Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KUSTA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular

Dosen Pengampu :

Yoerdy Agusmal Saputra S.K.M,.M.K.M

Disusun oleh :

Achmad Farhan Nugraha


Kevin Kurnia Augusta
Nadia Puspita Sari
Rahmat Kurniawan
Romulus Panjaitan

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Institut Kesehatan Indonesia
Jakarta 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya-lah saya
berhasil menyelesaikan menyusun makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
Bapak Yoerdy Agusmal Saputra S.K.M,.M.K.M selaku pengampu mata kuliah Dasar
Kesehatan Masyarakat.

Makalah ini semoga bisa menjadi referensi bagi mahasiswa lain untuk belajar tentang
“Komunikasi dan Informasi Kesehatan”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan
membantu mahasiswa dalam memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan
baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan
dalam makalah kami. Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran, kami
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
B.Tujuan
C.Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN

BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara-negara berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan
negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. (Kemenkes RI, 2012).

Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae, yaitu bakteri yang
bersifat gram positif, berbentukbatang lurus atau melengkung, ukuran panjang 1-8 mikron,
diameter 0,2 – 0,5 mikron.Cara penularan penyakit kusta melalui saluran pernafasan,
seperti saatpasien bersin atau batuk. Kusta juga dapat ditularkan melalui kontak langsung
yang lama dengan penderita.

Menurut WHO, angka penemuan kasus kusta diseluruh dunia mulai tahun 2011 hingga
2015 mengalami penurunan yang tidak signifikan. Pada tahun 2011 ditemukan 226.626
kasus penderita kusta, tetapi mengalami kenaikan pada tahun 2012 sejumlah 232.857 kasus
penderita kusta, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 sejumlah 215.656
kasus penderita kusta, pada tahun 2014 sejumlah 213.899 kasus penderita kusta dan pada
tahun 2015 sejumlah 201.758 kasus penderita kusta.

Penderita kusta yang terbanyak di dunia yaitu di Asia Tenggara dengan jumlah 156.118
kasus penderita kusta, mayoritas mengalami kecacatan tingkat 2 dimana penderita
mengalami kelainan anatomis.

B.Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan pengelolaan pencegahan penularan pada keluarga

dengan penyakit Kusta berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan

serta dapat menggambarkan pengelolaan pencegahan penularan pada

pasien dan keluarga dengan penyakit Kusta.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan karakteristik pasien Kusta berdasarkan jenis

kelamin, usia dan pendidikan.


b. Menggambarkan Diagnosis keperawatan (pencegahan penularan)

pada pasien dan keluarga dengan penyakit Kusta.

c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi pencegahan

penularan pada pasien dan keluarga dengan kusta

d. Menggambarkan tindakan untuk mengatasi pencegahan penularan

pada pasien dan keluarga terhadap penyakit Kusta.

e. Menggambarkan evaluasi masalah pengelolaan pencegahan

penularan pada pasien dan keluarga terhadap penyakit Kusta.

C.Manfaat

untuk meningkatkan pengetahuan terutama dalam pengelolaan pencegahan

penularan pasien terhadap penyakit Kusta.


BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian

Penyakit Kusta / Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri
kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit
Kusta merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Mycobakterium
leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3 minggu,
daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta
memiliki masa inkubasi 2-5 tahun bahkan lebih.
Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kasus kusta
menjadi progresif, sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf
anggota gerak dan mata. Kusta ditandai dengan lemah atau mati rasa di tungkai dan
kaki, kemudian diikuti dengan timbulnya lesi di kulit. Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri ini dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar
saat penderitanya batuk atau bersin. Kusta umumnya dapat ditangani dan jarang
menyebabkan kematian, namun berisiko menyebabkan cacat.
Penyakit kusta seringkali diiringi informasi yang menyebar di masyarakat bahwa
penyakit ini adalah sebuah penyakit yang sangat mudah ditularkan. Namun saat ini
para ahli mengetahui bahwa itu adalah hal tidak benar. Selain itu, penyakit kusta
juga bisa diobati,meskipun perawatan tidak dapat membalikkan kerusakan yang
ada.Penyakit kusta dapat menyerang semua usia, umumnya orang dewasa
mempunyai kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh yang baik untuk melawan
bakteri bila dibandingkan dengan anak-anak.
Indonesia dengan angka kusta peringkat ketiga tertinggi di dunia setelah India
dan Brazil. Data Kementrian Kesehatan menyebutkan angka penemuan kasus baru
Indonesia: 6,07 per 100.000 penduduk. Total kasus baru sebanyak 15.910. Secara
nasional, Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta (angka kasus kusta terdaftar
atau angka prevalensi <1/10.000 penduduk) pada tahun 2000.
Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari pasien Kusta
secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dengan kata lain, bakteri penyebab
Kusta tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah, selain itu bakteri
Mycobacterium leprae membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam
tubuh penderita. Kusta dapat menular jika terjadi kontak dalam waktu yang lama.
Kusta tidak menular karena bersalaman, duduk bersama
B.Klasifikasi

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan kusta atau lepra menjadi


dua tipe yaitu pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB).

Tipe PB disebut juga dengan kusta kering karena membuat kulit penderita yang
menunjukkan gejala kusta kering dan bersisik, akibat tidak berkeringat. Pada jenis
kusta ini, jumlah bakteri Mycobacterium leprae pada kulit juga sangat sedikit atau
bahkan tidak ditemukan sehingga dianggap tidak menular.Sebaliknya, tipe MB
merupakan kusta basah, karena bentuk kelainan kulit tampak merah mengkilat
seperti basah. Pada jenis ini, terdapat banyak bakteri Mycobacterium leprae pada
kulit sehingga sangat mudah menular

C.Gejala

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala
kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh
penderita selama 20-30 tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan
penderitanya adalah :
1. Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu,
sentuhan, tekanan, atau rasa sakit.
2. Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit.
3. Kulit tidak berkeringat (anhidrosis).
4. Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
5. Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut.
6. Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan.
7. Kehilangan alis dan bulu mata.
8. Mata menjadi kering dan jarang mengedip.
9. Mimisan , hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung.
Berdasarkan tingkat keparahan gejala, kusta dikelompokkan menjadi 6 (enam) jenis,
yaitu :
1. Intermediate leprosy
Ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah dari warna
kulit sekitarnya yang kadang sembuh dengan sendirinya.

2. Tuberculoid leprosy
Ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, dan
disertai dengan pembesaran saraf.

3. Borderline tuberculoid leprosy


Ditandai dengan munculnya lesi yang berukuran lebih kecil dan lebih banyak dari
tuberculoid leprosy.

4. Mid-borderline leprosy
Ditandai dengan banyak lesi kemerahan, yang tersebar secara acak dan asimetris,
mati rasa, serta pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

5. Borderline lepromatous leprosy


Ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak bisa berbentuk datar, benjolan, nodul,
dan terkadang mati rasa.

6. Lepromatous leprosy
Ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris, umumnya lesi yang timbul
mengandung banyak bakteri, dan disertai dengan rambut rontok, gangguan saraf,
serta kelemahan anggota gerak.

D.Diagnosis
Untuk memastikan gangguan pada kulit dan saraf disebabkan oleh Kusta atau
tidak, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut :
1. Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di beberapa
tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri Lepra.
2. Pemeriksaan Histopatologis bertujuan untuk melihat perubahan jaringan
dikarenakan infeksi.
3. Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh
seseorang akibat infeksi.

E.Komplikasi
Kusta tidak boleh terlambat dalam penanganannya,jika kusta terlambat diobati ada
berapa komplikasi yang mungkin terjadi seperti :

1. Mati rasa
2. Glaukoma
3. Kebutaan
4. Gagal ginjal
5. Kerusakan bentuk wajah.
6. Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung.
7. Kemandulan pada pria.
8. Lemah otot
9. Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk
pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki.
10. Cacat permanen, seperti alis hilang, cacat pada jari kaki, tangan, dan hidung

F.Penanganan
Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan obat
antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6
bulan hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan
berdasarkan jenis kusta yang diderita.
Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah rifampicin,
dapsone, clofazimine, minocycline, dan ofloxacin. Di Indonesia pengobatan kusta
dilakukan dengan metode MDT (multi drug therapy). Operasi umumnya dilakukan
sebagai penanganan lanjutan setelah pengobatan dengan antibiotik
BAB III
KESIMPULAN

Penyakit Kusta / Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri
kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit
Kusta merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Mycobakterium
leprae yang memiliki masa inkubasi 2-5 tahun bahkan lebih.Kusta umumnya dapat
ditangani dan jarang menyebabkan kematian, namun berisiko menyebabkan cacat.
Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari pasien Kusta
secara terus-menerus dalam waktu yang lama.World Health Organization (WHO)
mengklasifikasikan kusta atau lepra menjadi dua tipe yaitu pausibasiler (PB) dan
multibasiler (MB).
Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus
gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh
penderita selama 20-30 tahun.Sehingga kusta tidak boleh terlambat dalam
penanganannya,jika kusta terlambat diobati ada berapa komplikasi yang mungkin
terjadi.pengobatan kusta dapat dilakukan dengan memberi obat antibiotik yang di
kombinasikan

.
DAFTAR PUSTAKA

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2679/mengenal-penyakit-kusta

https://www.rsabhk.co.id/artikel-kesehatan/kenali-kusta-penyakit-menular-yang-sering-
disebut-penyakit-kutukan

https://dinkes.okukab.go.id/mengenal-penyakit-kusta.html

Anda mungkin juga menyukai