Anda di halaman 1dari 43

ANDIK FERDIANTORO

6120020022
PRESENTASI PPT

DIAGNOSTIK DAN TATALAKSANA KUSTA

Pembimbing :
dr. Winawati eka putri, Sp. KK

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSI Jemursari Surabaya Kepaniteraan Klinik
2020
Definisi

penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

Definisi mycobacterium
intraselular obligat
leprae yang bersifat

Organ menyerang saraf perifer, kulit dan mukosa,


upper traktus respiratorius, dan organ lain

Kecuali ●
susunan saraf pusat
Mycobacterium Leprae

Ukuran 3-8 µmx Tahan asam dan


0,5 µm alkohol

Positf-gram.
Penularan
belum diketahui secara pasti

anggapan klasik melalui kontak langsung antara kulit yang


lama dan erat


Melalui inhlasi karena kuman dapat
hidup beberapa hari dalam droplet

Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar


keringat, dan ASI, sputum jarang didapatkan di urin


Diagnosis
WHO dalam aisyah 2018
1. Kelainan kulit hipopigmentasi/eritematus
dengan anasthesia
2. Kelainan saraf tepi: penebalan saraf tepi
dengan gangguan fungsi saraf tepi
3. Ditemukannya BTA pada pemeriksaan
bakteriologis
Diagnosis
• Gambaran Klinis (penting dan sederhana)
• Bakterioskopis (15-30 menit)
• HistoPA (10-14 hari)
• Serologis
• Tes lepromin (mitsuda) untuk menentukan
tipe (3 minggu)
Patogenesis
Kontak

Infeksi
Non infeksi

95% Subklinis

Sembuh Indeterminate
(I) TT: Tuberkuloid polar, stabil
70%
30% Ti: Tuberkuloid indefinite
Determinate
BT: Bordeline tuberkuloid
BB: Mid bordeline
BL: Bordeline Lepromatosa
Li: Lepromatosa indifinite
LL: Lepromatosa polar,
stabil
KLASIFIKASI ZONA SPEKTRUK KUSTA
Ridley dan jopling TT BT BB BL LL
Madrid Tuberkuloid Bordeline Lepromatosa
WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)
Puskesmas PB MB

Multi basiler Pausibasilar


mengandung mengandung
banyak kuman sedikit kuman
(LL,BL dan BB)  (TT,BT dan I) 
BTA positif BTA negatif
PB MB
1. Lesi kulit (makula datar, •1-5 lesi •>5 lesi
papul yang meninggi, •Hipopigmentasi/eritema •Distribusi lebih simetris
nodus) •Distribusi tidak simeteris •Hilangnya sensasi kurang
•Hilangnya sensasi yang jelas
jelas
2. Kerusakan saraf •Hanya satu cabang saraf •Banyak cabang saraf
(hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh saraf
yang terkena)
SIFAT LEPROMATOSA (LL) BORDELINE MID BORDELINE
LEROMATOSA (BL) (BB)
Lesi
•Bentuk Makula,infiltrat Makula, plakat, Plakat, dome-
difus, papul, nodus. papul. shaped (Kubah),
•Jumlah Tidak Sukar dihitung, punched-out.
terhitung,tidak ada masih ada kulit Dapat dihitung, kulit
kulit sehat sehat. sehat jelas ada.
•Distribusi/permuka Simetris/halus Hampir simetris/ Asimetris/agak
an/batas berkilat/tidak jelas. halus berkilat/agak kasar agak
jelas. berkilat/agak jelas.
•Anesthesia Tidak ada sampai Tak jelas. Lebih jelas.
tidak jelas
BTA
•Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
•Sekret hidung banyak Biasanya negatif negatif
Test lepromin negatif negatif negatif
SIFAT TUBERKULOID (TT) BORDELINE INDETERMINATE (I)
TUBERKULOID (BT)
Lesi
•Bentuk Makula saja; makula makula dibatasi Hanya makula.
dibatasi infiltrat infiltrat:infiltrat saja.
•Jumlah Satu dapat Beberapa atau satu Satu atau beberapa.
beberapa. dengan satelit.

•Distribusi/permuka Asimetris/kering simetris/ kering Variasi/halus, agak


an/batas bersisik/jelas bersisik/jelas berkilat/dapat jelas
atau tidak jelas.
•Anesthesia jelas jelas. Jelas
BTA
•Lesi kulit Hampir selalu Negatif atau hanya negatif
negatif positif 1+
Test lepromin Positif kuast (3+) Positif lemah Positif
lemah/negatif
PEMERIKSAAN LESI KULIT
Pemeriksaan rasa raba
• Menggunakan kapas
dengan ujung lancip
• Periksa dari tengah ke
tepi lesi
• Bandingkan dengan
tempat yang normal
Pemeriksaan rasa nyeri
• Menggunakan jarum dengan ujung tajam
Pemeriksaan Rasa suhu
• Menggunakan tabung reaksi yang masing-
masing denga air panas (40 C) dan air dingin
(20 C).
Pensil Tinta
• Goreskan mulai dari tengah lesi ke arah kulit
normal.
• Ada gangguan bila goresan pada kulit normal
akan lebih tebal bila dibandingkan dengan
bagian tengan lesi.
Saraf perifer
• Yang perlu diperhatikan • N. Fasialis, N.aurikularis
adalah pembesaran, magnus, N. radialis,
konsistensi, N.ulnaris, N. Medianus,
ada/tidaknya nyeri N. Poplitea lateralis dan
spontan dan/atau nyeri N. Tibialis posterior.
tekan
• Hanya beberapa saraf
yang dapat dan perlu
diperiksa
Gejala kerusakan saraf
Nervus ulnaris Nervus medianus
• Anestesia pada ujung • Anestesia pada ujung jari
bagian anterior ibu
jari anterior kelingking
jari,telunjuk, dan jari tengah
dan jari manis
• Tidak mampu aduksi ibu jari
• Clawing kelingking dan • Clawing ibu jari, telunjuk
jari manis dan jari tengah
• Atrofi hipotenar dan • Ibu jari kontraktur
otot intraoseus serta • Atrofi otor tenar dan kedua
kedua otot lumbrikalis otot lumbrikalis lateralis
medialis
Nervus radialis Nervus poplitea lateralis
• Anestesia dorsum • Anestesia tungkai
manus, serta ujung bawah, bagian lateral
proksimal jari telunjuk dan dorsum pedis
• Tangan gantung (wrist • Kaki gantung (foot drop)
drop) kelemahan otot
• Tak mampu ekstensi proneus
jari-jari atau
pergelangan tangan
Nervus tibialis posterior Nervus fasialis
• Anestesia telapak kaki • Cabang temporal dan
• Claw toes zigomatik menyebabkan
• Paralisis otot intrinsik lagoftalmus
kaki dan kolaps arkus • Cabang bukal,
pedis mandibular dan servikal
menyebabkan
kehilangan ekspresi
wajah dan kegagalan
mengatup bibir
PEMERIKSAAN SARAF TEPI
N. Auricularis Magnus
• Pemeriksa menoleh
kesamping melihat
bahu sehingga saraf
akan terdorong otot
dibawahnya
• 2 jari pemeriksa
diletakkan diatas
persilangan saraf
dengan araf otot
N. Ulnaris
• Tangan pasien fleksi
• Tangan pemeriksa
meraba sulkus ulnaris
(lekukan dibawah siku)
N. Proneus Lateralis
• Pasien duduk kaki
menggantung
• Raba lateral capitulum
fibulae sedikit posterior
N.Tibialis Posterior
• Pasien duduk posis kaki
di lantai
• Raba tepi maleolus
medialis
Pemeriksaan Bakterioskopik
• Sediaan: kerokan • untuk rutin minimal 4-6
jaringan kulit dan tempat yaitu kedua
kerokan mukosa hidung cuping telingan bagian
• Pewarnaan Ziehl- bawah dan 2-4 lesi lain
neelsen yang paling aktif
• Untuk riset: 10 tempat (eritema dan infiltrat)
sedangkan • Irisan yang dibuat harus
sampai di dermis
• M. Leprae akan tampak merah pada sediaan
karena tergolong BTA
• Ada tiga bentuk
1. Bentuk utuh (solid)kuman hidup
berkembang biang dan menular
2. Batang terputus (fragmented)
3. Butiran (granular)
Interpretasi
• 0: Tidak ada BTA dalam 100
lapangan pandang
• +1: 1-10 BTA dalam dalam 100 LP
• +2: 1-10 BTA dalam 10 LP
• +3: 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
• +4: 11-100 BTA rata-rata dalam 1
LP
• +5: bila 101-1000 BTA rata-rata
dalam 1 LP
• +6: >1000 BTA rata-rata dalam 1
LP
Pemeriksaan Histopatologik
• SIS tinggiMakrofag • SIS rendah histiosit
kulit histiosit tidak dapat
fagositosis menjadi menghancurkan
sel epiteloid sel datia kuman kuman
langhans massa berkembang biak sel
epiteloid dikelilingi virchow/sel lepra/sel
limfosit tuberkel busa
kerusakan jaringan dan
cacat
Interpretasi Histopatologik
• Gambaran histoPA tipe tuberkuloid adalah
tuberkel dan kerusakan saraf nyata, tidak ada
kuman atau hanya sedikit dan non-solid.
• Gambaran histoPA tipe lepromatosa terdapat
subepidermal clear zone, sel virchow.
Pemeriksaan serologi
• Pemeriksaan antibodi • Uji MLPA
terhadap kuman • Uji ELISA
• Spesifik: antibodi anti • ML disptick test
phenolic glycolipid-1 • ML flow test
(PGL-1) dan antibodi
antiprotein 16 kD serta
35kD.
• Tidak spesifik: antibodi
anti-lipoarabinomanan
Pengobatan Kusta
• Obat antikusta yang paling banyak digunakan
adalah DDS (diaminodifenil sulfon), klofazamin
dan rifampisin
• Alternatif: ofloksasin, minosiklin dan
klaritomisin
• Untuk mencegah resistensi pengobatan
tuberculosis menggunakan multi drug
treatment (MDT)
Cara pemberian MDT
Multibasilar
• Rifampisin 600 mg tiap bulan, dalam
pengawasan
• DDS 100 mg tiap hari
• Klofazamin 300 mg/bulan dalam pengawasan
diteruskan 50 mg/hari atau 100 mg selama
sehari atau 3 kali 100 mg setiap minggu
• Awalnya kombinasi obat ini diberikan 24 dosis dalam 24-
36 bulan dengan syarat bakterioskopik negatif
• Jika masih positif lanjutkan sampai negatif
• Dilakukan pemeriksaan klinis tiap bulan dan
bakterioskopis tiap 3 bulan
• Setelah Penghentian pemberian obat lazim (release
from treatment/RFT) dilakukan tindak lanjut secara klinis
dan bekterioskopis minimal tiap tahun selama 5 tahun,
jika negatif dan klinis tidak ada kektifan baru dinyatakan
bebas dari pengamatan/ release from control
Pausibasilar
• Rifampisin 600 mg tiap bulan, dalam
pengawasan
• DDS 100 mg tiap hari
• Diberikan dalam 6 dosis selama 6-9 bulan, RFT
setelahnya.
• Pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan
bakteriologis setelah 6 bulan pada akhir
pengobatan.
• Pemeriksaan setia tahun selama 2 tahun jika
tidak ada keaktifan baru secara klinis dan
bakterioskopis tetap negatif dinyatakan RFC.
Untuk kepentingan pengobatan WHO membagi
menjdi 3 group yaitu:
1. Pausibasilar dengan lesi tunggal Rifampisin
600 mg+ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100
mg dosis tunggal
2. Pausibasilar dengan lesi 2-5 buah 6 dosis
dalam 6-9 bulan
3. Multibasilar dengan lesi>5 buah 12 dosis
dalam 12-18 bulan
Pengobatan Eritema nodosum leprosum
(ENL)
• Obat yang disering dipakai adalah
kortikosteroid antara lain prednison
• Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai
berhenti sama sekali
• Pada keadaan tertentu ENL akan timbul jika
obat dihentikan atau diturunkan sehingga
penderita harus meminum terus menerus
Pemberian prednison
Minggu Pemberian Dosis harian yang dianjurkan
Minggu 1-2 40 mg
Minggu 3-4 30 mg
Minggu 5-6 20 mg
Minggu 7-8 15 mg
Minggu 9-10 10 mg
Minggu 11-12 5 mg
Pemberian Lampren
• ENL yang berat dan berkepanjangan dan
ketergantungan steroid perlu ditambahkan
lampren 300 mg/hari selama 2-3 bulan
perbaikan 200 mg/hari selama 2-3 bulan
perbaikan 100 mg/hari perbaikan 50
mg/hari stop jika sudah RFT
DAFTAR PUSTAKA
• Wisnu I.M, dkk. Kusta. (2018). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI. 
• Aisyah I dan Agusni I. 2018. Penelitian
Retrospektif: Gambaran Pasien Baru Kusta.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin –
Periodical of Dermatology and Venereology
Vol. 30. No. 1.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai