Tingkat 2A Keperawatan
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Keperawatan komunitas
Demam Berdarah Dengue”. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Elsye
Rahmawaty, S.Kep., MKM selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Komunitas
dan Selaku dosen pembimbing, rekan rekan, serta semua pihak yang membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan serta memberi pemahaman kepada para mahasiswa
mengenai keperawatan dalam komunitas dengan berbagai penyakit salah satunya
demam berdarah dengue serta khususnya bagi kami sebagai penulis.
Kami telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
namun kami menyadari bahwa kami memiliki banyak keterbatasan dikarenakan
pengetahuan kami yang masih minim dan terbatas. Oleh karena itu kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi makalah, kami memohon
maaf. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan kami
dalam tugas selanjutya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................2
C. Manfaat....................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS.........................................................................3
B. KONSEP DEMAM BERDARAH DENGUE.........................................................................9
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue....................................................................................9
2. Etiologi....................................................................................................................................10
3. Patofisiologi............................................................................................................................11
4. Manifestasi Klinis..................................................................................................................13
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam Berdarah Dengue.......................................14
6. Dampak Demam Berdarah Dengue.....................................................................................15
7. Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue....................................................................16
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................18
A. Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang Mengenai demam berdarah dengue..........18
B. Program Pemerintah Untuk Pengendalian demam berdarah dengue di Indonesia.........19
BAB IV...............................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................22
B. Saran.......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus flavivirus, dan family flaviviradae.
DBD ditularkan melalui gigitann nyamuk Deri genus Aedes, terutama Aedes aeygpti
(Infodatin, 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. penyakit
DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan
bertendensi menimbulkan rejatan (shock) dan kematian (Ditjen PPM&PI,2015).
Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia, dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2016, kementrian
kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia tahun 2016 sebanyak 8.487
orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang
mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44
tahun mencapai 33,25%. Kasus DBD pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 112,511
kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Data Dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI,2019) awal tahun hingga
29 januari 2019, jumlah penderita DBD yang dilaporkan mencapai 13.683 orang
diseluruh Indonesia. Kemenkes mencatat, jumlah kasus penderita DBD dari tahun lalu
hingga tahun ini meningkat signifikan. Pada januari 2018, hanya menerima laporan kasus
6.800 kasus dengan angka kematian mencapai 43 orang.
Peran pemerintah dalam penanggulangan DBD dalam rangka mengantisipasi
terjadinya peningkatan kasus DBD adalah dengan mengeluarkan surat edaran Menteri
Kesehatan RI nomor PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 perihal
Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD. Melakukan tindakan Meningkatkan upaya
penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ,Meningkatkan
surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue,
diantaranya melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan mengaktifkan Juru
Pemantau Jentik (Jumantik), Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional
penanggulangan DBD (Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi, Meningkatkan kapasitas sumber daya
1
pencegahan dan pengendalian DBD, meliputi peningkatan kapasitas SDM, biaya serta
bahan dan peralatan, Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam
rangka kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
B. Tujuan
i. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang
program pemerintah mengenai demam berdarah dengue
ii. Tujuan Khusus
1) Mengetahui konsep keperawatan komunitas
2) Mengetahui definisi demam berdarah dengue
3) Memahami tanda dan gejala dari demam berdarah dengue
4) Mengetahui faktor-faktor penyebab demam berdarah dengue
5) Penatalaksanaan demam berdarah dengue
C. Manfaat
1) Manfaat bagi institusi
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan literatur dan memberikan
informasi mengenai program pemerintah mengenai demam berdarah dengue.
2) Manfaat bagi mahasiswa
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada mahasiswa
keperawatan dalam hal mengetahui program pemerintah mengenai demam berdarah
dengue.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah
kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan.
Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.
7
d) Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai resiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan seperti berikut.
1) Masyarakat suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang
mempunyai:
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi dibanding daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu daerah tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dibandingkan daerah
Lain
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dan lainnya)
3) Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat
lainnya
4) Masyarakat didaerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil dan perbatasan
5) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti
daerah transmigrasi.
10
memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat
bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
3. Patofisiologi
Pada serangan virus dengue untuk pertama kali tubuh akan membentuk kekebalan
spesifik khusus untuk dengue tetapi masih memungkinkan diserang untuk kedua kalinya
atau lebih karena ada lebih dari satu tipe virus dengue (Nadesul, 2007 dalam Yuliasti,
Ningning. 2016).Orang yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali umumnya hanya
menderita demam ringan dan biasanya sembuh sendiri dalam waktu 5 hari pengobatan,
(Depkes, 2005 dalam Yuliasti, Ningning. 2016). Infeksi virus dengue selanjutnya dengan
tipe virus yang berbeda akan menyebabkan penyakit DBD (Nadesul, 2007 dalam
Yuliasti, Ningning. 2016).
Setelah virus masuk ke dalam tubuh maka virus akan berkembang biak di
retikuloendotel sel (sel-sel mesenhim dengan daya fagosit) sehingga tubuh mengalami
viremia (darah mengandung virus) yang menyebabkan terbentuknya virus antibody,
sehingga menyebabkan agregrasi trombosit yang berdampak terjadinya trombositopenia,
aktivitas koagulasi yang berdampak meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga terjadi
kebocoran plasma, aktivasi komplemen juga akan berdampak pada permeabilitas kalpiler
sehingga dapat terjadi kebocoran plasma dan timbul syok (WHO, 2009 dalam Yuliasti,
Ningning, 2016).
11
12
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis mungkin timbul paska-infeksi virus dengue sangat beragam, mulai dari
demam tidak spesifik (sindrom infeksi demam virus), demam dengue, demam berdarah
dengue (DBD), hingga yang terberat sindrom syok dengue (Ginanjar,2008). Pada
penderita penyakit DBD dapat ditemukan gejala-gejala klinis dan laboratorium, sebagai
berikut (Tumbelaka, 2014) :
1) kriteria klinis
a. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat antara 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40oc. demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu
makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang serta rasa sakit
daerah bola mata (retro-orbita) dan wajah yang kemerah-merahan ( flusing).
b. Tanda-tanda pendarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi, perdarahan
pada kulit seperti tes Rumpeleede (+), tekiae dan ekimosis, serta BAB berdarah
berwarna kehitaman (melena).
c. Pembesaran organ hati (hepatomegali)
d. Kegagalan sirkukasi darah yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah
dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran
renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.
2) Kriteria Laboratoris
Diagnosis penyakit DBD ditegakkannya berdasarkan adanya dua kriteria klinis atau
lebih, ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratoris. Kriteria
laboratories meliputi penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/mm3
dan peningkatan kadar hematokrit > 20% dari normal.
3) Derajat Keparahan/ Besar penyakit DBD
Derajat keparahan penyakit DBD berbeda-beda menurut tingkat keparahannya.
Tingkat keperahan DBD terbagi menjadi :
a. Derajat 1: badan panas selama 5-7 hari, gejala umum tidak khas.
b. Derajat 2: seperti derajat 1, disertai pendarahan spontaan pada kulit berupa
ptekiae dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah ( hematemesis),
buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman ( melena), perdarahan gusi,
perdarahan rahim (uterus), telinga dan sebagainya.
c. Derajat 3: ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut nadi teraba
lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi selisih antara tekanan darah
13
sistolik dan diastolik menyempit (<120mmHg). DBD derajat 3 merupakan
peringatan awal yang mengarah pada terjadinya renjatan (syok).
d. Derajat 4: denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung
140x/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh berkeringat,
kulit membiru. DBD derajat 4 merupakan manifestasi syok, yang sering kali
berakhir dengan kematian.
Sementara itu dalam sebagian besar kasus, infeksi dengue tidak menunjukkan gejala,
terlebih pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit. Jika pasien tidak
mendapatkan perawatan tepat waktu maka penyakit dapat bertambah parah. Tanda-tanda
yang muncul pada kondisi ini meliputi: muntah yang persisten, sakit perut akut,
perubahan suhu tubuh, dan iritabilitas (Hyattsville dalam Jaweria, 2016). Demam
berdarah dengue dapat berubah menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan gejala
seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi cepat, sempit dan lemah (Jaweria, 2016).
Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:
1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau buang air besar
darah-hitam
3) Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL),
hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40)
4) Akral dingin, gelisah, tidak sadar merupakan gejala dari Dengue Shock
Syndrome (DSS).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam Berdarah Dengue
Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah
diantaranya:
1)Lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggiantempat dan
iklim), Jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke
rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar
kerumah sebelah menyebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna
dinding dan pengaturan barangbarang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut
disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular
membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-desakan dan kumuh
mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.10 Macam kontainer,
termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer, letak kontainer,
14
bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air mempengaruhi nyamuk dalam
pemilihan tempat bertelur.
2)Lingkungan biologi, Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD
terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang
mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan didalam rumah. Adanya kelembaban
yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang
disenangi nyamuk untuk hinggap beristirahat.
3)Lingkungan social, Lingkungan Sosial, kebiasaan masyarakat yang merugikan
kesehatan dan kurang memperhatikan kebersihan lingkungan seperti kebiasaan
menggantung baju, kebiasaan tidur siang, kebiasaan membersihkan TPA, kebiasaan
membersihkan halaman rumah, dan juga partisipasi masyarakat khususnya dalam
rangka pembersihan sarang nyamuk, maka akan menimbulkan resiko terjadinya
transmisi penularan penyakit DBD di dalam masyarakat. Kebiasaan ini akan menjadi
lebih buruk dimana masyarakat sulit mendapatkan air bersih, sehingga mereka
cenderung untuk menyimpan air dalam tandon bak air, karena TPA tersebut sering
tidak dicuci dan dibersihkan secara rutin pada akhirnya menjadi potensial sebagai
tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
6. Dampak Demam Berdarah Dengue
Virus dengue telah berkembang dari penyakit sporadik ke masalah kesehatan
masyarakat yang utama dengan dampak sosial dan ekonomi yang tinggi karena
meningkatnya ektensi geografis, jumlah kasus, dan tingkat keparahan penyakit tersebut
(Guzman & Haris, 2014):
1) Dampak dari segi sosial
Kerugian yang dialami seseorang yang menderita DBD termasuk juga salah seorang
keluarganya, kerugian tersebut dapat berupa rasa ketidaknyamanan, kepanikan
keluarga, bahkan kematian anggota keluarga yang nantinya akan berdampak pada
permasalahan yang lebih luas yaitu rendahnya usia harapan hidup
2) Dampak ekonomi yang terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Dampak ekonomi langsung meliputi biaya pengobatan dan perawatan.
b. Dampak ekonomi tidak langsung meliputi kehilangan waktu kerja, waktu
sekolah dan biaya lain seperti transportasi dan akomodasi yang dikeluarkan
selama perawatan (Imawati & Sukesi, 2015 : 79)
15
7. Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Dalam upaya pencegahan DBD (Demam Berdarah Dengue), keluarga sebagai salah
satu manifestasi kelompok merupakan unit kelompok terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu
rumah tangga karna pertalian darah dan ikatan keluarga atau adopsi dimana satu dengan
lainnya saling bergantungan dan berintraksi. Penerapan 3M Plus (mengubur, menutup,
membersihkan tempat genangan air serta memberikan bubuk abate) yang dilakukan
keluarga di rumah tangga merupakan factor yang menentukan dalam keberhasilan
pemberantasan DBD. Keberhasilan ini dikarenakan kelompok keluarga merupakan
kelompok kecil pada masyarakat. kelompok keluarga yang efektif dalam partisispasi
pengendaliaan DBD tentunya akan berakibat positif dalam program pencegahan DBD
( Kemenkes RI, 2011).
1. Pencegahan Primordial
Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus demam
berdarah adalah dengan memberikan penyuluhan yang sangat penting
untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai bahayanya DBD. Menurut
Kemenkes RI (2018), di Indonesia dikenal dengan istilah 3M Plus dalam
pencegahan primer DBD yaitu :
a. Menguras tempat penampungan air dan membersihkan secara berkala, minimal
seminggu sekali karena proses pematangan telur nyamuk Aedes 3-4 hari dan
menjadi larva di hari ke 5-7. Seperti, di bak mandi dan kolam supaya
mengurangi perkembangbiakan nyamuk.
b. Menutup tempat-tempat penampungan air. Setelah melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya supaya nyamuk
tidak bisa meletakkan telurnya ke dalam tempat penampungan air. Sebab
nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.
c. Mengubur barang-barang yang sudah tidak layak dipakai yang dapat
memungkinkan terjadinya genangan air.
d. Plus yang bisa dilakukan tergantung kreativitas anda, misalnya :
1) Memelihara ikan cupang yang merupakan pemakan jentik nyamuk.
2) Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan air,
setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram
abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate, kita juga bisa menambahkan zat
lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan air dengan takara 2,5
16
gram/ 100 liter air. Abate dan altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik
atau toko bahan kimia.
3) Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau elektrik.
4) Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk.
5) Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ventilasi untuk
mengurangi akses masuk nyamuk ke dalam rumah.
6) Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik pakaian
baru atau bekas di dalam rumah yang bias menjadi tempat istirahat nyamuk.
7) Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.
2. Pencegahan Primer
Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor dan
implementasi vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan tetapi belum
ditetapkan sebagai imunisasi dasar lengkap oleh pemerintah sehingga harganya
masih belum terjangkau oleh masyarakat umum (Susanto dkk, 2018).
3. Pencegahan Sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh dokter
atau perawat yang berpengalaman, pengobatan medik dapat menurunkan angka
kematian lebih dari 20% sampai 1%. Menjaga volume cairan tubuh pasien adalah
hal yang sangat kritikal untuk pasien dengan demam berdarah yang aparah.
Diperlukan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar dengan
melaporkan kejadian kepada instansi kesehatan setempat, mengisolasi atau waspada
dengan menghindari penderita demam dari gigitan nyamuk pada siang hari dengan
memasang kasa pada ruang perawatan penderita dengan menggunakan kelambu
yang telah direndam dalam insektisida, atau lakukan penyemprotan tempat
pemukiman dengan insektisida yang punya efek knock down terhadap nyamuk
dewasa ataupun dengan insektisida yang meninggalkan residu. Lakukan investigasi
terhadap kontak dan sumber infeksi : selidiki tempat tinggal penderita 2 minggu
sebelum sakit.
4. Pencegahan Tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan pencegahan
primer dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan wabah DBD
diperlukan bagi dinas kesehatan terkait.
17
BAB III
PEMBAHASAN
19
b. Memeningkatkan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap
kejadian demam berdarah dengue, diantaranya melalui kegiatan Pemantauan
Jentik Berkala (PJB) dan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
c. Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional penanggulangan DBD
(Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
d. Meningkatkan kapasitas sumber daya pencegahan dan pengendalian DBD,
meliputi peningkatan kapasitas SDM, biaya serta bahan dan peralatan.
e. Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam rangka
kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu : 1)
Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti: bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat
penampungan air seperti: drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3)
Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
20
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan
lainnya seperti:
Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan, misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air hujan,
dll.
Menggunakan kelambu saat tidur,
Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
Menanam tanaman pengusir nyamuk,
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada komunitas dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan terjaminnya jangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan
melibatkan klien/komunitas sebagai mitra dalam proses.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. Penyakit
DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan
bertendensi menimbulkan rejatan (shock) dan kematian (Ditjen PPM&PI, 2015)
Pemerintah menerapkan Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan dalam hal kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD. Dalam peraturan
tersebut, pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang mengarah pada
terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan aktif
sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan. Program yang dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Kesehatan dengan menghimbau kepada seluruh jajaran pemerintah daerah melalui surat
edaran Menteri Kesehatan RI dengan Meningkatkan upaya penggerakan masyarakat
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui kegiatan menguras, menutup dan
memanfaatkan kembali barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk, dengan cara
mengimplementasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
B. Saran
i. Bagi Dinas Kesehatan/ Pemerintah
a. Mampu memberikan informasi kepada masyarakat terkait pengetahuan
mengenai demam berdarah dengue.
b. Mampu menggerakan masyarakat untuk rajin membersihkan lingkungan.
ii. Bagi Masyarakat: DBD harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan
kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk.
22
DAFTAR PUSTAKA
Jaweria, Anum, dkk., 2016. Dengue Fever: Causes, Prevention and Recent
Advances.Journal of Mosquito Research, 6(29), pp. 1-9.
Kemenkes RI. 2016. Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan
Demam Berdarah Dengue: Jakarta
Kemenkes, R.I. 2019. Kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kejadian demam berdarah
dengue tahun 2019. http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-
kejadian-demamberdarah-dengue-tahun-2019/ diakses tanggal 21 april 2020
Kemenkes, RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Kholifah, Siti Nur, Wahyu Widagdo. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta :
BPPSDM
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Trans Info Media.
Imawati, D., & Sukesi, T.W. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan
Jentik di Dusun Mandingan Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten
Bantul.Jurnal Medika Respati, 10(2).
Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 1984. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984,
tentang Penyakit Menular: Jakarta.
Prasetyani, Radita Dewi. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue. Majority. Volume 4 Nomor 7.
file:///C:/Users/USER/Downloads/1449-2037-1-PB.pdf diakses pada 20 April 2020.
Pusdatin, Kemenkes, RI. 2018. Situasi demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta:
Pusdatin Kemenkes RI.
Sukowati, S. 2010. Masalah Vector Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya
Di Indonesia. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan. Kementrian Kesehatan.
Tumbelaka, A.R. 2014. Diagnosis demam berdarah dengue. Dalam: Hadinegoro dan satari.
Demam berdarah dengue (naskah lengkap) cetakan keempat. Jakarta: balai penerbit
FKUI.
Widagdo, Wahyu dkk. 2020. Modul Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Jakarta
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
23
World Health Organization, 2011. Pedoman Lengkap Pencegahan Dan Pengendalian Dengue
Dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: EGC
Yuliasti, Ningning. 2016. Modul Ajar Cetak Keperawatan Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
24