Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNIKASI
( TINDAKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM
MENGATASI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH/ PERAN
PERAWAT DALAM MENGATASI DEMAN BERDARAH )

DISUSUN OLEH :

KELAS 1B

AKADEMIK KEPERAWATAN BATARI


TOJA WATAMPONE
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan
makalah Komunikasi mengenai “ tindakan pendidikan kesehatan dalam
mengatasi penyebaran demam berdarah/ peran perawat dalam mengatasi deman
berdarah ”
Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada Ibu Irawati S.Si., M.Kes selaku dosen pengampuh pada mata
kuliah Komunikasi yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait tindakan pendidikan kesehatan dalam mengatasi penyebaran demam
berdarah/ peran perawat dalam mengatasi deman berdarah. Selain itu kami juga
sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik
dan saran untuk kemudian dapat saya revisi dan kami tulis di masa yang
selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Watampone,12 April 2022


Penyusun

Kelompok 2 / B

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................iii

BAB  I   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan ..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sebagai tenaga perawat bagaimana tindakan pendidikan kesehatan


dalam mengatasi penyebaran DEMAM BERDARAH/ peran perawat
dalam mengatasi deman berdarah………………………. 5
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................15

B. Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas
penularannya, Penyakit ini sering menimbulkan kekawatiran masyarakat
karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat serta merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan
kejadian wabah (Depkes, 1997).
Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit DBD penyakit ini disebabkan virus dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti yang tersebar luas baik di rumah maupun di tempat-tempat
umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan
laut. Oleh karena itu untuk mencegah penyakit ini, diperlukan peran serta
masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penularannya ,serta juga
menjaga kebersihan lingkungan (Depkes, 1995).
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti betina. Penyebaran populasi nyamuk Aedes Aegypti berkaitan
dengan perkembangan pemukiman penduduk. Mengingat nyamuk Aedes
Aegypti tersebar luas, maka untuk membrantas penyakit ini perlu dilakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh seluruh lapisan masyarakat di
rumah dan di tempat-tempat umum serta lingkungannya masing-masing
secara serentak dan terus-menerus. Oleh karena itu untuk mencegah
meluasnya penyakit demam berdarah dengue perlu dilakukan pembinaan
peran serta masyarakat yaitu dengan penyuluhan kesehatan (Depkes RI,
1995).
Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai
saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penyebarannya semakin luas, sejalan dengan meningkatnya arus
transportasi dan kepadatan penduduk. Penyakit ini mudah ditemukan
hampir diseluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan
subtropik, baik endemik maupun epidemik. Sejak pertama kali DBD
ditemukan pada tahun 1968 di wilayah Surabaya dan Jakarta, jumlah
kasus DBD terus meningkat tiap tahunnya di Indonesia, baik dalam
jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu
menjadi KLB (Soegijanto, 2006).
DBD bukanlah penyakit baru, namun pada tujuh tahun yang lalu
penyakit DBD telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan
16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi
sepanjang bulan januari sampai april 1998. Penyakit ini termasuk penyakit
yang banyak menimbulkan keresahan di masyarakat kerena tingginya
angka kesakitan yang ditimbulkan serta kematian dalam waktu yang
singkat. Penyebaran DBD semakin luas terlihat adanya kasus di beberapa
daerah (Depkes RI, 2007).
Peranan petugas kesehatan menjadi sangat penting dalam
melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha masyarakat dalam
mencegah munculnya DBD. Peran petugas dalam promosi kesehatan
sangat diperlukan berkaitan dengan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) berupa preventif dan promotif dapat direalisasikan
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pedoman promosi kesehatan daerah.
Kenyataan yang ada dilapangan masih terdapat masalah mengenai
kurang rutinnya pelaksanaan program sosialisasi, edukasi, dan
kampanye tentang pencegahan DBD.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Tindakan pendidikan kesehatan dalam mengatasi penyebaran
DEMAM BERDARAH/ peran perawat dalam mengatasi deman
berdarah ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Apa Tindakan pendidikan kesehatan dalam mengatasi
penyebaran DEMAM BERDARAH/ peran perawat dalam mengatasi
deman berdarah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebagai tenaga perawat bagaimana tindakan pendidikan kesehatan
dalam mengatasi penyebaran DEMAM BERDARAH/ peran perawat
dalam mengatasi deman berdarah.
perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan
kesehatan perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk
mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh
masyarakat, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement)
apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya.
Adanya pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kualitas perilaku
pencegahan penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2003) yang menyatakan bahwa tindakan merupakan respon internal setelah
adanya pemikiran, tanggapan, sikap batin, dan pengetahuan. Pengetahuan
tentang penyakit DBD yang meningkat setelah adanya pendidikan kesehatan
menimbulkan kecenderungan individu untuk meningkatkan kewaspadaan
dalam bertindak.
Perilaku sehat ini dipengaruhi oleh adanya faktor intern dan ekstern
pada masingmasing individu. Pendidikan kesehatan termasuk faktor intern.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku adalah
suatu aktivitas dari pada manusia yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Pendidikan kesehatam memberikan penyuluhan
kesehatan dan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan dapat
melakukan anjuran hidup sehat (Azwar, 1994).
Keadaan lingkungan di sekitar rumah maupun di sekitar tempat
nelayanan kesehatan yang kurang bersih bisa mendukung perkembangan
nyamuk Aedes Aegypti. Data pendidikan penduduk Wilayah Kelurahan
Nusukan tahun 2004, adalah belum sekolah 4.998 jiwa, tidak sekolah 2.961
jiwa, belum tamat SD 5.830 jiwa, tidak tamat SD 2.000 jiwa, tamat SD 3.441
jiwa, tamat SLTP 5.820 jiwa, tamat SLTA 3.440 jiwa dan tamat
Akademi/Perguruan Tinggi 270 jiwa.
Adapun angka kejadian DBD Kota Surakarta tahun 2004 adalah 285
orang dan 5 orang meninggal. Luas Wilayah Kelurahan Nusukan adalah
206.250 Ha. Jumlah pendudukan tahun 2004 sebanyak 28.760 jiwa. Angka
(:ejadian DBD Kelurahan Nusukan tahun 2004 adalah 30 orang dan 1 orang
meninggal. Angka standart Incident Rate (IR) untuk DBD adalah S/10.000
penduduk, sedang Case Fatality Rate (CFR) < 3%, Kelurahan Nusukan
termasuk daerah yang rawan DBD karena dari jumlah penduduk yang ada
angka kejadian DBD tennasuk tinggi, yang seharusnya tidak lebih dari 15
orang. Adapun anglca kejadian DBD di Minapadi terdapat 4 orang
masingmasing di RT Ol , RT 03, RT 04, dan RT OS.
Memberantas jentik nyamuk sesungguhnya lebih mudah dari pada
nenyemprotnya, sehingga hal ini menjadi sangat perlu untuk dilakukan.
gerakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) merupakan salah satu erakan
masyarakat yang benar-benar periu untuk terus didukung, diadakan dan
ditingkatkan (Indrawan, 2001). Hal lain yang mendukung adalah kurangnya
pengetahuan mengenai DBD. Pendidikan mengenai DBD perlu diberikan
kepada ibu-ibu karena waktu ibu lebih lama berada di rumah dari pada bapak,
ibu biasanya yang selalu membersihkan dan merapikan rumah serta
lingkungan. Jumlah ibu-ibu warga Minapadi 540 orang. Adapun 50%nya
tidak bekerja
Pendidikan kesehatan lebih efektif bila disampaikan sebelum penyakit
DBD muncul. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa strategi perubahan
perilaku adalah dengan memberikan informasi tentang cara menghindari
penyakit dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya dengan
pengetahuan tersebut dapat menimbulkan kesadaran di antara masyarakat
untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
Petugas kesehatan merupakan seseorang yang dihormati, dihargai,
dan mudah diterima dimata masyarakat karena memiliki status tinggi yang
sesuai dengan pendidikannya. Perannya juga sangat dibutuhkan sehingga
petugas kesehatan harus mampu memberikan kondisi yang dapat
mempengaruhi masyarakat untuk dapat berperilaku positif terhadap
kesehatan. Dukungan sosial dari petugas kesehatan dapat dilihat saat
melaksanakan pelayanan kesehatan yaitu dengan menjelaskan,
mengajak, memberi simpati dan memberikan contoh untuk berperilaku
sehat (Widdefrita dan Mohanis, 2013).
Menurut Soetjiningsih (2012), selama ini komponen
pemerintah yang diikutsertakan dalam masyarakat adalah tenaga
kesehatan masyarakat. Pada beberapa daerah, satu-satunya cara
menjamin cakupan yang merata adalah melalui distribusi kader
kesehatan secara tepat. Agar pengoptimalan dalam pelaksanaan
penyuluhan pencegahan Demam Berdarah dapat menyeluruh ke semua
wilayah.
Masyarakat membutuhkan penyadaran atau contoh bukti nyata
bahwa rumah yang bersih dapat menciptakan desa yang sehat.
Didukung dengan upaya-upaya yang dilakukan petugas kesehatan bekerja
sama dengan kepala desa dan rutin melakukan pemberantasan
sarang nyamuk, dapat menumbuhkan rasa kepercayaan yang
tinggi dan menciptakan kesadaran akan keterbiasaannya untuk hidup
di lingkungan yang sehat dan terhindar dari penyakit demam berdarah.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit demam berdarah


Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat pada umumnya
berupa peningkatan kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk
mengendalikan dan mencegah penularan virus dengue, dengan cara
membasmi nyamuk melalui pemberantasan sarang nyamuk.
Upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit perlu terus
dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit. Terdapat tiga jenis
pengendalian, yaitu pengendalian secara lingkungan, biologis, dan
kimiawi.
 Pengendalian Lingkungan
Salah satu cara pengendalian dengue adalah dengan mengendalikan
lingkungan. Upaya pemerintah untuk mengajak masyarakat turut
berpartisipasi dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
yaitu dengan 3M. Berikut ini merupakan kegiatan pencegahan 3M,
yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
- Menguras:
Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air  seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,
ataupun penampung air lemari es. Hal ini sebagai pertimbangan
bahwa perkembangan telur sampai menjadi nyamuk adalah 7‒10
hari.
- Menutup:
Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti
drum, kendi, toren air, ataupun bak mandi. Hal ini bertujuan untuk
mencegah tempat tersebut tidak dijadikan tempat nyamuk bertelur
dan berkembang biak.
- Mengubur:
Mengubur, memanfaatkan kembali, atau mendaur ulang barang
bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan
nyamuk vektor.

Selain program 3 M di atas, perlu juga dilakukan kegiatan


tambahan (plus) yang dilakukan secara berkelanjutan sepanjang
tahun, khususnya pada musim penghujan. Pencegahan lingkungan
tambahan misalnya menggunakan kelambu saat tidur, mengatur
cahaya dan ventilasi dalam rumah, dan menghindari kebiasaan
menggantung pakaian di dalam kamar/ruangan.

 Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis adalah memanfaatkan hewan dan tumbuhan
untuk mengendalikan dengue, misalnya dengan memelihara ikan
pemangsa jentik nyamuk dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
 Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi di antaranya menaburkan bubuk
larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, dan
menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk. Abate ditaburkan ke
dalam tempat penampungan air setidaknya 2 bulan sekali.
Sedangkan fogging atau pengasapan dengan menggunakan malathion
dan fenthion digunakan untuk mengendalikan penyebaran dengue.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas
penularannya, Penyakit ini sering menimbulkan kekawatiran masyarakat
karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu singkat serta merupakan penyakit menular yang dapat
menimbulkan kejadian wabah (Depkes, 1997).
perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan
kesehatan perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk
mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh
masyarakat, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat
(reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian
dari pengetahuannya.
Adanya pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kualitas
perilaku pencegahan penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa tindakan merupakan respon
internal setelah adanya pemikiran, tanggapan, sikap batin, dan
pengetahuan. Pengetahuan tentang penyakit DBD yang meningkat setelah
adanya pendidikan kesehatan menimbulkan kecenderungan individu untuk
meningkatkan kewaspadaan dalam bertindak.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Kririk dan saran pembaca sangat kami perlukan, karena denga kritik
dan saran pembaca kami akan memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.
Dengan bangga dan hormat kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/337419-pengaruh-
pendidikan-kesehatan-tentang-pe-1c61edf8.pdf

Azwar, 1994. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Sastra Hudayana.

Dep.Kes.RI., 1995. Menggerakkan Masyarakat dalam Pemberantasan Sarang


Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai