Anda di halaman 1dari 40

BAGIAN ILMU THT-KL LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
KARSINOMA NASOFARING

Disusun Oleh :
Widya Wirasasmita Mirsan (111 2015 1082)

Pembimbing :
dr. Indah Hamriani, Sp.THT-KL, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU THT-KL
RS BHAYANGKARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULSIM INDONESIA
2017
PENDAHULUAN

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas


yang paling banyak dijumpai di antara tumor
ganas THT di Indonesia. Karsinoma nasofaring
termasuk dalam 5 besar tumor ganas dengan
frekuensi tertinggi bersama dengan tumor
ganas serviks, tumor payudara, tumor getah
bening, dan tumor kulit.
KARSINOMA NASOFARING
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas
yang berasal dari sel epitel permukaan
nasofaring. Tumor ini bermula dari dinding
lateral nasofaring (fossa russenmuller) dan
dapat menyebar ke dalam atau keluar
nasofaring menuju dinding lateral,
posterosuperior, dasar tengkorak, palatum,
kavum nasi, dan orofaring serta metastase ke
kelenjar limfe leher.
ANATOMI FARING
ANATOMI FARING
EPIDEMIOLOGI
• Angka kejadian Kanker Nasofaring (KNF) di
Indonesia 4,7 kasus/tahun/100.000 penduduk
atau diperkirakan 7000 – 8000 kasus per tahun di
seluruh Indonesia

• ♂ > ♀ dengan rasio 2-3 : 1

• Insiden tinggi KNF meningkat setelah umur 30


tahun, puncaknya pada umur 40-59 tahun dan
menurun setelahnya
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Virus
Epstein-
Sosial Barr Letak
ekonomi geografis

Kebiasaan
Rasial
hidup Karsinoma
Nasofaring

Jenis
Lingkungan
kelamin

Pekerjaan Genetik
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnese
fisik penunjang

 CT-Scan
Rinoskopi  Tes Serologi
Gejala klinis
posterior Biopsi
DIAGNOSIS (ANAMNESIS)
Gejala • Ingus bercampur darah / epistaksis
Hidung • Sumbatan hidung unilateral -> bilateral

Gejala • Rasa penuh atau gangguan pendengaran unilateral menetap


• Tinnitus unilateral
Telinga • Otalgia / otore unilateral

Gejala Leher • Benjolan leher unilateral -> bilateral

Gejala Mata & • Sakit kepala


• Diplopia, ptosis, trismus
Saraf • Parese lidah, parese saraf otak lain
DIAGNOSIS
(PEMERIKSAAAN FISIK)

Pemeriksaan Hidung & Nasofaring (THT Lengkap)


• Rhinoskopi Anterior & Posterior
• Nasoendoskopi

Pemeriksaan Kelenjar Leher

Pemeriksaan Lesi Intrakranial


• Diplopia, ptosis, trismus, parese lidah, dll
DIAGNOSIS
(PEMERIKSAAN PENUNJANG)

Pemeriksaan
Biopsi
Histopatologi FNAB
Nasofaring
& Serologi

Foto Polos &


USG CT-Scan / MRI PET - Scan
Abdomen
PET SCAN
STADIUM KNF
Tumor Primer
T : Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar, dan
perluasannya
T0 : Tidak tampak tumor
T1 : Tumor terbatas pada satu lokasi di nasofaring
T2 : Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan/atau rongga hidung
tanpa perluasan ke parafaring
T2b : Disertai perluasan ke parafaring
T3 : Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasalis
T4 : Tumor dengan perluasan intracranial dan/atau terdapat
keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita, atau
ruang mastikator
STADIUM KNF
Nodul (Pembesaran Kelenjar Getah Bening Regional)
N : Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar getah bening regional
NX : Pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 : Tidak terdapat pembesaran kelenjar
N1 : Metastasi kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran
terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula
N2 : Metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran
terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, diatas fossa supraklavikula
N3 : Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih
besar dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula
N3a : ukuran lebih dari 6 cm
N3b : di dalam fossa supraklavikula
STADIUM KNF

Metastasis Jauh
M : metastasis, menggambarkan keberadaan
metastasis jauh
Mx : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : tidak terdapat metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
STADIUM KNF
• Stadium 0 : T1s N0 M0
• Stadium I : T1 N0 M0
• Stadium IIA: T2a N0 M0
• Stadium IIB: T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
• Stadium III : T1 N2 M0
T2a, T2b N2 M0
T3 N2 M0
• Stadium IVa: T4 N0,N1,N2 M0
• Stadium IVb: semua T N3 M0
• Stadium IVc: semua T semua N M1
HISTOPATOLOGI
• Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
• Karsinoma non-keratinisasi
• Karsinoma tidak berdiferensiasi
PENATALAKSANAAN

• Stadium I : Radioterapi

• Stadium II dan III : Kemoradiasi

• Stadium IV dengan
N < 6 cm : Kemoradiasi
N > 6 cm : Kemoterapi dosis penuh
dilanjutkan kemoradiasi
PENATALAKSANAAN

• Terapi pembedahan dilakukan jika masih ada


sisa kelenjar pasca radiasi (diseksi leher
radikal & nasofaringektomi)

• Imunoterapi juga dapat dilakukan karena


kemungkinan penyebab dari KNF adalah
Epstein-Barr Virus
PROGNOSIS

Faktor terpenting untuk menentukan prognosis


adalah stadium dari kanker itu sendiri. Semakin
rendah stadiumnya, umur lebih muda, dan
faktor penanganan yang dini dan tepat,
memberikan prognosis yang baik
Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor, seperti :
• Stadium yang lebih lanjut.
• Usia lebih dari 40 tahun
• Laki-laki dari pada perempuan
• Ras Cina dari pada ras kulit putih
• Adanya pembesaran kelenjar leher
• Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan
tulang tengkorak
• Adanya metastasis jauh
PENCEGAHAN
1. Vaksinasi
2. Mengubah kebiasaan hidup yang salah
3. Melakukan tes serologic IgA anti VCA dan
IgA anti EA secara massal
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

• Nama pasien : Ny. “S”


• Umur : 41 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Balla Parang
• No. RM : 26 34 98
• Tanggal Pemeriksaan : 15 Mei 2017
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Sumbatan pada hidung
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke RS Bhayangkara Makassar
dengan keluhan sumbatan pada hidung yang
dirasakan sejak 8 bulan yang lalu, namun keluhan
pasien semakin memberat sejak 1 bulan yang lalu,
keluhan juga disertai dengan nyeri kepala. Pasien
juga mengeluhkan bahwa kadang-kadang keluar
darah dari lubang hidungnya, keluar ingus
bercampur darah disangkal.
ANAMNESIS
Pasien juga kadang merasakan adanya rasa tidak nyaman pada
telinga dan adanya penurunan pendengaran. Keluhan mendengar
suara air terkocok di dalam telinga disangkal, riwayat pernah keluar air
dan nyeri telinga sebelumnya juga disangkal oleh pasien. Pasien juga
mengaku benjolan muncul pada leher kiri yang muncul sejak ± 3
bulan lalu. Benjolan dirasakan tidak nyeri, keluhan sulit membuka
mulut disangkal. Keluhan penglihatan menurun dan penglihatan ganda
disangkal.

Riwayat penyakit dahulu:


Pasien telah mengalami keluhan ini sejak 8 bulan yang lalu dan
berobat ke Puskesmas. Tidak ada riwayat keluar cairan dari dalam
telinga kiri maupun kanan.
ANAMNESIS
Riwayat penyakit keluarga/sosial:
Pada keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

Riwayat pengobatan:
Pasien pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya karena
keluhan nyeri kepala yang terus menerus dirasakan namun
tidak ada perubahan.

Riwayat alergi:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan,
obat-obatan, tidak pernah meler dan bersin-bersin saat
terkena debu atau dingin.
PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
• Tensi : 120/80 mmHg
• Nadi : 72 x/menit
• Respirasi : 18 x/menit
• Suhu : 36, 6 ⁰C
Pemeriksaan Telinga
No. Pemeriksaan Telinga kanan Telinga kiri
Telinga
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)

2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas normal, Bentuk dan ukuran dalam batas normal,
hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-) hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)
3. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-),
edema (-), otorhea (-) edema (-), otorhea (-)

4. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), cone of light (+) edema (-), perforasi (-), cone of light (+)
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi (-), Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-) nyeri tekan (+), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa Bentuk (normal), mukosa pucat
pucat (-), hiperemia (-)
(-), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemis, sekret (-), Mukosa hiperemis, sekret (+,
massa berwarna putih bening kental), massa berwara
mengkilat (-). putih mengkilat (+).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-) Edema (-), mukosa hiperemi (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-) ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna pucat

Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda

Lidah Permukaan lidah putih,tampakseperti sisa makanan, dan jatuh


kekiri saat berusaha dijulurkan
Geligi Tidak ada kelainan

Uvula Tidak ada kelainan

Palatum molle Tidak ada kelainan

Faring Hiperemis (-)

Tonsila palatine T1-T1 Tenang

Fossa Tonsillaris dan Arkus


Tidak ada kelainan
Faringeus
Pemeriksaan Fisik lain
Pemeriksaan mata:
• Gerak bola mata baik ke segala arah ODS
• Konfergensi ODS baik
• Tidak terdapat diplopia binokuler pada gerak bola mata ke seluruh arah

Pemeriksaan leher
• Ditemukan massa pada regio colli sinistra, dengan karakteristik:
• Ukuran: ± 5 x 3 x 1 cm
• Batas: tegas
• Mobilisasi: immobile terhadap jaringan di bawah dan sekitarnya
• Permukaan: licin, tidak rata
• Nyeri tekan: -
• Keterbatasan gerak leher: -
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Tumor Nasofaring, suspect Carcinoma
Nasofaring

DIAGNOSIS BANDING
Papilloma Skuamosa, Polip Hidung
Hasil CT Scan
( 16 Mei 2017)

INTERPRETASI
- Memungkinkan suatu
massa tumor nasofaring
yang meluas ke
parapharyngeal sinistra
disertai destruksi dinding
sinus maxillaris kiri serta os
ethmoid dan os sphenoid
bilateral
- Sugestif perluasan massa
tumor ke intracerebri
- Multisinusitis
TERAPI
• Dekongestan
• Analgetik :
– Asam mefenamat 3 x 500 mg
• Rencana dilakukan biopsi insisi tumor nasofaring
DISKUSI
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang dilakukan pada pasien, sementara ditegakkan
diagnosis Suspect Karsinoma Nasofaring. Hasil CT-
Scan menunjukkan adanya massa nasofaring yang
telah meluas ke intrakranial. Terdapat pula
pembesaran KGB di colli sinistra.
Berdasarkan hasil tersebut, stadium
karsinoma nasofaring pada pasien ini adalah
T3/N1/Mx yang dapat diklasifikasikan sebagai
stadium III. Biopsi nasofaring dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pasti karsinoma nasofaring.
DISKUSI

• Terapi definitif terhadap karsinoma nasofaring


baru dapat dimulai bila diagnosis pasti sudah
ditegakkan. Untuk sementara terapi yang
diberikan adalah terapi simtomatik berupa
dekongestan dan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
REFERENSI
– Adams, George L. 2011. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut, Faring, Esofagus, dan Leher, dalam
BIOES Buku Ajar Penyakit THT Edisi Keenam. Jakarta: EGC. Hal: 263-271
– Adham, M. Dan Rozein, A. 2012. Karsinoma Nasofaring, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI. Hal:158-163
– American Cancer Society Medical Team. 2017. Treatment Options, by Stage of Nasopharyngeal Cancer.
Available at : https://www.cancer.org/cancer/nasopharyngeal-cancer/treating/by-stage.html Diakses 26 Mei
2017
– Ballenger, JJ. 2009. Tumor dan Kista di Muka, Faring, dan Nasofaring, dalam Ballenger: Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok, dan leher Jilid I. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal: 1020-1039
– Brennan B. 2006. Review Nasopharyngeal Carcinoma, dalam Orphanet Journal of Rare Disease Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1559589/pdf Accessed 20 Mei 2017
– Chan, A.T.C. 2005. Head and Neck Cancer : Treatment of Nasopharyngeal Cancer dalam Annals Oncology 16th
Edition. Hal: 265-268
– Harry A, Asroel. 2002. Penatalaksanaan Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring Referat. Medan: FK USU.
Hal: 1-11
– Lu Jiade J, Cooper Jay S, M Lee Anne WM. 2010. The Epidemiologi of Nasopharigeal Carcinoma dalam
Nasopharyngeal Cancer. Berlin : Springer. Hal: 1-9
– St. Stamford International Medical. 2017. PET /CT : Sebuah Teknologi yang Menggunakan Cara Anatomi
untuk Melakukan Imaging Terhadap Fungsi, Metabolisme dan Resept. Available at :
http://www.asiancancer.com/indonesian/technology-equipment. Accessed 29 Mei 2017
– Wolden, Suzanne L. 2001. Cancer of Nasopharynx, Dalam Buku Atlas of Clinical Oncology: Cancer of the Head
and Neck. London: BC Decker inc. Hal: 142-156
– World Health Organization. 2010. World Health Organization Classification Head and Neck Tumours. Lyon:
IARC Press. Available at: www.iarc.fr/IARCPress/pdfs/index1.php Accessed: 20 Mei 2017.
TERIMA KASIH

WASSALAMUALAIKUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai