Ujian Pilgan
1. Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kejang
dan panas tinggi. Keluhan disertai sering batuk pilek. Pada pemeriksaan
didapatkan membrane timpani yang sangat cembung, berwarna putih
kekuningan pada telingan kanan, tonsil T3-T3 hiperemis, kripte lebar, tidak
rata. Vital sign: t: 42derajat. Diagnosis?
a. OMA AD stadium 3, adenotonsilitis akut
b. OMA AD stadium 4, adenotonsililitis kronik eksaserbasi akut
c. OMA AD stadium 3, adenotonsilitis kronis eksaserbasi akut
d. OMA AD stadium 3, adenotonsilitis akut rekuren
e. OMA AD stadium 4, adenotonsilitis akut rekuren
Stadium OMA ada 5: oklusi, presupuratif, supuratif, perforasi, resolusi.
MT bulging, cembung --> stadium 3
2. Seorang laki-laki berusia 27 tahun, ke IGD dengan keluhan perdarahan dari
hidung, ang belum berhenti sejak 30 menit yang lalu. Sebelum masuk RS, pasien
mengalami kecelakaan lalulintas, dan hidung membentur permukaan jalan. Hasil
pemeriksaan CM, vital sign dbn. Pemeriksaan hidung septum deviasi (+), keluar
darah mengalir dari hidung ke tenggorokan. Tatalaksana?
a. Pasang tampon anterior + konsul THT
b. Pasang tampon posterior + konsul THT
c. Pemberian infus +konsul tHT
d. Pasang oksigen + konsul bedah
e. Beri dekongestan + konsul bedah
3. Seorang perempuan usia 20 tahun, ke poli umum RS, dengan keluhan bengkak di
belakang telinga kanan. Pasien mengaku 2 tahun yang lalu, telinga kanan penuh
mengeluarkan cairan berwarna kuning kental berbau dan pendengaran
menjadi berkurang. Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan di belakang
telinga kanan, sehingga mendorong daun telinga ke depan, hiperemis (+).
Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat dilakukan?
a. Foto spot nasal
b. Foto Caldwell --> ethmoid, sfenoid
c. Foto waters --> frontal dan maksila
d. Foto schuller (mastoid) --> mastoid dan telinga tengah
e. Foto panoramik --> (gigi, gusi)
4. Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke dokter keluarga, mengeluh nyeri
telinga hebat. Pasien tidak mengeluhkan gangguan pendengaran. Hasil
pemeriksaan otoskop, terdapat furunkel di kanalis akustikus eksternus., tidak
didapatkan perforasi. Diagnosis?
a. OE sirkumskripta (disebut juga OE furunkulosa)
b. OE difusa
c. Perikondritis
d. OMSA
e. OE seboroik
5. Seorang anak 4tahun datang ke IGD, dengan sesak nafas. 2 hari sebelumnya,
anak demam, batuk, dan mengeluh nyeri telan. Pada pemeriksaan didapatkan
tonsil T3-T3 hiperemis, tertutup membran keabu-abuan, dan pembesaran
kelenjar limfe leher bilateral. Pemeriksaan penunjang yang paling tepat adalah:
a. X-foto leher AP lateral
b. Sputum BTA 3x
c. Kultur dan sensitivitas darah
d. Swap tenggorok --> tonsilitis bakteri / tonsilitis membranosa
e. Aspirasi pus
6. Seorang pasien datang dengan keluhan tenggorok merasa mengganjal disertai
terasa ada lendir yang lengket dan sulit keluar sejak 6 bulan. Pemeriksaan fisik:
tonsil T1-T1, kripte tidak melebar, dan tidak hiperemis. Faring tidak hiperemis,
dan granulasi (+). Diagnosis?
a. Adenoiditis kronik
b. Tonsilitis kronik hipertrofi
c. Faringitis kronik hipertrofi
d. Tonsilitis kronik atrofi
e. Faringitis kronik atrofi
7. Seorang perempuan berusia 28 tahun,datang ke IGD dengan keluhan melihat
sekelilingnya berputar, dari anamnesis didapatkan pasien merasa mual dan
muntah, berkeringat dingin. Gejala memburuk ketika pasien bangkit dari
kursi ketika bekerja, dan membaik ketika pasien menutup mata. Diagnosis?
a. BPPV
b. Stroke vertebrabasiliar --> episodik, berlangsung lama, head thrust (-)
c. Neuritis vestibularis
d. Vertigo mixed type
e. Meniere disease --> pusing berputar, tinnitus, SNHL
8. Seorang perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena
mengeluhkan nyeri telinga kanan. Keluhan dirasakan terutama pada malam hari
saat tidur dan tiba-tiba terbangun kesakitan. Sebelumnya riwayat batuk (+),
pilek (+). Pemeriksaan didapatkan bulging dengan cairan berwarna kuning.
Diagnosis?
a. OM stadium pre supurasi
b. OM stadium oklusi
c. OM stadium supurasi
d. OM stadium perforasi
e. OM stadium retraksi
9. Seorang perempuan usia 20 tahun, datang ke puskesmas, mengeluh nyeri telinga
hebat sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai demam, hasil pemeriksaan telinga
tragus pain (+), pemeriksaan otoskopi didapatkan furunkel, kemerahan pada
kanalis akustikus eksternus. Apakah farmakoterapi?
a. Analgetik oral dan antibiotik tetes telinga
b. Antibiotik dan antibiotik tetes telinga
c. Analgetik dana antibiotik tetes telinga
d. Analgetik dan antibiotik oral
e. Analgetik dan antibiotik oral
10. Seorang anak laki-laki usia 3 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas, karena sering
salah dengar. Keluarga lainnya juga mengeluhkan anak sulit diajak
berkomunikasi. Anak juga hampir setiap saat pilek, dan tidak dilakukan
pengobatan, hasil pemeriksaan telinga luar dbn. Kedua membran timpani terlihat
suram kekuningan. Reflek cahaya memendek. Apakah penyebab yang paling
mungkin?
a. OE
b. Otitis supuratif
c. OMA
d. OMK
e. Otitis media serosa
11. Seorang anak usia 6 tahun, dibawa ibunya ke poliklinik umum karena mengeluh
telinga kiri sakit. Keluhan dirasakan sejak tadi malam. Beberapa hari
sebelumnya, anak batuk pilek. Pemeriksaan telinga luar normal, membran
timpani tampak hiperemis dan menonjol. Diagnosis?
a. OMA stadium hiperemis
b. OMA stadium supurasi
c. OMA stadium oklusi
d. OMSK
e. Miringitis bulosa
12. Seorang perempuan usia 20 tahun, datang ke praktek dokter keluarga, karena
mengeluh sering mimisan dari hidung sebelah kiri, pasien juga sering mengeluh
pilek, terutama saat pagi hari, Pemeriksaan hidung didapatkan hiperemis pada
septum nasi, dan discharge serous pada kedua lubang hidung. Apakah penyebab
keluhan pasien yang paling mungkin?
a. Kelainan darah
b. Laserasi
c. Trauma
d. Alergi
e. Iritasi
13. Seorang perempuan usia 25 tahun, datang ke puskesmas mengeluh nyeri telinga
kiri. Keluhan disertai telinga tersumbat dan gatal, hasil otoskopi didapatkan
lembaran putih bertitik kehitaman pada liang telinga. Apakah diagnosis yang
paling mungkin?
a. OE sirkumskripta
b. Miringitis bulosa
c. Serumen propt
d. Otitis media
e. Otomikosis
14. Seorang laki-laki usia 24 tahun datang ke puskesmas dengan hidung terasa
gatal. Keluhan disertai bersin, setelah bersin keluar ingus encer, disertai hidung
tersumbat. Keluhan dirasakan 5-6 x per minggu sejak 1 tahun yang lalu,
terutama pagi hari, dan kadang membuat sulit konsentrasi. Hasil pemeriksaan
hidung ditemukan kedua cavum nasi sempit, konkha edema, permukaan licin
tidak terdapat cairan serous. Tidak ada nyeri tekan pada kedua pipi dan dahi.
Diagnosis?
a. Rhinitis alergi persisten derajat sedang-berat
b. Rhinitis alergi intermitten derajat sedang-berat
c. Rhinitis alergi intermitten derajat ringan
d. Rinitis alergi persisten derajat ringan
e. Rhinitis kronik derajat ringan
15. Seorang perempuan berusia 16 tahun, dengan keluhan bersin-bersin, terutama
sehabis membersihkan tumpukan buku yang sudah lama. Keluhan dialami
sejak 10 bulan yang lalu. Bersin-bersin diserai hidung berair, tersumbat, serta
gatal yang hebat pada mata dan hidung. Pasien tidak pernah menggunakan obat
tetes mata atau semprot hidung. Ayah pasien seorang penderita asma. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior, tampak konka edema, hiperemis, tampak sekret
serous. Konjungtiva mata hiperemis. Diagnosis?
a. Rhinitis vasomotor
b. Rhinitis medikamentosa
c. Rhinitis alergika
d. Rhinitis akut
e. Rhinosinusitis
Untuk rhinitis alergi, gk selamanya dari debu dan udara dingin aja. Lihat juga riwayat
lain macem asma, konjungtivitis viral, dermatitis atopik, dan atopi atopi yang lain.
16. Seorang laki-laki 40 tahun,datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri telinga
kanan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku membersihkan telinga dengan
cottonbud sebelumnya karena gatal. Setelah dibersihkan telinga terasa sakit.
Rasa sakit juga dirasakan saat pasien membuka mulut atau saat makan. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri tekan tragus, nyeri tekan retroaurikuler, liang
telinga terlihat edema, dan hiperemis. Membran timpani SDE. Diagnosis?
a. OE difus
b. OMA
c. Otomikosis
d. Serumen propt
e. OE
17. Seorang laki-laki usia 25 tahun, datang ke klinik umum dengan keluhan gatal
yang sangat hebat pada lubang telinga kanan. Keluhan ini sudah dirasakan 3
hari. Keluhan disertai keluar sekret berwarna putih, sedikit keabu-abuan dari
lubang telinga kanan. Hasil pemeriksaan fisik pada telinga kanan, didapatkan
membran timpani intak. CAE tampak sekret putih. Diagnosis?
a. Furunkulosa
b. OE maligna (biasanya pada orang dengan DM, ibu hamil, membran timpani
intak)
c. OE difus
d. Otomikosis
e. Otosklerosis
18. Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dibawa ke puskesmas, karena sesak
nafas sejak 1 hari yang lalu disertai batuk. Suara nafas keras dan serak. Saat
diperiksa, anak tampak sianosis, gelisah, frekuensi nafas 70x/menit,stridor, nafas
cuping hidung (+). retraksi (+) di intercostal dan epigastrium. Tampak
selaput putih keabu-abuan pada dinding tonsil dan dinding faring. Dan
dinding faring mudah berdarah jika dilepas. Bullneck sign (+). Apakah tindakan
dokter yang paling tepat?
a. Trakeostomi ?
b. Oksigenasi dengan kateter hidung ?
c. Pasang pipa nasogastric
d. ADS 40.000 IU IM
e. Penicilin procaine 50.000 IU/KgBB IM selama 7 hari
19. Seorang anak laki-laki usia 9 tahun, datang ke IGD dengan keluhan mimisan
terus-menerus. Saat dilakukan rhinoskopi anterior, didapatkan bleeding point,
di sekitar aggernasi. Penanganan?
a. Lakukan aplikasi dengan epinefrin
b. Pasang tampon anterior --> epistaksis anterior
c. Pasang tampon posterior
d. Dibiarkan saja karena akan berhenti sendiri
e. Dilakukan hecting pada bleeding point
20. Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kejang
dan panas tinggi. Keluhan disertai pasien sering menderita batuk pilek. Pada
pemeriksaan didapatkan adanya MT yang sangat cembung berwarna putih
kekuningan pada telinga kanan. Tonsil T3-T3, hiperemis, kripte lebar tidak
rata. Vital sign suhu tubuh 42derajat. Penanganan?
a. Antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik segera adenotonsilektomi
b. Antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik, adenotonsilektomi jika panas
reda
c. Parasentesis antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik, segera
adenotonsilektomi
d. Parasentesis antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik
e. Parasentesis antibiotik, antipiretik, antiinflamasi, mukolitik,
adenotonsilektomi jika panas reda
21. Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sering
mimisan, keluhan diawali dengan hidung buntu, keluhan makin lama makin
berat. Mula-mula pada satu sisi, makin lama menjadi kedua sisi. Keluhan
disertai suara sengau, telinga gembrebeg, dan terasa buntu. Tampilan anak
tersebut terkesan halus dan lembut (polos). Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior,
tampak massa pada kedua cavum nasi halus dan licin. Diagnosis?
a. Angiofibroma nasofaringmenurutku kok ini ya kata kunci sering
mimisan, keluhan dari satu sis trs jadi kedua sisi. Coba didiskusikan lagi.
b. Papilloma inverted
c. Ca nasofaring
d. Ca sinonasal
e. Polip cavum nasi --> hidung tersumbat yang progresif, massa halus, licin,
keabuan mengkilat
22. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan
batuk. Pilek, ingus kuning, sesak, panas, nyeri telan, foater x AP, pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39 derajat, tonsil T3-T3, kripte lebar,
permukaan tidak rata hiperemis, DPP hiperemis, jaringan granulasi (+),
keluhan sering dirasakan hampir tiap bulan pada 2 tahun. Diagnosis?
a. Adenotonsilofaringolaringitis kronik eksaserbasi akut
b. Adenotonsilofaringolaringitis kronik
c. Adenotonsilofaringolaringitis akut rekuren
d. Adenotonsilofaringolaringitis akut
e. Tonsilorinoadenitis kronik eksaserbasi akut
23. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan
batuk, pilek, ingus kuning, sesak, panas, nyeri telan, foater x AP, pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39 derajat, tonsil T3-T3, kripte lebar,
permukaan tidak rata hiperemis, DPP hiperemis, jaringan granulasi (+), keluhan
sering dirasakan hampir tiap bulan pada 2 tahun terakhir. Penanganan?
a. Mutlak segera dilakukan op, karena sudah mengganggu dan konsul spesialis lain
b. Tidak perlu operasi karena tidak ada indikasi, tetapi konsul spesialis lain
c. Disarankan pengobatan rutin, dan konsul spesialis lain
d. Mutlak dilakukan operasi setelah fase akut hilang, dan konsul spesialis lain
e. Mutlak konsul ke spesialis lain, untuk dilakukan raber
Ini sifatnya cuma ngumpulin catetan orang trus ditampilin di sini, ya.
Untuk kebenaran sambil dikrosek ulang klo lagi baca2 jurnal, buku ijo UI, MMN atau
ngobrol sama residen :D
Boleh banget, kalo mau dibenerin gitu..
Biar bisa ngebantu yang selanjutnya juga, ya.
Kita masuk bentar ke macam-macam alat dulu, untuk pemeriksaan hidung, telinga,
tenggorokan, hehe.
OE Fungal/Otomikosis
Gambaran klinis : rasa gatal, rasa penuh ditelinga, penurunan pendengaran, bisa
otalgia & otorea
Tatalaksana : Ear toilet, larutan vinegar (cuka), asam asetat 2% dalam alcohol
(keratolitik), jaga telinga tetap kering, obat anti jamur topical nistatin (candida),
mikonazol (aspergillus sp).
OMA
Etiologi gangguan tuba : perubahan tekanan udara tiba-tiba, alergi, infeksi, sumbatan
(secret, tampon, tumor).
Otitis media
Akut : < 3 minggu
Subakut: 3 minggu – 2 bulan
Cronic > 2 bulan
Perbedaan stadium OMA (bimbel mantap) :
OMA dg MT perforasi lebih dari 2 bulan dan secret keluar dari telinga terus
menerus/ hilang timbul.
Pemeriksaan penunjang:
Otoskopi : dbn
Tes penala : normal
Tes dishalpike maneuver : nistagmus (horizontal/torsional)
Tes keseimbangan
Tes audiometric
Terapi :
Pengobatan simptomatik vertigo. Ca entry blocker (Flunarizin 3x5-10mg) per
hari, Antihistamin (dimenhidrinat 2x1), histaminic (betahistin maleat 3x8mg),
benzodizepin
Perasat : CRT (Canalith repositioning treatment), brandarof, maneuver epley.
6. Presbiakusis
Geriatri > 60 tahun simetris, bilateral, SNHL frek fungsi perlahan-lahan dan
progresif.
Gejala dan tanda : penurunan pendengaran progresif perlahan, tinnitus nada tinggi
(cocktail party deafness recruitmen)
Anamnesis : riwayat HT (-), DM (-), riwayat kerja ditempat bising (-), riwayat
konsumsi obat ototokisik (-)
Pmx Fisik:
Vital sign, otoskopi, tes penala SNHL (rinne +, weber lateralisasi ke arah sehat,
swabach memendek), tes bisik Normalnya 6 meter. Kalau Ringan (4-6 m), sedang (2-
4 m), berat (1m)
DD :
Noice induced hearing loss (NIHL) riwayat terpapar bising +. Audiometri :
SNHL pada frekuensi 3000-6000 Hz dg notch pada frekuensi 4000Hz
Sudden deafness : pendengaran terganggu, penurunan pendengaran > 30 DB
atau lebih paling sedikit 3 frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan
audiometric dan berlangsung mendadak < 3 hari.
Tuli akibat penggunaan obat-obat ototoksik (aminoglikoside streptomisin,
gentamicin, eritromisin, diuretic, antimalaria,antitumor, antiinflamasi) kadang
bisa disertai tinnitus dan vertigo
HIDUNG
1. Rhinitis Alergi
2 fase :
RAFC (reaksi alergi fase cepat) --> sejak kontak dengan alergen hingga 1 jam
setelahnya
RAFL (reaksi alergi fase lambat) --> 2-4 jam dengan puncak 6-8 ja setelah terpapar
alergen
Klasifikasi:
1. Berdasarkan sifat berlangsungnya:
RA musiman --> seasonal, hay fever
RA sepanjang tahun --> intermitten / terus menerus --> biasanya akibat alergen
inhalan
2. Berdasarkan WHO ARIA 2007
Intermitten/kadang: gejala <4 hari/minggu atau < 4 minggu
Persisten/menetap: gejala > 4 hari/minggu atau >4 minggu
3. Berdasarkan berat-ringannya
Ringan --> tidak ada gangguan tidur, gangguan beraktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja
Sedang-berat --> Satu atau lebih gejala di atas
Anamnesis:
Gejala dan tanda:
bersin berulang, rhinorea encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal
serta kadang-kadang disertai lakrimasi
Riwayat atopi:
Alergi, asma, eksim, konjungtivitis viral, dermatitis atopi
Pemeriksaan fisik:
General: (biasanya pada anak anak)
Allergic shiner --> bayangan gelap bawah mata
Allergic salute --> menggosok hidung
Allergic crease --> garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah
Facies adenoid --> pada anak anak, mulut sering terbuka, lengkung langit-langit
tinggi, pertumbuhan gigi geligi terganggu
Geographic tongue --> lidah sperti peta
Rhinoskopi Anterior:
Mukosa edema basah, berwarna pucat atau livid disertai sekret encer yang banyak
Gejala persisten bisa menyebabkan mukosa konka inferior hipertrofi
Rhinoskopi posterior:
Lihat konka dan meatus superior, OPTAE
Laringoskopi indirek:
Lihat dinding faring posterior (biasanya bergranul dan edema, terus bisa juga
kelihatan cobblestone appearance)
Dinding lateral faring menebal
Pemeriksaan penunjang:
Nasoendoskopi --> menilai konka, meatus superior - media - inferior, mukosa edema,
basah, pucat/livid?
Lab darah --> IgE total, Ig E spesifik, eosinofil
Swab sekret hidung --> nilai eosinofil
Skin prick test untuk gold standard nya
Terapi
1. Hindari kontak dengan alergen (jelas ya untuk cara nya, macam pakai masker, dll)
2. Medika mentosa
AH: cetirizine 2x1
Dekongestan: rhinofed 2x
Kortikosteroid topikal: nasacort 2dd puff I
3. Operatif
Konkatomy: jika konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dkecilkan dengan
kauterisasi, AgNO3 25%/trikloroasetat
4. Imunoterapi
Komplikasi:
Polip hidung
OME (otitis media efusi)
Rhinosinusitis
2. Rhinitis Vasomotor
3 Golongan:
1. Bersin (sneezers)
Anti histamin dan glukokortikoid
2. Rinore (runners)
Antikolinergik topikal (seperti ipatroprium bromide: atrovent)
3. Tersumbat (blockers)
Vasokonstriktor oral (pseudoefedrin tab dan glukokortikoid topikal)
Kalau kata dr Putu penegakan diagnosis RSK dg anamnesis & rhinoskopi anterior
saja cukup, kalau kayak CT Scan itu buat mau operasi.
4. Rhinosinusitis Maxila
Pemeriksaan fisik :
Rhinoskopi anterior : cek lapang atau tidak, discharge, septum deviasi, mukosa konka
inferior
Transluminasi:suram/gelap
Terapi :
Medikamentosa: steroid topical (Nasacort), antibiotic golongan penicillin 10-14 hari,
mukolitik, cuci hidung
Pembedahan : FESS, CWL
5. Polip
DD: Tumor nasofaring, Angiofibroma, tumor sinonasal, konka polipoid
Pemeriksaan Fisik : massa bertangkai, mudah digerakkkan, putih abu2 lunak, tidak
nyeri, tidak mudah berdarah, provokasi dg efedrin tidak mengecil, biasanya multiple
dan bilateral. Polip khas banget kayak buah anggur yg dikupas kulitnya. Bedakan dg
hipertrofi konka ya
Terapi :
Medikamentosa : kortikosterod oral/topical (Nasacort), antialergi/antihistamin,
mukolitik
Operatif : Polipektomi (intra/ekstranasal), etmoidektomi
6.Epistaksis
Etiologi : trauma,
kelainan
pembuluh darah,
infeksi (sinusitis,
dhf, demam
typoid, morbili),
penyakit
kardiovaskuler
(aterosklerosis, SH), perubahan tekanna udara/ tekanan atmosfir, ganggua hormonal
(hamil/ menopause), keganasan.
Pemasangan tampon hidung : beri AB 2-3 hari dicabut jika masih ada darah ganti
baru.
Posterior:
Pemasangan tampon Bellock intinya dia menekan perdarahan pada bagian
posterior, menutup koana & terfiksasi dinasofaring untuk hindari mengalirnya darah
ke nasofaring.
Tampon Belocq : tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan
diameter 3cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah dari 1 sisi dan 1 buah
dari sisi berlawanan. (Susah bayanginnya , coba buka gugel sama yutub)
Untuk memasang tampon posterior pada satu sisi digunakan bantuan :
1. kateter karet yang dimasukan dari lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu
ditarik keluar dari mulut.
2. Pada ujung kateter diikat 2 benang tadi lalu dari hidung kateter ditarik sampai
benang keluar dan dapat ditarik.
3. tampon perlu didorong dg jari telunjuk untuk dapat melewati palatum mole dan
masuk nasofaring
4. bila masih ada perdarahan maka dapat ditambah tampon anterior kedalam cavum
nasi
5. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat dengan gulungan kasa pada nares
anterior agar tampon tetap terfiksir di nasofaring.
6. Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan secara longgar pada pipi pasien.
Gunanya untuk menarik tampon keluar dari mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati
mencabut tampon dapat menyebabkan laserasi mukosa.
Untuk penegakkan diagnosis, selain lihat tanda-tanda di atas, juga ada pemeriksaan
penunjangnya, bisa dengan:
CT Scan nasofaring dengan kontras, dan biopsi nasofaring (gold standard nya),
sebenarnya bisa juga penunjang lain yang sifatnya untuk tau apakah udah metastase
atau belum macam foto thoraks AP, USG abdomen, bone survey.
Untuk staging nya, seperti biasa pake T N M itu, lihat di MMN aja, ya.
Pada LPR ini, biasanya orangnya pnya riwayat penyakit maag. Lalu untuk
pemeriksaan fisik tenggorokan, bisa jadi dinding faring posterior nya enggak
hiperemis, dan enggak ada granulasi jg.
Lalu untuk LPR ini, tanyakan juga, ada masalah di hidung dan telinga enggak?
Biasanya ada otalgia, karena reffered pain diperantarai nervus laryngus superior. Terus
kalo ada alergi, bisa terjadi pembesaran adenoid.
3. Abses Peritonsil
Dd: infiltrasi peritonsil, tonsillitis kronis, keganasan tonsil, dll (lihat
penampakan orofaringnya)
Etiologi: Streptococcus Beta hemolitikus group A
Gejala umum:
Demam, nyeri kepala, malaise, mual muntah
Gejala lokal:
Odinofagia berat
Mulut berbau (foeter ex ore)
Suara bergumam (hot potato voice)
Nyeri telinga
Banyak ludah (hipersalivasi)
Sukar membuka mulut (trismus)
Limfadenopati kelenjar submandibula
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan:
Trismus (udah berapa jam?)
Palatum mole membengkak, menonjol ke depan
Uvula terangkat, terdorong ke kontralateral
Tonsil bengkak, hiperemis, detrtus, terdorong ke tengah, depan bawah
Terapi:
Stadium infiltrasi: AB dosis tinggi: Penicillin 600mg/6jam IV atau oral penisillin atau
clindamisin 4x1
Anti nyeri (na diclofenak)
Kompres dingin pada leher
Jika terbentuk abses --> pungsi --> insisi abses untuk ngeluarin pus --> kultur + uji
sensitivitas AB
Tonsilektomi:
A’chaud --> tonsilektomi bersamaan dengan drainase
A’tiede --> tonsilektomi 3-4 hari setelah drainase abses
A’fraud--> tonsilektomi 4-6 minggu setelah drainase abses
Komplikasi abses peritonsil:
Abses pecah --> perdarahan, bahkan bisa sampai aspirasi ke paru
Perjalanan ke intrakranial --> meningitis, abses otak
Obstruksi Jalan Napas
Gejala dan tanda nya:
Saluran Nafas Atas Saluran Nafas Bawah
Disfonia/afoni Batuk hilang timbul
Dyspnea Mengi
Stridor Hentakan di trakea
Retraksi inspirasi, di suprasterna, Retraksi otot pernafasan
supraklavikula, epigastrium, intercostals
Gelisah karena pasien haus (air hunger) Sianosis
Sianosis Gelisah
Malaise Stridor inspirasi
4. Disfagia /Sulit menelan
(Bedakan dg Odinofagi/Sakit saat menelan)
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan
dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan.Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa
faktor, yaitu:
1. Ukuran bolus makanan
2. Diameter lumen esofagus yang dilalui bolus
3. Kontraksi peristaltik esofagus
4. Fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah
5. Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah
Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan
yang dipengaruhinya.
a) Fase Oral
Gangguan pada fase oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase
pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah.
Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan
permulaan menelan. Ketika meminum cairan, pasien mungkin kesulitan dalam
menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya,
cairan tumpah terlalu cepat kedalam faring yang belum siap, seringkali
menyebabkan aspirasi.
b) Fase Faringeal
Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasien mungkin tidak
akan mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk
mempertahankan hidup. Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan
biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam
kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau
pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan
sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih
setelah menelan.
c) Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan
minuman di dalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabkan
oleh obstruksi mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan
Sphincter esophageal bawah.
Lengkapnya baca buku tht ui yg edisi 7 ttg disfagia. (edisi 7 lho ya, soalnya nyari
di edisi 5 gk lengkap)
Faringitis
Faringitis
Akut Kronis
Biasanya ada nyeri tenggorok Biasanya gk ada nyeri
tenggorok
Interpretasi nya:
0-1: Ab (-), kultur (-)
2-3: Kultur (-), no AB. Kalo kultur (+) maka Ab sesuai kultur
4-5: Kultur, dan beri Ab Empiris lalu antibiotik sesuai hasil kultur
Faringitis Akut
Bakterial
Etiologi tersering adalah streptococcus group A beta hemolitikus
Anamnesisnya:
Demam subfebris
Nyeri kepala
Muntah
Biasanya batuk (-)
Limfadenopati servikal anterior (nyeri tekan)
PF nya:
Hipertrofi tonsil
Faring tonsil hiperemis
Eksudat di tonsil
Ptechiae di palatum dan faring
Tatalaksana:
Antibiotik
Dewasa (6-10 hari) amox 3x500 dan eritromicin 4x500 (itu lupa amox dan eritro, atau
milih salah satu)
Anak (10 hari) amox 50mg/kgBB dalam 3x pemberian
Kortikosteroid
Kasih deksa
Analgetik
Bisa kasih paracetamol
Dan..
Kumur air hangat atau kumur antiseptik
Tonsilitis Difteri
Gambaran klinis
Gejala umum (anamnesis)
Gejala lokal (pemeriksaan fisik)
Gejala eksotoksin (komplikasi)
Anamnesis:
Demam subfebris
Nyeri menelan
Malaise
Nafsu makan turun
Pemeriksaan fisik
Pseudomembran: awalnya bercak putih kotor --> lama lama keabuan dan meluas
bisa sampai uvula, faring, dll dan kalo dilepas berdarah.
Limfadenopati leher (mirip leher sapi atau bullneck)
Komplikasi
Miorkarditis, gangguan saraf
Tatalaksana:
ADS: 20.000-100.000
AB penicillin: 25-50mg/kgBB untuk 3 dosis (selama 2 pekan
Kortikosteroid
Bedrest 2-3 minggu
Tambahan:
SNHL, dibedakan menjadi 2, tuli koklea dan tuli retrokoklea (SNHL sendiri bisa
dikonfirmasi dengan audiometri tutur --> roll over)
Koklea sndiri karena aplasia, labirinitis, obat ototoksik, sudden deafness (biasanya ini
karena kelainan di koklea), trauma akustik.
Untuk memperbaiki koklea nya bisa dengan memakai sesuatu yang bsa bkin
vasodilatasi perifer (di sini misalnya ginkobiloba)
Retrokoklea : neuroma akustik, tumor, dll
Kadang pada SNHL juga ada cocktail party deafness --> Di tempat rame aja
Untuk telinga sendiri ada 5, dan harus semuanya dikonfirmasi saat anamnesis (kata dr.
Tiwi)
Hearing loss, Tinnitus, Otalgia, Otore, Vertigo (didalami juga kalo semisal ada atau
tidak ada)
Rinne: membandingkan hantaran tulang dan udara, pada telinga yang sama
Rinne +: normal/SNHL
Rinne -: CHL
Weber: Mengetahui hantaran tulang telinga kanan dan kiri (ada lateralisasi enggak)
Lateralisasi ke arah sehat --> SNHL
Lateralisasi ke arah sakit --> CHL
Tidak ada lateralisasi --> normal
Swabach --> membandingkan hantara tulang telinga pasien dan pemeriksa dengan
syarat pemeriksa nya normal