Anda di halaman 1dari 48

Kami enggak bisa meninggalkan kenangan yang indah

Tapi semoga ini bisa sedikit membantu, yaa.

"Menuntut ilmu itu adalah takwa,


menyampaikan ilmu adalah ibadah, mengulang-ulang ilmu adalah zikir, mencari
ilmu adalah jihad " (Imam Al Ghazali)
Bismillahirahmanirrahim

Ujian Pilgan

1. Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kejang
dan panas tinggi. Keluhan disertai sering batuk pilek. Pada pemeriksaan
didapatkan membrane timpani yang sangat cembung, berwarna putih
kekuningan pada telingan kanan, tonsil T3-T3 hiperemis, kripte lebar, tidak
rata. Vital sign: t: 42derajat. Diagnosis?
a. OMA AD stadium 3, adenotonsilitis akut
b. OMA AD stadium 4, adenotonsililitis kronik eksaserbasi akut
c. OMA AD stadium 3, adenotonsilitis kronis eksaserbasi akut
d. OMA AD stadium 3, adenotonsilitis akut rekuren
e. OMA AD stadium 4, adenotonsilitis akut rekuren
Stadium OMA ada 5: oklusi, presupuratif, supuratif, perforasi, resolusi.
MT bulging, cembung --> stadium 3
2. Seorang laki-laki berusia 27 tahun, ke IGD dengan keluhan perdarahan dari
hidung, ang belum berhenti sejak 30 menit yang lalu. Sebelum masuk RS, pasien
mengalami kecelakaan lalulintas, dan hidung membentur permukaan jalan. Hasil
pemeriksaan CM, vital sign dbn. Pemeriksaan hidung septum deviasi (+), keluar
darah mengalir dari hidung ke tenggorokan. Tatalaksana?
a. Pasang tampon anterior + konsul THT
b. Pasang tampon posterior + konsul THT
c. Pemberian infus +konsul tHT
d. Pasang oksigen + konsul bedah
e. Beri dekongestan + konsul bedah
3. Seorang perempuan usia 20 tahun, ke poli umum RS, dengan keluhan bengkak di
belakang telinga kanan. Pasien mengaku 2 tahun yang lalu, telinga kanan penuh
mengeluarkan cairan berwarna kuning kental berbau dan pendengaran
menjadi berkurang. Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan di belakang
telinga kanan, sehingga mendorong daun telinga ke depan, hiperemis (+).
Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat dilakukan?
a. Foto spot nasal
b. Foto Caldwell --> ethmoid, sfenoid
c. Foto waters --> frontal dan maksila
d. Foto schuller (mastoid) --> mastoid dan telinga tengah
e. Foto panoramik --> (gigi, gusi)
4. Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke dokter keluarga, mengeluh nyeri
telinga hebat. Pasien tidak mengeluhkan gangguan pendengaran. Hasil
pemeriksaan otoskop, terdapat furunkel di kanalis akustikus eksternus., tidak
didapatkan perforasi. Diagnosis?
a. OE sirkumskripta (disebut juga OE furunkulosa)
b. OE difusa
c. Perikondritis
d. OMSA
e. OE seboroik
5. Seorang anak 4tahun datang ke IGD, dengan sesak nafas. 2 hari sebelumnya,
anak demam, batuk, dan mengeluh nyeri telan. Pada pemeriksaan didapatkan
tonsil T3-T3 hiperemis, tertutup membran keabu-abuan, dan pembesaran
kelenjar limfe leher bilateral. Pemeriksaan penunjang yang paling tepat adalah:
a. X-foto leher AP lateral
b. Sputum BTA 3x
c. Kultur dan sensitivitas darah
d. Swap tenggorok --> tonsilitis bakteri / tonsilitis membranosa
e. Aspirasi pus
6. Seorang pasien datang dengan keluhan tenggorok merasa mengganjal disertai
terasa ada lendir yang lengket dan sulit keluar sejak 6 bulan. Pemeriksaan fisik:
tonsil T1-T1, kripte tidak melebar, dan tidak hiperemis. Faring tidak hiperemis,
dan granulasi (+). Diagnosis?
a. Adenoiditis kronik
b. Tonsilitis kronik hipertrofi
c. Faringitis kronik hipertrofi
d. Tonsilitis kronik atrofi
e. Faringitis kronik atrofi
7. Seorang perempuan berusia 28 tahun,datang ke IGD dengan keluhan melihat
sekelilingnya berputar, dari anamnesis didapatkan pasien merasa mual dan
muntah, berkeringat dingin. Gejala memburuk ketika pasien bangkit dari
kursi ketika bekerja, dan membaik ketika pasien menutup mata. Diagnosis?
a. BPPV
b. Stroke vertebrabasiliar --> episodik, berlangsung lama, head thrust (-)
c. Neuritis vestibularis
d. Vertigo mixed type
e. Meniere disease --> pusing berputar, tinnitus, SNHL
8. Seorang perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena
mengeluhkan nyeri telinga kanan. Keluhan dirasakan terutama pada malam hari
saat tidur dan tiba-tiba terbangun kesakitan. Sebelumnya riwayat batuk (+),
pilek (+). Pemeriksaan didapatkan bulging dengan cairan berwarna kuning.
Diagnosis?
a. OM stadium pre supurasi
b. OM stadium oklusi
c. OM stadium supurasi
d. OM stadium perforasi
e. OM stadium retraksi
9. Seorang perempuan usia 20 tahun, datang ke puskesmas, mengeluh nyeri telinga
hebat sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai demam, hasil pemeriksaan telinga
tragus pain (+), pemeriksaan otoskopi didapatkan furunkel, kemerahan pada
kanalis akustikus eksternus. Apakah farmakoterapi?
a. Analgetik oral dan antibiotik tetes telinga
b. Antibiotik dan antibiotik tetes telinga
c. Analgetik dana antibiotik tetes telinga
d. Analgetik dan antibiotik oral
e. Analgetik dan antibiotik oral
10. Seorang anak laki-laki usia 3 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas, karena sering
salah dengar. Keluarga lainnya juga mengeluhkan anak sulit diajak
berkomunikasi. Anak juga hampir setiap saat pilek, dan tidak dilakukan
pengobatan, hasil pemeriksaan telinga luar dbn. Kedua membran timpani terlihat
suram kekuningan. Reflek cahaya memendek. Apakah penyebab yang paling
mungkin?
a. OE
b. Otitis supuratif
c. OMA
d. OMK
e. Otitis media serosa
11. Seorang anak usia 6 tahun, dibawa ibunya ke poliklinik umum karena mengeluh
telinga kiri sakit. Keluhan dirasakan sejak tadi malam. Beberapa hari
sebelumnya, anak batuk pilek. Pemeriksaan telinga luar normal, membran
timpani tampak hiperemis dan menonjol. Diagnosis?
a. OMA stadium hiperemis
b. OMA stadium supurasi
c. OMA stadium oklusi
d. OMSK
e. Miringitis bulosa
12. Seorang perempuan usia 20 tahun, datang ke praktek dokter keluarga, karena
mengeluh sering mimisan dari hidung sebelah kiri, pasien juga sering mengeluh
pilek, terutama saat pagi hari, Pemeriksaan hidung didapatkan hiperemis pada
septum nasi, dan discharge serous pada kedua lubang hidung. Apakah penyebab
keluhan pasien yang paling mungkin?
a. Kelainan darah
b. Laserasi
c. Trauma
d. Alergi
e. Iritasi
13. Seorang perempuan usia 25 tahun, datang ke puskesmas mengeluh nyeri telinga
kiri. Keluhan disertai telinga tersumbat dan gatal, hasil otoskopi didapatkan
lembaran putih bertitik kehitaman pada liang telinga. Apakah diagnosis yang
paling mungkin?
a. OE sirkumskripta
b. Miringitis bulosa
c. Serumen propt
d. Otitis media
e. Otomikosis
14. Seorang laki-laki usia 24 tahun datang ke puskesmas dengan hidung terasa
gatal. Keluhan disertai bersin, setelah bersin keluar ingus encer, disertai hidung
tersumbat. Keluhan dirasakan 5-6 x per minggu sejak 1 tahun yang lalu,
terutama pagi hari, dan kadang membuat sulit konsentrasi. Hasil pemeriksaan
hidung ditemukan kedua cavum nasi sempit, konkha edema, permukaan licin
tidak terdapat cairan serous. Tidak ada nyeri tekan pada kedua pipi dan dahi.
Diagnosis?
a. Rhinitis alergi persisten derajat sedang-berat
b. Rhinitis alergi intermitten derajat sedang-berat
c. Rhinitis alergi intermitten derajat ringan
d. Rinitis alergi persisten derajat ringan
e. Rhinitis kronik derajat ringan
15. Seorang perempuan berusia 16 tahun, dengan keluhan bersin-bersin, terutama
sehabis membersihkan tumpukan buku yang sudah lama. Keluhan dialami
sejak 10 bulan yang lalu. Bersin-bersin diserai hidung berair, tersumbat, serta
gatal yang hebat pada mata dan hidung. Pasien tidak pernah menggunakan obat
tetes mata atau semprot hidung. Ayah pasien seorang penderita asma. Pada
pemeriksaan rhinoskopi anterior, tampak konka edema, hiperemis, tampak sekret
serous. Konjungtiva mata hiperemis. Diagnosis?
a. Rhinitis vasomotor
b. Rhinitis medikamentosa
c. Rhinitis alergika
d. Rhinitis akut
e. Rhinosinusitis
Untuk rhinitis alergi, gk selamanya dari debu dan udara dingin aja. Lihat juga riwayat
lain macem asma, konjungtivitis viral, dermatitis atopik, dan atopi atopi yang lain.
16. Seorang laki-laki 40 tahun,datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri telinga
kanan sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku membersihkan telinga dengan
cottonbud sebelumnya karena gatal. Setelah dibersihkan telinga terasa sakit.
Rasa sakit juga dirasakan saat pasien membuka mulut atau saat makan. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri tekan tragus, nyeri tekan retroaurikuler, liang
telinga terlihat edema, dan hiperemis. Membran timpani SDE. Diagnosis?
a. OE difus
b. OMA
c. Otomikosis
d. Serumen propt
e. OE
17. Seorang laki-laki usia 25 tahun, datang ke klinik umum dengan keluhan gatal
yang sangat hebat pada lubang telinga kanan. Keluhan ini sudah dirasakan 3
hari. Keluhan disertai keluar sekret berwarna putih, sedikit keabu-abuan dari
lubang telinga kanan. Hasil pemeriksaan fisik pada telinga kanan, didapatkan
membran timpani intak. CAE tampak sekret putih. Diagnosis?
a. Furunkulosa
b. OE maligna (biasanya pada orang dengan DM, ibu hamil, membran timpani
intak)
c. OE difus
d. Otomikosis
e. Otosklerosis
18. Seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dibawa ke puskesmas, karena sesak
nafas sejak 1 hari yang lalu disertai batuk. Suara nafas keras dan serak. Saat
diperiksa, anak tampak sianosis, gelisah, frekuensi nafas 70x/menit,stridor, nafas
cuping hidung (+). retraksi (+) di intercostal dan epigastrium. Tampak
selaput putih keabu-abuan pada dinding tonsil dan dinding faring. Dan
dinding faring mudah berdarah jika dilepas. Bullneck sign (+). Apakah tindakan
dokter yang paling tepat?
a. Trakeostomi ?
b. Oksigenasi dengan kateter hidung ?
c. Pasang pipa nasogastric
d. ADS 40.000 IU IM
e. Penicilin procaine 50.000 IU/KgBB IM selama 7 hari
19. Seorang anak laki-laki usia 9 tahun, datang ke IGD dengan keluhan mimisan
terus-menerus. Saat dilakukan rhinoskopi anterior, didapatkan bleeding point,
di sekitar aggernasi. Penanganan?
a. Lakukan aplikasi dengan epinefrin
b. Pasang tampon anterior --> epistaksis anterior
c. Pasang tampon posterior
d. Dibiarkan saja karena akan berhenti sendiri
e. Dilakukan hecting pada bleeding point
20. Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, datang ke IGD dengan keluhan kejang
dan panas tinggi. Keluhan disertai pasien sering menderita batuk pilek. Pada
pemeriksaan didapatkan adanya MT yang sangat cembung berwarna putih
kekuningan pada telinga kanan. Tonsil T3-T3, hiperemis, kripte lebar tidak
rata. Vital sign suhu tubuh 42derajat. Penanganan?
a. Antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik segera adenotonsilektomi
b. Antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik, adenotonsilektomi jika panas
reda
c. Parasentesis antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik, segera
adenotonsilektomi
d. Parasentesis antibiotik, antipiretik, anti inflamasi, mukolitik
e. Parasentesis antibiotik, antipiretik, antiinflamasi, mukolitik,
adenotonsilektomi jika panas reda
21. Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sering
mimisan, keluhan diawali dengan hidung buntu, keluhan makin lama makin
berat. Mula-mula pada satu sisi, makin lama menjadi kedua sisi. Keluhan
disertai suara sengau, telinga gembrebeg, dan terasa buntu. Tampilan anak
tersebut terkesan halus dan lembut (polos). Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior,
tampak massa pada kedua cavum nasi halus dan licin. Diagnosis?
a. Angiofibroma nasofaringmenurutku kok ini ya kata kunci sering
mimisan, keluhan dari satu sis trs jadi kedua sisi. Coba didiskusikan lagi.
b. Papilloma inverted
c. Ca nasofaring
d. Ca sinonasal
e. Polip cavum nasi --> hidung tersumbat yang progresif, massa halus, licin,
keabuan mengkilat
22. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan
batuk. Pilek, ingus kuning, sesak, panas, nyeri telan, foater x AP, pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39 derajat, tonsil T3-T3, kripte lebar,
permukaan tidak rata hiperemis, DPP hiperemis, jaringan granulasi (+),
keluhan sering dirasakan hampir tiap bulan pada 2 tahun. Diagnosis?
a. Adenotonsilofaringolaringitis kronik eksaserbasi akut
b. Adenotonsilofaringolaringitis kronik
c. Adenotonsilofaringolaringitis akut rekuren
d. Adenotonsilofaringolaringitis akut
e. Tonsilorinoadenitis kronik eksaserbasi akut
23. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, datang ke praktek dokter dengan keluhan
batuk, pilek, ingus kuning, sesak, panas, nyeri telan, foater x AP, pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39 derajat, tonsil T3-T3, kripte lebar,
permukaan tidak rata hiperemis, DPP hiperemis, jaringan granulasi (+), keluhan
sering dirasakan hampir tiap bulan pada 2 tahun terakhir. Penanganan?
a. Mutlak segera dilakukan op, karena sudah mengganggu dan konsul spesialis lain
b. Tidak perlu operasi karena tidak ada indikasi, tetapi konsul spesialis lain
c. Disarankan pengobatan rutin, dan konsul spesialis lain
d. Mutlak dilakukan operasi setelah fase akut hilang, dan konsul spesialis lain
e. Mutlak konsul ke spesialis lain, untuk dilakukan raber
Ini sifatnya cuma ngumpulin catetan orang trus ditampilin di sini, ya.
Untuk kebenaran sambil dikrosek ulang klo lagi baca2 jurnal, buku ijo UI, MMN atau
ngobrol sama residen :D
Boleh banget, kalo mau dibenerin gitu..
Biar bisa ngebantu yang selanjutnya juga, ya.

Credit to: KP, AA, NF, IR lama, DL, dan FM


Jazakumallahu khoiron.
Catetan AA+KP+IR lama+bimbingan preskas

Kita masuk bentar ke macam-macam alat dulu, untuk pemeriksaan hidung, telinga,
tenggorokan, hehe.

Alat-alat untuk pemeriksaan hidung


1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung, berbagai ukuran, tergantung hidung siapa, ya.
3. Pinset bayonet + kassa + epinefrin --> untuk aplikasi (biar vasokonstriksi)
4. Hook untuk ambil benda asing di hidung
5. Kaca laring
Rhinoskopi posterior
6. Lampu spirtus
7. Tongue spatel
8. Bengkok
Alat-alat untuk pemeriksaan telinga
1. Lampu kepala
2. Garputala
3. Spekulum telinga dengan berbagai ukuran
4. Pinset telinga
5. Aplikator (pengait kapas)
6. Aligator untuk ambil benda asing di telinga
7. Cerumen hook, cerumen spoon
8. Pneumotoskop siegel
9. Otoskop
Pemeriksaan rhinoskoopi anterior
 Lakukan tamponade sekitar 5 menit dengan kapas yang dibasahi larutan lidokain
2% dan epinefrin
 Angkat tampon nya
 Lakukan inspeksi mulai dari:
Cuping hidung (vestibulum nasi)
Bangunan di rongga hidung
Meatus nasi inferior, media
Konka inferior, media, keadaan septum nasi
Discharge
Pemeriksaan Rhinoskopi posterior
a. Lakukan penyemprotan pada rongga mulut (uvula) dengan lidokain spray 2%
b. Tunggu beberapa menit
c. Ambil kaca laring yang telah dipanasi dengan spirtus (cek ke tangan pemeriksa
dlu)
d. Masukkan/pasang kaca laring pada daerah isthmus faucium arah kaca ke cranial
e. Evaluasi bayangan di rongga hidung posterior (nasofaring)
f. Lihat bayangan di nasofaring: (fossa rossenmuleri, torus tubarius, adenoid, konka
superior, dll)
Pemeriksaan laringoskopi
Kalo direk, pake laringoskop
Kalo indirek:
a. Pasien duduk, leher agak fleksi
b. Kaca laring dihangatkan (dites ke tangan pemeriksa)
c. Pasien membuka mulut dan menjulurkan lidah
d. Lidah dipegang dengan tangan kiri dengan kasa dan ditarik keluar
e. Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut (arah bawah)
f. Melalui kaca terlihat hipofaring dan faring
g. Pasien mengucap “iii”, aduksi pita suara
h. Pasien inspirasi dalam --> abduksi pitasuara
i. Bila pasien sensitif (untuk reflek muntahnya) bisa berikan xylocain ke uvula
TELINGA
1. Otitis Eksterna (OE)

Dari catatan MMN Otitis ekterna dibagi 2:


Infeksi Bakteri (OE Sirkumskripta, Difusa, Maligna)
OE Jamur : Otomikosis
Virus : Herpes Zooster Oticus, OE Hemoragik (Miringitis bulosa)

Reaktif : Eczematous otitis eksterna, seborhoic eksterna, neurodermatitis

Perbedaan OE Sirkumskripta dan OE Difusa:


OE Sikumskripta OE Difusa
Definisi Peradangan folikel rambut pada Peradangan yang mengenai
1/3 luas MAE (pars cartilaginea) kulit liang telinga 2/3 dalam
tipe furunkel Sinonimnya : swimming ear
Etiologi Staphilococcus aereus Pseudomonas (tersering)
Staphilococcus albus Staphilococcus E.coli
Gambaran Rasa nyeri yang hebat tidak Tampak kulit liang telinga
Klinis sesuai dengan besar bisul. Nyeri hiperemis disertai edema yang
timbul saat tragus pain ditekan, tidak jelas batasnya, nyeri tekan
aurikula ditarik, dan gerakan tragus,liang telinga sempit,
mandibula waktu membuka kadang KGB regional
mulut. membesar, terdapat sekretyang
Tuli konduktif  bila furunkel berbau, pendengaran normal
besar & menyumbat MAE. atau sedikit berkurang.
Nyeri dan pembesaran kelenjar
limfe periaurikuler. Faktor predisposisi: cuaca
panas,keringat berlebihanph
kulit meatus
berubahpertumbuhan bakteri
patoge meningkat. Trauma kulit
meatus disertai infeksi bakteri
pathogen.
Tatalasana Jika ada abses : aspirasi steril Membersihkan liang telinga,
untuk mengeluarkan nanah. memasukkan tampon yang
Dinding tebal furunkel tebal: mengandung AB ke liang
incise dan pasang drain. telinga, AB sitemik, analgetik.
Terapi topical
AB : salep polymiksin B & atau
bacitracin
Antiseptik : asam asetat 2 %
dalam alcohol.
Terapi simptomatik : analgetik

OE Fungal/Otomikosis

Etiologi : aspergillus (bentukannya nanti kayak: newspaper mass like), candida


albican (cotton wall appereance)

Gambaran klinis : rasa gatal, rasa penuh ditelinga, penurunan pendengaran, bisa
otalgia & otorea

DD : otomikosis, OE maligna, seborhoic otitis eksterna

Tatalaksana : Ear toilet, larutan vinegar (cuka), asam asetat 2% dalam alcohol
(keratolitik), jaga telinga tetap kering, obat anti jamur topical nistatin (candida),
mikonazol (aspergillus sp).

2. OMA (otitis media akut)


Pembagian otitis media (buku THT FK UI) gini:
Otitis media supuratif : otitis media supurasi akut (oma),
otitis media supurasi kronis (omsk)
Otitis media
Otitis media non supurasi: otitis media serosa akut
(barotrauma), otitis media serosa kronik (bila secret
kental/mukoidglue ear)

Patogenesis terjadi otitis media


OMA-OME-OMSK/OMP
Sembuh/normal

Gangguan tubatekanan negatifefusiInfeksi(-), fx tuba tergangguOME


telinga tengah
Tuba terganggu +ada infeksi

OMA

Sembuh OME OMSK/OMP

Etiologi gangguan tuba : perubahan tekanan udara tiba-tiba, alergi, infeksi, sumbatan
(secret, tampon, tumor).

Otitis media
 Akut : < 3 minggu
 Subakut: 3 minggu – 2 bulan
 Cronic > 2 bulan
Perbedaan stadium OMA (bimbel mantap) :

3. OMSK (otitis media supurasi kronis)

OMA dg MT perforasi lebih dari 2 bulan dan secret keluar dari telinga terus
menerus/ hilang timbul.

Perbedaan OMSK Benigna dan Maligna


Benigna Maligna
Sekret Ada 2 stadium : Purulen, berbau
St. tenang : kering busuk
St.Aktif : secret purulen
Perforasi sentral Atik,marginal
Granulasi jarang Bisa jadi
kolesteatoma Tidak ada ada
komplikasi jarang Sering terjadi
audiogram CHL ringan-sedang CHL atau campuran
tipe Terbatas pada mukosa Hingga ke tulang
Terapi  Cuci telinga H2O2 (perhidrol) 3 Pembedahan
% 3-5hari mastoidektomi
 Obat tetes telinga yang dengan atau tanpa
mengandung AB dan timpanoplasti
kortikosteroid (contoh: Blecidex
3 dd gtt 2)
 AB oral  ampisilin/eritromisin,
sebelum hasil kultur selesai beri
eritromisin 4x100mg
 Miringoplasti/timpanoplasti, bila
secret kering tapi perforasi masih
ada selama 2 bulan
 Jika ada sumber infeksi: obati
dulu

DD OMSK: OMSK Benigna, OMSK Maligna, OMA Stadium perforasi, OE maligna


Pmx Penunjang : CT Scan, Audiogram, Foto roentgen mastoid
Komplikasi OMSK :
Menurut Shambough (2003):
 Komplikasi intratemporal : perforasi MT, labirinitis, mastoiditis akut,
petrositis, perforasi n.facialis
 Komplikais ekstratemporal : abses subperiosteal
 Komplikasi intracranial : abses otak, tromboflebitis, hidrocefalus otikus,
empiema subdural.
4. Penyakit Meniere

Etiologi : hidrops endolimfe

Gejala & tanda :


 ada trias meniere ( vertigo, tinnitus, SNHL nada rendah)
 serangan pertama sangat berat vertigo disertai muntah
 vertigo bersifat periodic makin mereda pada serangan berikutnya
 jika serangan ada gangguan pendengaran, jika tidak ada gangguan
pendengaran normal
 tinnitus menetap meski tidak ada serangan
 perasaan penuh ditelinga
Pmx fisik :
 vital sign
 otoskopi  tidak ada kelainan
 tes penala  SNHL
 Tes keseimbangan: Romberg,stepping test, past pointing test, disdiadokinesia,
fukuda test.
 Pmx nistagmus: dishalpike

Pmx Penunjang : audiometri, timpanometri,tes kalori, tes gliserin,


elektronistagmografi
Terapi : Simpatomatik. Vestibular sedative (dimenhidrinat 2x1), histaminik (betahistin
maleat 2x10, neurotropik (neurodex)
DD:
 BPPV : vertigo mendadak, berat tidak lama, dipengaruhi perubahan posisi,
tidak ada gangguan pendengaran
 Neuritis Vestibuler : vertigo tidak periodic, makin lama makin hilang, Riwayat
infeksi : demam, flu, campak, Tidak ada gangguan pendengaran
 Tumor N.VIII : vertigo periodic
 Sklreosis multiple : vertigo periodic intensitas serangan sama

5. BPPV (Benign Parkosismal Position Vertigo )

Vertigo perifer, dipicu oleh perubahan posisi kepala


Gejala:
 Vertigo mendadak, recurrent vestibular vertigo, durasi < 1 menit
 Gejala dipengaruhi oleh perubahan posisi kepala diantaranya : berbaring,
berbalik pada posis terlentang, paling tidak 2 manuver : bangun dari posisi
terlentang, membungkuk, menyandarkan kepala.
 Gejala otonom + : mual muntah
 Nistagmus : horizontal/ torsional

Pemeriksaan penunjang:
 Otoskopi : dbn
 Tes penala : normal
 Tes dishalpike maneuver : nistagmus (horizontal/torsional)
 Tes keseimbangan
 Tes audiometric

Diagnosis Banding : vertigo perifer : BPPV


Meniere disease, labirintis, motion sickness

Terapi :
 Pengobatan simptomatik vertigo. Ca entry blocker (Flunarizin 3x5-10mg) per
hari, Antihistamin (dimenhidrinat 2x1), histaminic (betahistin maleat 3x8mg),
benzodizepin
 Perasat : CRT (Canalith repositioning treatment), brandarof, maneuver epley.

6. Presbiakusis

Geriatri > 60 tahun simetris, bilateral, SNHL frek fungsi perlahan-lahan dan
progresif.

Gejala dan tanda : penurunan pendengaran progresif perlahan, tinnitus nada tinggi
(cocktail party deafness recruitmen)

Anamnesis : riwayat HT (-), DM (-), riwayat kerja ditempat bising (-), riwayat
konsumsi obat ototokisik (-)

Pmx Fisik:
Vital sign, otoskopi, tes penala  SNHL (rinne +, weber lateralisasi ke arah sehat,
swabach memendek), tes bisik Normalnya 6 meter. Kalau Ringan (4-6 m), sedang (2-
4 m), berat (1m)

Pmx Penunjang: Audiometri: SNHL dg slopping sekitar frekuensi 2000Hz,


timpanometri : motilitas MT. (oiya kalau pas stase neurootologi minta residen diajari
baca hasil audiometri & timpanometri ya )

DD :
 Noice induced hearing loss (NIHL) riwayat terpapar bising +. Audiometri :
SNHL pada frekuensi 3000-6000 Hz dg notch pada frekuensi 4000Hz
 Sudden deafness : pendengaran terganggu, penurunan pendengaran > 30 DB
atau lebih paling sedikit 3 frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan
audiometric dan berlangsung mendadak < 3 hari.
 Tuli akibat penggunaan obat-obat ototoksik (aminoglikoside streptomisin,
gentamicin, eritromisin, diuretic, antimalaria,antitumor, antiinflamasi) kadang
bisa disertai tinnitus dan vertigo

HIDUNG
1. Rhinitis Alergi

2 fase :
RAFC (reaksi alergi fase cepat) --> sejak kontak dengan alergen hingga 1 jam
setelahnya
RAFL (reaksi alergi fase lambat) --> 2-4 jam dengan puncak 6-8 ja setelah terpapar
alergen

Klasifikasi:
1. Berdasarkan sifat berlangsungnya:
 RA musiman --> seasonal, hay fever
 RA sepanjang tahun --> intermitten / terus menerus --> biasanya akibat alergen
inhalan
2. Berdasarkan WHO ARIA 2007
 Intermitten/kadang: gejala <4 hari/minggu atau < 4 minggu
 Persisten/menetap: gejala > 4 hari/minggu atau >4 minggu
3. Berdasarkan berat-ringannya
 Ringan --> tidak ada gangguan tidur, gangguan beraktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja
 Sedang-berat --> Satu atau lebih gejala di atas

Anamnesis:
Gejala dan tanda:
bersin berulang, rhinorea encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal
serta kadang-kadang disertai lakrimasi

Riwayat atopi:
Alergi, asma, eksim, konjungtivitis viral, dermatitis atopi

Pemeriksaan fisik:
General: (biasanya pada anak anak)
Allergic shiner --> bayangan gelap bawah mata
Allergic salute --> menggosok hidung
Allergic crease --> garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah
Facies adenoid --> pada anak anak, mulut sering terbuka, lengkung langit-langit
tinggi, pertumbuhan gigi geligi terganggu
Geographic tongue --> lidah sperti peta

Rhinoskopi Anterior:
Mukosa edema basah, berwarna pucat atau livid disertai sekret encer yang banyak
Gejala persisten bisa menyebabkan mukosa konka inferior hipertrofi

Rhinoskopi posterior:
Lihat konka dan meatus superior, OPTAE
Laringoskopi indirek:
Lihat dinding faring posterior (biasanya bergranul dan edema, terus bisa juga
kelihatan cobblestone appearance)
Dinding lateral faring menebal

Pemeriksaan penunjang:
Nasoendoskopi --> menilai konka, meatus superior - media - inferior, mukosa edema,
basah, pucat/livid?
Lab darah --> IgE total, Ig E spesifik, eosinofil
Swab sekret hidung --> nilai eosinofil
Skin prick test untuk gold standard nya

Terapi
1. Hindari kontak dengan alergen (jelas ya untuk cara nya, macam pakai masker, dll)
2. Medika mentosa
AH: cetirizine 2x1
Dekongestan: rhinofed 2x
Kortikosteroid topikal: nasacort 2dd puff I
3. Operatif
Konkatomy: jika konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dkecilkan dengan
kauterisasi, AgNO3 25%/trikloroasetat
4. Imunoterapi

Komplikasi:
Polip hidung
OME (otitis media efusi)
Rhinosinusitis

2. Rhinitis Vasomotor

3 Golongan:
1. Bersin (sneezers)
Anti histamin dan glukokortikoid
2. Rinore (runners)
Antikolinergik topikal (seperti ipatroprium bromide: atrovent)
3. Tersumbat (blockers)
Vasokonstriktor oral (pseudoefedrin tab dan glukokortikoid topikal)

Anamnesis dan Pemeriksaan fisik sama dengan rhinitis alergi

Untuk penegakkan diagnosis rhinitis vasomotor, harus nyingkirin etiologi infeksi,


alergii, obat, okupasi, dan hormonal.

Perbedaan rhinitis vasomotor dan rhinitis alergi:


R.Alergi R.Vasomotor
R.Terpapar Alergen + _
Patofisiologi Reaksi ag-ab terhadap Reaksi neuro vaskuler
rangsangan spesifik terhadap rangsang kimia,
mekanik dan faktor
psikologik
Gatal-bersin menonjol Tidak menonjol
Mata gatal (lakirimasi) + _
Skin prick tes + -
Ig E Meningkat normal
Eosinofil Meningkat normal
Allergic salute + _
Allergic crease + _
Allergc shimmer + _
Geographic tongue + _
konka Mukosa pucat/livid Mukosa merah gelapmerah
tua
Pengaruh posisi Tidak dipengaruhi posisi Dipengaruhi posisi pada
hidung tersumbatnya
3. Rhinosinusitis Kronik

Adalah peradangan pada mukosa hidung (rhino) dan sinus paranasal


Kriterianya bisa liat Task Force kalau guideline terbarunya dari EP30S 2012, lengkap
nya monggo dibaca jurnalnya 
Gejala klinik rinosinusitis kronis kalau menurut American Academy of Otolaryngic
Allergy (AAOA), dan American Rhinologic Society (ARS) adalah rinosinusitis yang
berlangsung lebih dari 12 minggu dengan 2 gejala mayor atau lebih atau 1 gejala
mayor disertai 2 gejala minor atau lebih. Berdasarkan kriteria Task Force on
Rinosinusitis, gejala mayor skor diberi skor 2 dan gejala minor skor 1, sehingga
didapatkan skor gejala klinik sebagai berikut; Gejala Mayor: Nyeri sinus
Hidung buntu, Ingus purulen , Post nasal drip, Gangguan penghidu Sedangkan
Gejala Minor: Nyeri kepala, Nyeri geraham , Nyeri telinga, Batuk, Demam, Halitosis
(mulut bau)
Pengukuran skor total gejala klinik dikelompokkan menjadi dua, yaitu;
sedang-berat (skor ≥8), dan ringan (skor <8).
Kriteria diagnosis rinosinusitis kronik terdiri dari durasi dan pemeriksaan
fisik. Bila hanya ditemukan gambaran radiologis namun tanpa klinis lainnya maka
diagnosis tidak dapat ditegakkan.

REQUIREMENTS FOR DIAGNOSIS OF CHRONIC RHINOSINUSITIS


(2003 TASK FORCE)
Duration Physical findings (on of the following must be
present)
>12 weeks of 1. Discolored nasal discharge, polyps, or polypoid
continuous symptoms (as swelling on anterior rhinoscopy (with
described by 1996 Task decongestion) or nasal endoscopy
Force) or physical 2. Edema or erythema in middle meatus on nasal
findings endoscopy
3. Generalized or localized edema, erythema, or
granulation tissue in nasal cavity. If it does not
involve the middle meatus, imaging is required
for diagnosis
4. Imaging confirming diagnosis (plain filmsa or
computerized tomography)b
Menurut EP3OS 2007, keluhan subyektif yang dapat menjadi dasar
rinosinusitis kronik adalah:
1) Obstruksi nasal
Keluhan buntu hidung pasien biasanya bervariasi dari obstruksi aliran udara
mekanis sampai dengan sensasi terasa penuh daerah hidung dan sekitarnya
2) Sekret / discharge nasal
Dapat berupa anterior atau posterior nasal drip
3) Abnormalitas penciuman
Fluktuasi penciuman berhubungan dengan rinosinusitis kronik yang mungkin
disebabkan karena obstruksi mukosa fisura olfaktorius dengan / tanpa alterasi
degeneratif pada mukosa olfaktorius
4) Nyeri / tekanan fasial
Lebih nyata dan terlokalisir pada pasien dengan rinosinusitis akut, pada
rinosinusitis kronik keluhan lebih difus dan fluktuatif
Diagnosis rinosinusitis kronik tanpa polip nasi (pada dewasa) berdasarkan
EP3OS 2007 ditegakkan berdasarkan penilaian subyektif, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan fisik yang dilakukan mencakup
rinoskopi anterior dan posterior. Yang menjadi pembeda antara kelompok rinosinusitis
kronik tanpa dan dengan nasal polip adalah ditemukannya jaringan polip / jaringan
polipoid pada pemeriksaan rinoskopi anterior.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
antara lain endoskopi nasal, sitologi dan bakteriologi nasal, pencitraan (foto polos
sinus, transiluminasi, CT-scan dan MRI), pemeriksaan fungsi mukosiliar, penilaian
nasal airway, fungsi penciuman dan pemeriksaan laboratorium.

Kalau kata dr Putu penegakan diagnosis RSK dg anamnesis & rhinoskopi anterior
saja cukup, kalau kayak CT Scan itu buat mau operasi.

Beda antara Rhinogen dan Odontogen di penyebab Rhinosinusitis


Rhinogen Odontogen
Disebabkan oleh septum Karena infeksi gigi/karies pada M1/M2
deviasi/rhinitis/kelainan konka atas yang menyebar ke sinus
Cavum oris --> tidak ada kelainan Cavum oris -->ada karies di M1/M2
Cavum nasi --> Septum deviasi mungkin Cavum nasi--> tidak ada kelainan
ada, pada alergi, mukosa livid/pucat,
discharge (+)
Penunjang: Ro SPN Penunjang: Panoramic, Ro SPN
Terapi: hindari pencetus (misal alergen), Atasi masalah pada gigi, biasanya M1/M2
atau atas kelainan yang ada di hidung atas

4. Rhinosinusitis Maxila

Pemeriksaan fisik :
Rhinoskopi anterior : cek lapang atau tidak, discharge, septum deviasi, mukosa konka
inferior
Transluminasi:suram/gelap

Terapi :
Medikamentosa: steroid topical (Nasacort), antibiotic golongan penicillin 10-14 hari,
mukolitik, cuci hidung
Pembedahan : FESS, CWL

5. Polip
DD: Tumor nasofaring, Angiofibroma, tumor sinonasal, konka polipoid

Gejala : hidung tersumbat menetap dan makin memberat


Penurunan penciuman (hiposmiaanosmia)
Polip disertai alergi (etiologi tersering, cek tanda2 RA), disertai sinusitis
(RSK dg polip) cek tanda-randa RSK (nyeri kepala, secret PND)
Bernafas lewat mulut
Telinga terasa penuh
Suara sengau
Gangguan tidur

Pemeriksaan Fisik : massa bertangkai, mudah digerakkkan, putih abu2 lunak, tidak
nyeri, tidak mudah berdarah, provokasi dg efedrin tidak mengecil, biasanya multiple
dan bilateral. Polip khas banget kayak buah anggur yg dikupas kulitnya. Bedakan dg
hipertrofi konka ya 

Pemeriksaan penunjang: nasoendoskopi, foto polos SPN, CT Scan SPN

Terapi :
Medikamentosa : kortikosterod oral/topical (Nasacort), antialergi/antihistamin,
mukolitik
Operatif : Polipektomi (intra/ekstranasal), etmoidektomi
6.Epistaksis

Anterior : Plexus Kiesselbach (a.etmiodalis anterior, a. spnenopalatina,


a.palatum mayor, a.labialis superior)
Posterior : Plexus Woodruff (a.etmoidalis posterior, a.sphenopalatina)

Etiologi : trauma,
kelainan
pembuluh darah,
infeksi (sinusitis,
dhf, demam
typoid, morbili),
penyakit
kardiovaskuler
(aterosklerosis, SH), perubahan tekanna udara/ tekanan atmosfir, ganggua hormonal
(hamil/ menopause), keganasan.

Anamnesis : sejak kapan ? kronologis, hidung kanan/kiri, yang memperberat,


memperingan udah diapakan aja), ada yang mengalir ditenggorokan gak (curiga
epistaksis posterior), jumlah perdarahan, RPD, RPK, Riw konsumsi obat.

PF: Vital sign


Inspeksi : hidung bengkok?, ada bloddy discharge keluar, edema atau tidak
Palpasi : nyeri tekan, krepitsi curiga fraktus os nasal
Tatalaksana :
Pasang tampon sementara:
Kapas ditetesi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan lidokain 2 % + masukkan tampon ke
rongga hidung untuk hentikan perdarahan & untuk mengurangi rasa nyeri pada saat
tindakan selanjutnya. Biarkan 10-15 menit setelah vasokontriksi dinilai perdarahan
dari anterior atau posterior.
Anterior:
Tekan hidung manual dengan jempol dan jari telunjuk + 10-15 menitjk blm
berhenti, masih berdarah & tampak sumber perdarahan kausatik dg AgNO3 25-30%
jk sudah berhenti beri krim AB, jika belum berhenti tampon anteriordengan kapas 2-4
buah susun teratur menekan sumber perdaran dipertahankan 2-4 jm beri juga pelumas
vaselin dan salep AB evaluasi.

Pemasangan tampon hidung : beri AB 2-3 hari dicabut jika masih ada darah ganti
baru.

Posterior:
Pemasangan tampon Bellock  intinya dia menekan perdarahan pada bagian
posterior, menutup koana & terfiksasi dinasofaring untuk hindari mengalirnya darah
ke nasofaring.
Tampon Belocq : tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan
diameter 3cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah dari 1 sisi dan 1 buah
dari sisi berlawanan. (Susah bayanginnya , coba buka gugel sama yutub)
Untuk memasang tampon posterior pada satu sisi digunakan bantuan :
1. kateter karet yang dimasukan dari lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu
ditarik keluar dari mulut.
2. Pada ujung kateter diikat 2 benang tadi lalu dari hidung kateter ditarik sampai
benang keluar dan dapat ditarik.
3. tampon perlu didorong dg jari telunjuk untuk dapat melewati palatum mole dan
masuk nasofaring
4. bila masih ada perdarahan maka dapat ditambah tampon anterior kedalam cavum
nasi
5. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat dengan gulungan kasa pada nares
anterior agar tampon tetap terfiksir di nasofaring.
6. Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan secara longgar pada pipi pasien.
Gunanya untuk menarik tampon keluar dari mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati
mencabut tampon dapat menyebabkan laserasi mukosa.

Komplikasi Epistaksis: aspirasi ke saluran nafas bawah, syock, anemia, TD turun


mendadak : hipotensi, hipoksia, iskemia, cerebri, infark miokard.

Pada orang dengan TD Tinggi :


1. Tidak boleh pakai adrenalin, ganti pakai tampon Nacl  lihat sumber perdarahan
2. Tampon ½ padat. Ingat tampon tidak boleh padat, jangan sampai hidung
mengembang karena terlalu padat, kalau terlalu padat terlalu kuat bisa sebabkan
perdarahan ditempat lain bahkan bisa sampai otak.
3. beri obat antihipertensi
4. beri asam traneksamat/8jam
5. beri vit.K drip 1 ampul/24 jam
6. Evaluasi tampon ½ padat setiap hari dan rutin kontrol tekanan darah.

Perbedaan Epistaksis Anterior dan Epistaksis Posterior


Anterior Posterior
Insidens sering jarang
Lokasi Plexus Kieselbach Plexus woodruff
Usia Anak/dewasa muda >40 tahun
Sebab Trauma (biasanya) Spontan (HT, aterosklerosis)
Perdarahan Ringan, dikontrol Perdarahan berat, dikontrol
dengan penekanan dengan tampon posterior
lokal
TENGGOROKAN
1. Karsinoma Nasofaring (KNF)
Dd: tumor sinonasal, limfadenopati colli?
Etiologi nya KNF ini Eibstein barr virus (EBV), bisa juga dipengaruhi genetik,
faktor lingkungan, rokok, bahan kimia yang bsa sebagai faktor resiko nya.
Gejala dan tanda-tanda khas nya dari KNF:
1. Telinga
Oklusi pada tuba yang berkelanjutan/kronis, karena letak tuba yang dekat fossa
rossenmuleri (ini tempat predileksinya KNF), gejalanya biasanya: tinnitus, telinga
rasanya penuh, Otalgia
2. Nasofaring/hidung
Epistaksis, obstruksi hidung (udh T2)
3. Mata
Kalo mengenai n.III, n.IV, n.VI nanti bikin diplopia (pandangan dobel), trus kalo kena
n.V, bisa bikin neuralgia trigeminal
4. Intrakranial
Nyeri kepala, kalo mengenai n. IX, n. X, n. XI, n.XII --> sindrom jackson
5. Leher
Benjolan di leher

Untuk penegakkan diagnosis, selain lihat tanda-tanda di atas, juga ada pemeriksaan
penunjangnya, bisa dengan:
CT Scan nasofaring dengan kontras, dan biopsi nasofaring (gold standard nya),
sebenarnya bisa juga penunjang lain yang sifatnya untuk tau apakah udah metastase
atau belum macam foto thoraks AP, USG abdomen, bone survey.

Untuk staging nya, seperti biasa pake T N M itu, lihat di MMN aja, ya.

Untuk terapi nya, tergantung staging:


T1: radioterapi sbg terapi utama nya
T2 & T3: kemoterapi (tambahan)
T4, N < 6cm --> kemoradiasi
T4, N> 6cm --> kemoterapi dosis penuh + kemoradiasi
Jalan operatif (agak akhir setelah terapi2 di atas), ada diseksi leher radikal
2. LaryngoPharyngeal Reflux (LPR)
Dd: GERD, dan lihat symptom lain macam batuk, dll
Secara definisi: aliran balik isi lambung ke daerah laring-faring
Untuk gejala, atau yang biasa ditemukan saat anamnesis, pake konten dari Reflux
symptom index (RSI) aja: (gak harus semua 9 gejala di bawah ada)
 Suara serak
 Sering mendehem
 Sulit menelan
 Post nasal drip atau ada sekret berlebih
 Batuk setelah makan atau tiduran
 Batuk yang mengganggu
 Sulit bernafas atau ada rasa tercekik
 Sensasi seperti ada yang mengganjal di tenggorokan (globus sensation)
 Sensasi terbakar di tenggorokan, heartburn, chest pain, seperti ada asam
lambung naik
Untuk penegakkan diagnosis nya, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
penunjang
Untuk anamnesis, bisa pakai kuesioner RSI di atas, dikatakan LPR apabila skor
lebih dari 13 (RSI score>13), dengan rincian nilai 0 untuk gk ada masalah, dan nilai
5 untuk masalah yang parah. (range 0-5 untuk 9 pertanyaan di atas)
Untuk pemeriksaan penunjang nya, nanti bisa untuk isi RFS (Reflux Finding Score),
dengan alat namanya Flexible Fiberoptic Laryngoscopy (FoL), bentukan alatnya
nanti dimasukkan lewat hidung gt. Dikatakan LPR kalo RFS nya lebih dari 7, untuk
tabelnya dan cara penilaian, nanti lihat di konten tambahan di luar file ini ya…
Oh ya! Gold standard nya itu pemeriksan pH monitoring 24 hours, tp di poli THT
jarang dilakuin. Nanti ngitung pH monitoring nya di proksimal esofagus.
Untuk pengobatannya:
Kasih Obat PPI (omeprazol, Lansoprazol) 2x1 (30-60 menit sblm makan pagi dan
makan malam) ditambah dengan H2 receptor antagonist (Ranitidin) 1x1 (sblm tidur
malam), biasanya 3 bulan udah perbaikan, tapi untuk kembali ke keadaan semula,
biasanya treatment nya 6 bulan.
Untuk edukasi lifestyle ada di halaman selanjutnya ya.
Sedikit yang sering keluar waktu ujian, apasih beda LPR dan GERD?
Pembeda LPR GERD
Gejala khas Odinofagia Heartburn, chest pain
Onset Biasanya siang Biasanya malam
Posisi Biasanya posisi berdiri/duduk Biasanya posisi tiduran
Motilitas Normal dismotilitas
esofagus
Asam Asam lambung normal Asam lambung meningkat
lambung
Peradangan Berkaitan dengan laringitis Berkaitan dengan esofagitis
Risiko CA Risiko Ca. Saluran cerna atas Risiko Ca Esofagus
Sensasi di Globus pharyngeus (+) Sensasi regurgitasi
tenggorokan
Pengobatan Lebih lama (sekitar 6 bulan) Lebih sebentar (sekitar 3 bulan)
Primary defect Di sfingter esofagus atas Di sfingter esofagus bawah

Edukasi lifestyle nya:


 Berhenti merokok, minum alkohol
 Kurangi berat badan
 Jangan tidur setelah makan, minimal jarak 3 jam setelah makan
 Hindari makanan berlemak, bergas, coklat, kopi, makanan berminyak, saus tomat,
red wine
 Atur frekuensi makan menjadi lebih sering, dengan porsi yang diatur lebih sedikit
 Berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi daripada perut (mencegah refluks)

Pada LPR ini, biasanya orangnya pnya riwayat penyakit maag. Lalu untuk
pemeriksaan fisik tenggorokan, bisa jadi dinding faring posterior nya enggak
hiperemis, dan enggak ada granulasi jg.
Lalu untuk LPR ini, tanyakan juga, ada masalah di hidung dan telinga enggak?
Biasanya ada otalgia, karena reffered pain diperantarai nervus laryngus superior. Terus
kalo ada alergi, bisa terjadi pembesaran adenoid.
3. Abses Peritonsil
Dd: infiltrasi peritonsil, tonsillitis kronis, keganasan tonsil, dll (lihat
penampakan orofaringnya)
Etiologi: Streptococcus Beta hemolitikus group A
Gejala umum:
Demam, nyeri kepala, malaise, mual muntah
Gejala lokal:
 Odinofagia berat
 Mulut berbau (foeter ex ore)
 Suara bergumam (hot potato voice)
 Nyeri telinga
 Banyak ludah (hipersalivasi)
 Sukar membuka mulut (trismus)
 Limfadenopati kelenjar submandibula
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan:
 Trismus (udah berapa jam?)
 Palatum mole membengkak, menonjol ke depan
 Uvula terangkat, terdorong ke kontralateral
 Tonsil bengkak, hiperemis, detrtus, terdorong ke tengah, depan bawah
Terapi:
Stadium infiltrasi: AB dosis tinggi: Penicillin 600mg/6jam IV atau oral penisillin atau
clindamisin 4x1
Anti nyeri (na diclofenak)
Kompres dingin pada leher
Jika terbentuk abses --> pungsi --> insisi abses untuk ngeluarin pus --> kultur + uji
sensitivitas AB
Tonsilektomi:
A’chaud --> tonsilektomi bersamaan dengan drainase
A’tiede --> tonsilektomi 3-4 hari setelah drainase abses
A’fraud--> tonsilektomi 4-6 minggu setelah drainase abses
Komplikasi abses peritonsil:
Abses pecah --> perdarahan, bahkan bisa sampai aspirasi ke paru
Perjalanan ke intrakranial --> meningitis, abses otak
Obstruksi Jalan Napas
Gejala dan tanda nya:
Saluran Nafas Atas Saluran Nafas Bawah
Disfonia/afoni Batuk hilang timbul
Dyspnea Mengi
Stridor Hentakan di trakea
Retraksi inspirasi, di suprasterna, Retraksi otot pernafasan
supraklavikula, epigastrium, intercostals
Gelisah karena pasien haus (air hunger) Sianosis
Sianosis Gelisah
Malaise Stridor inspirasi
4. Disfagia /Sulit menelan
(Bedakan dg Odinofagi/Sakit saat menelan)

Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan
dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan.Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa
faktor, yaitu:
1. Ukuran bolus makanan
2. Diameter lumen esofagus yang dilalui bolus
3. Kontraksi peristaltik esofagus
4. Fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah
5. Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah
Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan
yang dipengaruhinya.
a) Fase Oral
Gangguan pada fase oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase
pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah.
Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan
permulaan menelan. Ketika meminum cairan, pasien mungkin kesulitan dalam
menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya,
cairan tumpah terlalu cepat kedalam faring yang belum siap, seringkali
menyebabkan aspirasi.
b) Fase Faringeal
Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasien mungkin tidak
akan mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk
mempertahankan hidup. Pada orang tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan
biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform setelah menelan. Dalam
kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau
pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan
sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih
setelah menelan.
c) Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan
minuman di dalam esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabkan
oleh obstruksi mekanis, gangguan motilitas, atau gangguan pembukaan
Sphincter esophageal bawah.
Lengkapnya baca buku tht ui yg edisi 7 ttg disfagia. (edisi 7 lho ya, soalnya nyari
di edisi 5 gk lengkap)
Faringitis

Faringitis

Akut Kronis
Biasanya ada nyeri tenggorok Biasanya gk ada nyeri
tenggorok

Apabila ada gejala nyeri tenggorok/sulit menelan:


Isaac Score/Modifier Centor Score --> untuk deteksi kemungkinan infeksi bakteri,
serta rapid Dx kalo curiga infeksi Streptococcus group A Beta hemolitikus (ada 5
kriteria)
Cough Absent
Exudate
Nodes (adenopati cervical + nyeri)
Temperature (>38)
OR --> Young OR Old (interpretasi modifier nya: +1 untuk usia <15, 0 untuk usia 15-
45, serta -1 untuk >45)

Interpretasi nya:
0-1: Ab (-), kultur (-)
2-3: Kultur (-), no AB. Kalo kultur (+) maka Ab sesuai kultur
4-5: Kultur, dan beri Ab Empiris lalu antibiotik sesuai hasil kultur

Faringitis Akut

Viral (Rinovirus --> awalnya gejala rhinitis lalu faringitis)


Penyebab tersering nya 3:
Adenovirus, EBV, HIV
Khasnya:
Adenovirus --> konjungtivitis
EBV --> Trias: demam, faringitis, adenopati.
Lalu ada eksudat juga klo menurut buku ijo
Anamnesis yang biasa ditemukan:
 Demam
 Rhinorea
 Mual
 Nyeri tenggorok
 Sakit menelan
Pemeriksaan fisik:
Faring tonsil hiperemis
Jarang eksudat
Virus --> demam tinggi
Tatalaksana:
Self limiting disease pada dasarnya
Istirahat cukup
Kumur air hangat
Untuk simptomatik nya kasih analgetik, misal Na. Diklofenak 2x25mg
Bisa juga paracetamol + kortikosteroid (pct 3x500mg, deksa 3x8mg)

Bakterial
Etiologi tersering adalah streptococcus group A beta hemolitikus
Anamnesisnya:
Demam subfebris
Nyeri kepala
Muntah
Biasanya batuk (-)
Limfadenopati servikal anterior (nyeri tekan)

PF nya:
Hipertrofi tonsil
Faring tonsil hiperemis
Eksudat di tonsil
Ptechiae di palatum dan faring
Tatalaksana:
Antibiotik
Dewasa (6-10 hari) amox 3x500 dan eritromicin 4x500 (itu lupa amox dan eritro, atau
milih salah satu)
Anak (10 hari) amox 50mg/kgBB dalam 3x pemberian
Kortikosteroid
Kasih deksa
Analgetik
Bisa kasih paracetamol
Dan..
Kumur air hangat atau kumur antiseptik

Untuk Tonsilitis Kronis, Akut nanti baca sndiri aja ya…

Tonsilitis Difteri

Keypoint pada penyakit ini adalah demam subfebris dan adanya


pseudomembran (penasaran pseudomembran kaya gmn, cari aja di google)

Gambaran klinis
Gejala umum (anamnesis)
Gejala lokal (pemeriksaan fisik)
Gejala eksotoksin (komplikasi)

Anamnesis:
Demam subfebris
Nyeri menelan
Malaise
Nafsu makan turun

Pemeriksaan fisik
Pseudomembran: awalnya bercak putih kotor --> lama lama keabuan dan meluas
bisa sampai uvula, faring, dll dan kalo dilepas berdarah.
Limfadenopati leher (mirip leher sapi atau bullneck)

Komplikasi
Miorkarditis, gangguan saraf

Tatalaksana:
ADS: 20.000-100.000
AB penicillin: 25-50mg/kgBB untuk 3 dosis (selama 2 pekan
Kortikosteroid
Bedrest 2-3 minggu
Tambahan:

Definisi SNHL, CHL, dan MHL


dari pemeriksaan audiometri nada murni
CHL (biasanya masalah pada telinga eksterna-media) --> BC (bone conduction) turun
SNHL (interna) --> BC turun, AC turun, tidak ada gap (ada gap tp gk lebih dari 10dB)
MHL --> AC BC turun, ada gap >10dB (minimal 2 frekuensi berturutan)

Untuk derajat ketulian:


Index fletcher: frekuensi (500Hz +1000 Hz +2000 Hz +4000 Hz) dibagi 4
0-25: normal
>25-40: ringan
>40-55: sedang
>55-70: sedang berat
>70-90: berat
>90: sangat berat

CHL sendiri, biasanya tadi kan di telinga luar atau tengah


Telinga luar bisa karena atresia liang telinga, serumen, OE sirkumskripta, osteoma
liang telinga
Telinga tengah: Sumbatan tuba eustachius, OM, otosklerosis, timpanosklerosis,
hemotimpanum, dislokasi tulang pendengaran

SNHL, dibedakan menjadi 2, tuli koklea dan tuli retrokoklea (SNHL sendiri bisa
dikonfirmasi dengan audiometri tutur --> roll over)
Koklea sndiri karena aplasia, labirinitis, obat ototoksik, sudden deafness (biasanya ini
karena kelainan di koklea), trauma akustik.
Untuk memperbaiki koklea nya bisa dengan memakai sesuatu yang bsa bkin
vasodilatasi perifer (di sini misalnya ginkobiloba)
Retrokoklea : neuroma akustik, tumor, dll
Kadang pada SNHL juga ada cocktail party deafness --> Di tempat rame aja

Pemeriksaan timpanometri untuk mengetahui keadaan telinga tengah


Dan untuk anamnesis, lihat tabel tugas dr. Anton Sp.THT-KL di boyol, untuk keluhan
seputar THT ada apa aja.

Untuk telinga sendiri ada 5, dan harus semuanya dikonfirmasi saat anamnesis (kata dr.
Tiwi)
Hearing loss, Tinnitus, Otalgia, Otore, Vertigo (didalami juga kalo semisal ada atau
tidak ada)

Pemeriksaan telinga sederhana:


Inspeksi palpasi telinga luar
Otoskop
Garputala
Untuk tes Penala sndiri:
Yang sederhana ada 3:
Weber, Rinne, Swabach

Rinne: membandingkan hantaran tulang dan udara, pada telinga yang sama
Rinne +: normal/SNHL
Rinne -: CHL
Weber: Mengetahui hantaran tulang telinga kanan dan kiri (ada lateralisasi enggak)
Lateralisasi ke arah sehat --> SNHL
Lateralisasi ke arah sakit --> CHL
Tidak ada lateralisasi --> normal
Swabach --> membandingkan hantara tulang telinga pasien dan pemeriksa dengan
syarat pemeriksa nya normal

Memanjang --> CHL


Memendek --> SNHL
Test Bing
Caranya: Tragus ditekan - tutup telinga --> jadi tuli konduksi 30dB
Dites kaya Weber:
Normal --> lateralisasi ke telinga yang ditutup
CHL --> gk ada lateralisasi
Segitu dulu ya.
Semoga sukses ♥
Kalo ada yang salah, boleh banget diganti klo udh dikonfirmasi lagi ke sumber
rujukan terpercaya.

Anda mungkin juga menyukai