Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

DEMAM BERDARAH DENGUE


Dosen Pembimbing:
Elsye Rahmawaty, S.Kep, MKM

Disusun Oleh: Kelompok 3 A & B


1. Ana amaliana (P17120018004)
2. Gema Salsabila (P17120018018)
3. Nadia Aulia (P17120018027)
4. Salman Al Farisi (P17120018034)
5. Syifa hasanah (P17120018038)
6. Viatri Fatimah (P17120018040)

Tingkat 2A Keperawatan
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Keperawatan komunitas
Demam Berdarah Dengue”. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Elsye
Rahmawaty, S.Kep., MKM selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Komunitas
dan Selaku dosen pembimbing, rekan rekan, serta semua pihak yang membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan serta memberi pemahaman kepada para mahasiswa
mengenai keperawatan dalam komunitas dengan berbagai penyakit salah satunya
demam berdarah dengue serta khususnya bagi kami sebagai penulis.
Kami telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
namun kami menyadari bahwa kami memiliki banyak keterbatasan dikarenakan
pengetahuan kami yang masih minim dan terbatas. Oleh karena itu kesalahan-
kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi makalah, kami memohon
maaf. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan kami
dalam tugas selanjutya.

Jakarta, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................2
C. Manfaat....................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS.........................................................................3
B. KONSEP DEMAM BERDARAH DENGUE.........................................................................9
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue....................................................................................9
2. Etiologi....................................................................................................................................10
3. Patofisiologi............................................................................................................................11
4. Manifestasi Klinis..................................................................................................................13
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam Berdarah Dengue.......................................14
6. Dampak Demam Berdarah Dengue.....................................................................................15
7. Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue....................................................................16
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................18
A. Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang Mengenai demam berdarah dengue..........18
B. Program Pemerintah Untuk Pengendalian demam berdarah dengue di Indonesia.........19
BAB IV...............................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................22
B. Saran.......................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus flavivirus, dan family flaviviradae.
DBD ditularkan melalui gigitann nyamuk Deri genus Aedes, terutama Aedes aeygpti
(Infodatin, 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. penyakit
DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan
bertendensi menimbulkan rejatan (shock) dan kematian (Ditjen PPM&PI,2015).
Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia, dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2016, kementrian
kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia tahun 2016 sebanyak 8.487
orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang
mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44
tahun mencapai 33,25%. Kasus DBD pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 112,511
kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Data Dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI,2019) awal tahun hingga
29 januari 2019, jumlah penderita DBD yang dilaporkan mencapai 13.683 orang
diseluruh Indonesia. Kemenkes mencatat, jumlah kasus penderita DBD dari tahun lalu
hingga tahun ini meningkat signifikan. Pada januari 2018, hanya menerima laporan kasus
6.800 kasus dengan angka kematian mencapai 43 orang.
Peran pemerintah dalam penanggulangan DBD dalam rangka mengantisipasi
terjadinya peningkatan kasus DBD adalah dengan mengeluarkan surat edaran Menteri
Kesehatan RI nomor PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 perihal
Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD. Melakukan tindakan Meningkatkan upaya
penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ,Meningkatkan
surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap kejadian demam berdarah dengue,
diantaranya melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan mengaktifkan Juru
Pemantau Jentik (Jumantik), Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional
penanggulangan DBD (Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi, Meningkatkan kapasitas sumber daya
1
pencegahan dan pengendalian DBD, meliputi peningkatan kapasitas SDM, biaya serta
bahan dan peralatan, Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam
rangka kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
B. Tujuan
i. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang
program pemerintah mengenai demam berdarah dengue
ii. Tujuan Khusus
1) Mengetahui konsep keperawatan komunitas
2) Mengetahui definisi demam berdarah dengue
3) Memahami tanda dan gejala dari demam berdarah dengue
4) Mengetahui faktor-faktor penyebab demam berdarah dengue
5) Penatalaksanaan demam berdarah dengue
C. Manfaat
1) Manfaat bagi institusi
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan literatur dan memberikan
informasi mengenai program pemerintah mengenai demam berdarah dengue.
2) Manfaat bagi mahasiswa
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada mahasiswa
keperawatan dalam hal mengetahui program pemerintah mengenai demam berdarah
dengue.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan
oleh organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American
Nurses Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai
dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat (ANA, 2004 dalam widagdo,
wahyu dkk, 2020). Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak
terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan
yang bersifat episodic. Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut
American Public Health Association (2004) dalam Widagdo, dkk (2020) yaitu
sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan profesional yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada komunitas dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dan terjaminnya jangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dengan melibatkan klien/komunitas sebagai mitra dalam proses.
(CHS, 1995 dalam widagdo, wahyu dkk, 2020). Keperawatan Komunitas sebagai
sintesa dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat. (Stanhope
dan Lancaster, 1996 dalam widagdo, wahyu dkk, 2020). Sejarah Keperawatan
Komunitas Keperawatan komunitas (Community Health Nursing), dikenal pada
tahun 1970 yang berkembang di eropa dan amerika.Perawat bekerja di klinik
berbasis masyarakat (Community Based Clinic) yang merupakan koordinasi
dalam menangani kasus di masyarakat. Di Indonesia dikenal dengan sebtan
perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) yang dimulai sejak permulaan
konsep puskesmas diperkenalkan (widagdo, wahyu dkk, 2020).

Keperawatan komunitas memelihara dan meningkatkan kesehatan


masyarakat dengan menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu
3
sosial dan ilmu kesehatan masyarakat. Pengertian lain dari keperawatan
komunitas adalah suatu bentuk pelayanan atau community health nursing
merupakan prak untuk profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status
kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitative (widagdo,
wahyu dkk, 2020).

2. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987
dalam dalam widagdo, wahyu dkk, 2020). Sebagai sasaran praktik keperawatan
klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
a) Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran
perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien/klien
b) Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan
keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan
merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat.

4
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah
kesehatan didalam kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan.
Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut.

c) Masyarakat Sebagai Klien


Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah
proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan.

d) Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.


Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik
seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di
suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat
kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada
diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma.
Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat
yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
5
kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan
spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia.
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada
lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi
status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan
fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

3. Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas dalam widagdo, wahyu dkk, 2020 adalah
sebagai berikut.
a) Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti
adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan
sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
kesehatan tidak sekadar mengubah gaya intelektual. Promosi hidup,
tetapi mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat adalah
tujuan yang akan dicapai pula.
b) Proteksi Kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok
masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit. Pencegahan
penyakit dan penyembuhan Pencegahan penyakit merupakan upaya
dalam mencegah terjadinya penyakit pada kelompok yang berisiko,
sedangkan penyembuhan adalah upaya yang dilakukan pada
kelompok masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya
penyembuhan bertujuan untuk menyembuhkan kelompok masyarakat
yang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi.
c) Pencegahan penyakit dan penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya
penyakit pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan
adalah upaya yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang telah
terkena penyakit. Upaya penyembuhan bertujuan untuk
6
menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas


Menurut Depkes (2006), sasaran keperawatan kesehatan komunitas yaitu:
a) Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (tuberkuloasis paru, kusta, malaria,
demam berdarah, diare dan ISPA atau pneumonia) dan penderita penyakit
degeneratif.
b) Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan
(vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group) dengan prioritas
sebagai berikut.
a. Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu
kesehatan.
b. Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi, dan
penyakit menular.
c. Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan.
c) Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun yang
tidak terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus yang tidak terikat dalam suatu institusi
seperti posyandu, kelompok balita, ibu hamil, usia lanjut, penderita
penyakit tertentu, dan pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi seperti
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti werda, rutan, dan lapas.

7
d) Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai resiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan seperti berikut.
1) Masyarakat suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang
mempunyai:
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi dibanding daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu daerah tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dibandingkan daerah
Lain
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dan lainnya)
3) Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat
lainnya
4) Masyarakat didaerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil dan perbatasan
5) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti
daerah transmigrasi.

5. Lingkup Praktik Keperawatan


Lingkup praktik keperawatan komunitas dalam modul keperawatan keluarga
dan komunitas (2016) meliputi:
- Prevensi Primer: mencegah sebelum sakit atau tidak berfungsi
diaplikasikan pada populasi yang sehat
- Prevensi Sekunder: berfokus pada diagnosa dini dan intervensi untuk
hambatan proses patologik dan mencegah keparahan penyakit
- Prevensi Tersier: mengembalikan fungsi seoptimal mungkin
6. Prinsip-Prinsip Yang Menjadi Pertimbangan Dalam Praktik Keperawatan
Komunitas
Prinsip-prinsip yang menjadi pertimbangan dalam praktik keperawatan
komunitas dalam modul keperawatan keluarga dan komunitas (2016) adalah :
a. Kemanfaatan
Intervensi yg dilakukan harus memberikan manfaat yg sebesar-besarnya
bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
8
b. Otonomi
Komunitas diberi kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif
yang terbaik yang disediakan untuk komunitas.
c. Keadilan
Melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
komunitas.
7. Tanggung Jawab Perawat Komunitas
Tanggung jawab perawat dalam modul keperawatan keluarga dan komunitas
(2016) meliputi :
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
b. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
d. Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat dan Koordinasi kegiatan pengembangan
kesehatan masyarakat.
B. KONSEP DEMAM BERDARAH DENGUE
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling banyak ditemukan. Nyamuk
dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari,
nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat
yang digigitannya (Najmah, 2016).
Pengertian Deman berdarah Dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (WHO, 2009 dalam Yuliasti, Ningning. 2016).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
9
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. Penyakit
DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi
pendarahan dan bertendensi menimbulkan rejatan (shock) dan kematian (Ditjen
PPM&PI, 2015)
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menujukkan manifestasi DBD
berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan
sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian
lagi akan menderita demam dengue saja tidak menimbulkan kebocoran plasma dan
menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2013).
2. Etiologi
Menurut Depkes (2005) dalam Yuliasti, Ningning (2016), penyebab DBD adalah
virus dengue, yang mana memiliki 4 serotipe yaitu dengue-1, dengue-2, dengue-3 dan
dengue-4 dan telah ditemukan di seluruh Indonesia, serta termasuk dalam group B
Arthropod Borne Virus (Arbovirus).
Saat ini Indonesia yang dominan adalah dengue-3. Nyamuk aedes aegypti mengalami
metamorphosis di dalam air mulai dari telurjentik-kepongpong-nyamuk. Telur menetas
menjadi jentik berlangsung selama dua hari terendam dalam air, stadium jentik
berlangsung selama enam sampai delapan hari dan stadium kepongpong selama dua
sampai empat hari serta dari telur menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama sembilan
sampai sepuluh hari, nyamuk aedes aegypti menggigit pada siang hari sekitar jam 09.00
sampai 10.00 dan sore hari sekitar jam 14.00 sampai jam 17.00 (Depkes, 2005 dalam
Yuliasti, Ningning. 2016).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
Arthropod-Borne Virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vektor utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan aedes albopictus
(di daerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat
bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu rendah telur ini
akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini

10
memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat
bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
3. Patofisiologi
Pada serangan virus dengue untuk pertama kali tubuh akan membentuk kekebalan
spesifik khusus untuk dengue tetapi masih memungkinkan diserang untuk kedua kalinya
atau lebih karena ada lebih dari satu tipe virus dengue (Nadesul, 2007 dalam Yuliasti,
Ningning. 2016).Orang yang terinfeksi virus dengue untuk pertama kali umumnya hanya
menderita demam ringan dan biasanya sembuh sendiri dalam waktu 5 hari pengobatan,
(Depkes, 2005 dalam Yuliasti, Ningning. 2016). Infeksi virus dengue selanjutnya dengan
tipe virus yang berbeda akan menyebabkan penyakit DBD (Nadesul, 2007 dalam
Yuliasti, Ningning. 2016).
Setelah virus masuk ke dalam tubuh maka virus akan berkembang biak di
retikuloendotel sel (sel-sel mesenhim dengan daya fagosit) sehingga tubuh mengalami
viremia (darah mengandung virus) yang menyebabkan terbentuknya virus antibody,
sehingga menyebabkan agregrasi trombosit yang berdampak terjadinya trombositopenia,
aktivitas koagulasi yang berdampak meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga terjadi
kebocoran plasma, aktivasi komplemen juga akan berdampak pada permeabilitas kalpiler
sehingga dapat terjadi kebocoran plasma dan timbul syok (WHO, 2009 dalam Yuliasti,
Ningning, 2016).

11
12
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis mungkin timbul paska-infeksi virus dengue sangat beragam, mulai dari
demam tidak spesifik (sindrom infeksi demam virus), demam dengue, demam berdarah
dengue (DBD), hingga yang terberat sindrom syok dengue (Ginanjar,2008). Pada
penderita penyakit DBD dapat ditemukan gejala-gejala klinis dan laboratorium, sebagai
berikut (Tumbelaka, 2014) :
1) kriteria klinis
a. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat antara 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40oc. demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu
makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang serta rasa sakit
daerah bola mata (retro-orbita) dan wajah yang kemerah-merahan ( flusing).
b. Tanda-tanda pendarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi, perdarahan
pada kulit seperti tes Rumpeleede (+), tekiae dan ekimosis, serta BAB berdarah
berwarna kehitaman (melena).
c. Pembesaran organ hati (hepatomegali)
d. Kegagalan sirkukasi darah yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah
dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran
renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.
2) Kriteria Laboratoris
Diagnosis penyakit DBD ditegakkannya berdasarkan adanya dua kriteria klinis atau
lebih, ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratoris. Kriteria
laboratories meliputi penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/mm3
dan peningkatan kadar hematokrit > 20% dari normal.
3) Derajat Keparahan/ Besar penyakit DBD
Derajat keparahan penyakit DBD berbeda-beda menurut tingkat keparahannya.
Tingkat keperahan DBD terbagi menjadi :
a. Derajat 1: badan panas selama 5-7 hari, gejala umum tidak khas.
b. Derajat 2: seperti derajat 1, disertai pendarahan spontaan pada kulit berupa
ptekiae dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah ( hematemesis),
buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman ( melena), perdarahan gusi,
perdarahan rahim (uterus), telinga dan sebagainya.
c. Derajat 3: ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut nadi teraba
lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi selisih antara tekanan darah

13
sistolik dan diastolik menyempit (<120mmHg). DBD derajat 3 merupakan
peringatan awal yang mengarah pada terjadinya renjatan (syok).
d. Derajat 4: denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung
140x/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh berkeringat,
kulit membiru. DBD derajat 4 merupakan manifestasi syok, yang sering kali
berakhir dengan kematian.
Sementara itu dalam sebagian besar kasus, infeksi dengue tidak menunjukkan gejala,
terlebih pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit. Jika pasien tidak
mendapatkan perawatan tepat waktu maka penyakit dapat bertambah parah. Tanda-tanda
yang muncul pada kondisi ini meliputi: muntah yang persisten, sakit perut akut,
perubahan suhu tubuh, dan iritabilitas (Hyattsville dalam Jaweria, 2016). Demam
berdarah dengue dapat berubah menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) dengan gejala
seperti: kulit yang dingin, gelisah, denyut nadi cepat, sempit dan lemah (Jaweria, 2016).
Menurut Widoyono (2011), tanda dan gejala DBD meliputi:
1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau buang air besar
darah-hitam
3) Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL),
hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40)
4) Akral dingin, gelisah, tidak sadar merupakan gejala dari Dengue Shock
Syndrome (DSS).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Demam Berdarah Dengue
Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah
diantaranya:
1)Lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggiantempat dan
iklim), Jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke
rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar
kerumah sebelah menyebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna
dinding dan pengaturan barangbarang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut
disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular
membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-desakan dan kumuh
mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.10 Macam kontainer,
termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer, letak kontainer,
14
bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air mempengaruhi nyamuk dalam
pemilihan tempat bertelur.
2)Lingkungan biologi, Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD
terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang
mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan didalam rumah. Adanya kelembaban
yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang
disenangi nyamuk untuk hinggap beristirahat.
3)Lingkungan social, Lingkungan Sosial, kebiasaan masyarakat yang merugikan
kesehatan dan kurang memperhatikan kebersihan lingkungan seperti kebiasaan
menggantung baju, kebiasaan tidur siang, kebiasaan membersihkan TPA, kebiasaan
membersihkan halaman rumah, dan juga partisipasi masyarakat khususnya dalam
rangka pembersihan sarang nyamuk, maka akan menimbulkan resiko terjadinya
transmisi penularan penyakit DBD di dalam masyarakat. Kebiasaan ini akan menjadi
lebih buruk dimana masyarakat sulit mendapatkan air bersih, sehingga mereka
cenderung untuk menyimpan air dalam tandon bak air, karena TPA tersebut sering
tidak dicuci dan dibersihkan secara rutin pada akhirnya menjadi potensial sebagai
tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
6. Dampak Demam Berdarah Dengue
Virus dengue telah berkembang dari penyakit sporadik ke masalah kesehatan
masyarakat yang utama dengan dampak sosial dan ekonomi yang tinggi karena
meningkatnya ektensi geografis, jumlah kasus, dan tingkat keparahan penyakit tersebut
(Guzman & Haris, 2014):
1) Dampak dari segi sosial
Kerugian yang dialami seseorang yang menderita DBD termasuk juga salah seorang
keluarganya, kerugian tersebut dapat berupa rasa ketidaknyamanan, kepanikan
keluarga, bahkan kematian anggota keluarga yang nantinya akan berdampak pada
permasalahan yang lebih luas yaitu rendahnya usia harapan hidup
2) Dampak ekonomi yang terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Dampak ekonomi langsung meliputi biaya pengobatan dan perawatan.
b. Dampak ekonomi tidak langsung meliputi kehilangan waktu kerja, waktu
sekolah dan biaya lain seperti transportasi dan akomodasi yang dikeluarkan
selama perawatan (Imawati & Sukesi, 2015 : 79)

15
7. Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Dalam upaya pencegahan DBD (Demam Berdarah Dengue), keluarga sebagai salah
satu manifestasi kelompok merupakan unit kelompok terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu
rumah tangga karna pertalian darah dan ikatan keluarga atau adopsi dimana satu dengan
lainnya saling bergantungan dan berintraksi. Penerapan 3M Plus (mengubur, menutup,
membersihkan tempat genangan air serta memberikan bubuk abate) yang dilakukan
keluarga di rumah tangga merupakan factor yang menentukan dalam keberhasilan
pemberantasan DBD. Keberhasilan ini dikarenakan kelompok keluarga merupakan
kelompok kecil pada masyarakat. kelompok keluarga yang efektif dalam partisispasi
pengendaliaan DBD tentunya akan berakibat positif dalam program pencegahan DBD
( Kemenkes RI, 2011).
1. Pencegahan Primordial
Saat ini, cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus demam
berdarah adalah dengan memberikan penyuluhan yang sangat penting
untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai bahayanya DBD. Menurut
Kemenkes RI (2018), di Indonesia dikenal dengan istilah 3M Plus dalam
pencegahan primer DBD yaitu :
a. Menguras tempat penampungan air dan membersihkan secara berkala, minimal
seminggu sekali karena proses pematangan telur nyamuk Aedes 3-4 hari dan
menjadi larva di hari ke 5-7. Seperti, di bak mandi dan kolam supaya
mengurangi perkembangbiakan nyamuk.
b. Menutup tempat-tempat penampungan air. Setelah melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya supaya nyamuk
tidak bisa meletakkan telurnya ke dalam tempat penampungan air. Sebab
nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.
c. Mengubur barang-barang yang sudah tidak layak dipakai yang dapat
memungkinkan terjadinya genangan air.
d.  Plus yang bisa dilakukan tergantung kreativitas anda, misalnya :
1) Memelihara ikan cupang yang merupakan pemakan jentik nyamuk.
2) Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan air,
setidaknya 2 bulan sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram
abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate, kita juga bisa menambahkan zat
lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan air dengan takara 2,5
16
gram/ 100 liter air. Abate dan altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotik
atau toko bahan kimia.
3) Menggunakan obat nyamuk, baik obat nyamuk bakar, semprot atau elektrik.
4) Menggunakan krim pencegah gigitan nyamuk.
5) Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ventilasi untuk
mengurangi akses masuk nyamuk ke dalam rumah.
6) Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pakaian baik pakaian
baru atau bekas di dalam rumah yang bias menjadi tempat istirahat nyamuk.
7) Sangat dianjurkan untuk memasang kelambu di tempat tidur.
2.  Pencegahan Primer
Beberapa bentuk pencegahan primer yaitu dengan pengendalian vektor dan
implementasi vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah ditemukan, akan tetapi belum
ditetapkan sebagai imunisasi dasar lengkap oleh pemerintah sehingga harganya
masih belum terjangkau oleh masyarakat umum (Susanto dkk, 2018).
3. Pencegahan Sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh dokter
atau perawat yang berpengalaman, pengobatan medik dapat menurunkan angka
kematian lebih dari 20% sampai 1%. Menjaga volume cairan tubuh pasien adalah
hal yang sangat kritikal untuk pasien dengan demam berdarah yang aparah.
Diperlukan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar dengan
melaporkan kejadian kepada instansi kesehatan setempat, mengisolasi atau waspada
dengan menghindari penderita demam dari gigitan nyamuk pada siang hari dengan
memasang kasa pada ruang perawatan penderita dengan menggunakan kelambu
yang telah direndam dalam insektisida, atau lakukan penyemprotan tempat
pemukiman dengan insektisida yang punya efek knock down terhadap nyamuk
dewasa ataupun dengan insektisida yang meninggalkan residu. Lakukan investigasi
terhadap kontak dan sumber infeksi : selidiki tempat tinggal penderita 2 minggu
sebelum sakit.
4. Pencegahan Tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan pencegahan
primer dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan wabah DBD
diperlukan bagi dinas kesehatan terkait.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang Mengenai demam berdarah dengue


1. Undang-undang nomor 4 tahun 1984
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Penyakit DBD erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat, sehingga upaya
penanggulangan lebih diutamakan melalui penyuluhan kepada masyarakat untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungannya daripada upaya penanggulangan lain.
Dalam undang-undang tersebut, upaya penanggulangan meliputi penyelidikan
epidemiologis; pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina; pencegahan dan pengebalan; pemusnahan penyebab
penyakit; penanganan jenazah akibat wabah; penyuluhan kepada masyarakat; dan
upaya penanggulangan lainnya. Penyuluhan kepada masyarakat merupakan bagian
dari upaya promosi kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengontrol berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatannya.
Namun penyuluhan sering kali mempunyai pendekatan dari atas ke bawah (top-
down) di mana pelaksanaan kegiatan didominasi oleh petugas kesehatan,
sedangkan masyarakat ditempatkan sebagai objek kegiatan. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat yang mempunyai pendekatan dari bawah ke atas
(bottom-up) dapat dijadikan upaya yang efektif dalam meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. PERMENKES nomor 65 tahun 2013
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan tentang Pedoman
Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Dalam
peraturan tersebut, pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang
mengarah pada terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan
fasilitator berperan aktif dalam lembaga berbasis masyarakat sebagai representasi
masyarakat yang akan berperan sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 tahun 2014.
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang dikelompokkan dalam penyakit
tulang vector dan binatang pembawa penyakit. Adapun langkah yang diperlukan
program penanggulangan Penyakit Menular melalui reduksi (upaya pengurangan
18
angka kesakitan dan/atau kematian), eliminasi (upaya pengurangan terhadap
penyakit secara berkesinambungan) dan eradikasi (upaya pembasmian yang
dilakukan secara berkelanjutan melalui pemberantasan dan eliminasi). Sementara
itu, upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan dalam penanggulangan
penyakit menular dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan meliputi
promosi kesehatan, surveilans kesehatan, pengendalian faktor risiko, penemuan
dan penanganan kasus, imunisasi, pemberian obat pencegahan secara massal dan
kegiatan lainnya.
4. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarata Nomer 6 tahun 2009 Tentang Pengendalian
Penyakit Demam Berdarah Dengue
Bahwa salah satu cara yang tepat untuk menanggulangi kasus Demam Berdarah
Dengue adalah melalui pengendalian perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus pada seluruh tatanan kehidupan masyarakat dengan
memberantas nyamuk dan jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Dan
di tuliskan pula pencegahan penyakit DBD dalam BAB III Pasal 3 Pencegahan
penyakit DBD merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Masyarakat yang
dapat dilakukan melalui upaya:
a.PSN 3M Plus
b. PJB
c.Surveilans
d. Sosialisasi
B. Program Pemerintah Untuk Pengendalian demam berdarah dengue di Indonesia
Program yang dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan dengan
menghimbau kepada seluruh jajaran pemerintah daerah melalui surat edaran Menteri
Kesehatan RI nomor PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 perihal
Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD. Dalam surat tersebut Menteri Kesehatan
menghimbau pemerintah daerah untuk:

a. Meningkatkan upaya penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang


Nyamuk (PSN) melalui kegiatan menguras, menutup dan memanfaatkan
kembali barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk (3M plus), dengan cara
mengimplementasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

19
b. Memeningkatkan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap
kejadian demam berdarah dengue, diantaranya melalui kegiatan Pemantauan
Jentik Berkala (PJB) dan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
c. Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional penanggulangan DBD
(Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
d. Meningkatkan kapasitas sumber daya pencegahan dan pengendalian DBD,
meliputi peningkatan kapasitas SDM, biaya serta bahan dan peralatan.
e. Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam rangka
kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.

Disamping itu, Kementerian Kesehatan juga telah melakukan upaya:


Melalui surat edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor
PV.02.01/4/87/2019 tanggal 11 Januari 2019 kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi seluruh Indonesia untuk ikut mendukung dan menggerakan pelaksanaan
upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di wilayahnya serta
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk upaya antisipasi dan
penanggulangan KLB DBD.
a. Sosialisasi kepada masyarakat untuk melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus
melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
b. Dukungan Tim Terpadu kementerian Kesehatan dalam asistensi upaya
penanggulangan KLB di beberapa daerah
c. Mendistribusikan dukungan bahan dan alat pengendalian vektor keseluruh
provinsi berupa insektisida, larvasida, Jumantik Kit, Mesin fogging, dan media
KIE.

Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu : 1)
Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti: bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat
penampungan air seperti: drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3)
Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.
20
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan
lainnya seperti:
 Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan, misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air hujan,
dll.
 Menggunakan kelambu saat tidur,
 Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
 Menanam tanaman pengusir nyamuk,
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
 Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada komunitas dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan terjaminnya jangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan
melibatkan klien/komunitas sebagai mitra dalam proses.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian terutama pada anak. Penyakit
DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan
bertendensi menimbulkan rejatan (shock) dan kematian (Ditjen PPM&PI, 2015)
Pemerintah menerapkan Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan dalam hal kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD. Dalam peraturan
tersebut, pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang mengarah pada
terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan aktif
sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan. Program yang dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Kesehatan dengan menghimbau kepada seluruh jajaran pemerintah daerah melalui surat
edaran Menteri Kesehatan RI dengan Meningkatkan upaya penggerakan masyarakat
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui kegiatan menguras, menutup dan
memanfaatkan kembali barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk, dengan cara
mengimplementasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
B. Saran
i. Bagi Dinas Kesehatan/ Pemerintah
a. Mampu memberikan informasi kepada masyarakat terkait pengetahuan
mengenai demam berdarah dengue.
b. Mampu menggerakan masyarakat untuk rajin membersihkan lingkungan.
ii. Bagi Masyarakat: DBD harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan
kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk.

22
DAFTAR PUSTAKA

Jaweria, Anum, dkk., 2016. Dengue Fever: Causes, Prevention and Recent
Advances.Journal of Mosquito Research, 6(29), pp. 1-9.
Kemenkes RI. 2016. Situasi Demam Berdarah  Dengue di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan
Demam Berdarah Dengue: Jakarta
Kemenkes, R.I. 2019. Kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kejadian demam berdarah
dengue tahun 2019. http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-
kejadian-demamberdarah-dengue-tahun-2019/ diakses tanggal 21 april 2020
Kemenkes, RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Kholifah, Siti Nur, Wahyu Widagdo. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta :
BPPSDM
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Trans Info Media.
Imawati, D., & Sukesi, T.W. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan
Jentik di Dusun Mandingan Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten
Bantul.Jurnal Medika Respati, 10(2).
Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 1984. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984,
tentang Penyakit Menular: Jakarta.
Prasetyani, Radita Dewi. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue. Majority. Volume 4 Nomor 7.
file:///C:/Users/USER/Downloads/1449-2037-1-PB.pdf diakses pada 20 April 2020.
Pusdatin, Kemenkes, RI. 2018. Situasi demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta:
Pusdatin Kemenkes RI.
Sukowati, S. 2010. Masalah Vector Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya
Di Indonesia. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan. Kementrian Kesehatan.
Tumbelaka, A.R. 2014. Diagnosis demam berdarah dengue. Dalam: Hadinegoro dan satari.
Demam berdarah dengue (naskah lengkap) cetakan keempat. Jakarta: balai penerbit
FKUI.
Widagdo, Wahyu dkk. 2020. Modul Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Jakarta
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
23
World Health Organization, 2011. Pedoman Lengkap Pencegahan Dan Pengendalian Dengue
Dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: EGC
Yuliasti, Ningning. 2016. Modul Ajar Cetak Keperawatan Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai