Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

“Anamnesis dan Tindakan pada Kasus Kecurigaan Pasien Penyakit


Menular”

Dosen Pembimbing:
drg. R. Harry Dharmawan Setyawardhana, M. Kes

Disusun Oleh:
Adelvia Pramudita Balqis (2111111320022)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS LAMBUNG


MANGKURAT
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga tugas dengan judul “Anamnesis dan Tindakan pada Kasus Kecurigaan
Pasien Penyakit Menular” ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusun
mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing yakni drg. R Harry
DharmawanSetyawardhana, M. Kes yang telah banyak membimbing sehingga
dapat membuat penyusun menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan moral sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Tugas ini ditulis dan disusun dengan sebaik-baiknya. Jika ada kekurangan,
penyusun mohon maaf jika ada kesalahan kata atau bahasa. Penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
isi dari tugas ini.

Banjarmasin, 25 Januari 2023

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

Contents
BAB I ........................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 4

BAB II ....................................................................................................... 5

A. Leprosy............................................................................................. 6

B. Frambusia ......................................................................................... 9

C. Filariasis ......................................................................................... 10

BAB III ........................................................................................................13

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit
yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering juga disebut
penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus, bakteri, atau
parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti udara, jarum suntik,
transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya. Penyakit menular
merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apa itu penyakit menular?
2. Bagaimana penyebar penyakit menular?
3.Bagaimana pencegahan penyakit menular?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit menular
2. Untuk mengetahui penyebar penyakit menular
3. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit menular
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Menular

Penyakit menular adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lain atau dari binatang ke orang dan sebaliknya, baik langsung
maupun tidak langsung. Ada berbagai macam penyakit di dunia, salah satunya
adalah penyakit menular. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit
menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui
infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media
seperti udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain
sebagainya. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak
disebabkan oleh kuman melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Di Indonesia khususnya daerah tropis
terdapat penyakit menular bersumber binatang yakni leprosy, frambusia, dan
filariasis.

A. Leprosy

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit,
saraf tepi, dan saluran pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit
Hansen atau Morbus Hansen. Kusta atau lepra dapat ditandai dengan lemah atau mati
rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti dengan timbulnya lesi di kulit. Penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini dapat menyebar melalui percikan ludah
atau dahak yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Angka kejadian kusta
di Indonesia termasuk yang tertinggi. Berdasarkan data WHO tahun 2020, jumlah
kasus kusta di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia, yaitu
sebanyak 8%. Selain itu, terdapat sebanyak 9,14% dari total kasus baru kusta terjadi
pada anak-anak. Kusta umumnya dapat ditangani dan jarang menyebabkan
kematian. Namun, penyakit ini berisiko menyebabkan cacat. Akibatnya, penderita
kusta berisiko mengalami diskriminasi yang dapat berdampak pada kondisi
psikologisnya. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan
cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat
batuk atau bersin. Seseorang dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari
penderitanya secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dengan kata lain,
bakteri penyebab lepra tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Selain
itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam
tubuh penderita.Perlu dicatat, kusta bisa menular jika terjadi kontak dalam waktu
yang lama. Kusta tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk bersama,
atau berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak menular dari ibu ke
janinnya.Selain penyebab di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan
risiko seseorang terkena kusta, di antaranya, bersentuhan dengan hewan penyebar
bakteri kusta, seperti armadillo, menetap atau berkunjung ke kawasan endemik
kusta dan memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh.

- Gejala

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas dan biasanya berkembang secara
perlahan. Bahkan, pada beberapa kasus, gejala kusta baru bisa terlihat setelah
bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20 tahun atau lebih.
Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah, kulit menjadi mati
rasa, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau
nyeri, kulit tidak berkeringat (anhidrosis), kulit terasa kaku dan kering, luka yang
tidak terasa nyeri di telapak kaki dan bwngkak atau benjolan di wajah dan telinga.
Pada kusta yang menyerang sistem saraf, penderita bisa kehilangan sensasi rasa
termasuk nyeri. Akibatnya, luka atau cedera di tangan atau kaki dapat tidak terasa
oleh penderita.

- Diagnosis

Untuk mendiagnosis kusta atau lepra, dokter akan menanyakan gejala yang dialami,
kemudian memeriksa kulit pasien. Dokter akan memeriksa apakah ada lesi di kulit
sebagai gejala kusta atau tidak. Lesi kusta pada kulit biasanya berwarna pucat atau
merah (hipopigmentasi) dan disertai mati rasa. Untuk memastikan apakah pasien
menderita lepra, dokter akan mengambil sampel kulit dengan cara dikerok (skin
smear). Sampel kulit ini kemudian akan dianalisis di laboratorium untuk mengecek
keberadaan bakteri Mycobacterium leprae. Metode analisisnya
termasuk pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA). Di daerah endemik lepra,
seseorang dapat didiagnosis menderita lepra meskipun pemeriksaan kerokan kulit
menunjukkan hasil negatif. Hal ini mengacu pada klasifikasi badan kesehatan dunia
atau World Health Organization (WHO) terhadap penyakit kusta, yaitu:

 Paucibacillary, yaitu terdapat lesi kulit meski hasil tes kerokan kulit (smear)
negatif
 Multibacillary, yaitu terdapat lesi kulit dengan hasil tes kerokan kulit
(smear) positif

Jika lepra yang diderita sudah cukup parah, dokter akan melakukan tes pendukung
untuk memeriksa apakah bakteri Mycobacterium leprae sudah menyebar ke organ
lain atau belum. Contoh pemeriksaannya adalah:

 Hitung darah lengkap


 Tes fungsi liver atau hati
 Tes kreatinin
 Biopsi saraf

- Pengobatan

Metode utama untuk mengobati kusta atau lepra adalah dengan obat antibiotik.
Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 1–2 tahun.
Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik akan ditentukan berdasarkan jenis
kusta yang diderita. Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta
salah satunya rifampicin dan dapsone. Di Indonesia, pengobatan kusta umumnya
dilakukan dengan metode MDT atau multidrug therapy, yakni pengobatan yang
mengombinasikan dua antibiotik atau lebih. Setelah pengobatan dengan antibiotik,
operasi umumnya akan dilakukan sebagai penanganan lanjutan. Operasi bagi
penderita kusta bertujuan untuk:

 Menormalkan fungsi saraf yang rusak


 Memperbaiki bentuk tubuh yang cacat
 Mengembalikan fungsi anggota tubuh

B. Frambusia

Frambusia adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum
pertenue. Infeksi ini biasanya terjadi di negara wilayah tropis yang memiliki sanitasi
buruk, seperti Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Oceania.Frambusia
dikenal juga sebagai frambesia tropica atau patek. Penyakit ini bisa menular
melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi. Pada awalnya,
frambusia hanya akan menyerang kulit. Namun, seiring berjalannya waktu,
penyakit ini juga dapat menyerang tulang dan sendi. Frambusia atau yaws terjadi
akibat infeksi bakteri Treponema pallidum pertenue. Bakteri penyebab frambusia
dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui luka terbuka atau goresan di kulit.
Cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan ruam kulit pada
penderita frambusia. Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum, frambusia tidak menular melalui hubungan seksual seperti halnya sifilis.
Frambusia juga tidak ditularkan dari ibu ke janin pada masa kehamilan atau
persalinan. Bakteri Treponema jenis carateum juga merupakan penyebab
penyakit pinta. Akan tetapi, gejala pinta lebih ringan daripada frambusia dan sifilis.
Dokter akan mengawali diagnosis dengan melakukan tanya jawab mengenai gejala,
riwayat kesehatan, dan riwayat perjalanan pasien. Setelah itu, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk memeriksa ruam kulit
yang muncul.

- Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan


penunjang, yaitu, Tes venereal disease research laboratory (VDRL), untuk
mendeteksi antibodi dalam tubuh yang melawan bakteri penyebab frambusia dan
Biopsi kulit, untuk mengetahui jenis bakteri penyebab frambusia dengan
mengambil dan memeriksa sampel jaringan di kulit. Pengobatan frambusia
bertujuan untuk mengatasi infeksi sehingga kondisi pasien tidak makin memburuk.

- Pengobatan

Pengobatannya dilakukan dengan pemberian antibiotik, antara lain:


Azithromycin merupakan pengobatan utama yang diberikan kepada pasien
frambusia. Obat ini diberikan dalam bentuk obat minum (oral) yang dosisnya akan
ditentukan oleh dokter dan Penisilin benzatin
Jika azithromycin oral tidak efektif atau pasien memiliki kondisi yang tidak
diperbolehkan untuk mengonsumsi azithromycin, dokter dapat
memberikan penisilin Obat ini akan diberikan melalui suntikan. Dokter akan
meminta pasien agar kembali lagi dalam 4 minggu setelah antibiotik diberikan,
untuk memantau efektivitas obat. Jika pasien tinggal bersama orang lain, dokter
akan menganjurkan orang tersebut untuk menjalani pemeriksaan untuk mencegah
penularan frambusia.

C. Filariasis

Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria dan dapat
menyerang hewan maupun manusia. Ada banyak jenis parasit filaria memiliki
ratusan jenis, tapi hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia. Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat
cacing dewasa dalam tubuh manusia, yaitu filariasis kulit, limfatik, dan rongga
tubuh. Filariasis limfatik adalah kondisi yang paling sering terjadi atau lebih dikenal
dengan istilah kaki gajah atau elephantiasis. Menurut WHO, terdapat sekitar 120
juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik dan sepertiga di antaranya
mengidap infeksi yang parah. Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Cacing tersebut akan tumbuh dewasa,
bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak
dalam jaringan limfa manusia. Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-
kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai
akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan
tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen. Berdasarkan gejala,
filariasis limfatik terbagi dalam tiga kategori yang meliputi kondisi tanpa gejala,
akut, dan kronis.

1.Tanpa Gejala

Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa menunjukkan gejala apapun.
Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan
ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

2. Filariasis Limfatik Akut

Kondisi ini terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu:

 Adenolimfangitis akut (ADL)

Gejala yang muncul adalah demam, pembengkakan limfa atau kelenjar getah
bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa sakit,
memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun.
Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit.
Semakin sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.

 Limfangitis filaria akut (AFL)

AFL disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang
sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai demam atau infeksi
lain. Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya benjolan-
benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul
(misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).

3. Filariasis Limfatik Kronis

Kondisi ini akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang


menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan
infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan
berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai
elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan juga bisa berdampak pada rongga perut,
testis pada laki-laki dan payudara pada perempuan.

Pengobatan filariasis bervariasi tergantung pada gejala apa yang dimiliki dan
seberapa parah kondisi tersebut. Secara umum, pengobatan filariasis dapat meliputi:

 Obat

Kamu dapat meminum obat anti parasit seperti ivermectin, diethylcarbamazine,


atau albendazole. Obat-obatan ini menghancurkan cacing dewasa dalam darah atau
mencegahnya berkembang biak. Mengonsumsi obat-obatan ini juga dapat
mencegah penularan infeksi ke orang lain. Sebab cacing mungkin masih hidup di
tubuh, sehingga kamu harus minum obat ini setahun sekali selama beberapa
minggu.

 Pembedahan

Kamu mungkin perlu menjalani operasi untuk menghilangkan cacing mati dari
aliran darah. Itu terjadi jika filariasis telah menyebabkan hidrokel, sehingga satu-
satunya cara adalah dengan menjalani operasi untuk menghilangkan penumpukan
cairan di skrotum.

 Manajemen Kaki Gajah

Staf medis juga dapat merekomendasikan strategi untuk mengelola pembengkakan,


seperti pakaian elevasi atau kompresi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit menular adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lain atau dari binatang ke orang dan sebaliknya, baik langsung
maupun tidak langsung. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Di
Indonesia khususnya daerah tropis terdapat penyakit menular bersumber binatang
yakni leprosy, frambusia, dan filariasis. Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi
bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini dapat menyebar melalui percikan
ludah atau dahak yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Frambusia adalah
infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue penularannya
dengan berkontak langsung dengan penderita dan yang terakhir Filariasis adalah
sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria dan dapat menyerang hewan
maupun manusia, penularannya melalui gigitan nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmuda M. Macam-Macam Penyakit Menular. Jurnal Kesehatan. 2019; 9(1):


35-40.
Luqman L. Analisis Situasi Masalah Kesehatan Penyakit Menular. Jurnal
Kedokteran Undip. 2021; 4(2); 234-238.

Anda mungkin juga menyukai