Gejala timbul setelah tumor membesar, mendorong atau hingga menembus dinding tulang
dan meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi atau orbita.
• Foto polos
• Ct scan
• MRI
• Positron emission tomography (PET) sering untuk keganasan kepala dan
leher untuk staging dan surveillance.
• Endoskopik
• PEMERIKSAAN PATOLOGI
• Histopatologi
TUMOR GANAS
• berasal dari epitel mukosa rongga hidung atau sinus paranasal yang mencakup
keratinisasi dan jenis non- keratinisasi.
• Sinus maksila (65%-80%)
• Sinus etmoid (15%-25%)
• Nasal cavity / rongga hidung (24%)
• Sinus sfenoid dan frontal jarang terkena
• Gejala : hidung terasa penuh, hidung tersumbat, atau obstruksi; epistaksis;
rinorea; rasa nyeri; parestesia; kepenuhan atau pembengkakan pada hidung atau
pipi atau tonjolan palatal
• rapuh, berdarah, terutama berupa nekrotik, atau indurated, demarcated atau
infiltratif
• Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
• histologis diferensiasi skuamosa, dalam bentuk keratin ekstraseluler atau keratin intraseluler (sitoplasma merah muda,
sel dyskeratotic) atau intercellular bridge
• Sel tumor umumnya berikatan satu sama lainnya dan membentuk seperti susunan ubin mozaik
• Non- Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
• Jarang ditemukan
• Terdapat gejala pada hidung/ sinus paranasal : sumbatan hidung, epitaksis, proptosis, pembengkakan
periorbital, diplopia, nyeri wajah, dan gejala pada saraf cranial
• mikroskopik berupa proliferasi hiperselular dengan pola pertumbuhan yang bervariasi, termasuk
trabekular, pola seperti lembaran, pita, lobular, dan organoid.
• Limfoma Maligna
• infiltrat limfomatosa difus yang meluas ke mukosa nasal dan sinus paranasal
• Nekrosis koagulatif luas dan apoptotic bodies
• ADENOKARSINOMA
• Sering ditemukan pada laki-laki dengan usia antara 40 hingga 70 tahun
• Sering ditemukan pada sinus maksilaris dan etmoid
(A) Adenocarcinoma pada cavum nasi dekstra (panah putih). (B) Gambaran Histopatologi yang khas pada adenocarcinoma : struktur glanduler yang back-to-back
• MELANOMA MALIGNA
• Massa polipoid berwarna keabu-abuan atau hitam kebiru- biruan pada 45% kasus.
• Sering ditemukan pada daerah posterior septum nasal diikuti dengan turbinate medial dan inferio
KLASIFIKASI TNM DAN SISTEM STAGING
• Tumor Primer (T)
Sinus maksilaris
T1: Tumor terbatas pada mukosa sinus maksilaris tanpa erosi dan destruksi tulang
T2 : Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga palatum dan atau meatus media tanpa melibatkan
dinding posterior sinus maksilaris dan fossa pterigoid
T3 : Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus maksilaris, jaringan subkutaneus, dinding dasar dan medial
orbita, fossa pterigoid, sinus etmoidalis
T4a : Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi, fossa pterigoid, fossa
infratemporal, fossa kribriformis, sinus sfenoidalis atau frontal
T4b : Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, duramater, otak, fossa kranial
medial, nervus kranialis selain dari divisi maksilaris nervus trigeminal V2, nasofaring atau
klivus
Kavum Nasi dan Sinus Etmoidalis
T1 : Tumor terbatas pada salah satu bagian dengan atau tanpa invasi tulang.
T2 : Tumor berada di dua bagian dalam satu regio atau tumor meluas dan melibatkan daerah
nasoetmoidal kompleks, dengan atau tanpa invasi tulang.
T3 : Tumor menginvasi dinding medial atau dasar orbita, sinus maksilaris, palatum atau
fossa kribriformis.
T4a :Tumor menginvasi salah satu dari bagian anterior orbita, kulit hidung atau pipi, meluas
minimal ke fossa kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus sfenoidalis atau frontal.
T4b :Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, dura, otak, fossa kranial medial, nervus
kranialis selain dari V2, nasofaring atau klivus
• Metastasis ke kelenjar limfa leher regional dikatagorikan dengan :
Suprastruktur
Mesostruktur
Infrastruktur