Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE


Dosen Pengampu : Sri Haryanti SST,M.Si

Disusun Oleh :
1. Putri Nazmah Abriwiyanti (P07133221068)
2. Mar’ah Qonita R.A (P07133221072)
3. Zalma Wahyu Rahmawati (P07133221087)
4. Permata Setia Ayusdini (P07133221093)

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan, iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah “Pencegahan dan Pengendalian Demam
Berdarah”. Adapun penulisan laporan praktik ini merupakan bentuk dari pemenuhan Tugas
Mata Kuliah Klinik Sanitasi. Kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
Ibu Sri Haryanti SST,M.Si selaku dosen yang telah membimbing dan mengajar Mata Kuliah
Klinik Sanitasi. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun
mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Yogyakarta, 06 Februari 2024

Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PEMBUKAAN.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Pengertian........................................................................................................................ 3
B. Faktor Risiko................................................................................................................... 4
C. Media Transmisi.............................................................................................................. 6
D. Upaya Pencegahan.......................................................................................................... 7
E. Konseling Klinik Sanitasi Demam Berdarah Dengue..................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan....................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif. Dalam mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, maka puskesmas wajib menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lingkungan. Klinik sanitasi merupakan upaya mengintegrasikan
antara pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan
yang dilaksanakan oleh petugas bersama masyarakat, baik di dalam maupun diluar
puskesmas. Dalam klinik sanitasi terdapat berbagai macam kegiatan diantaranya
berupa konseling, inspeksi lingkungan, petugas memberi saran/rekomendasi kepada
pasien. Kegiatan klinik sanitasi juga dilaksanakan dalam rangka pencapaian strategi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan.
Konseling merupakan hubungan komunikasi antara tenaga kesehatan
lingkungan dengan pasien/klien yang memiliki masalah mengenai kesehatan
lingkungan untuk mengenali dan memecahkan masalah tersebut. Dalam melakukan
konseling keputusan yang diambil merupakan tanggung jawab dari pasien, sehingga
tenaga kesehatan lingkungan membantu pasien/klien dalam mengambil keputusan
melalui komunikasi timbal balik yang saling berkaitan (komunikasi interpersonal).
Sebagai Tenaga Kesehatan Lingkungan tugasnya adalah menciptakan hubungan
dengan pasien, dengan menunjukkan keramahan dan penerimaan yang baik atas
kehadiran pasien/klien. Konseling juga merupakan proses membentuk kesadaran yang
memberdayakan orang agar mampu mengendalikan hidupnya dan bertanggung jawab
atas tindakan-tindakan nya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Demam Berdarah Dengue ?
2. Apa sajakah faktor risiko Demam Berdarah Dengue ?
3. Apa media transmisi dari Demam Berdarah Dengue ?
4. Upaya pencegahan seperti apa yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan
pengendalian Demam Berdarah Dengue ?
5. Bagaimana konseling klinik sanitasi terhadap Demam Berdarah Dengue ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Demam Berdarah Dengue.
2. Mengetahui apa saja faktor risiko Demam Berdarah Dengue.
3. Mengetahui media transmisi dari Demam Berdarah Dengue.
4. Mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah Dengue.
5. Mengetahui konseling klinik sanitasi terhadap Demam Berdarah Dengue.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes sp. Di Indonesia kebanyakan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang menjadi vektor penyakit DBD.
DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan yang menimbulkan
syok yang berujung kematian. DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe
virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda
sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan
perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian
lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Seluruh wilayah di Indonesia
mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, sebab baik
virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan
penduduk maupun di tempat-tempat umum di seluruh Indonesia kecuali
tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter dpl. Hampir setiap tahun terjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah pada musim penghujan. Penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten / kota di
Indonesia. Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan
umur. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang
anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan
proporsi penderita Demam Berdarab Dengue pada orang dewasa. Sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD
pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, sebanyak 58 orang
terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia (Depkes RI, 2010). Pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377
(IR: 19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian (CFR: 1,3%), tahun 2003 jumlah
kasus sebanyak 52.566 (IR: 24,34/100.000 penduduk) dengan 814 kematian (CFR:
1,5%), tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR: 37,01/100.000 penduduk)
dengan 957 kematian (IR: 1,20%), tahun 2005 jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR:

3
43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298 kematian (CFR: 1,36%) tahun 2006 jumlah
kasus sebanyak 114.656 (IR: 52,48/100.000 penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR:
1,04%) sampai dengan bulan November 2007, kasus telah mencapai 124.811 (IR:
57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%). Penyakit Demam
Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat
menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan
kematian 24 orang (41,3%), akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun
1972. Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung
menyebar ke seluruh tanah air Indonesia, sehingga sampai tahun 1980 seluruh
propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit, dan mencapai
puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000
penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan
sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi. Penyebab penyakit adalah
virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus yaitu ;
1. Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.
2. Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather
4. Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses).
Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue type
3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat.
B. Faktor Risiko
Demam berdarah atau dengue hemorrhagic fever (DBD) merupakan jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui perantara nyamuk Aedes aegypti
sebagai tempat hidup dan vektor utamanya. Nyamuk Aedes aegypti menularkan virus
penyebab demam berdarah tersebut melalui gigitan kecil ke dalam kulit
manusia.Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan bereaksi terhadap
sistem kekebalan tubuh kita. Reaksi antara virus dan komponen kekebalan ini
menimbulkan kerusakan pembuluh darah kapiler.

4
Pembuluh darah menjadi lebih rapuh, bahkan mengalami kebocoran sehingga isinya
'merembes' ke jaringan sekitar. Kebocoran ini pun memaksa trombosit untuk
menutupinya, semakin banyak trombosit yang digunakan hingga jumlahnya berkurang
mencapai titik terendah.Ada beberapa faktor risiko kenapa negara beriklim tropis
seperti Indonesia menjadi lokasi rawan wabah DBD, baik dari letak geografis
negaranya sendiri dan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dilakukan
penduduknya,diantaranya:
● Musim Hujan Yang Lama
Musim hujan adalah salah satu faktor risiko penyebab mewabahnya
penyakit demam berdarah (DBD) di Indonesia.Selama musim hujan umumnya
kasus demam berdarah meningkat karena banyaknya genangan air. Genangan
air hujan atau bahkan sisa arus banjir adalah sarana paling ideal bagi nyamuk
Aedes untuk bertelur.Di musim pancaroba (peralihan dari musim kemarau ke
musim hujan), kadang suhu lingkungan juga akan terasa lebih lembab.Ini
membuat masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk berlangsung lebih cepat.
Artinya, nyamuk akan punya lebih banyak peluang untuk menginfeksi banyak
orang sekaligus dalam waktu singkat.
● Daya Tahan Tubuh Yang Lemah
Daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terutama di musim
pancaroba.Ketika kondisi daya tahan tubuh manusia lemah maka berpeluang
terinfeksi virus dengue penyebab DBD.Virus dengue sebenarnya bisa langsung
dilawan dan dimatikan oleh sistem imun tubuh sebelum memunculkan
gejala.Maka dari itu mengonsumsi makanan sehat serta suplemen atau vitamin
sangat diperlukan untuk memperkuat daya tahan tubuh.
● Jarang Menguras Tempat Penampungan Air

Tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi maupun toren air


merupakan tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak atau breeding
place.Pasalnya, air yang tidak bergerak bisa menjadi tempat nyamuk
berkembang biak.Selain menguras dan mengganti airnya,perlu dilakukan
penyikatan dinding tempat penampungan air hingga bersih. Selain menjaga
kebersihan, tindakan ini juga berguna untuk membersihkan telur nyamuk yang
mungkin menempel di lokasi tersebut.Pembersihan bak bak penampung sangat
diperlukan secara rutin sebagai cara mencegah DBD.

5
C. Media Transmisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes sp. Vektor nyamuk aedes sp.
berperan sebagai media transmisi penyakit DBD yang menghantarkan virus dengue ke
tubuh manusia sebagai host sehingga terjadinya penyakit DBD. Media transmisi virus
pada vektor nyamuk dapat terjadi secara horizontal ketika seekor vektor nyamuk
menggigit seorang yang sedang mengalami viremia. Setelah virus dalam darah ikut
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk, virus akan mengalami replikasi pada
jaringan lambung kemudian bermigrasi melalui sel coclem ke sel neuron dan kelenjar
saliva. Penularan pada manusia dapat terjadi karena setiap kali nyamuk menghisap
darah, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat
tusuknya (proboscis) agar darah tidak membeku. Virus Dengue bersama air liur
dipindahkan dari nyamuk ke orang yang dihisap darahnya.
Selain mekanisme transmisi horizontal, transmisi virus Dengue pada nyamuk
vektor juga dapat terjadi secara vertikal. Transmisi yang terjadi secara vertikal ini
tidak membutuhkan adanya kontak antara nyamuk vektor dengan penderita viremia.
Mekanisme yang paling umum terjadi pada transmisi vertikal ini adalah ketika virus
memasuki tubuh nyamuk lalu menginfeksi ovarium dan kemudian menginfeksi telur
yang dihasilkan. Nyamuk yang menetas dari telur yang terinfeksi tersebut akan
mengandung virus yang sama dengan induknya. Mekanisme transmisi vertikal inilah
yang menyebabkan keberadaan virus Dengue tetap terpelihara di lingkungan.
Nyamuk Aedes sp. biasanya bertelur di dekat genangan air dalam wadah yang
menampung air, seperti ember, mangkuk, piring hewan, pot bunga, dan vas. Penyakit
DBD tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain. Cara penularannya hanya dari
nyamuk betina yang membawa virus ke manusia. Demam berdarah adalah penyakit
akibat virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti
sangat mudah berkembang biak di genangan air, di daerah yang beriklim hangat,
tropis, dan lembab. Hal ini membuat kasus DBD akan lebih sering terjadi saat musim
hujan. Virus dengue menular lewat gigitan nyamuk aedes aegypti pembawa virus.
Ketika nyamuk itu menggigit, virus berpindah ke manusia lewat aliran darah. Virus
kemudian menempel pada sel darah putih dalam tubuh manusia dan pelan-pelan
menginfeksi sembari diedarkan ke seluruh tubuh hingga memunculkan gejala.

6
D. Upaya Pencegahan
Pencegahan terjadinya DBD dapat melakukan pemberantasan sarang nyamuk
dengan rutin, selain itu juga penting bagi masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang cara pencegahan DBD. Beberapa program yang
dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD yaitu
penemuan dan pelaporan kasus DBD serta memberikan Pendidikan kesehatan bagi
masyarakat melalui penyuluhan tentang DBD( Panjaitan,2021).
Upaya Pencegahan DBD :
1. Pengendalian populasi nyamuk dengan melakukan pengendalian populasi
nyamuk Aedes Aegypti, vektor penyakit DBD dengan cara menggunakan
larvasida untuk mematikan larva nyamuk, melakukan fogging untuk
membasmi nyamuk dewasa dan juga pemusnahan tempat-tempat berkembang
biak nyamuk. Pasang jaring kawat pada ventilasi untuk mencegah nyamuk
masuk ke dalam rumah.
2. Pengelolaan Lingkungan dengan membersihkan lingkungan dari
tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk,
seperti genangan air, bak mandi, pot bunga, ataupun tempat sampah yang
terbuka.
3. Penggunaan Kelambu dan Repelan Nyamuk dengan mendorong penggunaan
kelambu saat tidur, menggunakan pakaian yang mampu menutupi tubuh secara
menyeluruh dan penggunaan repelan nyamuk untuk melindungi dari gigitan
nyamuk.
4. Pengawasan dan Pelaporan Kasus dengan melakukan pengawasan pada kasus
DBD, melacak penyebaran penyakit dan segera melaporkan kasus untuk
mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut.
5. Pendidikan Masyarakat dengan mensosialisasikan kepada masyarakat
mengenai pencegahan penyakit DBD, seperti tanda dan gejala dari penyakit
tersebut, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
melibatkan diri dalam upaya pencegahan penyakit berbasis lingkungan seperti
DBD tersebut.
6. Vaksinasi digunakan sebagai bagian strategi upaya pencegahan dan mampu
melindungi diri atau individu dari penyakit DBD.

7
E. Konseling Klinik Sanitasi Demam Berdarah Dengue
Dalam melakukan konseling terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan,
mulai dari Persiapan (P1) dan Pelaksanaan (P2). Dalam melakukan konseling harus di
fokuskan kepada masalah yang dihadapi. Pada tahap pertama seorang Tenaga
Kesehatan lingkungan harus melakukan persiapan, yaitu menyediakan tempat yang
aman, nyaman, dan tenang saat pasien/klien datang. Kemudian menyiapkan daftar
pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Berikut merupakan bagan
konseling dan daftar pertanyaan konseling terkait Demam Berdarah dengue.

Gambar Bagan Konseling Demam Berdarah Dengue

FORM KONSELING
PENDERITA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

I. DATA UMUM
Nama :
Umum :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Nama orang tua/KK :
Alamat RT/RW/RK :
Kelurahan/Desa :

8
II. IDENTIFIKASI MASALAH LINGKUNGAN DAN PERILAKU
1. Apakah sebelumnya Ibu/Bapak/Sdr pernah menderita penyakit DBD ?
a. Ya, pernah
b. Belum pernah
2. Apakah Ibu/Bapak/Sdr seminggu yang lalu sebelum sakit pernah berkunjung
ke tempat/kota lain ?
a. Ya, sebutkan……….., Kabupaten/Kota……...…, Prov…….……
b. Tidak
3. Apakah dalam 2-3 bulan terakhir ada anggota keluarga/tetangga atau teman
sekolah (bagi anak sekolah) menderita sakit yang sama ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Ibu/Bapak/Sdr tidur antara pukul 09.00 - 10.00 dan 16.00 - 17.00 ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah sebelum tidur disemprot dahulu atau menggunakan pelindung diri
(obat anti nyamuk bakar/coil, obat anti nyamuk elektrik, obat anti nyamuk
oles) atau memakai kelambu ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah di sekitar rumah banyak ditemukan barang-barang bekas seperti
kaleng, dan, botol plastik bekas lubang pohon, dan lain-lain yang dapat
menampung air hujan ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah jarak antara rumah Ibu/Bapak/Sdr dengan rumah tetangga berdekatan
(kurang dari 1 meter) atau lingkungan perumahan padat/rapat ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah [agar rumah Ibu/Bapak/Sdr terbuat dari potongan bambu atau beton
yang dapat menampung air hujan (pagar berlubang) ?
a. Ya
b. Tidak

9
9. Apakah cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ventilasi di rumah Ibu/Bapak/Sdr dipasang “kasa” ?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah Ibu/Bapak/Sdr mempunyai kebiasaan menggantungkan pakaian di
dalam rumah ?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah Ibu/Bapak/Sdr mempunyai tempat penampungan air bersih seperti
tempayan, gentong, drum atau sejenisnya ?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah tempat penampungan air bersih seperti tempayan, gentong, drum, atau
sejenisnya tersebut diberi tutup ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah Ibu/Bapak/Sdr secara rutin seminggu sekali menguras bak mandi, bak
WC, dan tempat penampungan air lainnya ?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah Ibu/Bapak/Sdr memelihara tanaman dalam pot air ?
a. Ya
b. Tidak
16. Apakah Ibu/Bapak/Sdr memelihara burung dalam sangkar di dalam maupun di
luar rumah?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah tempat-tempat penampungan air yang jarang dikuras diberi bubuk
larvasida/abate (zat yang dapat membunuh jentik atau membuat nyamuk
mandul) ?
a. Ya
b. Tidak

10
18. Apakah di rumah ada talang air yang tidak mengalir dan letaknya terlindung
dari sinar matahari (misalnya terlindung pohon rindang) ?
a. Ya
b. Tidak
III. DUGAAN PENYEBAB
dan hasil wawancara penyebab penyakit Demam Berdarah diduga
…………………………………………………………………………………………..
IV. SARAN
Saran diarahkan kepada pesan penyuluhan yang berkaitan dengan perilaku
…………………………………………………………………………………………..
V. RENCANA TINDAK LANJUT
Kesepakatan untuk dilakukannya kunjungan lapangan awal
1. Melakukan Sosialisasi atau Edukasi tentang PSM disekolah dan di posyandu
2. Pembagian Abate di setiap kelurahan dalam rangka JPS (Jaring Pengaman
Sosial)
3. Bila kasus DBD positif kita melakukan PE bersama tim surveilen serta fogging
bersama dinas kesehatan
4. Melakukan survey jentik secara berkala di wilayah kerja puskesmas

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Faktor risiko dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah musim
hujan yang lama, daya tahan tubuh yang lemah, jarang menguras tempat
penampungan air.
2. Media transmisi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah vektor
nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus Dengue. Transmisinya dengan
cara horizontal yaitu nyamuk yang menggigit manusia penderita viremia akan
tertular virus, lalu nyamuk yang terinfeksi virus dapat menularkan virus lewat
gigitan air salivanya ke manusia yang sehat. Bisa juga dengan cara vertikal
yaitu dengan cara Induk nyamuk yang terinfeksi virus Dengue akan
menularkan virus ke telurnya. Breeding places nyamuk Aedes Aegypti sangat
mudah berkembang biak di genangan air, di daerah yang beriklim hangat,
tropis, dan lembab.
3. Upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara
pengendalian populasi nyamuk menggunakan larvasida, pengelolaan
lingkungan tempat breeding places nyamuk, penggunaan kelambu dan repelan
nyamuk, pengawasan dan pelaporan kasus DBD, sosialisasi masyarakat terkait
penyakit DBD, vaksinasi DBD.
4. Dalam melakukan konseling terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan,
mulai dari Persiapan (P1) dan Pelaksanaan (P2). Dalam melakukan konseling
harus di fokuskan kepada masalah yang dihadapi. Pada tahap pertama seorang
Tenaga Kesehatan lingkungan harus melakukan persiapan, yaitu menyediakan
tempat yang aman, nyaman, dan tenang saat pasien/klien datang. Kemudian
menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
B. Saran
Diharapkan masyarakat dapat peduli dan ikut andil dalam pencegahan
penyakit DBD, yaitu dengan cara : Pengendalian populasi larva nyamuk
menggunakan larvasida. Melakukan fogging untuk membasmi nyamuk dewasa.
Pemusnahan tempat-tempat berkembang biak nyamuk seperti genangan air dan bak
mandi, dll. Pasang jaring kawat pada ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk ke

12
dalam rumah. Penggunaan Kelambu dan Repelan Nyamuk. Pengawasan dan
Pelaporan Kasus dengan melakukan pengawasan pada kasus DBD. Vaksinasi DBD.
Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan edukasi dan penyuluhan
terkait cara pencegahan penyakit DBD seperti tanda dan gejala dari penyakit tersebut,
dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan terkait breeding places nyamuk aedes sp, seperti menghilangkan genangan
air, hidup bersih dan sehat, dll.

13
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, et al. (2022). Upaya Penguatan Intervensi Dalam Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) pada Masyarakat RW 006, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2022. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Fisioterapi Dan Kesehatan Indonesia, 1(1), 30–41.

Haryono, et al. Modul Klinik Sanitasi Topik: KONSELING. Yogyakarta, Poltekkes Jogja
Press, 2021.

Nova, Pramestuti, dkk. (2013). “Transmisi Trans-Ovari Virus Dengue pada Nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus di Kabupaten Banjarnegara”. Balai Litbang
Banjarnegara.

Oktavidiati, E., Yedilau, S., Wati, N., & Yanuarti, R. (2022). Pelaksanaan Klinik Sanitasi
Lingkungan Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu. Avicenna: Jurnal Ilmiah,
17(3).

Saptanto, Agus. (2023). “Demam Berdarah Dengue”. Hermina Banyumanik.

Sembiring E., E. (2023). Edukasi Pencegahan dan Pertolongan Pertama Demam Berdarah
Dengue di Rumah. Jurnal Lentera : Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Universitas Sam Ratulangi.

Susanti, F., Lestari, Y., & Abdiana, A. (2019). Analisis komparasi pelaksanaan klinik sanitasi
antara puskesmas pencapaian tinggi dan puskesmas pencapaian rendah di kota jambi
tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 677-688.

14

Anda mungkin juga menyukai