Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

Morbus Hansen
Dibuat Oleh:
Gede Dehandra DW 1902611080
AAI Sarastriyani Dewi 190261180
Jenhan Putra 1902611241
Morbus Hansen / kusta / lepra merupakan penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.

Tanpa penanganan , penyakit ini sangat progresif dan dapat menyebabkan


kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata

Epidemiologi
Merupakan penyakit endemik di negara-negara tropis, terutama di
negara-negara terbelakang atau berkembang.

Prevalensinya telah menurun secara signifikan sejak


diperkenalkannya penggunaan MDT (Multidrug Therapy) pada
awal tahun 1980-an
Etiologi
 Mycobacterium Leprae

 Ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874

 Ukuran: 3-8 micro meter x 5 micro meter

 Merupakan bakteri intraselular , aerobik, gram-


positif berbentuk tongkat , tahan asam dan
alkohol
Transmisi
melalui dari kontak dekat secara terus-menerus atau
lama pada individu yang rentan dan yang memiliki
kecenderungan genetik dengan pasien yang tidak
diobati

 Port of entry :

1. inokulasi ( luka,garukan,gigitan,tattoo)

2. inhalasi ( saluran pernafasan )


Patofisiologi
Mycobacterium Leprae

Masuk ke dalam tubuh

Replikasi bakteri di dalam sel Schwann

Respons CMI baik Respon CMI buruk

• Tidak ada lesi kulit/ saraf terlihat • Multi-bacillary lepra


• Lesi kulit/ saraf muncul diikiuti dengan penyembuhan • Selain kulit dan saraf, dapatmengakibatkan
• Pauci – bacillary Lepra kerusakan pada organ lainnya ( mata, testes,
ginjal otot , dll)

Disabilitas dan kecacatan


Faktor Resiko
1 Tinggal di daerah endemis

2 Lingkungan tempat tinggal tidak memadai dan tidak higenis

3 Air dan makanan yang terkontaminasi dan tidak mencukupi

4 Penyakit lain yang mengganggu fungsi kekebalan tubuh

5 Faktor genetik
KLASIFIKASI
Klasifikasi Pre-Manila Danielssen & Boeck Klasifikasi India (1955)
(1847/8), Hansen & Looft (1895) , Neisser
(1903)
Klasifikasi Strassbourg (1923) Klasifikasi Ridley-Jopling
Klasifikasi Manila (1931) Klasifikasi New IAL (1981)

Klasifikasi Cairo (1938) Klasifikasi Job & Chacko (1982)

Klasifikasi Pan American (1946) Klasifikasi WHO (1982)

Klasifikasi Havana (1948) Klasifikasi WHO (1988)

Klasifikasi Komite Ahli WHO (1952) Klasifikasi WHO berdasarkan jumlah lesi
(1998)

Klasifikasi Madrid (1953 Klasifikasi di bawah NLEP


Manifestasi Klinis
1 Kulit : Makula, Papula, Nodul, Infiltrat

2 Saraf Perifer : Gangguan sensorik, motorik dan otonom

3 Mata : Kerusakan Intraocular maupun extraocular

4 Gangguan Psikiatrik
ANAMNESIS

01  Tanda kardinal
kusta  Riwayat kontak
02 dengan pasien
kusta
Latar belakang keluarga
03 (tinggal di daerah
endemis, keadaan sosio
 Riwayat
ekonomi) 04 pengobatan
kusta
TANDA KARDINAL KUSTA

1 2 3

Lesi (kelainan) kulit Penebalan saraf tepi Basil tahan asam


yang mati rasa disertai dengan (BTA) positif
gangguan fungsi saraf
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi kulit (lokasi dan morfologi)

Palpasi
Kelainan kulit: nodus, infiltrate, jaringan parut, ulkus,
khususnya pada tangan dan kaki
Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran,
konsistensi, nyeri tekan dan nyeri spontan)
Tes Fungsi Saraf
Tes Sensoris/Sensibilitas: rasa raba, nyeri dan suhu
Tes Otonom
Tes Motoris: Voluntary Muscles Test (VMT)

Tanda Pada Mata


Bagan diagnosis Klinis menurut WHO
  PB MB

- 1-5 Lesi
- > 5 lesi
Lesi Kulit - Hipopigmentasi/Eritema
- Distribusi lebih simetris
(Makula, papula, - Distribusi tidak simetris
- Hilangnya sensasi
Nodus) - Hilangnya sensasi yang
kurang jelas
jelas

Kerusakan Saraf - Hanya satu cabang saraf - Banyak cabang saraf


TIPE KUSTA PAUSIBASILER

Sifat Indeterminate (I) Boderline Tuberkuloid (BT) Tuberkuloid (TT)


Lesi
Bentuk Infiltrat Makula dibatasi infiltrat Makula saja
Jumlah ≥1 Beberapa atau 1 dengan ≥1
satelit
Distribusi Variasi Masih asimetris Asimetris
Permukaan Halus, agak berkilat Kering bersisik Kering bersisik
Batas Dapat jelas/tidak jelas Jelas Jelas
Anestesia Tidak ada/tidak jelas Jelas Jelas
Basil Tahan Asam (BTA)
Lesi Kulit Biasanya (-) (-) atau hanya 1 (+) Hampir selalu (-)
Tes Lepromin Dapat (+) lemah/ (-) (+) lemah Positif kuat 3(+)
Intermediate (I) Borderline Tuberculoid (BT)

Tuberculoid (TT)
TIPE KUSTA MULTIBASILER
Sifat Lepromatosa (LL) Boderline Mid Borderline (BB)
Lepromatosa (BL)
Lesi
Bentuk Makula, Infiltrat difus, Papul, Makula, Plakat, Plakat, Dome-shaped (buah),
Nodus Papul Punched out
Jumlah Tidak terhitung, tidak ada Sukar dihitung, Dapat dihitung
kulit sehat masih ada kulit
sehat
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Biasanya tidak jelas Tidak jelas Lebih jelas
Basil Tahan Asam (BTA)
Lesi Kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Tes Lepromin (-) (-) Biasanya (-)
Lepromatosa (LL) Borderline Lepromatosa (BL)

Mid Borderline (MB)


Diagnosis Banding

VITILIGO Pitryasis Versicolor Pitryasis Alba


Diagnosis Banding

Tinea Circinata Psoriasis Neurofibroma


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Monofilamen Pemeriksaan
Semmer-Weinstein Bakterioskopik: BTA, IM

6 1

Reaksi Berantai
5 2 Pemeriksaan
Polimerase /PCR Histopatologis

4 3

Pemeriksaan Serologik: MLPA, Tes Lepromin


ELISA, ML dipstick
REAKSI KOMPLIKASI KUSTA

 Reaksi tipe 1/
Reversal Reaction

 Reaksi tipe 2/ Erythema


Nodosum Leprosum (ENL)
TERAPI FARMAKOLOGIS

Dapson (Diaminodifenil sulfon/DDS) - 1-2mg/kgBB per hari

Rifampisin - 10mg/kgBB/hari atau setiap bulan

Klofazimin -Dosis awal adalah 300mg/bulan - Dilanjutkan


dengan 50mg/hari atau 100mg selang sehari atau
3x100mg/minggu

Alternatif obat lainnya:


-Protionamid – 5-10mg/kgBB per hari
-Ofloksasin – 400mg/hari
-Minosiklin – 100mg/hari
TERAPI FARMAKOLOGIS
Dosis MDT pada pasien kusta Tipe PB Dosis MDT pada pasien kusta Tipe MB
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
• Pengidap kusta perlu menjaga kebersihan diri secara rutin, terutama pada
regio yang mengalami penurunan fungsi neurologis

• Istirahatkan region yang terlihat kemerahan atau melepuh

• Tidak memberikan tekanan yang berlebihan pada region lesi

• Untuk pencegahan dan penanganan komplikasi yang ada dibutuhkan kerja


sama dengan bagian bedah ortopedi, podiatrist, neurologi, oftalmologi dan
rehabilitasi medis
TERAPI 01
Reaksi Tipe 1 / Reversal Reaction
OAINS (obat antiinflamasi nonsteroid) dan steroid dosis tinggi.
UNTUK Prednison diberikan dengan dosis 40-60mg/hari dengan penurunan bertahap
REAKSI sebanyak 5mg setiap 2-4 minggu setelah perbaikan ditunjukan.

KOMPLIKASI
Reaksi Tipe 2 / ENL - Erythema Nodosum Leprosum
02 Prednisolon, klofazimin atau thalidomide.

• Reaksi ENL ringan : aspirin 600-1200mg/hari yang dibagi menjadi 4-6 kali per hari

• Reaksi ENL parah: prednisone 60-80mg/hari dengan penurunan dosis secara


bertahap, sebanyak 5-10mg setiap 2-4

• Pasien dengan plak subkutan yang besar, radang sendi, dan demam >38.8 oC
dapat diberikan thalidomide 100mg PO 4 kali per hari
PROGNOSIS

• Kusta dapat disembuhkan  kelainan dan kerusakan


saraf yang berhubungan dengan kusta sering ireversibel.
• Prognosis tergantung pada stadium penyakit,
akses pasien terhadap terapi, kepatuhan pasien, dan
inisiasi awal pengobatan.
• Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan mejadi
lebih sederhana dan lebih singkat, serta prognosis menjadi
lebih baik. Jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik,
prognosis menjadi kurang baik.
Laporan Kasus
Idenditas Pasien

Nama : Tn. KPT


Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang Keliling
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Karangasem
Status Pernikahan : Menikah
No RM : 123456
Tanggal Pemeriksaan : 05-11-2019
Anamnesis
Keluhan Utama :
Bercak kemerahan mati rasa pada wajah, badan, tangan, dan kaki

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar dengan keluhan utama
berupa bercak kemerahan ,mati rasa pada wajah, badan, tangan, dan kaki. Bercak muncul sejak 3
bulan sebelumnya, mendadak tanpa rasa gatal dan nyeri. Bercak ada secara terus menerus, awalnya
berukuran kecil kemudian melebar dan menyebar di beberapa bagian tubuh. Keluhan terus memberat
seiring berjalannya waktu tanpa ada faktor yang memperingan. Keluhan awalnya muncul hanya pada
wajah berupa bercak merah, kemudian dua bulan setelahnya mulai mati rasa pada daerah lesi. Bercak
kemudian menebal dan menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Keluhan demam, kesemutan, dan nyeri
sendi disangkal oleh pasien. Pasien juga mengeluhkan alis yang mulai rontok sejak satu tahun
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes,
gangguan hati, dan kelainan darah disangkal. Riwayat
konsumsi obat pengencer darah disangkal. Riwayat alergi
obat maupun makanan disangkal oleh pasien.
 
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah melakukan pengobatan untuk
lesi kulitnya. Riwayat penggunaan obat-obatan tradisional
pada lesi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga:
Kakek dari pasien memiliki keluhan serupa dan sudah
melakukan pengobatan selama hampir satu tahun, saat ini
dikatakan kondisi sudah membaik. Riwayat penyakit
sistemik dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial:
Pasien adalah seorang pegawai swasta, merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini tinggal bersama
keluarga besar termasuk kakeknya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Kepala : Normocephali

Status Present Mata : Konjungtiva anemis (-/-),


ikterik (-/-), reflex pupil (+/+)
Kesadaran Umum : Sedang isokor 3mm/3mm

Tekanan Darah : 120/70 mmHg Leher : JVP 0 cm H2O, pembesaran


kelenjar getah bening (-)
Nadi : 84 x/menit, reguler
THT
Laju Pernafasan : 18 x/menit Telinga : Daun telinga N/N, sekret (-/-)

Suhu Aksila : 36.5oC Hidung : Sekret (-/-)

Tenggorokan : Tonsil T1/T1 hiperemis (-/-),


faring hiperemis (-)

Lidah : Lidah berselaput (-), ulkus (-),


papil lidah atrofi (-)
Bibir : Sianosis (-)
Thoraks : Simetris saat statis dan dinamis
Cor
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo
Auskultasi : Vesikuler + + Rhonki - - Wheezing - -
+ + - - - -
+ + - - - -
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), scar (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Hangat + + Edema - -
+ + - -
STATUS DERMATOLOGI
Lokasi: Wajah, thoraks, abdomen, punggung,
ekstremitas dextra et sinistra

Effloresensi: Plak eritema, multipel, batas tegas,


bentuk bulat hingga geografika, ukuran bervariasi
mulai diameter 0,5 – 1,5 cm dan berukuran 1 x 1,5
cm sampai 6 x 8 cm dengan permukaan agak
mengkilat, tersebar diskret. Infiltrat pada cuping
telinga kanan dan kiri.

Mukosa : Hiperemis (-)


Rambut : Rambut kepala rontok (-), warna hitam, alis rontok
(+)
Kuku : Pitting nail (-), rapuh (-)
Fungsi kelenjar keringat: Hiperhidrolisis (-), anhidrosis (-)
Kelenjar limfe: Pembesaran KGB leher belakang (-)
Saraf : Penebalan saraf (+), parastesi (-)
Pemeriksaan Sensibilitas
Pada lesi ditemukan penurunan terhadap rasa raba, nyeri dan suhu .

Pemeriksaan Monofilament Semmer-Weinstein


Pada Dorsum dan palmar manus dekstra et sinistra ,pada dorsum dan
plantar pedis dekstra et sinistra hasil warna : hijau.
.

Pemeriksaan Saraf
Terdapat penebalan pada N. auricularis magnus dekstra, N. ulnaris sinistra. .

5555 5555
Pemeriksaan Voluntary Muscle Test (VMT) :
5555 5555
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Slit Skin Smear


Cuping telinga kanan : 5-10 BTA dalam 1 LP (granuler)
Cuping telinga kiri : 5-10 BTA dalam 1 LP (granuler)
Index Bakteriologi (IB) : +3
Darah Lengkap
Parameter Hasil Unit Nilai Rujukan
WBC 6.92 103/µL 4.1 – 11.0
- NE# 4.32 103/µL 2.50 – 7.50
- LY# 1.14 103/µL 1.00 – 4.00
- MO# 0.92 103/µL 0.10 – 1.20
- EO# 0.49 103/µL 0.00 – 0.50
- BA# 0.05 103/µL 0.0 – 0.1
RBC 5.28 106/µL 4.5 – 5.9
HGB 14.5 g/dL 12.0 – 16.0
HCT 43.94 % 36.0 – 46.0
MCV 83.20 fL 80,0 – 100,0
MCH 27.46 Pg 26.00 – 34.00
MCHC 33.01 g/dL 31.00 – 36.00
PLT 222.60 103/µL 140 – 440
LED 25 mm 0-15
Kimia Darah

Parameter Hasil Unit Nilai Rujukan

AST/SGOT 25.6 U/L 11.00 – 27.00

ALT/SGPT 15.0 U/L 11.00 – 50.00

BUN 12.1 mg/dL 8.00 – 23.00

Kreatinin 0.78 mg/dL 0.70 – 1.20


DIAGNOSIS

Kusta Tipe Borderline Lepromatous (BL) dd


Lepromatosa (LL)
Planning terapi
• MDT – MB PAKET ke-1 selama 12 bulan
• Rifampicin 600 mg tablet tiap bulan intraoral
• Dapson 100 mg tablet tiap 24 jam intraoral
• Klofazimin (Lampren) 300 mg tablet tiap bulan intraoral; 50
mg tablet tiam 24 jam intraoral
• Vitamin B1 B6 B12 1 tablet tiap 24 jam intraoral

Planning Pemeriksaan Penunjang  Biopsi


Monitoring
• Cek darah lengkap (untuk efek samping
anemia hemolitik dan hepatotoksik)
• BTA setiap 2 bulan sekali
KIE

• Mengedukasi keluarga dan pasien tentang kondisi pasien, tindakan,


rencana terapi, komplikasi yang dapat terjadi dari pengobatan.
• Mengedukasi pasien dan keluarga pasien dalam kepatuhan minum obat,
serta perlunya dukungan dari keluarga untuk membantu kesembuhan
pasien.
• Mengedukasi kepada pasien mengenai cara penularan penyakit agar
tidak menularkan penyakit kepada orang terdekat.
Prognosis

Ad vitam : bonam
Ad functionam: bonam
Ad sanationam : bonam
ANAMNESIS
TEORI KASUS
• Pada anamnesis, Pasien mengatakan bahwa
bercak kemerahan mati rasa muncul mulai 3
• Pada Morbus Hansen’s, dapat bulan sebelumnya. Awalnya bercak hanya
ditemukan tanda kardinal kusta muncul pada wajah, kemudian menyebar
yaitu : semakin banyak ke badan, kedua tangan, dan
1. Lesi kulit yang mati rasa kedua kaki. Mati rasa dikatakan mulai muncul
2. Penebalan saraf tepi disertai 2 bulan berikutnya.
ganguan fungsi saraf • Bercak berupa lesi plak eritema dengan batas
3. BTA positf jelas dan hampir simetris.
• Pada pemeriksaan Sensibilitas ditemukan
penurunan terhadap rasa raba, nyeri dan
suhu.
ANAMNESIS

TEORI KASUS
• Pada Morbus Hansen’s, • Terdapat penebalan pada N.
dapat ditemukan tanda auricularis magnus dekstra,
kardinal kusta yaitu : N. ulnaris sinistra.
1. Lesi kulit yang mati rasa • Hasil dari pemeriksaan
2. Penebalan saraf tepi Voluntary Muscle Test (VMT)
disertai ganguan fungsi didapatkan normal.
saraf
3. BTA positf
PEMERIKSAAN FISIK
TEORI
Sifat Lepromatosa (LL) Boderline Lepromatosa Mid Borderline (BB)
(BL)
Lesi
Bentuk  Makula  Makula  Plakat
 Infiltrat difus  Plakat  Dome-shaped (buah)
 Papul  Papul  Punched out
 Nodus
Jumlah Tidak terhitung, tidak Sukar dihitung, masih Dapat dihitung
ada kulit sehat ada kulit sehat
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak
berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Biasanya tidak jelas Tidak jelas Lebih jelas
Basil Tahan Asam (BTA)
Lesi Kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Tes Lepromin (-) (-) Biasanya (-)
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS

• Plak
• Eritema
• Multipel
• Batas tegas
• Bentuk bulat hingga
geografika ukuran bervariasi
• Permukaan agak mengkilat.
• Tersebar diskret
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Monofilamen Semmer-Weinstein

TEORI KASUS
Warna dari Filamen Korelasi Klinis
• Pada dorsum dan palmar
Hijau Normal
manus dekstra et sinistra,
Biru Sensasi sentuhan ringan
pada dorsum dan plantar
berkurang
pedis dekstra et sinistra
Ungu Sensasi perlindungan
hasil warna hijau.
berkurang
Merah Sensasi perlindungan di
tangan hilang
Oranye Sensasi perlindungan di kaki
hilang
Merah terang Sensasi tekanan berat
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Saraf

TEORI KASUS
• Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi Terdapat penebalan pada N. auricularis
(pembesaran, konsistensi, nyeri tekan magnus dekstra, N. ulnaris sinistra.
dan nyeri spontan)
• Lokasi pemeriksaan saraf tepi:
• N. facialis
• N. auricularis magnus
• N. radialis
• N. ulnaris
• N. medianus
• N. cutaneous radialis
• N. peroneus communis (popliteal
lateralis)
• N. tibialis posterior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TEORI KASUS

• Indeks Bakteri (IB) ditentukan


dengan cara:
• Cuping telinga kanan: 5-10 BTA
• 0 : Tidak ada BTA dalam 100 lapang dalam 1LP (granuler)
pandang • Cuping telinga kiri : 5-10 BTA
• 1+ : 1-10 BTA dalam 100 lapang pandang
• 2+ : 1-10 BTA dalam 10 lapang pandang
dalam 1 LP (granuler)
• 3+ : 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang • Index Bakteriologi (IB): +3
• 4+ : 11-100 BTA dalam 1 lapang pandang
• 5+ : 101-1000 BTA dalam 1 lapang pandang
• 6+ : >1000 BTA dalam 1 lapang pandang
TERAPI
TEORI KASUS
• MDT – MB PAKET ke-1 selama 12 bulan
• MDT– MB
• Rifampicin 600 mg tablet tiap bulan
• Rifampicin 10mg/kgBB/hari 1x/ bulan
intraoral
• Dapson 1-2mg/kgBB/hari
• Dapson 100 mg tablet tiap 24 jam
• Klofazimin (Lampren) 300mg /bulan, intraoral
dilanjutkan dengan 50mg/hari atau • Klofazimin (Lampren) 300 mg tablet
100mg selang sehari atau
tiap bulan intraoral; 50 mg tablet tiam
3x100mg/minggu
24 jam intraoral
• Vitamin B1 B6 B12 1 tablet tiap 24 jam
intraoral
Kesimpulan
Penyakit Hansen (Hansen’s Disease) atau yang juga dikenal dengan
Kusta atau Lepra, adalah penyakit menular kronis oleh bakteri
Mycobacterium leprae atau Mycobacterium lepromatosis. Kusta
dapat dianggap sebagai 2 penyakit yang saling terhubung yang
terutama mempengaruhi jaringan superfisial, terutama kulit dan saraf
perifer. Awalnya, infeksi mikobakteri menyebabkan beragam respon
imun seluler. Lalu kejadian imunologis ini, kemudian menimbulkan
bagian kedua dari penyakit ini yakni, neuropati perifer dengan
konsekuensi jangka panjang yang potensial. Infeksi jangka panjang
ini dapat menyebabkan kerusakan pada saraf, saluran pernapasan,
kulit, dan mata.
Kesimpulan

Pada pasien dalam kasus ini telah ditegakkan diagnosis Morbus


Hansen tipe BL berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Tatalaksana yang cukup
dan sesuai sehingga pasien diharapkan membaik setelah
pengobatan agar tidak akan terjadi reaksi. Komunikasi, Informasi
dan Edukasi sudah diberikan terkait dengan penyakit yang dialami
oleh pasien sehingga pasien mengetahui cara mengontrol faktor
resiko agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit pasien tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai