Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN TELINGA

 Keluhan telinga berbunyi (tinitus), HIPOFARING DAN LARING


suara berdengung/ berdenging  Keluhan pasien dapat berupa suara
 Keluhan rasa pusing berputar serak, batuk, disfagia, rasa ada sesuatu
(vertigo) di leher
 Bila ada keluhan nyeri dalam telinga
(otalgia) Nyeri alih ke telinga (referred GANGGUAN FISIOLOGI TELINGA
pain) dapat berasal dari gigi rasa nyeri  Gangguan telinga luar dan tengah
di molar atas, sendi mulut, dasar tonsil akan menimbulkan tuli konduktif.
mulut, atau tulang servikal  Gangguan telinga dalam akan
 Sekret yang keluar dri telinga : otore menimbulkan tuli sensorineural
 Uji Pendengaran  Pemakaian obat streptomycin (obat
o Tes Rinne + : Terdengar depan ototoksik) dapat mengakibatkan gejala
liang telinga (Tuli gangguan pendegaran yaitu tuli
Sensorineural/Normal) sensorineural dan gangguan
o Tes Rinne - : Tidak terdengar keseimbangan.
(Tuli Konduktif)  Pada tuli konduktif terdapat gangguan
o Weber : Lateralisasi ke telinga hantaran suara, disebabkan oleh
yang SEHAT (Tuli penyakit di telinga luar/tengah
Sensorineural)  Pada tuli sensorineural (perseptif)
o Weber : Lateralisasi ke telinga kelainan terdapat pada koklea (telinga
yang SAKIT (Tuli Konduktif) dalam), neryus Vlll atau di pusat
o Schwabach : Pemeriksa pendengaran
mendengar disebut  Sedangkan tuli campur, dapat
memanjang (Tuli Konduktif) merupakan satu penyakit, misalnya dua
dan Pemeriksa tidak mendengar penyakit yang berlainan, misalnya
maka disebut memendek (Tuli tumor nervus Vlll (tuli saraf) dengan
Sensorineural) radang telinga tengah (tuli konduktif).

PEMERIKSAAN HIDUNG AUDIOLOGI


 Keluhan utama di hidung adalah  Dasar : Penala, Berbisik,
sumbatan hidung, secret di hidung dan Audiometri Nada Murni
tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah  Khusus : Sisi, ABLB, Kelelahan,
muka dan kepala, perdarahan dari Audimeter Tutur, Bekessy
hidung dan gangguan penghidu  Audimetri Objektif : Impedans,
 Pemeriksaan dengan RINOSKOPI Elektrokokleografi, BERA, OAE
ANT dan POST, Pemeriksaan  Tuli Anorganik/Pura” Tuli :
TRANSILUMINASI (Sinus) Stenger, Audimetri Nada Murni,
Impedans, BERA
FARING DAN RONGGA MULUT  Anak : Free Field Test. Play
 Keluhan kelainan di daerah faring Audiometri, BERA, OAE, BOA,
umumnya adalah nyeri tenggorok, Timpanomimetri
nyeri menelan (odinofagia), rasa
banyak dahak di tenggorok, 4sulit
menelan (disfagia), rasaada yang
menyumbat atau mengganjal.
bakteri / virus), intoksikasi obat
 AUDIOGRAM streptomisin, kanamisin, garamisin,
neomisin, kina, asetosal atau
alkohol. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh tuli mendadak
(sudden deafness), trauma kapitis,
trauma akustik dan pajanan bising.
 Tuli sensorineural retrokoklea
disebab kan oleh neuroma akustik,
tumor sudut pons serebelum,
mieloma multipel, cedera otak,
perdarahan otak dan kelainan otak
lainnya. Kerusakan telinga oleh
obat, pengaruh suara keras dan usia
lanjut akan menyebabkan
kerusakan pada penerimaan nada
tinggi di bagian basal koklea. Pada
trauma kepala dapat terjadi ke
rusakan di otak kaiena hematoma,
sehingga terjadi gangguan
pendengaran.

PRESBIAKUSIS
 Keluhan utama presbikusis berupa
berkurangnya pendengaran
secara perlahan-lahan dan
progresif, simetris pada kedua
telinga akibat faktor usia. Keluhan
lainnya adalah telinga berdenging
saat malam hari (tinitus nada
tinggi) Pasien dapat mendengar
suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila
diucapkan dengan cepat di tempat
ramai (cocktail party)
 Telinga luar yang menyebabkan  Penyebabnya : pengurangan
tuli konduktif ialah atresia liang ambang audiometri, pengurangan
telinga, sumbatan oleh serumen, pemahamn suara, gangguan
otitis ekstema sirkumskripta, pendengaran akibat bising yaitu
osteoma liang telinga. tuli saraf
 Kelainan di telinga tengah yang  Faktor instrinsik : Genetik, HT,
menyebabkan tuli konduktif ialah DM, Gang. Metabolik
tuba katar/sumbatan tuba  Faktor ekstrinsik : Obat ototoksik,
eustachius, otitis media, Bising, Diet berlebih untuk
otosklerosis, timpani sklerosis, kesehatan pemb darah
hemotimpanum dan dislokasi  Klasifikasi : Sensori (atrofi organ
tulang pendengaran. corti, -sel rambut, penurunan
 Tuli sensorineural koklea tajam), Neural (neural pada koklea
disebabkan oleh aplasia dan jaras auditorik-),
(kongenital), labirintitis (oleh Metabolik/Strial (atrofi stria
vaskularis karena penyakit oksigen, vasodilator oral,
metabolic, audiometri mendatar, prednisone (kortikosteroid) 4x10
masih bisa berkomunikasi, mg, obat antivirus, evaluasi
tersering), Koklear Konduktif pendengarannya 4x sebulan, jika
(kekakuan membrane basilaris), tidak ada perbaikan maka pakai
MIXED, Intermediate (proses alat bantu dengar => psikoterapi
hantarnya yg terganggu)
Noice Induced Hearing Loss (Gang.
Akibat Bising)
 Gangguan akibat terpajan bising
yang keras, jenisnya tuli
sensorineural
 Gejala yang timbul kurang
pendengaran dan tinnitus
 TTL : Pindah kerja, alat pelindung
telinga, jika sampai sulit
 Dengan pemeriksaan otoskopik, berkomunikasi maka pengunaan
tampak membran timpani suram, ABD => psikoterapi. Jika pasien
mobilitasnya berkurang. mengalami tuli total, maka bisa
 Pada tes penala didapatkan tuli dilakukan pemasangan implan
sensorineural. koklea
 Pemeriksaan audiometri nada  Prog : Tidak akan mebaik, penting
murni menunjuk kan suatu tuli dilakukan pencegahan
saraf nada tinggi, bilateral dan
simetris. Gang. Akibat Obat Ototoksik
 TTL: Rehabilitasi supaya fungsi  Obat ototoksik mengakibatkan
pendengaran membaik dgn kerusakan struktur anatomi
pemasangan ABD (hearing aid). pada telinga dalam
Adakalanya perlu dikombinasikan  Gejala : Tinnitus, gangguan
dengan latihan membaca (speech pendengaran dan vertigo
reading) dan latihan mendengar Gangguan keseimbangan, sulit
(audiotory training) fiksasi pandangan (++)
 TTL : Jika saat diberikan obat
SUNDDEN DEAFNESS ada gangguan telinga maka
 Tuli mendadak yang penyebabnya harus segera diberhentikan,
tidak diketahui, jenisnya adalah tuli penggunaan alat bantu dengar,
sensorineural dan terjadi pada 1 auditory training dll
telinga  Pencegahan : Pertimbangkan
 Penyebabnya biasanya adalah pemberian obat ototoksik, nilai
iskemia koklea dan infeksi virus efek samping sedini mungkin
(sumbatan pem darah)  Prog : Tergantung jenis dan
 Gejala biasanya dapat bersifat jumlah obat dan lamanya
mendadak atau menahun dan dapat pengobatan obat tsbt,
semetara atau menetap. Dapat cenderung kearah buruk
unilateral dan bilateral serta akan
ada tinitus dan vertigo KELAINAN TELINGA LUAR
 DX : Tanyakan TD?  Fistula Preaurikula : Kegagalan
 TTL : Tirah baring, diet rendah penggabungan turberkel 1 dan
garam dan kolesterol, hiperbarik lainnya, yang harusnya bergabung
pada bulan ke-3. Ditemukan depan
tragus, bentuk bulat dan terkadang  Mikrotia dan Atresia Liang
keluar cairan dari kelenjar sebasea Telinga : Daun telinga lebih kecil
 Etilogi : Adanya obtruksi dari dan tidak terbentuknya liang telinga
muara tersebut dan menyebabkan (atresia)
infeksi akut. (Staphylococcus  Disebabkan oleh genetic, virus,
Aureus) intoksikasi bahan kimia dan obat
 Etiopageneis : Inkomplit fusi teraogenik selama kehamilan
auricular trabekula saat embrio,  Perlu dilakukan CT scan resolusi
Malformasi brachiogenic, tinggi tulang temporal untuk
Terbentuk lipan kedalam saat melihat kedaan telinga dalam dan
pembentukan arikula tengah
 Tipe : Klasik (muara kearah  Jika terdapat bilateral maka
preauricular, sering infeksi), dianjurkan penggunaan ABD, dapat
Variant (muara di tulang rawan) dilakukan kanaloplasti/OP
 Gejala : Kadang keluar cairan pembuatan liang telinga saat 5-7
dengan bau (kel seasea), nyeri, tahun. Jika unilateral maka OP
hiperemis, jaringan granulasi, dilakukan saat dewasa
nekrosis dermis  Komplikasi : Paresis N 7, hilang
 PP : DPL, Guldar, Swab kultur pendengaran, restenosis
mikrobiologi, radilogi dengan  Telinga Camplang : Daun telinga
fistulografi besar, maka perlu dilakukan
 DD : Limfadenitis otoplasty
 TTL Medikamentosa :  Hematoma : Darah antara tulang
Debridement H2O2 betadine aqua, rawan dan perikondrium
AB topical mupirocin 2%, AB  Perikondritis : Radang pada tulang
sistemik amoxillin cephalosporin rawan. Terjadi karena trauma, OP,
klindamisin, analgetik paracetamol infeksi
ibuprofen jika masih fase akut untuk  Bila pengobatan AB gagal maka
kurangi sakit. Jika terbentuk abses akan timbul pengerutan daun telinga
maka harus diinsisi dan drainase. dan hancurnya tulang rawan
OP dilakukan agar tidak rekurensi. (cauliflower ear)
Tidak boleh dilakukan OP saat  Pseudokista : Adanya cairan
infeksi, karena takutnya bledding++ kuning antara tulang rawan dan
dan trunkus facialis terpotong dan lapisan perikondrium
menjadi parese  PS datang karena benjolan yang
Jika luka kering, berikan salep dan tidak nyeri, maka harus dikeluarkan
jika luka basah maka berikan krim. dan dibalut tekan selama 1 mgg
 TTL Non Medika : Fistulektomi, agar perikondrium dan tulang
dietetesi metylen blue lalu diangkat menyatu untuk mengurangi
saat tidak infeksi agar tidak banyak kekambuhan
perdarahan dan hati” terjadi  Serumen Proop : Hasil produksi
komplikasi seperti paresis nervus 7 dari kel. sebasea, seruminosa, epitel
 Pencegahan : Jaga kebersihan dan kulit yang lepas dan partikel debu.
tdk menggaruk pits Normalnya ada di 1/3 luar dan
nantinya akan keluar sendiri karena
adanya gerak dari epitel kulit kearah
luar dan saa mengunyah
 Jika serumen menumpuk akan  Otomikosis : Infeksi jamur, sering
terjadi tuli konduktif ditempat yang lembab. Gejalanya
 TTL : Dengan kapas lilit (lembek), gatal dan rasa penuh ditelinga
kuret (keras), jika tidak bisa maka TTL : Bersihkan, teteskan AB dan
lunakkan lebih dulu dengan steroid, Larutan asam asetat dalam
karbogliserin 10% 3 hr, jika sudah alcohol, laruan lodiom povidone,
dalam sekali maka irigasi dengan air dipelukan obat anti jamur salep
hangat tetapi tidak boleh ada (klotrimazol, nystatin)
perforasi MT  Herpes Zooster Otikus : Akibat
 Benda Asing Telinga : infeksi varicella zoster, disebut
Penatalaksanaan harus sesuai Ramsay Hunt
dengan etiologinya. Jika benda Gejalanya lesi vesikuler pada kulit
hidup maka kita meneteskan cairan daerah muka sekitar liang telinga,
rivanol 10 menit agar benda mati otalgia, paralisis otot wajah, tuli
lalu irigasi dengan air hangat. sensorineural. TTl => TTL Herpes
Benda asing besar dapat Infeksi Kronis : Infeksi yang tidak
menggunakan pengait serumen dan diobati akan menyebabkan radang
kecil dengan cunam berlanjut dan terjadi
 Otitis Eksterna : Disebabkan oleh stenosis/penyempitan liang telinga
infeksi bakteri, kuman, jamur dan karena adanya jar. parut/sikatriks.
virus. Dipermudah karena adanya Maka perlu OP rekonstruksi liang
perubahan PH liang telinga menjadi telinga
menjadi basa, sehingga proteksi  Otitis Ekterna Maligna : Infeksi
terhadap infeksi -, selain itu juga difus di liang telinga luar yang
keadaan yang lembab liang telinga, biasanya terjadi pada orang tua yang
secret encer/serous memiliki DM. Peradangan meluas
 Otitis Eksterna Sirkumskripta : secara progresif, sehingga timbul
(1/3 luar) Adanya furunkel/bisul, kondritis, osteoitis dan
disebabkan oleh Staphylococ. osteomyelitis dan bahkan
Gejalanya rasa nyeri yang hebat, menghancurkan tulang temporal
gangguan pendengaran, menyumbat Gejalanya gatal disertai nyeri,
liang telinga jka furunkel + secret+, serta bengkak liang telinga,
TTL : Furunkel yang menjadi abses paresis pada wajah
maka diaspirasi nanahnya keluar TTL : AB dosis tinggi, jika keadaan
dan diberikan AB salep berat maka berikan AB
(polymixinB/bacitracin/antiseptik), parenteral+AB gol aminoglikosida
jika dindingnya tebal maka insisi selama 6-8 mgg (ciprofloxasin,
lalu pasang drain, berikan analetik gentamicin dll), selain itu
dan obat penenang debrediment secara radikal
 Otitis Eksterna Difus : (2/3
dalam) Hiperemis dan oedem GANGGUAN TELINGA TENGAH
tanpa batas jelas, disebabkan  Tuba terbuka abnormal : Tuba
pseudomonas dll. terbuka terus sehingga udara masuk
Gejalanya nyeri tekan tragus, liang saat respirasi ke telinga tengah,
telinga sempit, kelenjar getah benin dikarenakan hilangnya jaringan
regional membesar dan secret lemak (rhinitis atrofi, fringitis,
bebrbau gangguan fungsi otot, penggunaan
TTL : Bersihkan liang telinga obat anti hamil, esterogen pada
dengan tampon yang ada AB, AB laki”)
sistemik jarang
Keluhannya rasa penuh ditelinga, Supurasi (adanya cairan efusi ++,
autofoni (gema suara sendiri lebih MT hiperemis, MT bulging kearah
keras) PF => membrane timpani luar, eksudat purulent, sangat sakit)
atrofi, tipis dan bergerak saa Perforasi (Ruptur MT, nanah
respirasi keluar ke liang telinga, nyeri
TTL : Obat penenang, pemasangan berkurang, pasien lebih tenang)
pipa ventiasi/gourmet Resolusi (MT utuh dan daya tahan
 Obtruksi Tuba : Terjadi karena tubuh anak baik maka akan normal
adanya peradangan pada kembali tanpa pengobatan, cairan
nasofaring/tumor nasofaring bisa tetap ada sehingga terjadi efusi
 Barotrauma/Aerotitis : Terjadinya pada telinga tengah atau membrane
perubahan tekanan di luar telinga, timpati tidak perforasi tapi efusi
perbedaan tekanan >90cmHg yang masih tetap ada maka akan terjadi
menyebabkan otot tidak ampu OTITIS MEDIA EFUSI. Atau
membuka tuba yang kedua MT perforasi dan secret
Keluhannya kurang dengara, rasa berkurang sampe kering lalu
nyeri dlm telinga, autofoni, perforasinya dapat menutup dan
perasaan ada air dlm telinga, sembuh/atau perforasi menetap
tinnitus dan vertigo terjadi OMSK
TTL : Dekongestan local, perasat  Otitis Media Efusi : OMA tanpa
valsava selama tidak ada infeksi stadium perforasi, bisa mengalami
jalan nafas atas, jika cairan menetap esolusi dengan daya tahan tubuh
maka lakukan miringotomi, pipa anaknya baik dn atau MT perforasi
ventilasi, +mengunyah tapi tetap ada efusi
 Otitis Media Akut : Terjadi karena Gejalanya rasa nyeri di telinga,
antrum mastoid, tuba eustacius suhu tubuh 39,5, riwayat batuk
terganggu dikarenakan kuman pilek, gangguan pendengaran, rasa
masuk dan terjadi peradangan, bisa penuh ditelinga, gelisah, sukar tidur
terjadi karena infeksi sal nafas atas, TTL : Oklusi (HCL efedrin untuk
oedem, tumor (KNF), alergi, buka tuba, AB) Hiperemis (AB
penggunaan tampon, benda asing penisilin/eritromicin 7 hr, obat tetes
Patof : Kongesti mukosa hidung hidung, analgetik) Supurasi (AB
dan nasofaring => disfungsi tuba => disertai miringotomi) Perforasi
aliran sekresi terhambat => telinga (Obat cuci telinga H2O2 3% 3-5hr,
tengah banyak mucus dan banyak AB) Resolusi (jika keluar trus
bakteri => infeksi secret, AB sampai 3mgg)
Kuman penyebab streptokok, OMSS=>OMSK
stafilokok, pneumokok, hemofilus  Otitis Media Supuratif Kronik :
infuenza, pseudomonas auriogenosa Perforasi MT, secret mucoid keluar
Stadium OMA : trus lebih dari 2 bulan
Oklusi (retraksi membrane timpani, Perforasi sentral (pas tensa)
keruh/tidak jernih, refleks cahaya-, marginal (anulus/sulcus
telinga gatal dan seperti kemasukan timpanikum) atik (pars flacida)
air) OMSK ada 2 tipe =>
Hiperemis/Presupuratif (pelebaran Aman/Mukosa/Banigna dan
pembuluh darah, eksudat terbentuk, Bahaya/Tulang/Maligna
sulitdinilai, adanya peningakat suhu, OMSK Banigna : Aman tidak ada
anak rewel, MT hiperemis serta kolesteatoma, letak sentral,
oedem) komplikasi –, secret hilang timbul
OMSK Maligna : Ada
kolesteatoma, letak marginal/atik,
komplikasi +, sampai mati, secret
trus dan berbau busuk, terlihat
granulasi yang mudah berdarah,
 Kolesteotoma : Epitel kult yang
berada pada tempat yg salah, ini
adalah tempat yang baik  OM Non Supuratif/Serosa :
pertumbuhan kuman/infeksi, massa Adanya secret non purulent tapi
ini akan menekan organ sekitarnya, membrane timpani utuh tanpa ada
menimbulkan nekrosis tulang tanda infeksi
Tanda klinisnya perforasi di  Otitis Media Serosa Akut adalah
marginal/atik, biasanya pada kasus keadaan terdapatnya sekret yang
lanjut akan ada abses/fistel nonpurulen/encer di telinga tengah
retroaurikuler, polip, secret nanah dikarenakam gangguan fungsi tuba,
dan bau, terlihat bayangan sedangkan membran timpani utuh,
kolesteotoma pada rontgen mastoid ada gelembung udara/airfluid level,
PP : Audiometri, rontgen mastoid, tuli konduktif. (Barotrauma, naik
kultur dan resistensi secret pesawat)
Tujuan OP : Bersihkan koleastoma, TTL : Vasokonstriktor luas HCL
perbaiki fungsi pendengaran efedrin tetes telinga, antihistamin,
TTL : OMSK Aman (pencuci lakukan valsava, jika 2 mgg
telinga H2O2, obat tetes telinga menetap makan lakukan
yang ada AB dan kortikosteroid 1-2 miringotomi lalu jika tidak
mgg, AB ampicillin, jika perforasi membaik maka lakukan grommet
masih ada maka observasi 2 bulan) tube
Bahaya (mastoidektomi, jika ada Gejala : Pendengaran -, tersumbat,
abses maka insisi dulu) suara terdengar nyaring, sedikit
OP : Mastoidektomi Sederhana nyeri pada awal”
(OMSK Aman) Mastoidektomi  Otitis Media Kronis/GLUE EAR:
Radikal (OMSK Bahaya) dgn Terbentuk secret bertahap tanpa
Modifikasi (OMSK, kolesteotoma adanya tanda yang berlangsung
di atik) Timpanoplasti (OMSK lama, secret kental seperti lendir
Aman, X obat) Pendekatan Ganda  Tuli konduktif pada orang
(OMSK bahaya/OMSK aman tapi dewasa unilateral pikirkan
granulasi luas) adanya tumor KNF, jika tuli
Terapi Konservatif : Jaga keadaan sensorineural unilateral pikirkan
umumnya, obati infeksi, pencucian tumor CVA
local Gejalanya adanya secret kental dan
Komplikasi : Mastoiditis, fistel TTL : Miringotomi, Grommet,
labirin, tuli sensorineural, Dekongestan tetes
meningitis, abses otak dll hidung+antihistamin, dilakukan
medikamentosa 3 blan baru OP
 OM Adhesiva : Jaringan fibrosis di
telinga tengah meradang.
Ditemukan adanya panosklerosis
plak seperti lempeng kapur
 Atelektasis Telinga Tengah :
Retraksi membrane timpani akibat
gang fungsi tuba. Didapatkan MT tidak ada diskontinuitas, tulang
tipis/artofi rawan hancur) Avulsi (kedunya)
 Otosklerosis : Spongiosis stapes TTL : Bersihkan
dan menjadi kaku dan tidak dapat luka/debridement, hecting
menghantarkan suara ke labirin. graft/flap, AB sistemik, Anlgetik
TTl=> stapedektomi dan ABD Komplikasi : Perikondritis,
 Perbedaan Otitis Externa dan Nekrosis tulang rawan
Otitis Media => Otitis Ekterna itu Hematoma Aurikula :
nyeri baru bengkak lalu ada secret Penumpukan darah antara
dan gangguan pendengaran. Otitis perikondrium dan tulang rawan
media itu pasien berdengung PF akan terlihat fluktuatif aurikula
ganguan pendengaran rasa dan warna merah/ungu
kemasukan air dan ada faktor TTL : Insisi dan drainase hematom
penyebab yaitu batuk pilek steril, hecting trough and trough,
AB sistemik
Trauma Akustik Komplikasi : Fibrosis,
 Trauma yang timbul akibat bising Perikondritis -> Cauliflower ear
yang berlebihan
 Akut :  Trauma Liang Telinga :
Trauma Akustik Akut (Level Pake cottonbud, obat antiplatelet,
kekeran >140dB dengan durasi 1.5 perhatikan darahnya aktif/tdk?
ms) ex petasan TTL: Jika ada darah aktif maka
Blast Injury dengan kecepatan .2 tampon+AB topical gentamicin
ms, seperti ledakan bom, petir dan selama 2-3 hr lalu evaluasi. Jika
dapat menyebabkan perforasi MT, sudah behenti darahnya maka cuci
JAGA KERING dan jangan ditetes dengan H2O2 3% seelah 3-5 hri.
apapun Komp: OE, Stenosis Liang
Akut Noice Induce Hearing Loss,  Trauma MT : (HARUS RUJUK)
seperti saat menonton konser, Penetreting Injuries, sering
reversible/reversible parsial terkena pada kuadran posterior MT
Cronic Noise Induce Hearing akibat cottonbud dan menyebabkan
Loss, biasanya bising saat bekerja, gangguan pda tulang pendengaran
irreversible (ossicular chain)
Gejalanya rasa penuh, tinnitus, tuli Luka Bakar, bagian anterior MT
konduktif, SNHL dan penyembuhan buruk
DX dengan audiometri, akan ada Barotrauma, terkena pada sentral
penurunan ambang 3-6 KHz MT pars tensa. Terjadi pada diving
TTL: Steroid sebelum 24 jam, jika jatuh dll
ada perforasi MT maka Patch PF ditemukan adanya perforasi
terapi dan miringoplaty pada pinggiran MT, berdarah,
 Kronik, gejalanya SNHL pada inflamasi
kedua telinga, ciri khasnya pada PP dilakukan audiometri dan
audiometri takik 4000 HZ, keseimbangan, ct scan jika ada
kerusakannya irreversible dapat benda asing pa ossicular chain dan
dicegah dengan ABD telinga dalam
TTL, jika akut maka tampon kassa
Trauma Mekanik adan AB lalu AB topical tetes, AB
 Trauma Telinga Luar : sistemik oral dan jaga kering. Kalo
Laserasi Aurikula : Simple emergensi jika ada fistula
(kulit), Stellate (kulit bagus dan perilimfe menyebabkan kebocoran
maka harus ditutup dan biasanya (Aspergillus, Candida) Ada
aka nada gang keseimbangan dan kalsifikasi saat CT scan dan
SNHL. Jika ada perforasi MT Opaque saat Xray
maka ditutup/patch therapy. Jika  Sinus Maksilla berdekatan dengan
perforasi menetap >4 bulan maka akar gigi dan komplikasi ke orbita,
harus timpanoplasti menyebabkan mudah terjadinya
 Fraktur Temporal : Sinusitis Dentogen
Fraktur Longitudinal melibatkan  Sinus Frontal, dapat terjadi
os parietal biasanya jatuhnya Osteomielitis dan Abses
menyamping, sering menyebabkan Subperiostal
perforasi MT, gangguan ossicular  Sinus Etmoid, berbatasan dengan
chain dan N7 ronga orbita sehingga mudah
Gejalanya perdarahan, tuli menyebabkan Kelainan Orbita
konduktif, pareses N7 jarang, otore  Sinus Sfenoid, berbatasan dengan
serebrospinal fluid hipotalamus dan dekat arteri besar
Fraktur Transversal melibatkan makanya jika ada infeksi harus
os occipital segera diatasi
Gejalanya darah pada MT, rinore
CSF, SNHL, paresis N7  Rhinosinusitis (Hidung pilek
Pemeriksaan : Multi system dengan adanya secret
neurologic, ct scan, audiometri, mucopurulent/Hidung mampet
elektroneurografi, pemeriksaan => Obtruksi pada kompleks
nervus 7 (house Brackman grad) ostio-meatal dan akan terjadi
TTL: Stabilisasi, observasi, AB gangguan drainase secret dan
sistemik, anti inflamasi sistemik, menjadi tempat hidupnya kuman
OP bila tuli konduktif dan perforasi dan merusak (maka harus dibuka
MT menetap. OP emergensi salurannya) selain itu bisa terjadi
dekompresi n fasialis jika paresis karena adanya inflamasi
nervus 7 progresif Dx pasti jika ada 2 atau lebih / 1
mayor dan 2 minor (hidung pilek,
Sinusitis hidung mampet, demam, nyeri
 Rongga sinus berkembang semakin wajah, purulent nasal, obtruksi)
salurannya terbuka dan tidak (pusing, sakit gigi, batuk, sakit
sempit, semakin baik telinga) EPOS (polip, secret,
perkembangan sinus maka infeksi edema+CT scan perubahan
pernafasan menjadi berkurang. mukosa)
Penyebab utamanya adalah Waktu : Akut <12 mgg, mukosa
common cold yang merupakan reversible dapat normal (Akut
infeksi virus, diikuti oleh bakteri rekuren jika ada 4x serangan/tahun)
 Transport Mukosilier : Ostium dan Kronik >12 mgg mukosa
dalam rongga sinus harus 1 agar abnormal dan tetap tebal mukosa
tidak terjadi turbulensi, masuk ke Rinosinusitis Viral/Common
arah nasofaring lalu ke lambung Cold : <10 hr, akan cepat
agar bakteri dapat dimatikan penyembuhan sekitar hari ke 5-7
 Etiologi : Rinitis, polip hidung, Rinosinusitis Non Viral : >10
kelainan anatomi, sumbatan KOM, ETIOLOGI : Rhinogenik (dari
lingkukan berpolusi, udara dingin, hidung) Dentogenik (sinus
merokok maksilla) Jamur (aspergillus,
 Sinusitis Jamur, adanya infeksi candida)
jamur pada sinus paranasal
PP : Ct scan SPN (waters melihat  Rinitias Alergi : Khas ada bersin
frontal dan maksila, anteropost berulang, ingus, hidung tersumbat
melihat etmoid, lateral melihat  Trias:Allergicshiner, crease,
sinus etmoid dan sfenoid) salute
TTL : Apakah ada komplikasi?  Rinitis Viral : Terjadi karena
Jika ada maka RUJUK. AB adanya virus menular dan
kotrimoksasol dan dekongestan tergantung imun tubuh. Untuk
gunakan oral saat akut diberikan gejala akan timbul <5 hari dan
selama 1 mgg, jika kronik maka menetap sampai 12 hari atau
topical selama 2-3 mgg jika tidak membaik. Untuk hindari rekuren
ada perbaikan maka OP maka harus obati tuntas faktor
(Etmoidektomi) predisposisinya
Penggunaan AB? Jika ada  Rinitis Jamur : Tergantung
secondarry infection karena system imun kita, jika kompeten
banyaknya bakteri aktif, karena ada maka bisa diloklisasi dan hana
peningkatan kurva yang lebih didalam rongga hidung/fungal
tinggi lagi (adanya tanda double ball. Jika imun kita – maka akan
sickning (sakit setelah sembuh), mengikuti pembuluh darah
ada perubahan warna sekret, nyeri+  Rinitis Vasomotor : Keadaan
+, demam++ Idiopatik, digolongkan non-alergi
 Rinitis Medikamentosa : Timbul
Nasal Polyp akibat penggunaan vasokonstriktor
 Ada massa pada kavum nasi, akibat jangka panjang (harusnya tidak
inflamasi mukosa lebih dari 1 mgg)
 Jenisnya : Eusinofil, Neutrofilik Klasifikasi : Intermitten <4
 Etiopatogenesis : Radang kronis, hr/mgg Ringan dan tidak ganggu
gangguan vasomotor, peningkatan aktifitas, Persisten >4 hr/mgg
caitan intertisial Berat
 Stadium : 1 masih di meautus Patogenesis : Pertma hanya akan
media, 2 sudah di kavum nasi, 3 ada allergi sensitisasi, tapi saat
masif terpajan yang kedua kali maka
 Gejala : Hidung tersumbat, akan timbul reaksi alergi
anosmia, massa, ingus banyak PP : Skin prick test
 TTL : Kortikosteroid , jika tidak TTL : Hindari pajanan, anti-
membaik maka dapat dilakukan histamin, jika tidak membaik
polipektomi maka OP reduksi konka
 Septum Deviasi : Tulang rawan,
Rinitis Akut gejalanya hidung tersumbat
 Inflamasi pada mukosa hidung unilateral
 Gejala dari hidung dapat berupa
hidung tersumbat, gatal, nyeri dll. Epistaksis
Sedangkan selain dari hidung  Hidung memiliki strukstur yang
adalah nyeri kepala, gangguan lunak, mobile, prominen/maju
tidur, nafas bau dll yaitu cartilage sehingga tidak
 FX Hidung : Respirasi, Refleks mudah patah
Nasal, Penghidu, Fonetik, Statik  Perdarahan dibagian hidung terbagi
dan Mekanik menjadi : Anterior (plexus
 Etiologi : Virus, Bakteri, Jamur, kieselbach, tidak terlalu massif
Parasit karena arteri kecil) dan Posterior
(arteri sphenopalatina, arteri Tonsil jika mengalami infeksi
lebih besar dan perdarahan lebih berulang, maka akan terjadi
banyak) remodeling seiiring berjalannya
 Pastikan perdarahan darimana? waktu. Umunya terjadi sampai usia
Ant? Post? Sinus? (darah keluar 6 tahun (ideal untuk tonsilektomi,
dari celah meatus) karena sudah matang peran dari
 TTL: Ant (lakukan kompresi kelenjar limfe, tapa harus dilihat
sekitar 3-5 mnt, bernafas lewat dari urgensi yaitu gangguan jalan
mulut. Jika berhenti jangan nafas, infeksi berulang, ada
dikorek) berikan vasokonstriktor komplikasi yaitu abses peritonsil)
epinefrin dan anestetik lidocaine Perbedaan Adenoid dan Tonsil :
untuk mengurangi nyeri dan Tonsil memiliki kapsul
berikan penamponan lunak  Abses Peritonsil : Terbentuk
sebagai pengantar obat” dengan kantung nanah disekitar peritonsil,
kapas. Jangan berikan epinefrin yang membuat pasien nyeri hebat
jika pasien memiliki hipertensi) sekitar hari ke-3 setelah fase
Post (gunakan tampon infiltrate. Jika dilakukan perabaan
beloque/bisa menggunakan balon maka aka nada fluktuasi, jika masih
kateter) pemasangan tampon keras maka masih fase infiltrat
sampai perdarahan berhenti, akan dengan cara aspirasi.
tetapi tampon harus diganti setiap 3 TTL: Drainase adalah membuat
hari agar tidak menjadi tempat inf lubang selebar mungkin agar nanah
keluar jika terbentuk abses lagi.
Tonsilitis dan Abses Peritosil Dan pastikan udara/O2 masuk
 Perbatasan antara upper airway kedalam kantung abses, agar
dan lower airway itu adalah Glotis. kuman anaerob dapat mati atau kita
Contoh benda asing, tumor, abses dapat cuci dengan H2O2 agar saat
dl dapat mengancam jalan nafas pecah tidak menutupi jalan nafas,
atas dan hati” karena mengancam dan posisi pasien adalah
jiwa selain itu sumbatan ada saat tendelenburg. Jika terjadi abses
inspirasi. Jika lower airway seperti sangat disarankan terapi IV, jika
asma, penyempitan bronkus, masih fase infiltrate bisa diberikan
hiperseksresi dll. Biasanya oral karena masih bisa makan dan
sumbatan terjadi saat ekspirasi. minum tapi jika terbentuk kantung
 Upper Airway : Nasofaring, abses maka oral tidak ampuh
Orofaring, Hipofaring (tempat
perintasan udara dan makanan) Faringitis, Tonsilitis, Laringitis
 Lingkaran/Cincin Woldeyer =>  Perdangan pada mukosa,
Tonsil palatina, faringeal dan submucosa dan jaringan limfe pada
lingual. Untuk meproteksi kedua dinding faring, tonsil, atau laring
jalur  Terbagi menjadi Akut (awitan
 Tonsilitis : Peradangan pada area cepat) Kronik (akut rekuren,
tonsil, KRONIK (tonsil membesar, peristen)
permukaan bolong”, warna sama  Etiologi : Primer (virus, bakter,
dengan jaringan sekitar, tidak ada jamur, parasite) Sekunder (iritan,
proses hipervaskularisasi/merah) racun, keganasan, alergi dll)
AKUT (tonsil membesar, ada  Gejala : Disfagia, demam, serak,
proses kemerahan, detritus yang hidung tersumbat, batuk, bau
bersarang pada kripta dan mulut, sesak, dahak
menyebabkan bau mulut)
 Tanda : Rubor, dolor, kalor,  Etiologi: Gen (np21), Virus (EBV,
tumor, hipersekresi, eksudat Herpes zoster melalui saliva/cairan
 PF : Viral (tonsil eritem, tubuh), Pola Hidup (makanan
kemerahan pada faring), Bakteri dibakar, nitrosamine/diawetkan,
(ada detritus, ptekie pada palatal, alcohol, rokok dan ikan asin)
hipertrofi tonsil disertai adanya  Keluhan : Gang. Pendengaran 1
eksudat), Fungal (lidah kotor, sisi, ingus dengan darah, benjolan
kripta melebar) di leher karena keterlibatan KGB
 PP : Kultur dan Rapid Antigen (neck limf node swelling), ntyeri,
(Bakteri) Biomolekular, Elisa, PCR hidung tersumbat
(Virus) Titer Antibodi saat 3mgg-  Gejala lainnya : Cefalgia,
5mgg (St. Imunologik) Ct scan diplopia, lagofthalmus,
kepala dan Radiografi (confirm ada limfademopati, trismus, disfagia,
keterlibata struktur sekitar) paresis lisdah dll
 TTL : Akut (Analgetik ibuprofen  Hindari insisional biopsy pada
paracetamol, anti radang steroid benjolan leher di regio 2
NSAID, obat kumur, AB  DX: Pemeriksaan KGB, Neurologi,
amoksisilin diberikan jika ada Endoskopi biopsy massa naofaring
bakterinya ) Kronik (atasi faktor (GOLD STAND), Ct scan, dll
penyebab missal ada iritan maka memikirkan metastasisnya
harus dilihat, edukasi, tingkatkan  Kasus terbanyak di Indo adalah
imunitas tubuh, tonsilektomi-> Type 3 Undiffrential yang
harus dilakukan jika sampe progresif namun sensitive jika di
obstruksi, riw. abses peritonsil, radio terapi
kejang demam. Relative jika batuk  Skrinning dengan pemeriksaan igA
pilek >3kli/tahun, bau mulut dan VCA dan EA
karier)
Edukasi laryngitis akut/non
spesifik => istirahatkan suara 3
hari, dan vocal hygiene. Laryngitis
spesifik (TB, luetika,
aktinomikosis, lupus) patensi
airway, trakeostomi, obat
 Komplikasi : Inf akut leher dalam
dan membentuk abses, odontogenic
 Pencegahan : Tingkatkan
imunitas, jaga hygiene, identifikasi
dan control komorbid

Karsinoma Nasofaring
 Kwangtung Tumor/Keganasan
yang ada di daerah nasofaring
(lymphocyte-rich np mucosal, fossa
rossenmuller) yang menunjukkan
adanya diferensiasi sel skuamosa
secara mikroskopik baik
ringa/lebih tinggi
 Termasuk keganasan 1 pada kepala
dan leher dan ke-4 setelah ca
payudara, servix dan paru
 Komplikasi : Bradikardi, hilang
sadar, henti jantung, jika ada benda
asing menyebabkan atelectasis,
pneumonia/pneumotoraks

 Metastasis jauh apabila terdapat


pada paru, liver/hepar, tulang

Infeksi Sal. Nafas Atas


 Obtruksi jalan nafas yang dapat
menyebabkan sesak nafas dan
komplikasi lainnya
 Etiologi : Tumor, kelainan
kongenital, trauma, plika vokalis
terganggu, inflamasi dan infeksi
 Gejala : Agitasi, sianosis (kulit
berwarna kebiruan), kesulitan
bernafas, gasping, panik, wheezing
atau mengi, penurunan kesadaran.
Biasanya akan terdengar stridor
yang menandakan ISPA
 PF : Nilai ABC, apakah pasien
memiliki gejala mengalami
obstruksi saluran pernapasan atas
seperti stridor dan sesak napas
inspiratorik, retraksi suprasternal,
epigastrial, supraklavikular,
maupun interkostal, suara parau
(kecuali paralilsis midline), tanda
sianosis, dan juga gelisah.
 PP : Laringoskopi (melihat apakah
ada kelainan pada
laring/hipofaring), saturasi O2,
radiolog (melihat daerah mana
yang terganggu)
 TTL : Berikan O2/Intubasi,
trakeostomi, krikotiroiditomi,
intubsi endotrakeal, Heimlich
maneuver jika karena benda asing,

Anda mungkin juga menyukai