27 G atau
29 G, dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum
suntik biasa semprit 10 cc. tusukan introducer sedalam kira-kira 2 cm agak
sedikit ke arah sefal, kemudian masukan jarum spinal berikut mandrinnya ke
lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock)
irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan duramater, yaitu pada posisi tidur
miring bevel menghadap ke atas atau ke bawah, untuk menghindari
kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal.
Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar
likuor, pasang semprit beri obat dan obat dapat dimasukan pelan-pelan (0,5
ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk menyakinkan posisi jarum
tetap baik. Bila telah yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan
likuor tidak keluar, putar arah jarum 900 biasanya likuor keluar. Untuk
analgesia spinal kontinyu dapat dimasukan kateter.
6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah
hemoroid dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum
dewasa 6 cm.
2. Anestesia epidural
Anestesia atau analgesia epidural ialah blockade saraf dengan menempatkan
obat di ruang epidural (peridural, ekstradural).Ruang ini berada di antara ligamentum
flavum dan duramater.Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di dasar
tengkorak dan dibawah dengan nselaput sakrokoksigeal.Kedalaman ruang ini ratarata 5 mm dan di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
25
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar spinal
yang terletak di bagian lateral.Awal kerja anestesia epidural lebih lambat
disbanding spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih
lemah.
Indikasi anestesia epidural:
Pada umumnya indikasi epidural anestesi sama dengan spinal anestesi.
Sebagai keuntungan epidural anestesi adalah anestesi dapat diberikan secara
kontinyu setelah penempatan cateter epidural, oleh karena itu tehnik ini cocok
untuk pembedahan yang lama dan analgesia setelah pembedahan.
Indikasi Khusus:
Pembedahan sendi panggul dan lutut.
Dibandingkan dengan anestesi umum, anestesi epidural untuk pembedahan
panggul dan lutut dapat mengurangi insidens trombosis vena. Penyebab
kematian
pula
anggota
gerak bagian
Kontra Indikasi:
Absolut :
26
Relatif:
Hipovolemia
Penyakit SSP
Nyeri punggung kronik.
Pasien yang mendapat obat penghambat platelet, termasuk aspirin,
dripiridamol, dan NSAID
28
Melipat Lutut
++
+
-
Melipat Jari
++
++
+
-
Komplikasi:
3. Anestesia Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesia epidural, karena
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di
ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum
sakrokogsigreal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antar ligamentum
29
30
DAFTAR ISI
1. Yuanita DU. Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit. SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RS
dr. Kariadi, Semarang.2010;(180) 537
2. Hruza GJ. Anesthesia. Dalam: Bolognia J, Jorizzo JL, Rapini RP, editor.
Dermatology. Toronto: Mosby;2003.h.2233-9.
3. Gmyrek R, Ratner D, Butler DF, Albertini JG, Quirk C, Elston DM. Local
Anesthesia and Regional Nerve Block Anesthesia. February 24, 2005.
URL http://www.emedicine.com/emerg/topic383.htm
4. Robinson JK, Hruza GJ. Dermatologic Surgery: Introduction and Approach.
Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI,
editor. Fitzpatrick`s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-6. New York:
Mc Graw-Hill;2003.h.2517-20.
5. Dobson MB, Penuntun praktis anestesi.Jakarta :EGC.1994 hal. 89-104
6. Gunawan SG, Setiabudi R, Elizabeth. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta :
fakultas kedokteran universitas Indonesia. 2007. Hal. 259-272
31