Oleh :
Mahfudi Insan Kamil
( 470115019 )
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya. (Depkes RI, 1998).
Kusta (lepra atau morbus Hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae). (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
1.1. Klasifikasi
Indeterminate (I)
Tuberkuloid (T)
Boderline-Dimorphous (B)
Lepromatosa (L)
Tuberkoloid (TT)
Borderline tuberculoid (BT)
Mid-Borderline (BB)
Borderline Lepromatous (BL)
Lepromatosa (LL)
Klasifikasi bentuk klinis penyakit kusta dibedakan atas dua jenis yaitu :
Pada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi, sering terjadi gejala
kulit tak begitu menonjoltetapi gangguan saraf lebh jelas. Komplikasi saraf serta
kecacatan relative lebih sering terjadi sering terjadi dan timbul lebih awal dari
bentuk basah.
Pemeriksaan bakteriologis sering kali negative, berarti tidak ditemukan adanya
kuman penyebab. Bentuk ini merupakan yang paling banyak yang ditemukan di
Indonesia dan terjadi pda orang yang daya tahan tubuhnya terhadap kuman kusta
cukup tinggi.
Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik diselaput
lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain. Jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya tahan
tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta.
Pada bentuk yang parah bisa terjadi ”muka singa” (facies leonina). Diantara kedua
bentuk klinis ini, didapatkan bentuk pertengahan atau perbatasan(tipe borderline)
yang gejala-gejalanya merupakan peralihan antara keduanya. Bentuk ini
dalam pengobatannya dimasukkan jenis kusta basah.
3. Perbedaan antara kusta Pause Basiler (PB) dengan Multi Basiler (MB)
menurut WHO
a. Jumlah a. 1-5
g. Bercak masih
berkeringat, bulu tidak
rontok
Infiltrat
b. Medarosis
”central healing”
3. Ciri hidung c. Ginecomastia
penyembuhan ditengah
d. Hidung pelana
e. Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
Terjadi pada yang lanjut
Lebih sering terjadi
5. Penebalan saraf tepi biasanya lebih dari 1 dan
dini, asimetris
simetris
Biasanya asimetris
6. Deformitas cacat Terjadi pada stadium lanjut
terjadi dini
7. Apusan BTA negatif BTA positif
2. Etiologi
Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara
40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8
micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu,
hidup dalam sel dan BTA.
3. Patofisiologi (WOC)
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun pada
tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler
dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit
imonologik.
4. Manifestasi Klinis
Menurut WHO (1995) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda
kardinal berikut :
Lesi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-
kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga biasanya berupa: makula, papul,
nodul. Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran
khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan
sensibilitas kulit dan kelemahan otot.
2. BTA positif
5.Komplikasi
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.
6.Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Bakteriologis
6.Penatalaksanaan
1. Terapi medik
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6
dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif.
Klofazimin:
Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
Perawatan umum
1. Penderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan atau kotoran
2. Penderita harus ingat sering kedip dengan kuat
3. Mata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu.
1. Penderita memeriksa tangannya tiap hari untuk mencari tanda- tanda luka,
melepuh
2. Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang setengah
jam
3. Keadaan basah diolesi minyak
4. Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
5. Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi-sendi tidak kaku
6. Tangan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
Perawatan luka
Krisis 1
1. Kemungikan masalah dapat diubah
Tidak dapat 0
2. Potensial masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
3. Menonjolnya masalah
ditangani
1
Ada masalah tapi tidak 1
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot
8.Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa 1
Kriteria :
Intervensi:
2. Diagnosa 2
Intervensi:
Kriteria:
Intervensi:
Kriteria:
Intervensi
Intervensi :