Kelompok 8B
Tujuan Pembelajaran
1. Definisi & Epidemiologi
2. Klasifikasi Morbus Hansen
3. Etiologi
4. Patofisiologi & Manifestasi Klinis
5. Diagnosis ( Anamnesis, P.Fisik,
P.Penunjang)
6. Diagnosis Banding
7. Penatalaksanaan
Definisi dan Epidemiologi
Morbus Hansen
Kusta, berasal dari bahasa sansekerta yaitu kusthe
yang berarti penyakit kulit. Penyakit kusta tergolong
ke dalam penyakit kulit granulomatosus pada syaraf
tepi dan mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi
pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar
www.depkes.go.id
Saluran
Kontak kulit
pernafasan
penderita dan
bagian atas
host (tidak
(droplet
intak)
infection)
Basil
bermigras Memasuki
i ke sel
jaringan schwann
saraf
Kuman basil
bermultiplik
Kuman Merusak
asi dengan
basil sel saraf
lambat
(12-14 hari)
Kuman
Limfosit dan
basil
makrofag
dikenali Proses
menginvasi
oleh Inflamasi
jaringan yang
sistem
terinfeksi
imun
MANIFESTA
SI KLINIS
Gejala
Hipopigmentasi
Hiperpigmentasi
Eritematosa
Reaksi panas dari derajat rendah
sampai dengan menggigil
Noreksia
Nausea
M.Lepra memiliki Berikatan dg Sel
bagian G domain of schwan melalui Mengaktifkan MHC
M.Lepra masuk
extracellular reseptor II
matriks dystroglikan
Meransang
makrofag bekerja
Sitokin dan GF
terus menerus Saraf yg rusak
untuk tidsk mengenali Merusak saraf akan diganti
bagian self dan
menghasilkan dengan jar fibrous
non-self
sitokin dan GF yg
lebih banyak lagi
Mempengar
Mekanisme Mikroorganis
uhi enzim
langsung me masuk
Tirosinase
(secara oksidasi)
dopakinon akan
Kemudian
diubah menjadi
dioksidasi kembali
menjadi radikal bebas DOPAquinon DOPA melalui
seperti Dopakrom.
Jika terkena melanosit e proses
maka melanosit akan
rusak. Hidroksilasi
HIPOPIGMENTA
SI
Sel-sel
stratum
Bergerak ke
basalis
atas
berdiferensi
asi
Stratum
Krn proses korneum
inflamasi mengalami
keratinisasi
Mengganggu
proses Skuama
keratinisasi
Terbentuk Saraf
P Baik
granuloma
pada nervus
membeng
kak dan
B di cutaneus rusak
Identitas Diri
Nama, Umur,
Pekerjaan,
Pendidikan, Status
Laki-laki, 22 tahun
Perkawinan,
Alamat, Agama,
Suku
Sacred Seven
Onset -
Kronologi -
Memperingan
-
Memperberat
Apakah pernah
Riwayat Penyakit Dahulu mengalami ini
sebelumnya?
Apakah di keluarga atau
sekitarnya ada yang
Riwayat Penyakit Keluarga
mengalami keluhan
seperti ini?
Rasa Nyeri
Rasa Raba
Rasa Suhu
C. Tes Fungsi Syaraf
Tes motoris
Voluntary Muscle Test
(VMT)
Penilaian:
Gerakan
pasien
Ketahanan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KUSTA
(MORBUS HANSEN)
1. PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
(KEROKAN JARINGAN KULIT)
Tujuan Pemeriksaan:
Membantu menegakkan diagnosis
kusta
Membantu menentukan klasifikasi
penyakit kusta pada pasien baru
Membantu diagnosis pasien kambuh
dari pasien yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan
Membantu menilai hasil pengobatan.
Ketentuan lokasi pengambilan
sediaan:
Sediaan diambil dari lesi kulit yang
diharapkan paling padat oleh
kuman atau yang paling aktif (lesi
yang meninggi dan berwarna
kemerahan).
Lokasi sediaan pemeriksaan rutin :
diambil pada kedua cuping telinga
bagian bawah dan 2-4 lesi yang
paling aktif.
Hasil Pemeriksaan
Bakterioskopik
(+)M.Lep
Bentuk M.leprae : rae
BTA
Batang utuh berbentu
(solid) kuman k solid
tampak
hidup (lebih merah
berbahaya karena pada
sediaan
bisa berkembang
biak dan menular)
Batang terputus
Ben
(fragmented) tuk
Butiran (granular) mat
i
Hasil Pemeriksaan (berdasarkan
Klasifikasi)
2. PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGIK
Tipe tuberkuloid : tuberkel dan
kerusakan saraf yang lebih
nyata, tidak ada kuman atau
hanya sedikit dan non-solid.
Tipe Lepromatosa : terdapat
kelim sunyi subepidermal
(subepidermal clear zone),
yaitu daerah langsung
dibawah epidermis yang
jaringannya tidak patologik.
Didapati sel Virchouw(sel
lepra) dengan banyak kuman.
3. PEMERIKSAAN
SEROLOGIK
o Kegunaan pemeriksaan serologic: membantu
diagnosis kusta yang meragukan karena tanda
klinis dan bakteriologik tidak jelas.
o Pemeriksaan didasarkan atas terbentuknya
antibody pada tubuh yang terinfeksi oleh
M.leprae.
Antibody spesifik : antibody anti phenolic
glycolipid-1(PGL-1) dan antibody antiprotein 16
kD serta 35 kD.
Antibodi non-spesifik : antibody anti-
lipoarabinomanan (LAM)
Jenis pemeriksaan serologic kusta:
Uji MLPA (Mycobacterium Leprae
Particle Aglutination)
Uji ELISA (Enzyme Linked
Immunosorbent Assay)
ML dipstick test (Mycobacterium
leprae dipstick)
ML flow test (Mycobacterium leprae
flow test)
Diagnosis Banding
MORBUS PITIRIASIS TINEA
VITILIGO
HANSEN ALBA VERSIKOLOR
Malassezia furfur Penyakit genetik
ETIOLOGI Mycobacterium leprae Idiopatik atau Pityrosporum atau autoimun
orbiculare
Tidak ada tempat Ekstermitas Wajah, perut, Sering bersifat
PREDILEK
predileksi khusus dan badan leher, punggung generalisata
SI belakang
Makula/patch Makula/patc Makula/patch Makula/patch
hipopigmentasi h hipopigmentas hipopigmentas
Rasa baal hipopigment i i (seperti putih
Penebalan saraf asi Ditutupi sisik susu
GAMBARA perifer Batas tegas, halus homogen)
N KLINIS skuama tipis Gatal ringan Batas tegas
Tidak baal Tidak ada baal Tidak baal
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penebalan penebalan penebalan
saraf perifer saraf perifer saraf perifer
Merupakan penyakit Setelah Makula Warna benar-
kronis eritema hipopigmentas benar putih
Bakteri menghilang, i, seperti kapur
Mycobacterium lesi yang kecoklatan,kea (batas jelas
KEY leprae memberikan dijumpai buan atau dengan kulit
gambaran khas, hanya kehitam- normal)
POINT kelenjar (anhidrosis), depigmenta hitaman dalam
saraf (anastesi), si dengan berbagai
pigmen skuama ukuran dengan
(apigmentasi), halus skuama halus
rambut (alopesia),
otot (atrofi)
Frambusia (Yaws)
Lesi berupa beberapa benjolan (nodul)
yang berkelompok di tungkai, berwarna
merah, permukaan kasar dan terdapat
krusta berwarna kuning. Kadang-kadang
berulserasi dan sembuh membentuk
parut atrofi berwarna agak putih. Gambar
wajah tampak lesi atrofi, hipopigmentasi,
dan kadang-kadang sensasi terhadap
rasa raba dan nyeri agak terganggu.
Granuloma Multiforme
Penyakit ini pada beberapa tingkatan sangat
menyerupai kusta. Pertama kali ditemukan di
dunia. Penyebabnya masih belum diketahui,
kemungkinan merupakan satu varian dari
granuloma anulare. Tahap awal ditandai oleh
adanya gatal (tidak terjadi pada kusta). Lesi
menghilang sendiri cepat atau lambat dan
tidak ada respon terhadap pengobatan
apapun. Fungsi sensasi, pengeluaran keringat
dan saraf perifer normal.
Pellagra
Bercak dapat menyerupai kusta tipe
PB yang sedang mengalami reaksi.
Lesi khas, simetris, tanpa keluhan dan
seringkali dihubungkan dengan
malnutrisi, alkoholisme dan
kemiskinan. Fungsi sensasi
pengeluaran keringat dan saraf perifer
normal. Lesi tersebut (serta keadaan
umum pasien) memberikan respon
cepat dengan pemberian asam
Penatalaksanaan
Tata Laksana Medikamentosa
Dalam bentuk kombinasi obat
MDT (Multidrug Therapy):
Pausibasiler (PB) : Rifampisin, DDS
Multibasiler (MB) : Rifampisin, DDS, dan
Klofazimin
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789
/1791/2/BK2012-406.pdf
Rifampisin
Bersifat bakterisidal
Kegunaan: obat kusta MB dan PB
Setelah pemberian per oral, secara cepat diabsorbsi dan
didistribusikan ke jaringan
Mudah mengalami resistensi sehingga pemberian harus
dikombinasikan dengan antimikroba lain
Kontraindikasi: hipersensitivitas, disfungsi hepar
Perhatian: diperlukan pengawasan terhadap fungsi hati
pada lansia, penyakit hepar, dan pasien dengan
ketergantungan alkohol. Dapat menyebabkan urin, air
mata, air liur, dan sputum berwarna merah
Dapson (Diamino Diphenyl Sulphone)
Kegunaan: obat kusta MB dan PB
Disebut juga sebagai DDS
Bersifat bakteriostatik
Setelah absorbsi, dapson didistribusikan secara luas ke
seluruh tubuh, dan bertahan di kulit, otot, ginjal, serta hepar.
Kontraindikasi: anemia berat, hipersensitivitas terhadap
sulfon
Perhatian: dapson dapat menyebabkan hemolisis terutama
pada pasien defisiensi G6PD
Klofazimin
Bersifat bakteriostatik, bakterisidal lemah dan
antiinflamasi
Kegunaan: obat kusta MB,
Perhatian: diperlukan pengawasan terhadap pasien
dengan penyakit gastrointestinal dan hepar
Efek samping:
Gejala gastrointestinal: nyeri, mual, muntah, dan
diare
MDT Pausibasiler (1)
Kombinasi Dapson dan Rifampisin selama 6-9 bulan
Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg per hari 600 mg per bulan
(berat badan 50-70 dengan supervisi
kg)
*
Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.
MDT Multibasiler
Kombinasi Dapson, Rifampisin, dan Klofazimin selama 12-18 bulan
*
Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.
Dosis anak disesuaikan dengan berat
badan :
Rifampisin : 10-15 mg/kgbb
Dapson : 1-2 mg/kgbb
Lampren : 1 mg/kgbb
PENCEGAHAN KUSTA
Faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta
dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah.
Terapi
Rehabilit Fisiotera
psikolog asi pi
is
Memberikan
lapangan pekerjaan
yang sesuai cacat
tubuhnya, sehingga Secara
dapat berprestasi dan kekarya
dapat meningkatkan an
rasa percaya diri
Daftar pustaka
Depkes, 1998, Buku Pedoman
Pemberantasan Penyakit Kusta,
Cetakan ke-XII, Depkes Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media
Aeuscualpius, Jakarta.
https://www.slideshare.net/TurkiAlAn
azi/leprosy-hansens-disease