DAN PENATALAKSANAANNYA
Letak geografis
Rasial
Jenis kelamin
Genetik
Pekerjaan
Lingkungan iritasi bahan kimia, asap kayu
Kebiasaan hidup penduduk eskimo memakan makanan yang diawetkan
Soisal ekonomi
Infeksi kuman atau parasit
Patogenesis KNF
EBV Karsinogenik
Agar terbentuk NPC mula-mula dibutuhkan infeksi laten dan litik EBV
yang diduga disokong oleh perubahan genetik yang dapat diidentifikasi
pada epitel nasofaring premalignan(merangsang perubahan epitel
nasofaring).
Setelah itu infeksi laten dan litik terjadi menghasilkan produk-
produk tertentu Virus EBV menginfeksi sel NPC secara laten. Virus ini
kemudian memasuki fase infeksi litik yang produktif barulah ekspansi
klonal dan transformasi sel epitel nasofaring premalignan menjadi sel
kanker.
Selain faktor genetik, faktor lingkungan berupa konsumsi karsinogen
dalam diet pada masa kanak-kanak juga dapat mengakibatkan akumulasi
dari lesi genetik dan peningkatan risiko NPC. Selain diet, faktor-faktor
lainnya adalah pajanan zat-zat kimia pada pekerjaan, misalnya
formaldehida dan debu kayu yang mengakibatkan inflamasi kronis di
nasofaring.
GAMBARAN KLINIS
KARSINOMA NASOFARING
5 signs
Neck sign
Ear sign
Nose sign
Eye sign
Cranial
sign
Gejala dan Tanda
CT-Scan
• Tidak dapat membedakan mukosa
normal dgn tumor std awal
• Std lanjut penyebaran tumor
MRI
• Untuk tumor yang masih kecil (T 1) ,
perubahan mukosa tidak bisa/sulit
dibedakan dari mukosa normal.
• Otitis media serosa kronik atau MRI
limadenopati serfikal perhatikan
benar bentuk mukosa di fosa rosenmuller,
adakah perbedaan antara sinistra dan
dextra.
• Menentukan locoregional metastase
Diagnosis
Anamnesis & pemeriksaan fisik
Endoskopi
• Melihat langsung mukosa yg dicurigai tumor
• Inflamasi, sekret mukopurulen dipermukaan mukosa, perbedaan
penampilan mukosa kanan dan kiri
Pemeriksaan penunjang: CT – scan (lokasi tumor); perluasan tumor :
foto polos thorax, usg abdomen, bone survey
Pemeriksaan serologi Ig A anti EA dan Ig A anti VCA untuk infeksi
virus E-B
Diagnosis Pasti biopsi nasofaring; hasil histopatologi (WHO):
- Tipe I : karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
- Tipe II : karsinoma tidak berkeratinisasi
- Tipe III : karsinoma tidak berdiferensiasi
Histopatologi
WHO 1 :
Ca sel skuamosa berkeratin jembatan
intrasel dan pembentukan keratin yg
mencolok WHO 1
WHO 2 :
Ca sel skuamosa non keratin
ciri khas tahap maturasi definitif
dari epitel skuamosa.
WHO 2
WHO 3 :
Undifferentiated carcinoma
WHO 3
Pasien nonsimtomatik dgn serologi (+) berpeluang besar didiagnosis
KNF. Utk diagnosis pasti perlu konfirmasi dg pemeriksaan
histopatologik.
IgA VCA range : ≤ 0,8 negatif ; 0,8 – 1 borderline ; ≥ 1,1 positif
IgA EA range : ≤ 0,8 negatif ; 0,8 – 1 borderline ; ≥ 1,1 positif
Fungsi :
Mendeteksi dan menentukan jumlah IgA antibodi EBV VCA
di serum dan plasma membantu menegakkan diagnosis
Sbg tumor marker kasus remisi dan relaps
Stadium
Penentuan stadium dengan sistem TNM menurut UICC:
T= tumor primer
T0 = tidak tampak tumor
T1 = tumor terbatas di nasofaring
T2a = tumor meluas ke orofaring dan / atau rongga hidung, tanpa parafaring
T2b = disertai perluasan ke parafaring
T3 = tumor menginvasi strutur tulang dan atau sinus paranasal
T4 = perluasan intrakranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang
mastikator
N = pembesaran kelenjar getah bening regional
N0 = tidak ada pembesaran
N1 = unilateral ukuran terbesar ≤ 6cm di atas fossa
supraklavikula
N2 = bilateral ukuran terbesar ≤ 6 cm di atas fossa
supraklavikula
N3 = bilateral ukuran terbesar ≥ 6 cm atau terletak di
dalam fossa supraklavikula; N3a : ukuran ≥ 6 cm ; N3b :
di dalam fossa supraklavikula
M = metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a, T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IV A T4 N0,N1,N2 M0
Stadium IV B semua T N3 M0
Stadium IV C semua T semua N M1
Penatalaksanaan
Stadium I : Radioterapi
Stadium II&III : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N< 6cm : Kemoradiasi
Stadium IV dengan N > 6 cm : Kemoradiasi dosis
penuh dilanjutkan kemoradiasi
Pembedahan diseksi leher radikal benjolan di
leher yang tidak hilang dengan radioterapi; dengan
syarat sudah tidak ada tumor primer& tidak ada
metastasis jauh
Follow up s/d 10 tahun setelah terapi;
rekurensi sering < 5th ; 5-10 th : 5-15%
Tumor Ganas Rongga Mulut
Etiologi : faktor merokok & alkohol, memamah sirih & tembakau, higiene
mulut
Tersering usia lanjut
Menjalar melalui limfogen (submental & submandibula)
Diagnosis:
- Gejala : otalgia, odinofagia, disfagia, trismus
- Tanda : leukoplakia dan eritroplakia yang tidak menghilang dengan
pengobatan biasa; Palpasi : massa dengan permukaan tidak
rata(ulkus) disertai nyeri; pembesaran limfonodi leher
- Biopsi langsung pada massa tumor 95 % Ca sel skuamosa
Pemeriksaan penunjang :
- CT –scan perluasan tumor ke tulang (adanya kerusakan)
- Ro thorax, uji fungsi hati, scan tulang metastasis
Stadium Tumor
Tumor Primer (T)
T1 = diameter ≤ 2cm
T2 = diameter 2- 4 cm
T3 = diameter > 4 cm
T4 = tumor menyerang korteks tulang; otot- otot lidah lebih dalam, sinus
maksila dan kulit
Kelenjar Limfa regional (N)
- N0 = tidak teraba pembesaran kelenjar
- N1 = diameter ≤ 3 cm unilateral
- N2a = diameter 3-6 cm unilateral;N2b=diameter
<6cm pada beberapa kelenjar (multipel)
unilateral; N2c = < 6cm bilateral atau kontraleral
- N3 = diameter > 6cm
Metastasis (M)
- Mo = tidak ada metastasis jauh
-M1 = terdapat metastasis jauh
Penatalaksanaan
Pembedahan :
- laringektomi total
- Laringektomi parsial
- Diseksi leher radikal jika metastasis ke kelenjar limfe leher
Rehabilitasi Suara pasca Laringektomi vibrator yg ditempel di
daerah submandibula/ esofageal speech