Anda di halaman 1dari 28

SINONASAL CARCINOMA

Pembimbing : dr. Heri Kabulah, Sp. THT-KL (K)


ANATOMI
EPIDEMIOLOGI
• Karsinoma rongga hidung dan sinus paranasal mencapai 0,2- 0,8% dari semua
neoplasma ganas
• Enam puluh persen dari tumor sinonasal berasal dari sinus maksila, 20-30%
dalam rongga hidung, 10-15% dalam sinus etmoid, dan 1% di sinus sfenoid dan
frontal
• Data American Cancer Society tahun 2018, kejadian keganasan kavum nasal
dan sinus paranasal sebanyak 2000 penduduk per tahun. Negara Asia dilaporkan
memiliki prevalensi tertinggi, terutama di Jepang yaitu 2 per 10.000 penduduk
per tahun
ETIOLOGI
• Riwayat sinusitis kronis, polip hidung, penggunaan sediaan obat
hidung, merokok, riwayat pekerjaan kayu, kulit dan pemurnian
nikel
• Faktor penyebab hexavalent chromium 2, asap las, arsenik,
minyak mineral, pelarut organik, dan debu tekstil
TANDA DAN GEJALA

Gejala timbul setelah tumor membesar, mendorong atau hingga menembus dinding tulang
dan meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi atau orbita.

• Gejala Nasal : berupa obstuksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya


sering bercampur darah atau terjadi epistaksis deformitas
• Gejala Orbital : diplopia, proptosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia,
gangguan visus dan epifora
• Gejala Oral : penonjolan atau ulkus di palatum atau prosessus alveolaris
• Gejala Fasial : penonjolan di pipi, nyeri, anastesia atau parestesia
• Gejala Intrakranial : sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus
DIAGNOSIS
• ANAMNESIS

• hiperestesia atau anestesia di daerah pipi


• radang di daerah muka
• keluhan gigi goyang, adakah gigi palsu yang tidak terfiksasi dengan baik lagi
• penglihatan ganda
• nyeri kepala
• gangguan penciuman
• PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi wajah pasien asimetri, atau proptosis
• Palpasi gusi rahang atas dan palatum  nyeri tekan, penonjolan, gigi goyah
• Pemeriksaan KGB
• Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior : permukaan licin > tumor
jinak, rapuh dan mudah berdarah, > tumor ganas
• PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Foto polos
• Ct scan
• MRI
• Positron emission tomography (PET) sering untuk keganasan kepala dan
leher untuk staging dan surveillance.
• Endoskopik
• PEMERIKSAAN PATOLOGI

• Histopatologi
TUMOR GANAS

• Karsinoma sel skuamosa

• berasal dari epitel mukosa rongga hidung atau sinus paranasal yang mencakup
keratinisasi dan jenis non- keratinisasi.
• Sinus maksila (65%-80%)
• Sinus etmoid (15%-25%)
• Nasal cavity / rongga hidung (24%)
• Sinus sfenoid dan frontal jarang terkena
• Gejala : hidung terasa penuh, hidung tersumbat, atau obstruksi; epistaksis;
rinorea; rasa nyeri; parestesia; kepenuhan atau pembengkakan pada hidung atau
pipi atau tonjolan palatal
• rapuh, berdarah, terutama berupa nekrotik, atau indurated, demarcated atau
infiltratif
• Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
• histologis diferensiasi skuamosa, dalam bentuk keratin ekstraseluler atau keratin intraseluler (sitoplasma merah muda,
sel dyskeratotic) atau intercellular bridge
• Sel tumor umumnya berikatan satu sama lainnya dan membentuk seperti susunan ubin mozaik
• Non- Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

• ditandai dengan plexiform atau ribbon-like pattern.


• Undifferentiated Carcinoma

• Jarang ditemukan
• Terdapat gejala pada hidung/ sinus paranasal : sumbatan hidung, epitaksis, proptosis, pembengkakan
periorbital, diplopia, nyeri wajah, dan gejala pada saraf cranial
• mikroskopik berupa proliferasi hiperselular dengan pola pertumbuhan yang bervariasi, termasuk
trabekular, pola seperti lembaran, pita, lobular, dan organoid.
• Limfoma Maligna
• infiltrat limfomatosa difus yang meluas ke mukosa nasal dan sinus paranasal
• Nekrosis koagulatif luas dan apoptotic bodies
• ADENOKARSINOMA
• Sering ditemukan pada laki-laki dengan usia antara 40 hingga 70 tahun
• Sering ditemukan pada sinus maksilaris dan etmoid

(A) Adenocarcinoma pada cavum nasi dekstra (panah putih). (B) Gambaran Histopatologi yang khas pada adenocarcinoma : struktur glanduler yang back-to-back
• MELANOMA MALIGNA
• Massa polipoid berwarna keabu-abuan atau hitam kebiru- biruan pada 45% kasus.
• Sering ditemukan pada daerah posterior septum nasal diikuti dengan turbinate medial dan inferio
KLASIFIKASI TNM DAN SISTEM STAGING
• Tumor Primer (T)

Sinus maksilaris

TX : Tumor primer tidak dapat ditentukan

T0 : Tidak tampak tumor primer

Tis : Karsinoma in situ

T1: Tumor terbatas pada mukosa sinus maksilaris tanpa erosi dan destruksi tulang

T2 : Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga palatum dan atau meatus media tanpa melibatkan
dinding posterior sinus maksilaris dan fossa pterigoid

T3 : Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus maksilaris, jaringan subkutaneus, dinding dasar dan medial
orbita, fossa pterigoid, sinus etmoidalis
T4a : Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi, fossa pterigoid, fossa
infratemporal, fossa kribriformis, sinus sfenoidalis atau frontal

T4b : Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, duramater, otak, fossa kranial
medial, nervus kranialis selain dari divisi maksilaris nervus trigeminal V2, nasofaring atau
klivus
Kavum Nasi dan Sinus Etmoidalis

T1 : Tumor terbatas pada salah satu bagian dengan atau tanpa invasi tulang.

T2 : Tumor berada di dua bagian dalam satu regio atau tumor meluas dan melibatkan daerah
nasoetmoidal kompleks, dengan atau tanpa invasi tulang.

T3 : Tumor menginvasi dinding medial atau dasar orbita, sinus maksilaris, palatum atau
fossa kribriformis.

T4a :Tumor menginvasi salah satu dari bagian anterior orbita, kulit hidung atau pipi, meluas
minimal ke fossa kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus sfenoidalis atau frontal.

T4b :Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, dura, otak, fossa kranial medial, nervus
kranialis selain dari V2, nasofaring atau klivus
• Metastasis ke kelenjar limfa leher regional dikatagorikan dengan :

N0 : Tidak ditemukan metastasis ke kelenjar limfa leher regional


N1 : Metastasis ke kelenjar limfa leher dengan ukuran diameter terbesar kurang atau sama
dengan 3 sentimeter
N2 : Diameter terbesar lebih dari 3 sentimeter dan kurang dari 6 sentimeter
N3 : Diameter terbesar lebih dari 6 sentimeter

M0 : Tidak ada metastasis


M1 : Ada metastasis
PENATALAKSANAAN

• Operasi (Surgical resection) : • Rinotomi lateral


• Rehabilitasi • Maksilektomi parsial

• Radiasi • Maksilektomi total

• Kemoterapi • Maksilektomi total + eksenterasi bulbi


PROGNOSIS

• Pada umumnya prognosis kurang baik


• Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis :
perbedaan diagnosis histologi, asal tumor primer,
perluasan tumor, pengobatan yang diberikan
sebelumnya, status batas sayatan, terapi ajuvan yang
diberikan, status imunologis, lamanya follow up
LETAK TUMOR & PROGNOSISNYA

Suprastruktur

Mesostruktur

Infrastruktur

Sebileau’s Three Planes Ohngren’s Plane


Level I ke level II prognosis makin jelek Anterior prognosisnya baik
Posterior prognosisnya jelek
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai