Anda di halaman 1dari 31

CENTER’S

MANAGE
MENT
RESPONSI

SYSTEM
MORBUS HANSEN TIPE MB
Pembimbing :
dr. Lukman Ariwibowo, M.Sc, Sp.KK
Here is where your
Penyusun : presentation begins
Moh. Abdul Frengki (20190420315)
Anamnesis
Identitas Pasien Keluhan Utama
Nama : Tn. P Pasien datang ke Puskesmas

Jenis kelamin : Laki-laki dengan keluhan bercak-bercak

Umur : 40 Tahun  merah pada badan yang tidak

Alamat : Rungkut terasa gatal, namun hilang rasa.

Status : menikah Keluhan Lain


Pekerjaan : karyawan swasta  Tidak ada
Agama :x
Tanggal Pemeriksaan  : 15 Februari 2021
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan dengan keluhan bercak-bercak merah pada dada
sebelah kanan dan lengan atas kanan yang tidak terasa gatal, namun hilang rasa. Keluhan
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu di mana bercak-bercak merah semakin meluas dan
bertambah namun tidak ada keluhan gatal maupun nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat kelainan serupa : (-)
Riwayat penyakit kulit lain : (-)
Riwayat DM, HT : (-)
Riwayat Alergi Riwayat Psikososial
Riwayat alergi obat : (-) • Pasien mandi teratur 2x sehari
Riwayat alergi makanan/minuman : (-) • Pasien tidak merokok, tidak
mengonsumsi alkohol

Riwayat Pengobatan • Pasien menggunakan handuk sendiri

• Baru pertama kali pergi berobat tidak bergantian

• Tetangga berobat tetapi beda puskesmas • Pasien memiliki tetangga dengan


keluhan serupa dan diobati juga tetapi
dipuskesmas lain
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (GCS 4-5-6)
Status Gizi : Baik
BB : 60 kg
TB : 165 cm
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pulserate : 80x per menit
Respiratory rate : 20x per menit
Suhu : 36.9 C
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Dermatologis

Lesi berupa papul dan plak hiperpigmentasi


yang multipel dengan area tengah tampak
punchout (sembuh/normal) , berbatas tegas
dengan tepi aktif
Sensibilitas Lesi
• Panas/dingin : tidak terasa
• Tajam/tumpul : tidak terasa
• Raba : tidak terasa

Pembesaran Saraf
• n. Auricularis magnus dextra: +
• n. Ulnaris dextra :+
Pemeriksaan Saraf
Fungsi sensorik dan motorik
• Tidak ada gangguan
Pemeriksaan Penunjang
• Zhiel Nielsen  BTA (+)  IB +3, IM 38 %

Diagnosis
Morbus Hansen Tipe Multibasiler (MB)

Diagnosis Banding
Psoriasis, pityriasis versicolor, vitiligo
Tata laksana
Medikamentosa Non Medikamentosa
Oral : - Pengobatan bulanan: hari pertama • Disarankan istirahat yang cukup
(obat diminum didepan petugas) • Memberikan informasi pada pasien bahwa penyakit
2 kapsul rifampisin 300 mg (600 mg) kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
3 tablet lampren 100mg (300 mg) dan dapat menular bila terjadi kontak dalam waktu lama
1 tablet dapson/DDS 100 mg (beberapa tahun), pentingnya pengobatan.
Pengobatan harian: hari ke 2-28 • Memberikan edukasi kepada pasien untuk segera datang
1 tablet lampren50 mg ke pelayanan kesehatan jika lesi yang ada menjadi lebih
1 tablet dapson/DDS 100 mg merah, bengkak, disertai kehilangan fungsi dan timbul
lesi baru.
Planning Monitoring ● PROGNOSIS
• Keluhan penderita berkurang, tetap atau makin ● Dubia ad bonam jika terapi dilakukan
bertambah berat. dengan disiplin dan teratur
• Durasi dan selesainya pengobatan

Planning Edukasi
• Menganjurkan kepada pasien untuk kontrol secara
teratur.
• Mengingatkan penderita meminum obat secara
teratur dan disiplin agar proses penyembuhan
dapat berjalan lancar.
Definisi

• Kusta atau morbus hansen merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraseluler.
• Penyakit ini menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, kemudian selanjutnya dapat
menyerang kulit, lalu menyebar ke organ lain kecuali susunan saraf pusat
Epidemiologi
• Brazil, India, dan Indonesia  menyumbang 80% kasus global
• Pada tahun 2016  214,783 kasus baru dari 143 negara
dengan Asia Tenggara sebagai regio dengan insiden kusta
tertinggi (161,263 kasus)
• Distribusi di indonesia telah mencapai status eliminasi kusta
namun tidak semua bagian di 10 provinsi di Indonesia
(Sulawesi, Maluku, Papua)
Etiologi

Etiologi  M. leprae
• Bakteri aerob, tidak berspora, batang, membran sel lilin, bisa
berkelompok (globi) atau sendiri
• Obligat intraseluler dan tahan asam  BTA
• Tidak dapat dikultur
• Terdapat pada manusia, armadillo
• Dapat bertahan berbulan-bulan diluar tubuh
Patogenesis
Mycobacterium Peningkatan Sistem Imun
Leprae jumlah bakteri Seluler
dan infeksi

Memasuki Tipe Tipe


Tubuh Limfosit dan Pausibasiler Multibasiler
makrofag

Migrasi dari
jaringan saraf ke
Sel Schwan Penurunan
sensasi
Klasifikasi
Menurut Ridley Jopling (1962) Menurut WHO (1995)

• Tuberkuloid (TT) • Paucibacillary (PB)

• Borderline Tuberkuloid (BT) BT, TT

• Mid-borderline (BB) • Multibacillary (MB)

• Borderline Lepromatous (BL) BB, BL, LL

• Lepromatosa (LL)

Didasarkan oleh karakteristik lesi dan


BTA  di lapangan tidak ada
pemeriksaan BTA  klasifikasi WHO
Klasifikasi
Lesi TT BT BB BL LL
Jumlah Biasanya Sedikit (s/d 10) Beberapa (10- Banyak asimetris (>30) Tidak terhitung,
Tunggal (s/d 3) 30) simetris
Ukuran Bervariasi, Bervariasi, beberapa Bervariasi Kecil, beberapa dapat Kecil
umumnya besar besar besar
Permukaan Kering dengan Kering dengan Kusam atau Mengkilap Mengkilap
skuama skuama, terlihat sedikit
cerah, terdapat mengkilap
infiltrat
Sensasi Hilang Menurun dengan Menurun Sedikit menurun Normal atau menurun
jelas sedang minimal
Pertumbuhan rambut Tidak ada Menurun dengan Menurun Sedikit menurun Normal pada tahap
jelas sedang awal
BTA Negatif Negatif atau sedikit Jumlah sedang Banyak Banyak sekali
termasuk globi
Reaktivitas Lepromin Positif kuat (++ Positif lemah (+ atau Negatif atau Negatif Negatif
+) ++) positif lemah
Manifestasi Klinis
Manifestasi Pada Saraf
• Keterlibatan saraf merupakan karakteristik dari penyakit kusta
• Secara sensorik  biasanya ditemukan lesi anastetik pada PB dan
kusta borderline serta neuropati stocking-glove pada LL
• Secara motorik  kelemahan dan atrofi otot
• Biasanya juga terdapat pembesaran pada beberapa saraf
• Dapat berlangsung bertahun-tahun setelah pengobatan dan harus
selalu dimonitor
Pemeriksaan Fungsi Saraf Tepi
Mengenai saraf perifer yang perlu diperhatikan ialah
pembesaran, konsistensi, penebalan,
dan nyeri tekan. Beberapa saraf superfisial yang dapat dan
perlu diperiksa, yaitu :
N. Fasialis
N. aurikuralis magnus
N. radialis
N. ulnaris
N. medianus
N. Peroneus komunis
N. tibialis posterior
Manifestasi Klinis
Manifestasi Lain
• Mata  intraokular dan esktraokular
• Hidung  kongesti nasal, epistaksis, saddle nose
• Testis  orkitis, difungsi testis, infertil
• Rambut  madarosis
• Wajah  fasies leonina
• Gangguan fungsi ginjal dan hepar
• Gangguan psikologi
No. Gejala/ tanda Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2
1. Tipe kusta Dapat terjadi pada kusta tipe Hanya pada kusta tipe MB
PB maupun MB
2. Waktu Biasanya dalam 6 bulan Biasanya setelah mendapat
timbulnya pertama pengobatan pengobatan yang lama umumnya
lebih dari 6 bulan.
3. Keadaan umum Umumnya baik, demam Ringan hingga berat disertai
ringan (subfebris), atau kelemahan umum dan demam
tanpa demam tinggi
4. Radang di kulit Bercak kulit lama menjadi Timbul nodul kemerahan, lunak
lebih meradang (merah),
bengkak, berkilat, hangat.
Kadang-kadang hanya pada
dan nyeri tekan, biasanya pada
lengan dan tungkai. Nodus dapat
pecah (ulserasi)
Reaksi Kusta
sebagian lesi. Dapat timbul
bercak bau.
5. Neuritis Sering terjadi, berupa nyeri Dapat terjadi
tekan saraf dan atau
gangguan fungsi saraf. Silent
neuritis (+)
6. Radang mata Anestesi kornea dan Iritis, iridosiklitis, glaukoma, katarak
logaftalmus karena
keterlibatan N. V dan N. VII
7. Edema (+) (-)
ekstremitas
8. Radang Pada Hampir tidak ada Terjadi pada testis, sendi, ginjal,
organ lain kelenjar getah bening.
Diagnosis
Kriteria Diagnosis Klinis
• Diagnosis berdasar temuan satu dari tiga tanda kardinal kusta:
1. Kelainan kulit yang khas kusta, dapat berbentuk hipopigmentasi/eritema yang anastesi
2. Penebalan saraf perifer dengan gangguan fungsi saraf (sensoris, motoris, otonom)
3. Adanya BTA pada slit-skin smear
• Oleh sebab itu dilakukan
Tes sensibilitas lesi kulit untuk memeriksa fungsi sensoris
Tes tinta parker/tanda gunawan
Pemeriksaan fungsi motoris  bisa dengan VMT
• Apabila hanya tanda kedua  rujuk dokter saraf/spesialis kulit
Pemeriksaan Penunjang

A. Slit-skin smear  pewarnaan BTA dengan Ziehl-neelsen


Dilakukan pada 4-6 situs + Lesi yang paling prominen  dijepit hingga iskemi  irisan
sampai dermis  dioleskan pada gelas  fiksasi dan diwarnai

Indeks Bakteri  kepadatan

1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP 


2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP 
3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP 
4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP 
5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP 
6+ bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP 
Pemeriksaan Penunjang

B. Histopatologis
Diwarnai dengan pewarnaan HE  granulasi, giant cell, sel Virchouw, epitel folikel, dll.
C. Serologi  antibodi anti PGL-1
D. Biopsi  PCR,
Diagnosis banding

Pityriasis
psoriasis vitiligo versicolor
Penatalaksanaan
Farmakologis
Pemakaian regimen MDT-WHO pada pasien secara umum
• MDT merupakan terapi untuk tipe PB maupun MB dengan lebih
banyak kelebihan
• Kelompok yang membutuhkan MDT
Pasien baru
Pasien ulangan  relaps, default, pindah masuk,
ganti tipe
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Pemantauan dan evaluasi pengobatan
• Monitor tanggal pengambilan obat
• Jika telat mengambil  paling lama 1 bulan dilacak
• RFT setelah dosis selesai tepat waktu tanpa pemeriksaan lab keluarkan dari registrasi kohort
• Lakukan pengamatan pada pasien RFT dengan faktor resiko
• Jika default/putus obat  keluargan dari registrasi, ulang  default kedua  lanjutkan
pengobatan
• Relaps MB  pemeriksaan BTA setelah RFT  BTA +2 dari pemeriksaan sebelumnya
• Keadaan khusus  beri beberapa blister langsung dan penyuluhan lengkap
Penatalaksanaan
Non-farmakologi
• Rehab medis  fisioterapi, splint, protese, terapi okupasi
• Rehab non-medis  konseling
• Edukasi pada pasien keluarga dan masyarakat
• Setiap kontrol  lakukan pemeriksaan pencegahan
disabilitas
• Bedah

Rawat inap jika ada indikasi  efek samping obat berat,


reaksi kusta berat, KU buruk
Edukasi
Saat mulai MDT Saat RFT
• Edukasi tentang penyakit • Beri selamat
• Efek samping obat • Bercak kulit bisa menetap
• Tanda dan gejala reaksi kusta • Mati rasa, kelemahan akan menetap
• Disabilitas dapat timbul • Lapor apabila ada gejala lagi
• Perawatan diri harus dilakukan teratur • Beri penjelasan tentang relaps
• Perawatan diri harus tetap dilakukan
PREVENSI
• Vaksin BCG  perlindungan 34-80%
• Jika bisa, minimalkan kontak dengan pasien kusta
• Kebersihan penting

PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam hingga dubia ad malam 
• Quo ad sanactionam : dubia ad bonam hingga dubia ad malam

Prognosis bergantung pada  kondisi pasien dan kepatuhan obat


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai