PROGRAM P2 KUSTA
A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronik (menular menahun) yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya
menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial,
mata, otot, tulang dan testis.
Penyakit kusta jarang sekali ditemukan pada bayi. Angka kejadian penyakit kusta
meningkat sesuai umur dengan puncak kejadian pada umur 10-20 tahun (Depkes RI, 2006).
Penyakit kusta dapat mengenai semua umur dan terbanyak terjadi pada umur 15-29 tahun.
Serangan pertama kali pada usia di atas 70 tahun sangat jarang terjadi.
Kejadian penyakit kusta pada laki-laki lebih banyak terjadi dari pada wanita, kecuali di
Afrika, wanita lebih banyak terkena penyakit kusta dari pada laki-laki (Depkes RI, 2006).
Menurut Louhennpessy dalam Buletin Penelitian Kesehatan (2007) bahwa perbandingan
penyakit kusta pada penderita laki-laki dan perempuan adalah 2,3 : 1,0, artinya penderita
kusta pada laki-laki 2,3 kali lebih banyak dibandingkan penderita kusta pada perempuan.
Menurut Noor dalam Buletin Penelitian Kesehatan (2007) penderita pria lebih tinggi dari
wanita dengan perbandingannya sekitar 2 : 1.
Penderita penyakit kusta menimbulkan gejala yang jelas pada stadium lanjut dan cukup
didiagnosis dengan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan bakteriologi. Ada 3 tanda – tanda
utama yang dapat menetapkan diagnosis penyakit kusta yaitu: Lesi (kelainan) kulit yang mati
rasa, penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, dan adanya bakteri
tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit. Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada
kasus yang meragukan. Apabila ditemukan pada seseorang salah satu tanda - tanda utama
seperti diatas maka orang tersebut dinyatakan menderita kusta (Depkes, 2006).
Di Puskesmas/ Rumah sakit, penderita akan mendapatkan terapi anti kusta Multi Drug
Therapy (MDT) agar tidak menjadi sumber penularan, selain menghindari kemungkinan
cacat menjadi besar.
B. TANDA-TANDA PENYAKIT KUSTA
1. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak
yang tidak gatal.
2. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak
nyeri.
3. Tanda-tanda pada saraf adalah sebagai berikut: rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri
pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya
cacat, dan luka yang tidak mau sembuh (Depkes RI, 2006).
C. KLASISFIKASI KUSTA MENURUT WHO
D. PENCEGAHAN PRIMER
a. Penyuluhan kesehatan
Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena
penyakit kusta dan memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan
penderita seperti keluarga penderita dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan
penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan tentang
penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan
masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah
keluarga penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)
b. Pemberian imunisasi
Sampai saat ini belum ditemukan upaya pencegahan primer penyakit kusta seperti
pemberian imunisasi (Saisohar,1994). Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996
didapatkan bahwa pemberian vaksinasi BCG satu kali dapat memberikan perlindungan
terhadap kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan
perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum
menjadi kebijakan program di Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan
hasil berbeda pemberian vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2006).
E. PENCEGAHAN SEKUNDER
Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan,
menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya
cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada penderita
kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber kuman
menularkan kepada orang lain (Depkes RI, 2006).
F. TUJUAN
1. Tujuan umum
Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik terhindar dari
penyakit menular terutama penyakit kusta,
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan penemuan kasus dengan kusta secara dini di masyarakat.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta
c. Mengurangi angka kejadian penyakit kusta di masyarakat melalui penemuan kasus
secara dini
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus kusta
G. RUANG LINGKUP
1. Pelayan kesehatan Kusta dalam gedung
a. Pelayanan rawat jalan dalam penemuan kasus kusta
b.Upaya Pelayaanan rujukan yang bersipat spesialistik
2. Pelayanan kasus kusta luar gedung
a.Pelacakan kasus kusta
b.Survey penemuan kasus Kusta (ICF)
c.Sosialisasi penyakit kusta
H. SASARAN DAN TARGET PROGRAM P2 KUSTA
1. Sasaran Program P2 Kusta
Semua orang yang memiliki gejala kusta yang masih dalam masa pengobatan, paska
pengobatan
2. Target Program
- CDR Kusta 100%
I. SUMBER DAYA
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan P2 Kusta di puskesmas dikelola/dilaksanakan oleh pemegang program P2
Kusta dan pendamping program sebanyak 3 orang terdiri dari 1 Orang Perawat PNS (D3
Keperawatan) dan 1 Orang Tenaga Perawat (S1 Keperawatan), 1 Orang Tenaga Bidan
(D3 Kebidanan)
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Ruang Program P2 Kusta