Anda di halaman 1dari 14

PENYAKIT

KUSTA
PROGRAM PENGENDALIAN
DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
MENULAR

NAMA: OKA TENI MENICHA


NPM: 2026020040
SEMESTER 6
KESEHATAN MASYARAKAT
Pengertian
Penyakit Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan
jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi
bagian dalam hidung. Kusta atau lepra dikenal juga dengan
nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen. Dengan
mendapatkan diagnosis dan pengobatan dini, penyakit ini
dapat disembuhkan dengan tepat dan mencegah
kecacatan.
Epidemiologi Penyakit
Kusta
Indonesia masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor 3 di dunia setelah
India dan Brazil. Di tahun 2021 ada 7.146 penderita kusta baru, dengan proporsi
anak sebesar 11% (data per 24 Januari 2022).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, prevalensi kasus kusta di


Indonesia sebesar 0,55 per 10.000 penduduk pada 2022. Prevalensi tersebut
mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 0,5 per
10.000 penduduk.Hal itu seiring adanya 15.052 kasus kusta terdaftar pada 2022.
Sedangkan, ada 12.095 kasus kusta baru yang ditemukan di dalam negeri
sepanjang tahun lalu.Adapun, proporsi kasus kusta tanpa catat di Indonesia
sebanyak 82,87% Proporsi pasien kusta yang mengalami cacat tingkat dua
sebesar 6,37%. Sementara, proporsi kasus kusta yang diderita anak di Indonesia
sebanyak 9,89% pada 2022.
Etiologi Penyakit Kusta
Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat

menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan

(droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.
● Ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kusta, di
antaranya:

1. Bersentuhan dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo

2. Menetap atau berkunjung ke kawasan endemik kusta

3. Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh


Tanda dan Gejala Penyakit Kusta
Tanda Gelaja

Tanda utama (cardinal sign) dari lepra adalah Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas
lesi kulit (hipopigmentasi atau eritema) yang dan biasanya berkembang secara perlahan.
mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai Bahkan, pada beberapa kasus, gejala kusta
gangguan neurologis seperti mati rasa, baru bisa terlihat setelah bakteri kusta
kelemahan otot dan kulit kering, serta berkembang biak dalam tubuh penderita
ditemukannya bakteri tahan asam (BTA) pada selama 20 tahun atau lebih.
apusan kulit.
Gejala Kusta yang dapat
dirasakan penderitanya
1. Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu,
sentuhan, tekanan, atau nyeri
2. Kulit tidak berkeringat (anhidrosis)
3. Kulit terasa kaku dan kering
4. Luka yang tidak terasa nyeri di telapak kaki
5. Bengkak atau benjolan di wajah dan telinga
6. Bercak yang tampak pucat dan berwarna lebih terang daripada kulit di
sekitarnya
7. Saraf membesar, biasanya di siku dan lutut
8. Otot melemah, terutama pada otot kaki dan tangan
9. Alis dan bulu mata hilang permanen
10. Mata menjadi kering dan jarang mengedip
11. Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung
Ciri-ciri Kusta
Ada beberapa ciri-ciri kusta yang perlu diwaspadai, antara lain:
• Muncul bercak putih seperti panu, biasanya bagian tersebut mati rasa
• Ada tonjolan di kulit Kulit menebal, kaku, dan kering
• Muncul bisul yang tidak sakit di telapak kaki
• Ada benjolan atau pembengkakan yang tidak sakit di wajah atau daun telinga
• Bulu mata dan alis rontok cukup banyak
• Tangan dan kaki yang terdampak lemas atau mengalami kelumpuhan otot
• Saraf di sekitar siku, lutut, samping leher, atau dada membengkak
• Gangguan penglihatan jika penyakit menyerang saraf wajah
• Hidung tersumbat
• Gampang mimisan

― Irene M. Pepperberg
Jenis-jenis Kusta
1. Intermediate leprosy, Kusta ini ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah dari warna
kulit sekitarnya, yang terkadang dapat sembuh dengan sendirinya.
2. Tuberculoid leprosy, Kusta ini ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, dan
disertai dengan pembesaran saraf.
3. Borderline tuberculoid leprosy, Kusta jenis ini ditandai dengan munculnya lesi yang berukuran lebih kecil dan
lebih banyak dari tuberculoid leprosy.
4. Mid-borderline leprosy, Lepra jenis ini ditandai dengan lesi kemerahan yang tersebar secara acak dan
asimetris, mati rasa, dan pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar kusta.
5. Borderline lepromatous leprosy, Kusta ini ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak dengan bentuk datar
atau benjolan. Kusta jenis ini juga terkadang menimbulkan mati rasa.
6. Lepromatous leprosy, Lepra ini ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris. Umumnya, lesi yang
timbul mengandung banyak bakteri dan disertai dengan rambut rontok, gangguan saraf, serta kelemahan anggota
gerak.
Penegakan Diagnosa
Penyakit Kusta

Diagnosis lepra, atau juga dikenal dengan kusta


atau Morbus Hansen, harus dicurigai pada pasien
yang datang dengan keluhan lesi kulit disertai
gangguan sensorik, apalagi jika berasal dari daerah
endemik seperti Indonesia.
Penegakan Diagnosa
Penyakit Kusta
Anamnesis yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis lepra di antaranya:
1) Keluhan lesi pada kulit seperti bercak merah atau putih yang tidak gatal
dan mati rasa
2) Kulit mengkilap dan bersisik
3) Ada bagian kulit yang tidak berambut dan tidak berkeringat
4) Adanya rasa kesemutan, nyeri, atau rasa ditusuk-tusuk pada anggota
gerak
5) Kelemahan anggota gerak dan kelumpuhan
6) Adanya cacat atau deformitas
7) Luka yang sulit sembuh
8) Lahir dan tinggal di tempat endemis lepra
9) Lesi kulit tidak sembuh dengan pengobatan biasa
Diagnosis banding lepra bergantung pada gambaran
lesi yang muncul. Beberapa kelainan kulit yang dapat
didiagnosis banding dengan lepra adalah:

● 1. Psoriasis : pada psoriasis didapatkan bercak merah berbatas tegas dengan sisik berlapis-lapis.


● 2. Tinea circinata : didapatkan bercak meninggi seperti meradang, mengandung vesikel atau krusta.
● 3. Dermatitis seboroik : didapatkan lesi pada daerah sebore dengan sisik kuning berminyak, disertai rasa gatal
yang kronis dan residif, tanpa adanya gangguan sensorik.
● 4. Vitiligo : pigmen kulit hilang total dengan bercak kulit yang berwarna putih, tanpa disertai gangguan sensorik.
● 5. Pitiriasis versikolor : lesi biasanya di punggung, plak hipopigmentasi berbatas tegas dengan skuama halus,
disertai rasa gatal.
● 6. Pityriasis alba : makula berbentuk bulat atau oval dengan sisik, biasanya pada anak-anak, tidak disertai
gangguan sensorik.
● 7. Neurofibromatosis : bercak coklat muda berbatas tegas, biasanya muncul sejak lahir, tersebar luas, tanpa
keluhan baal, dan pemeriksaan basil tahan asam negatif
● 8. Sarkoma kaposi : nodul lunak berwarna biru keunguan, terlokalisir, terutama pada kaki, dan pemeriksaan basil
tahan asam negatif.
Upaya Pencegahan
Penyakit Kusta
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari penyakit ini antara
lain:
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk
1. Menjaga daya tahan tubuh
mencegah kusta, yaitu dengan menghindari
2. Perhatikan ventilasi lingkungan sekitar
kontak dekat dalam jangka panjang pada
3. Hindari berpergian ke daerah endemik kusta
seseorang yang terinfeksi tetapi tidak diobati.
4. Jika ada keluarga yang mengalami kusta, ingatkan untuk mengonsumsi
obat hingga sembuh

5. Pakai masker dan jaga kebersihan


Program Pengendalian Penyakit Kusta
Salah satunya dengan cara program Pemberian MDT rutin kepada pasien
penerapan pola hidup bersih dan sehat kusta Pemberian MDT atau
sejak dini. Beberapa kegiatannya antara pengobatan pada pasien seperti
lain mencuci tangan sebelum makan, melaksanakan terapi obat MDT
menggunakan jamban bersih dan sehat, untuk penderita MB
olahraga yang teratur,mengkonsumsi (Multibacillary) dan penderita PB
jajanan sehat dan lain sebagainnya. (Paucibacillary) dan surveilans
epidemiologi kontak rumah tangga
dengan penderita kusta.
Thank you!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai