Anda di halaman 1dari 37

KARSINOMA NASOFARING

Pembimbing :
dr. Agustina P. Kayunop, Sp. THT-KL

Oleh :
Junarto Butar – Butar
Anggi I Aronggear
Imanuel Silalahi
Laporan Kasus :

IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Tn. F. M

2. Umur : 59 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Alamat : pasir II

5. Pekerjaan : Buruh Bangunan

6. Agama : Kristen

7. Status : Menikah

8. Suku : Manado

9. Tanggal pemeriksaan : 08 - 10 - 2018


K.U.

Anamnesa

Perdarahan hidung
RPS
Seorang pasien datang dengan keluhan perdarahan hdiung sebelah kiri
kurang lebih sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan
hidung sekali perharinya volume kurang lebih ¼ gelas berwarna merah
hitam. Peradarahan hidung muncul bila pasien beraktivitas dan sedikit
berkurang dengan beristirahat. Perdarhan hidung tidak disertai
gangguan oenciuman, nyeri hidung, dan sensai benda asing didalam
hidung. Pasien juga mengeluh mengalami penglihatan ganda pada mata
sebelah kiri, mata sulit terbuka maksimal 6sejak kurang lebih 3mimggu
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat perdarahan spontan sebelumnya
di sangkal, riwayat penggunaan obat tertentu dalam jangka waktu yang
panjang di sangkal, riwayat trauma hidung disangkal, riwayat alergi
obat (-).
RPD
RPK
Hipertensi (-) Pasien mengatakan bahwa Riwayat life style
pada keluarganya tidak ada
DM (-) yang menderita penyakit
Polip Hidung (-) yang sama atau menderita Kebiasaan pasien
penyakit kanker lainnya. tidak merokok dan
Pasien mengatakan bahwa
Kolestrol (-) dari keluarga tidak ada yang meminum alkohol.
memiliki riwayat penyakit
kolestrol , hipertensi, polip
hidung, DM dan penyakit
sistemik lainnya
PEMERIKSAAN FISIK :
St.Generalis :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Temperatur Axila : 36,5oC

Kepala : Tidak ditemukan kelainan


Mata : Anemia (-/-), ikterus (-/-), ptosis (-/+), diplopia (-/+), strabismus (-/-),
isokor
THT : Sesuai status lokalis
Leher : Pembesaran KGB: (+) regio colli sinistra, nyeri (-)
Thorak : Cor : S1S2 tunggal, Reguler, Murmur(-) Po : Ves +/+, Rh-/-, Wh-/-
Abdoment: Distensi(-), Bising usus (+) Normal, H/L tak teraba
Ekstremitas: Edema (-/-), akral hangat (+/+)
St.Lokalis THT :
Lanjutan . . . .
Foto Klinis
Endoskopi Nasofaring

Kanan Kiri
Pemeriksaan Penunjang :

Biopsi: • Sampel tidak dapat diperiksa


Pemeriksaan Penunjang :
CT-Scan

Kesan:
Gambaran Soft tissue mass di
daerah leher nasofaring disertai
pembesaran KGB colli level Ia,
Ib, II, III suatu Ca Nasofaring?
Dg Lymphadenitis? Sinusitis
maxillaris bilateral.
Diagnosis :

Suspec Karsinoma Nasofaring


Penatalaksanaan :

Cefixime tab 2 x 200mg /po


as. Tranexamat tab 2 x 200mg /po
as. Mefenamat tab 3 x 500mg /po
Vit C tab 1 x 1 /po
TINJAUAN PUSTAKA . . . . . .
ANATOMI NASOFARING
EPIDEMIOLOGI

 Banyak di Asia, jarang di Eropa dan


Amerika.
 Insiden tertinggi : provinsi Guang Dong
(RRC)  40 – 50 /100 ribu penduduk
/tahun.
 Indonesia  4,7/100 ribu
penduduk/tahun.
 Laki-laki : Perempuan = 2 – 3 : 1
Faktor Risiko
Virus
Epstein-
Barr Letak
Usia
geografis

Kebiasaan
Rasial
hidup Karsinoma
Nasofaring

Lingkungan
Jenis
kelamin

Pekerjaan Genetik
GEJALA KLINIS
Gejala • Epistaksis
• Sumbat hidung
Nasofaring
• Tinitus
Gejala Telinga • Gangguan pendengaran
• Rasa tidak nyaman di telinga sampai otalgia

• Diplopia
Gejala Mata • Neuralgia trigeminal
dan Saraf • Sindrom Jackson

Metastasis atau • Benjolan di leher


gejala di leher
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnese
fisik penunjang

 CT-Scan
Rinoskopi  Tes Serologi
Gejala klinis
posterior Biopsi
HISTOPATOLOGI
• Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
• Karsinoma non-keratinisasi
• Karsinoma tidak berdiferensiasi
STADIUM
(SISTEM TNM MENURUT UICC 2002)
• T = Tumor Primer.
• To= Tidak tampak tumor.
• T1= Tumor terbatas di nasofaring.
• T2= Tumor meluas ke jaringan lunak.
T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa
perluasan ke parafaring*.
T2b : Disertai perluasan ke parafaring.
• T3= Tumor menginvasi struktur tulang dan/ atau sinus paranasal.
• T4= Tumor dengan perluasan intrakranial dan/ atau terdapat keterlibatan
saraf cranial, fossa infratemporal, hipofaring,orbita atau ruang masticator.

• Catatan : *Perluasan parafaring menunjukkan infiltrasi tumor ke arah


postero-lateral melebihi fasia faringo-basilar.
N = Pembesaran kelenjar getah bening regional .
Nx = Pembesaran Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai.
No = Tidak ada pembesaran.
N1 = Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar
kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.
N2 = Metastase kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar
kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.
N3 = Metastase kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar
dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula.
N3a = ukuran lebih dari 6 cm.
N3b = di dalam fossa supraklavikula.

M = Metastasis jauh
Mx = Metastasis jauh tidak dapat dinilai
Mo =Tidak ada metastasis jauh
M1 =Terdapat metastasis jauh
STADIUM
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a,T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IVa T4 N0,N1,N2 M0
Stadium IVb semua T N3 M0
Stadium IVc semua T semua N M1
DIAGNOSA BANDING
• Angiofibroma nasofaring
• Kelainan hiperplastik nasofaring
• TB kelenjar limfe leher
PENATALAKSANAAN

1. Radioterapi
2. Kemoterapi
3. Operasi
PENATALAKSANAAN
• Stadium I  Radioterapi
• Stadium II  Kemoradiasi
• Stadium IV N< 6 cm  Kemoradiasi
• Stadium IV N> 6 cm  Kemoterapi
dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi
Operasi
Reseksi leher

Nasofaringektomi
PROGNOSIS
• Sangat mencolok perbedaan prognosis ( angka
bertahan hidup 5 tahun) dari stadium awal
dengan stadium lanjut, yaitu 76,9% untuk
stadium I, 56,0% untuk stadium II, 38,4%
untuk stadium III, dan hanya 16,4% untuk
stadium IV.
Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor, seperti :
• Stadium yang lebih lanjut.
• Usia lebih dari 40 tahun
• Laki-laki dari pada perempuan
• Ras Cina dari pada ras kulit putih
• Adanya pembesaran kelenjar leher
• Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan
tulang tengkorak
• Adanya metastasis jauh
PENCEGAHAN

1. Vaksinasi
2. Mengubah kebiasaan hidup yang
salah
3. Melakukan tes serologic IgA anti
VCA dan IgA anti EA secara massal
PEMBAHASAN
Apa faktor risiko KNF pada pasien ini?
Virus
Epstein-
Barr
Letak
Usia
geografis

Kebiasaan
Rasial
hidup Karsinoma
Nasofaring

Lingkungan
Jenis
kelamin

Pekerjaan Genetik
Apa dasar diagnosis KNF pada pasien ini?
Mata
• Diplopia
• Ptosis
Telinga
CT-Scan dan
biopsi • Tinitus
• Otalgia

Ruang Hidung
Parafaringeal • Epistaksis
• Trismus

Retrofaringeal nodes KGB

• Nyeri leher • Pembesaran


dan kaku
Bagaimana prognosis pasien KNF
pada kasus ini?
• Semakin cepat diagnosis ditegakkan, maka
progniosis pasien semakin baik.

• Ad Vitam : bonam
• Ad Functionam : malam
• Ad Sanationam : dubia malam
Apa yang diharapkan dari
pengobatan KNF pada kasus ini?

Analgetik Antibiotik
(As. Mefenamat) (Cefixime)
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
Rujuk
3. Operasi

Antihemorrhagik Antioksidan
(As. Tranexamat) (Vit. C)

Anda mungkin juga menyukai