Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

ASPEK MEDIKOLEGAL KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA
Salfany Try Nidya (03014170)
Fiadwita Nia Ifriana (03014070)
Raja Ririn Sriningsih (1711901019)
Ragiel Pramana (03013158)
Nur Muhammad Luthfi (03013150)

PENGUJI : dr. Ratna Relawati, Sp.KF,M.Si,Med

PEMBIMBING : dr. Liya Suwarni


LATAR BELAKANG
Sebagian besar korban KDRT → perempuan, baik istri atau anak
1 perempuan, pelakunya biasanya ialah suami atau orang-orang yang tersubordinasi di
dalam rumah tangga itu

Kasus penganiayaan terhadap perempuan di Indonesia jumlahnya

2 terus ↑. Catatan akhir tahun 2018 selama tahun 2017 di Indonesia


ada 348.446 kasus kekerasan terhadap perempuan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga cenderung meningkat karena


3 kekerasan yang dihadapai perempuan juga meningkat

Pada tanggal 22 September 2004 disahkan UU No. 23 tahun 2004,


4 Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga
01 Bagaimana pengertian dari kekerasan
R M dalam rumah tangga?
02
U A Bagaimana prevalensi KDRT?

M S 03 Bagaimana ruang lingkup KDRT?

U A 04 Apa saja jenis-jenis kekerasan pada kasus KDRT?


S L 05 Bagaimana alur pelaporan KDRT?
A A
N H 06 Bagaimana hukum pidana dan perbandingan hukum
di Indonesia dengan Luar Negeri dalam KDRT?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
07
pelaporan gagal ke pidana?
TUJUAN UMUM

Agar masyarakat secara umum dapat memahami yang termasuk tindak


pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan mengetahui sanksi pidana
dan tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga
01 Mengetahui pengertian dari kekerasan
dalam rumah tangga
02 Mengetahui prevalensi KDRT

03 Mengetahui ruang lingkup KDRT

Tujuan 04 Mengetahui jenis-jenis kekerasan pada kasus KDRT

Khusus
05 Mengetahui alur pelaporan KDRT

Mengetahui hukum pidana dan perbandingan hukum


06
di Indonesia dengan Luar Negeri dalam KDRT
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
07
pelaporan gagal ke pidana
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI KDRT
(UU No 23/2004, Pasal 1)

Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama


perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan
atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga
PREVALENSI

Data menunjukkan bahwa 42%


KORBAN → Perempuan > laki-laki korban menerima cedera fisik dari
pasangannya

Kasus terbanyak → LBH APIK


Jenis KDRT tertinggi adalah KDRT
Semarang kasus KDRT/Domestic
fisik, psikis dan
Violence sebanyak 30 kasus
penelantaran ekonomi
atau 61%. (2017)
RUANG LINGKUP
Lingkup rumah tangga menurut UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Pasal 2
meliputi :
1. Suami, isteri, dan anak. Termasuk juga anak angkat dan anak tiri.
2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
dengan orang karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga. Hubungan perkawinan misalnya
mertua, menantu, ipar, dan besan dan/atau
3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan
menetap dalam rumah tangga tersebut. Orang yang
bekerja dipandang sebagai anggota keluarga dalam
jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
BENTUK-BENTUK KEKERASAN
Kekera
01
san
Fisik
01
04
02
Penelantaran Kekera
Rumah
Contents
Here
san
KDRT
Tangga
Psikis

03 Kekera
san
Seksual
BENTUK-BENTUK KEKERASAN
01 02 Perbuatan
mengakibatkan 03
01 Perbuatan ketakutan, hilangnya Perbuatan
mengakibatkanr rasa percaya diri, pemaksaan
asa sakit , kemampuan untuk hubungan
bertindak rasa tidak seksual dengan
jatuh sakit atau berdaya cara:
luka berat Makian,ancaman cerai,tidak Mengakibatkan ketakutan,
memberikan nafkah,melarang hilangnya rasa percaya
1. Pembunuhan melakukan aktivitas diluar diri, kemampuan untuk
2. Penganiayaan
rumah, memisahkan istri bertindak rasa tidak
3. Pemerkosaan berdaya
dari anak

04 Perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga. Penelantaraan


berlaku bagi sertiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi
Permohonan Perlindungan Ke
Pengadilan Negeri untuk
mendapat surat penetapan ALUR PELAPORAN KDRT
Unit Pelayanan
Korban Perempuan & Kejaksaan Pengadilan
KDRT Anak (PPA) Negeri negeri/vonis
Polres/Polda

Pendampingan/
Perempuan dan
Anak (PPA)/
POLDA

Relawan Pendamping Advokat


Pekerja
Sosial Pendamping Rohani
SIKLUS
KDRT
ASPEK HUKUM
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT

Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2006 tentang


Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban KDRT

Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi


Nasional Terhadap Perempuan

UndangUndang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi


dan Korban peraturan perundangan lainnya
UU PKDRT Pasal 3 menyebutkan Penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga dilaksanakan
berdasarkan :
a. Penghormatan hak asasi manusia
b. Keadilan dan kesetaraan gender
c. Nondiskriminasi
d. Perlindungan korban
UU PKDRT Pasal 4 menyebutkan Penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga bertujuan :
a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah
tangga
b. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga
c. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
d. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis
dan sejahtera
KETENTUAN PIDANA
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT diatur oleh
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan KDRT sebagai berikut:
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 44
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 45
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 46
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 48
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 49
Perbandingan Hukum Pidana KDRT di Indonesi
a Dengan Negara Lain
UU Kekerasan Domestic dan Kekerasan terhadap perempuan di
wilayah domestic rumah tangga di Malaysia diatur dalam Domestic
Violence Act 1994 yaitu tentang Akta Keganasan Rumah Tangga 1994
dengan No Act 521.

Domestic Violence Act 1994 ini dalam pembacaan harus dibaca


Bersama-sama dengan Penal Code (Act 574) atau UU lainnya yang
mengatur terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga.

Domestic Violence Act 1994 ini tidak hanya memberikan perlindungan


kepada perempuan (isteri) melainkan juga laki-laki (suami).
Hukum pidana Indonesia dengan Malaysia

No Elemen Indonesia Malaysia


1 Bentuk Kekerasan memiliputi fisik, Sama dan ada tambahan kekerasan
psikis, seksual & ekonomi terhadap pengrusakan pproperty,
  penggunaan obat yang
memabukkan sehingga
menyebabkan delusi

2 Pengaturan Merupakan satu kesatuan Terpisah dengan Domestic Violence


Sanksi dalam UU No. 23 Tahun 2004 Act 1994. Pengaturan merujuk pada
Pidana tentang Pengahapusan Penal Code of Malaysia, As at 1
Kekerasan Dalam Rumah January 2015
Tangga
No Elemen Indonesia Malaysia
3 Sifat dan Bentuk Altenatif & kumulatif. Bentuk Sifatnya sama Bentuknya
sanksi pidana penjara, denda dan pidana pidana penjara, denda dan juga
kurungan (pengganti pidana cambuk untuk perbuatan
denda) tertentu.

4 Pelaku Orang yang berada dalam Spouse (pasangannya), pihak


lingkup rumah tangga. Tidak ada ketiga atas perintah
pengaturan tentang pihak ketiga pasangannya

5 Korban Perempuan dalam lingkup rumah Pasangan (bisa laki /


tangga termasuk pembantu rumah perempuan), orang – orang yang
tangga yang menetap tinggal berkualifikasi khusus yaitu
bersama Tidak ada pengaturan disability
tentang korban jika disability  
 
Hukum pidana KDRT Indonesia dengan Singapura
Singapura tidak menyetujui adanya kekerasan dalam keluarga dan
masyarakat seperti dikoordinasikan oleh Kementrian Pembangunan
dan Olah raga tahun 2003:
80 % adanya kekerasan fisik dalam keluarga;
11 % adanya efek negatif emosional dalam keluarga;

75 % persen kasus melapor ke aparat untuk meminta pertolongan


Layanan untuk keluarga yang terkena
dampak kekerasan meliputi :

• Konseling dan layanan bantuan untuk keluarga &


kelompok dengan memberi dukungan, menyediakan
tempat penampungan bagi korban yang mengalami
krisis, bantuan medis melalui Rumah Sakit, polisi.
Pasal yang mengatur KDRT
di singapura

The Women,s Charter Pasal 64


Pasal 65 (5) (b)
Singapore Passed The Women’s Charter in 1961
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAPORAN GAGAL KE PIDANA

1 Diskriminasi dan ketergantungan secara ekonomi.

2 Ketakutan korban KDRT untuk melaporkan ke pihak yang berwajib.

3 Rendahnya pendidikan dan pengetahuan perempuan sebagai istri.

4 Lemahnya pemahaman dan penanganan dari aparat penegak hukum.


CONTOH KASUS 1

KRONOLOGI
r Tindakan kriminal
01 oleh suaminya Rus
Pemukulan dilakukan
pelaku dengan tangan
02 kosong dirumah
suami

3 kali pukulan atau


03 berulang-ulang hingga
memar di bagian mata
dan kening atau dahi
Saudari Erina
PEMBAHASAN
Terdapat tiga buah luka memar pada wajah.
1. Memar pertama
terdapat pada tepat kelopak mata, bentuk tidak teratur, dengan ukuran
panjang lima sentimeter, lebar tiga sentimeter, batas tidak tegas, warna
kemerahan.
2. Memar kedua
terdapat pada pipi kanan, lima sentimeter dari garis tengah tubuh dan empat
sentimeter di bawah dari gari yang melewati kedua mata, bentuk tidak teratur,
dengan ukuran panjang empat sentimeter dan lebar lima sentimeter, batas tidak
teratur, warna kemerahan
3. Memar ketiga
terdapat di dahi kanan, enam sentimeter dari garis tengah tubuh dan enam
sentimeter sebelah atas dari Garis mendatar yang melewati kedua mata,
bentuk tidak teratur, dengan ukuran panjang tiga sentimeter dan lebar empat
sentimeter, batas tidak ada tegas, warna kemerahan.
CONTOH KASUS 2
KRONOLOGI
Korban sedang menyetrika pakaian
anak tiba-tiba setrika jatuh menimpa
dinding kamar tidur terbuat dari
triplek. Pelaku yang lagi berbaring
terkejut dan menuduh korban
menendang dinding kamar. Pelaku
merempas setrika yang masih panas
dan menempelkannya ke wajah
korban Tanwin
Hungopa
PEMBAHASAN
Terdapat sebuah luka lecet pada tonjolan pipi kanan,
dengan ujung pertama 3 cm diatas garis mendatar
yang melewati kedua mata dan 5 cm dari garis
tengah tubuh, ujung kedua 7 cm dibawah garis
mendatar yang melewati kedua mata dan 10 cm dari
garis tengah tubuh. Bentuk garis, dengan ukuran
panjang 7 cm, lebar 4 cm, batas tidak tegas,
perabaan kasar, warna merah kecoklatan, memar
pada daerah sekitar luka.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai