Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENYAKIT KUSTA

ILMU DASAR KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Daffa Surya Mahendra (1PA22005)

Veronika Kadi (1PA22033)

Alimuddin Saputra (1PA22038)

Darni Rambu Lubu Beba (1PA22011)

Agusti (1PA22042)

Roswita Depaul Wolla (1PA22023)

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRIYA HUSADA

SUMBAWA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
penyakit kusta ini dengan lancar.

Makalah ini diperoleh dari sumber-sumber yang berkaitan dengan penyakit kusta dari
media internet dan dari sumber lainnya, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu matakuliah Ilmu Dasar Keperawatan Ibu Anggi Ardila, S.Tr.A.K.,M.Imun. atas
bimbingan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman mahasiswa khususnya
teman satu kelompok yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Kami mengharapkan dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit kusta. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Agar
bisa menjadi bahan koreksi diri dan untuk menjadi yang lebih baik dikemudian hari.

Sumbawa, 10 Juni 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...................................................................................................
D. MANFAAT PENULISAN..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyakit Kusta`..............................................................................................................
B. Ciri-cairi dan Gejala Penyakit Kusta...............................................................................
C. Cara Penularan Penyakit Kusta........................................................................................
D. Cara Pencegahan Penyakit Kusta...................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................................................
B. SARAN............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


Leprae. Kusta dikenal dengan “The Great Imitator Disease” karena penyakit ini seringkali
tidak disadari karena memiliki gejala yang hampir mirip dengan penyakit kulit lainnya.
Hal ini juga disebabkan oleh bakteri kusta sendiri mengalami proses pembelahan yang
cukup lama yaitu 2–3 minggu dan memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan lebih.
Penyakit kusta mempunyai pengaruh yang luas pada kehidupan penderita mulai dari
perkawinan, pekerjaan, hubungan antar pribadi, kegiatan bisnis sampai kehadiran mereka
pada acara –acara keagamaan serta acara di lingkungan masyarakat.

Penyakit kusta juga menimbulkan masalah yang sangat kompleks, masalah yang
dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
psikologis, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Kecacatan yang berlanjut dan tidak
mendapatkan perhatian serta penanganan yang tidak baik akan menimbulkan ketidak
mampuan melaksanakan fungsi sosial yang normal serta kehilangan status sosial secara
progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman- temannya. Sedangkan secara
psikologis bercak, benjolan-benjolan pada kulit penderita membentuk paras yang
menakutkan. Kecacatannya juga memberikan gambaran yang menakutkan menyebabkan
penderita kusta merasa rendah diri, depresi dan menyendiri
bahkan sering dikucilkan oleh keluarganya. Suatu kenyataan bahwa sebagian besar
penderita kusta berasal dari golongan ekonomi lemah keadaan tersebut turut memperburuk
keadaan.

Pada kenyataannya banyak masyarakat yang masih belum paham tentang penyakit
kusta mengenai pengertian, cara mencegah ataupun cara mengobati. Hal ini bisa
disebababkan oleh kurangnya informasi baik dari pribadi masyarakat ataupun dari
kurangnya pengenalan mengenai penyakit kusta. Sumber informasi yang jelas juga harus
ada, agar masyarakat dapat menambah pengetahuannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu penyakit kusta?
2. Bagaimana ciri penyakit kusta?
3. Bagaimana cara penularan penyakit kusta?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit kusta?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit kusta
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri penyakit kusta
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan penyakit kusta
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit kusta

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan mampu mengetahui secara jelas mengenai penyakit kusta seperti ciri,cara
pencegahan, dsb.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit Kusta
Penyakit kusta atau kerap disebut lepra disebabkan oleh Mycobacterium Leprae.
Lepra atau kusta adalah gangguan pada kulit akibat infeksi bakteri kronis. Gangguan
ini sering kali ditandai dengan mati rasa pada tungkai dan kaki, kemudian disertai
timbulnya lesi pada kulit. Penyakit kusta dapat menyebar melalui percikan ludah
ketika pengidapnya batuk atau bersin. Bakteri ini membutuhkan waktu lama untuk
berkembang biak dalam tubuh pengidapnya. Kusta juga memerlukan kontak dalam
waktu lama untuk bisa menularkan infeksi. Jadi, seseorang tidak akan dengan mudah
tertular hanya dengan bersalaman, duduk bersama, bahkan berhubungan seksual.

Penyakit ini adalah tipe penyakit granuloma pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas, dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif dan menyebabkan kerusakan pada
kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Jika setelah ditangani pun, penderita
tidak meminum obat secara teratur, maka kuman kusta dalam tubuh akan tumbuh
dan berkembang lebih banyak sehingga merusak saraf penderita yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kecacatan.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2011, ada sebanyak
213.899 kasus yang terdeteksi dan kasus terdaftar sebanyak 175.554 penderita.
Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi
setelah Brazil dan India.

B. Ciri-ciri dan Gejala Penyakit Kusta


Pada kulit, tanda pertama berupa noda berwarna terang seperti berwarna putih,
kemudian daerah yang menebal dapat timbul, terutama pada muka. Saraf yang paling
sering terkena adalah di lengan bawah, muka, dan belakang telinga. Daerah tersebut
dapat teraba lebih tebal dari biasanya. Berikut adalah beberapa gejala kusta yang
dialami penderita
1. Anhidrosis, yaitu kulit tidak mengeluarkan keringat
2. Luka pada telapak kaki tidak terasa nyeri
3. Kulit menjadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan untuk merasakan
sentuhan, tekanan, suhu, bahkan rasa nyeri
4. Kulit terasa kering dan kaku
5. Alis dan bulu mata rontok permanen
6. Mengalami mimisan
7. Muncul bercak dengan warna lebih terang daripada kulit sekitarnya
8. Terdapat benjolan atau bengkak pada bagian tubuh
9. Otot kaki dan tangan melemah
10. Mata jarang mengedip dan menjadi kering

Gejala atau ciri-ciri di atas merupakan secara umum yang dapat terjadi pada
penderita kusta, namun kusta memiliki tipe atau pengklafikasian. Menurut WHO
penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe Paucibacillary (PB) dan tipe
Multibacillary (MB).

Tipe PB atau tipe kering

a. Bercak atau makula dengan warna keputihan.


b. Batas macula jelas
c. Terdapat di satu atau beberapa tempat di badan (pipi, punggung, dada, ketiak,
lengan, pinggang, pantat, paha, betis atau pada punggung kaki).
d. Permukaan bercak tidak berkeringat. Kusta tipe ini jarang menular tetapi
apabila tidak segera diobati menyebabkan kecacatan.

Tipe MB atau tipe basah

1. Berwarna kemerahan.
2. Tersebar merata di seluruh badan, kulit tidak terlalu kasar, batas makula
tidak begitu jelas.
3. Terjadi penebalan kulit dengan warna kemerahan, dan tanda awal terdapat
pada cuping telinga dan wajah
C. Cara Penularan Penyakit Kusta
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi Basiller (MB)
kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularannya yang pasti,
belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta
dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit. Timbulnya kusta bagi
seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti, tergantung dari beberapa faktor
berikut ini.
1. Sumber Penularan
Penderita kusta tipe MB tidak akan menularkan kusta, apabila berobat
teratur.
2. Kuman Kusta
Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 – 9 hari tergantung
pada suhu atau cuaca. Tidak semua kuman menular, hanya kuman kusta yang
utuh (solid) saja yang dapat menimbulkan penularan. Kuman kusta
mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga
bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M. Leprae yang utuh (hidup)
keluar dari tubuh pasien dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Secara
teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan
pasien. Pasien yang sudah minum obat MDT tidak menjadi sumber
penularan kepada orang lain
D. Cara Pencegahan Penyakit Kusta
Pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian. Dalam mengambil langkah- langkah untuk pencegahan, haruslah
didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi
atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologis. Ada tiga tingkatan pencegahan
penyakit menular seperti kusta secara umum, yakni sebagai berikut.
1. Pencegahan tingkat pertama
Sasaran ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor
pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada tingkat pertama yaitu bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi
yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab
penyakit, menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan
rantai penularan, disamping karantina dan isolasi yang juga dalam
rangka memutus rantai penularan, serta mengurangi atau menghindari
perilaku yang dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, dan perumahan
serta bentuk pemukiman lainnya.
c. Meningkatkan daya tahan pejamu melalui perbaikan status gizi, status
kesehatan umum, dan kualitas hidup penduduk, serta berbagai
bentuk pencegahan khusus lainnya serta usaha menghindari
pengaruh faktor keturunan dan peningkatan ketahanan fisik melalui
olah raga dan kesehatan.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ditujukan pada mereka yang menderita atau yang
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masatunas).
Adapun tujuan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah
timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut
serta mencegah terjadinya komplikasi.
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan adalah pada penderita kusta dengan tujuan mencegah
jangan sampai mengalami kecacatan. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis, dan
sosial penderita kusta seoptimal mungkin.

Tiga tingkatan pencegahan di atas merupakan tingkatan pencegahan penyakit


menular seperti kusta secara umum. Namun, pada seseorang yang telah terkena
penyakit kusta, yaitu pada pencegahan tingkat ketiga pencegahan yang diberikan
berbeda. Pencegahan tersebut adalah pencegahan cacat atau prevention of disabillity
(POD).

POD adalah suatu usaha untuk memberikan tindakan pencegahan terhadap


penderita agar terhindar dari risiko cacat selama perjalanan penyakit kusta,
terutama akibat reaksi kusta. Cara terbaik untuk pencegahan cacat atau
prevention of disabillity (POD) adalah dengan melaksanakan diagnosis dini
kusta. Pemberian pengobatan MDT yang cepat dan tepat. Selanjutnya
dengan mengenali gejala dan tanda reaksi kusta yang disertai gangguan saraf
harus mulai melakukan pengobatan dengan kartikosteroid sesegera mungkin.
Hal ini disebabkan terjadinya cacat pada penderita kusta disebabkan oleh
kerusakan fungsi saraf tepi oleh kuman maupun karena terjadinya
peradangan saraf (neuritis) sewaktu terjadi reaksi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Penyakit kusta atau kerap disebut lepra disebabkan oleh Mycobacterium Leprae..
Gangguan ini sering kali ditandai dengan mati rasa pada tungkai dan kaki, kemudian
disertai timbulnya lesi pada kulit. Penyakit kusta dapat menyebar melalui percikan
ludah ketika pengidapnya batuk atau bersin. Bakteri ini membutuhkan waktu lama
untuk berkembang biak dalam tubuh pengidapnya.
2. Gejala atau ciri dari penyakit kusta antara lain kulit tidak mengeluarkan keringat,
muncul bercak dengan warna lebih terang daripada kulit sekitarnya, kulit menjadi
mati rasa termasuk kehilangan kemampuan merasa pada kulit, terdapat benjolan atau
bengkak pada tubuh, dsb.
3. Menurut WHO tipe kusta dibagi menjadi 2, yaitu tipe PB atau tipe kering dan tipe
MB atau tipe basah
4. Penularan kusta dipengaruhi 2 faktor, yaitu sumber penularan dan kuman kusta.
5. Cara pencegahan kusta ada 3 tingkat, yaitu pencegahan tingkat 1 atau pencegahan
pada orang sehat, pencegahan tingkat 2 atau pencegahan pada suspek, pencegahan
tingkat 3 atau pencegahan cacat pada penderita kusta.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penjabaran penyakit kusta di atas, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat sebaiknya selalu menjaga kebersihan diri serta lingkungan dan
kesehatan agar terhindar dari penyakit kusta.
2. Masyarakat hendaknya memperbanyak literasi untuk mendapat informasi mengenai
penyakit tidak hanya kusta, agar dapat mencegah dari penyakit.
3. Masyarakat yang pernah bertemu penderita kusta hendaknya segera memeriksakan
diri ke RS untuk mengetahui keadaannya.
DAFTAR PUSTAKA

dr. Zuhriana K. Yusuf, M. N. (2018). In KUPAS TUNTAS PENYAKIT KUSTA (pp. 1-19). gorontalo: Ideas
Publishing.

Hendra Gunawan, P. A. (2018). GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PENYAKIT KUSTA DAN


KOMPLIKASINYA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI JATINANGOR,
KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk
Masyarakat.

Soedarjatmi, T. I. (2009). Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Persepsi Penderita Terhadap Stigma


Penyakit Kusta. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia .

Tami, M. (2019). HUBUNGAN ANTARA KUSTA TIPE PAUSI BASILER DENGAN ANGKA KEBERHASILAN
PENGOBATAN KUSTA DI JAWA TIMUR. JURNAL BERKALA EPIDEMIOLOGI, 21-24.

Anda mungkin juga menyukai