1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Melaporkan kasus seorang anak laki-laki dengan faringitis akut et causa viral
Penguji Kasus : dr. Kanti Yunika, Sp.THT-KL
Pembimbing : dr. Riki Vita Wisudiana
Dibacakan oleh : Gianita Puspita Dewi 22010116210036
Ricca Angelina Ethel 22010116210122
Elizabeth Karangora 22010117210018
Dibacakan tanggal : 29 November 2017
Diajukan guna memenuhi tugas kepaniteraan di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Mengetahui
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faringitis akut adalah suatu peradangan pada faring yang dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Penyakit ini dapat
menyerang semua umur dan dapat ditularkan melalui kontak dengan sekret hidung
maupun droplet.1 Di Indonesia pada tahun 2004, dilaporkan bahwa kasus faringitis
akut masuk dalam sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat jalan dengan
presentase jumlah penderita 1,5 % atau sebanyak 214.781 orang.2 Survei yang
pasien di Puskesmas.3,4
Penyebab faringitis akut paling sering yaitu 40-60% virus dan 5-40%
kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler
3
4
ditandai dengan gejala umum seperti terjadinya nyeri tenggorokan, sakit saat
menelan, demam, malaise, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher. Gejala
khasnya tergantung dari penyebab dari faringitis itu sendiri. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan mukosa faring hiperemis dan dapat ditemukan gambaran khas
B. Tujuan
C. Manfaat
faringitis akut.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. NW
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
No. CM : 084852
2. Febris akut 7
3. Itchy throat 7
4. Batuk 7
5. Malas makan 7
5
6
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien dan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal
Nyeri dirasakan hilang timbul dan perih. Nyeri terasa bertambah saat pagi hari,
berbicara banyak, dan saat menelan. Nyeri dirasakan berkurang jika pasien
banyak minum air dan larutan penyegar. Keluhan tidak mengganggu aktivitas dan
demam ringan, gatal pada tenggorokan, malas makan dan kadang terasa cairan
encer di tenggorokan yang jika dibatukkan dapat keluar. Nyeri kepala, suara
serak, dan sesak napas disangkal. Pilek (-), hidung tersumbat saat pagi dan malam
hari (-), tidur mendengkur (-), keluar cairan dari telinga (-), telinga terasa tertutup
(-), gigi berlubang (-). BAB dan BAK dalam batas normal. Kemudian pasien
- Riwayat sakit dengan keluhan serupa sebelumnya (+) 1 tahun yang lalu
Pasien merupakan seorang pelajar kelas 3 SD. Ibu pasien adalah seorang ibu
rumah tangga, ayah pasien bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Pembiayaan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada tanggal 21 November 2017 pukul 09.45 WIB di Poli THT
BKIM Semarang.
Aktivitas : Normoaktif
Kooperativitas : Kooperatif
Suhu : 37,6 C
8
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Kepala : Mesosefal
1. Telinga:
Gambar:
Mastoid tekan (-), nyeri ketok (-), nyeri ketok (-), fistel(-), abses
Pre–aurikula fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
Gambar:
Pemeriksaan Luar
3. Tenggorok:
Gambar:
Orofaring Keterangan
Palatum Simetris, bombans (-), hiperemis (-), fistula (-), stomatitis (-)
kripte melebar (-), detritus (-), kripte melebar (-), detritus (-),
11
Refleks
+
muntah
Kepala : Mesosefal
Lain-lain : (-)
Lain-lain : (-)
12
III. RINGKASAN :
tenggorokan sejak ±2 hari SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul dan terasa perih
di tenggorokan. Nyeri dirasakan bertambah pada pagi hari, berbicara banyak, dan
saat menelan. Nyeri dirasakan berkurang apabila pasien banyak minum air dan
hari seperti biasanya. Pasien juga mengeluhkan demam nglemeng, gatal pada
V. RENCANA PENGELOLAAN :
IpDx : S: -
O: -
13
IpRx :
Semarang, 21 November2017
R/ Ambroxol 30 mg tab no X
R/ Prednison 5 mg tab no X
S 3 dd tab ½
Pro : An. NW
Usia : 8 tahun
VI. EDUKASI :
Apabila ada keluhan yang serupa, pasien dan keluarga pasien dianjurkan
untuk berobat.
14
VII. PROGNOSIS :
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
3.1.1 Faring
Faring adalah suatu tabung fibromuskular yang dilapisi oleh selaput lendir
dinding faring terdapat dasar tulang sfenoid dan dasar tulang oksipital. Di sebelah
atas dari faring terdapat adenoid. Muara tuba eustachius pars kartilaginosa yang
disebut fossa rosenmulleri terletak di dinding lateral dari faring. Faring terletak di
posterior rongga hidung dan mulut dan posterior ke laring.6 Oleh karena itu,
faring terbagi menjadi bagian hidung, mulut, dan laring: (1) nasofaring, (2)
orofaring, dan (3) laringofaring. Faring meluas dari dasar tengkorak sampai ke
batas inferior tulang rawan krikoid (di sekitar tingkat vertebra C6), di mana ia
15
16
Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia
faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian
3.2.1 Definisi
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorok, faring eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise. Faringitis akut dan
umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections).
3.2.2 Etiologi
dan bakteri (5-40%) yang paling sering . Kebanyakan faringitis akut disebabkan
oleh agen virus. Virus yang menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus,
Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human
(GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30%
menderita faringitis. Faktor risiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang
dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit
saluran napas melalui droplets. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi inokulasi dari
Hiperemis terjadi akibat pelebaran pembuluh darah dinding faring. Eksudat mula-
mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring. Tampak bahwa folikel dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
musim dingin dan awal musim semi. Penularan faringitis virus dan GABHS khas
terjadi terutama dengan kontak tangan dengan nasal discharge, bukan dengan
kontak oral. Gejala berkembang setelah masa inkubasi singkat 24 sampai 72 jam.1
seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher.1
19
a. Faringitis viral.
Gejala lain demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit
menelan.
b. Faringitis bakterial
penyebab faringitis akut pada dewasa (15%) dan anak (30%). Gejala
yang terjadi adalah nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam
c. Faringitis fungal
mulut dan faring. Gejala yang timbul terutama nyeri tenggorok dan nyeri
menelan.5
penunjang.
1. Anamnesis
menelan, batuk, lemas, anorexia, demam, dan suara serak. Gejala spesifik
20
yang pasien keluhkan dapat membuat kita semakin dekat dengan diagnosis
kronik juga dibagi menjadi dua, yaitu faringitis hiperplastik yang mempunyai
gejala tenggorokan kering serta mulut berbau. Faringitis spesifik dapat berupa
kelenjar limfe leher, serta tidak berespon dengan pengobatan bakterial non
seksual pasien.5
Selain itu perlu juga ditanyakan adanya faktor risiko faringitis pada
pasien, antara lain paparan udara yang dingin, menurunnya daya tahan
tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, iritasi kronik oleh rokok,
minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, dan inhalasi uap yang
2. Pemeriksaan Fisik
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Epstein Barr Virus
Beberapa hari kemudian timbul bercak ptechiae pada palatum dan faring.
limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 38ºC
(http://mddk.com/wp-content/uploads/2013/11/pharyngitis-pictures.jpg)
hiperemis.
oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
g. Faringitis luetika:
1. Stadium primer: pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior
pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
ke arah laring.
3. Pemeriksaan penunjang
panjang untuk mendapatkan hasil yaitu 1-2 hari. Tes deteksi antigen dapat
pemberian terapi dan mencegah penularan. Tes ini diindikasikan jika pasien
memiliki risiko sedang pada skor centor atau McIsaac atau jika seorang
Kriteria Poin
Tidak ada batuk 1
Demam (>380 C) 1
Adenopati servikal anterior 1
Tonsil bengkak atau bereksudat 1
Usia
3-14 tahun 1
15-44 tahun 0
>45 tahun -1
4. Terapi Faringitis
rest), mengkonsumsi banyak air hangat, gargle salin hangat atau irigasi
faring, dan pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Pasien dan
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada anak <5
pengobatan TB paru.18
3.2.6 Komplikasi
yaitu dapat terjadi sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia.
dari mukosa faring via hematogen, limfatik, atau persebaran langsung; abses
ini disebabkan karena biasanya hasil isolasi dari abses menggambarkan infeksi
3.2.7 Prognosis
Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar kasus.
Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus berhati-hati
PEMBAHASAN
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorokan
sejak ±2 hari sebelum datang ke poliklinik. Nyeri dirasakan hilang timbul dan
terasa perih di tenggorokan. Nyeri dirasakan bertambah pada pagi hari, berbicara
banyak, dan saat menelan. Nyeri dirasakan berkurang apabila pasien banyak
minum air dan mengkonsumsi larutan penyegar. Pasien masih dapat melakukan
gatal pada tenggorokan malas makan, dan batuk dengan dahak encer. Nyeri
kepala, suara serak, dan sesak napas disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
faring hiperemis.
yang telah dilakukan mengarahkan diagnosis kasus ini kepada faringitis akut.
Faringitis akut didefinisikan sebagai suatu inflamasi dan infeksi yang mengenai
faring, ditandai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang memperlihatkan tanda-
tanda radang dengan onset dua hari yang lalu pada area tersebut, seperti misalnya
pada kasus ini didukung oleh temuan nyeri tenggorokan dan mukosa faring yang
Pada pasien ini dicurigai etiologi penyebab faringitis adalah virus. Hal ini
didasarkan dari temuan klinik subfebris serta batuk dengan dahak encer dan
jernih. Selain itu, tidak pula ditemukan adanya tanda-tanda faringitis bakterial
seperti adanya demam tinggi, nyeri kepala, mual, muntah, dan hasil pemeriksaan
28
29
fisik seperti petekie pada palatum dan faring, tonsil hiperemis dan membesar,
eksudat pada permukaan tonsil, serta pembesaran kelenjar getah bening servikal
Pada pasien ini, dengan diagnosis faringitis akut suspek infeksi virus,
dan analgetik yaitu Paracetamol sebanyak 250 mg setiap 8 jam per oral.
Selain itu, pasien juga diberikan edukasi untuk istirahat cukup dan minum
air putih yang cukup. Untuk mencegah penularan penyakit, pasien dan keluarga
pasien juga diharapkan dapat menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makanan bergizi dan olahraga teratur, menghindari makan makanan yang dapat
mengiritasi tenggorok (makanan yang digoreng dan minuman dingin atau es),
selalu menjaga kebersihan mulut, dan mencuci tangan secara teratur. Pasien
diinformasikan untuk minum obat secara teratur dan kontrol apabila obat habis
KESIMPULAN
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorok, faring eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise. Etiologi dari
gejala umum seperti lemas, anorexia, demam, suara serak. Pada faringitis akut
viral gejala lain yang khas, yaitu disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan, dan sulit
menelan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan diagnosis
30
31
DAFTAR PUSTAKA
14. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan
fisiologitelinga; penerbit ECG. Jakarta, 2005.
15. Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. 2010. [Internet]. Diakses tanggal 1
April 2017.[http://www.emedicine.com].
16. Eibling DE. The oral cavity, pharynx, and esophagus. In: Lee KJ editor,
Essential otolaryngology head and neck nurgery, 9th ed. New York : Mc
Graw Hill Medical. 2008:530-51.(11).
17. Rudolf P GG, Heinrich I. Basic Otorhinolaryngology. Germany: Thieme,
2006.
18. Dhingra PL. Disease of Ear, Nose and Throat Fourth Edition. 2013.
Elsevier.
19. Acerra, John R. Pharyngitis Follow Up. 2017.
Emedicine.medscape.com/article/764304-followup#e1