Anda di halaman 1dari 35

Karsinoma

Nasofaring
Pembimbing: dr. Heri Kabullah, Sp.THT-
KL

Oleh: Bagas Fairusyah


Definisi:
Tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring yang melapisi permukaan nasofaring.
Insidensi:
: = 3:1
Umur rata-rata= 30-50 tahun
Ras mongoloid
Insiden tertinggi Cina
selatan (Termasuk Hongkong)
7000-8000 kasus per tahun di
Indonesia (Depkes 1980)
Etiologi

Penyebab belum jelas, diduga dipengaruhi :


Faktor genetik
Faktor virus : Epstein Barr Virus (EBV)

buktinya dengan ditemukan :


1. antibody terhadap antigen EBV dalam serum.
2. antigen inti EBV dalam sel tumor nasofaring
3. DNA EBV pada jaringan kanker nasofaring
4. mRNA EBV di sel kanker nasofaring
Etiologi
Faktor lingkungan
karsinogen lingkungan dapat sebagai
kofaktor atau promotor timbulnya KNF
- ikan atau udang yang diawetkan
- rokok (49,38%) meningkatkan resiko 2-6
kali, alkohol
- makanan yang pedas atau panas
- jamu, kondisi lingkungan yang buruk
- gizi yang kurang (defisiensi vit A,B,C,E)
Anatomi :
Nasofaring = Rinofaring = Epifaring :

Ruang yang terletak


- di bawah tengkorak,
- di belakang kavum
nasi,
- di atas palatum.
Batas :
Anterior : koane / nares
posterior
Posterior : setinggi kolumna
vertebra C1-2
Inferior : dinding atas
palatum mole
Superior : basis kranii (os
occipital & sfenoid)
Lateral : fossa
Rosenmlleri, tuba
eustachius kanan & kiri
fossa Rossenmlleri resesus faringealis
epitel peralihan : epitel berlapis pipih & epitel silindris
bersilia.
foramen laserum, lubang Infiltrasi ke
endocranium
Foramen jugulare, sindrom Jackson
penyebaran ke kelenjar faring lateral di dan
sekitar selubung karotis atau jugularis pada
ruang retroparotis akan menyebabkan
kerusakan saraf otak ke IX, X, XI dan XII
Histologi :
Mukosa nasofaring dibentuk oleh epitel :
Epitel berlapis silindris bersilia yang ke arah orofaring akn
berubah menjadi epitel gepeng berlapis.
Epitel berlapis pipih pada sebagian besar dinding
belakang nasofaring, sisanya epitel selapis silindris
bersilia.
Epitel peralihan (transitional ephitelium)didapatka
diantara epitel-epitel diatas dan terutama didinding
lateral didaerah fosa rosenmuller.
Lokalisasi :

Fossa Rossenmlleri
(tersering)
Sekitar tuba
Eustachius
Dinding belakang
nasofaring
Atap nasofaring
Klasifikasi WHO (1982)
Tipe WHO 1 : (17,91%)
1. Termasuk Squamous
Cell Carsinoma
(SCC)
2. Diferensiasi baik
sampai sedang
3. Sering exophitik
Tipe WHO 2 :
(10,45%)
1. Termasuk
KarsinomaNon
Keratinisasi
(KNK)
2. Paling banyak
variasi
3. Menyerupai
Tipe WHO 3 : (71,64%)
Karsinoma Tanpa Diferensiasi (KTD)
Termasuk, antara lain : karsinoma anaplastik, clear cell ca,
varian sel spindel
Lebih radiosensitif prognose lebih baik
KLASIFIKASI TNM
T : menggambarkan keadaan tumor (Primarry Tumor)
T1 : terbatas pada nasofaring
T2 : meluas ke orofaring dan/atau fossa nasal
T2a : tanpa perluasan ke parafaring
T2b : dengan perluasan ke parafaring
T3 : invasi ke struktur tulang dan/atau sinus
paranasal
T4 : tumor meluas ke intrakranial dan/atau
mengenai saraf otak, fossa intratemporal,
hipofaring atau orbita
N : menggambarkan keadaan kelenjar limfe
regional
N0 : tidak ada pembesaran kelenjar
N1 : pembesaran kelenjar ipsilateral < 6cm
N2 : pembesaran kelenjar bilateral < 6cm
N3 : pembesaran kelenjar > 6cm atau
ekstensi ke supraclavicular

M : menggambarkan metastasis jauh


M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
Stadium :
Stadium I Stadium IIA

T1, N0, M0 T2a, N0, M0


Stadium IIB Stadium III

T1, N1, M0
T2a, N1, M0 T1-2, N2, M0
T2b, NO-1, MO T3, N0-2, M0
Stadium IVA Stadium IVB

T4, N0-2, M0 Semua T, N3, M0


Stadium IVC

Semua T, semua N, M1
Gejala Klinis
Gejala Dini
Gejala Telinga
Oklusi Tuba Eustachius (Anterior dari fossa
rosenmuller), dapat menekan tuba hingga oklusi
muara tuba Tinnitus, Otitis Media, Nyeri,
Penurunan pendengaran.
Gejala Hidung
Epistaksis, dinding tumor yang rapuh dan
mengandung pembuluh darah mudah pecah walau
dengan iritasi ringan Pilek bercampur darah
Penyumbatan hidung akibat pertumbuhan tumor,
menutupi koana unilateral / bilateral
Gejala Lanjut
Gejala Mata: Menekan N. craniales III,IV, dan VI
(Paling sering N. VI Strabismus, Diplopia. Bila
semua N. penggerak bola mata terkena
Oftalmoplegia)

Gejala Kranial: Tumor meluas ke intrakranial dan


menekan saraf kranialis lain. Penekanan N. V
hipestesi pipi dan wajah hingga Trigeminal
Neuralgia. Nyeri kepala, akibat peningkatan TIK.
Susah menelan. Afoni.
Sindrom Jugular Jackson (Sindroma
Retroparotidean) bila mengenai N. IX,
X, XI, dan XII Berupa kelumpuhan
pada lidah, palatum, faring/laring,
M.Sternocleidomastoideus, dan
M.Trapezius.

Trias Trotter: Tuli konduktif, Elevasi dan


imobilitas Soft Palate, Nyeri wajah dan
lateral leher (Ggg N.V)
Metastase KGB: Pembesaran KGB
leher dapat tunggal,
multipel/berdungkul, kecil sampai
besar. Khasnya benjolan terletak
dibawah prosesus mastoid,
dibelakang angulus mandibula dan
sebelah medial M.sternokleidomastoid
Trias Gejala

Gejala Telinga Gejala Telinga


Gejala Hidung
Gejala Hidung
Gejala
Tumor Leher Intrakranial

Gejala
Intrakranial
Gejala Hidung
Tumor Leher
Diagnosa
Anamnesa : Usia , Gejala klinik
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : wajah, mata, rongga mulut, leher
Palpasi : pembesaran KGB leher
RA, RP, Laryngoscopi
Pemeriksaan Penunjang :
X-foto, CT-scan, MRI
Diagnosa pasti :
Biopsi
Histopatologi :
Bentuknya adalah bentuk epidermoid carcinoma
:
a. Well differentiated epidermoid ca:
- berkeratinisasi
- non keratinisasi
b. Undifferentiated epidermoid ca :
- transisional
- lympoepitelioma
c. Adenocystic carcinoma
Diagnosa Banding
TBC Nasofaring
Adenoid persistent
Angiofibroma Nasofaring Juvenillis
Tumor neurogenik
Terapi :
Stadium 1 Radioterapi
Stadium 11 dan 111 Kemoradiasi
Stadium IV dgn N < 6cm Kemoradiasi
Stadium IV dgn N>6cm kemoterapi dosis penuh
dilanjutkan kemoradiasi
Follow up: rekurensi 5-10 thn
penderita di followup setidaknya 10 thn setelah terapi
Pencegahan : vaksinasi
Tatalaksana
RADIOTERAPI
Merupakan pilihan pertama (Tumor bersifat radiosensitif) baik
dengan atau tanpa kemoterapi
Radiasi eksterna dengan pesawat kobalt (Co60) atau dengan
Linear accelerator (Linac)
Radiasi jaringan ionisasi Air dan elektrolit ion H+ dan OH-
yg reaktif bereaksi dengan molekul DNA dalam kromosom:
DNA double helix pecah
Perubahan cross linkage rantai DNA
Perubahan basa DNA degenerasi dan kematian sel tumor

Dosis letal dan kemampuan


reparasi sel kanker lebih rendah
Dosis 4000 rad (Tanpa metas)
dari sel normal sel kanker lebih
hingga 7000 rad (dengan metas)
banyak yg mati dbanding sel
normal
Kemoterapi
Sebagai terapi tambahan, dan meningkatkan hasil terapi.
Terutama pada stadium lanjut atau keadaan kambuh.
Indikasi
Kanker masih ada (Biopsi masih positif)
Kemungkinan kanker masih ada (walau tidak ada bukti mikroskopis)
Tumor dengan derajat keganasan tinggi (Tinggi resiko kambuh)

1. neoadjuvant atau induction chemotherapy (yaitu


pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi)
2. concurrent, simultaneous atau concomitant
chemoradiotherapy (diberikan bersamaan dengan
penyinaran atau operasi)
3. post definitive chemotherapy (sebagai terapi tambahan
paska pembedahan dan atau radiasi )
Pembedahan
Radical Neck Disection dan Nasopharyngectomy
Dilakukan bila masih ada sisa kelenjar pasca
radiasi, atau ada kelenjar dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih
(Dibuktikan dengan serologi, radiologi)
Merupakan terapi paliatif
Imunoterapi
Vaksin terhadap EBV
Masih tahap penelitian
Prognosa
Umumnya penderita datang pada stadium III/ IV
prognosa buruk.
Stadium dini 5 ysr : 70-80%
Stadium lanjut 5 ysr : 15-25% , 50% meninggal dalam
tahun pertama pengobatan.
Angka bertahan hidup dlm 1 tahun
I : 100%
II : 86,73%
III :71,67%
IV : 41,60%
Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor,
seperti :
Stadium yang lebih lanjut.
Usia lebih dari 40 tahun
Laki-laki dari pada perempuan
Ras Cina dari pada ras kulit putih
Adanya pembesaran kelenjar leher
Adanya kelumpuhan saraf otak adanya
kerusakan tulang tengkorak
Adanya metastasis jauh

Anda mungkin juga menyukai